PENGEMBANGAN MASYARAKAT
2 11 Sept 2014 Kenapa PPM, keterkaitan dengan falsafah Tugas Kelompok ke-1: Resume
& bernegara, dan kaitan dengan konsep PPM
12 Sept 2014 kesehatan masyarakat (definisi Winslow dan Tugas Kelompok Studi Kasus:
5 tingkat pencegahan) 1. Bandungwangi
2. Pemberantasan Cacingan
3. Posyandu
5 2 Okt 2014 Falsafah Piring Terbang, Situasi Belajar dan Tugas Kelompok ke-4: Resume
& Self-directed Action Situasi Belajar dan Self-directed
3 Okt 2014 Action
6 9 Okt 2014 Pendekatan Direktif dan Non-direktif, Tugas Kelompok ke-4 : Resume
& Pendekatan Direktif dan Non-
10 Okt 2014 direktif
8 23 Okt 2014 Presentasi mahasiswa (video singkat untuk Tugas Kelompok ke-6: Resume
& penyadaran masyarakat tentang isu hasil video
24 Okt 2014 kesehatan)
9 30 Oktober 2014 Advokasi Regulasi Rokok di Indonesia Tugas Kelompok ke-7: Resume
& Advokasi Regulasi Rokok di
31 Oktober 2014 Indonesia
11 6 November 2014 Aksi Damai Waktu pelaksanaan Persiapan Aksi (Kepanitiaan
& tentative (kelas gabungan) antar kelas)
7 November 2014
5
PEMBUKAAN UUD 45
6
TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
7
PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
8
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
10
LIMA TINGKAT PENCEGAHAN
1. Promosi Kesehatan
2. Perlindungan khusus
3. Diagnosa dini dan pengobatan segera
4. Pembatasan kecacatan
5. Rehabilitasi
11
SINERGI PENDEKATAN KEDOKTERAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT
• Keduanya bersifat saling mengisi, seperti dua sisi dari
sebuah koin
• Upaya preventif-promotif akan optimal jika
disinergikan dengan upaya kuratif-rehabilitatif dan
sebaliknya
• Di pelayanan primer porsi pelayanan preventif-
promotif lebih besar daripada kuratif-rehabilitatif
• Di pelayanan sekunder dan tertier pelayanan kuratif-
rehabilitatif lebih besar daripada preventif-promotif
12
KURATIF
PREVENTIF
PRIMER SEKUNDER/
TERTIER
13
Tugas Kelompok
• 5 Issu Kesehatan:
HIV & AIDS
Gizi & Balita
Kanker leher rahim
Kespro remaja
Rokok
14
Petunjuk pengerjaan tugas
• Masing-masing kelompok akan diberikan 1 isu
untuk dibahas (dibagi oleh ketua kelompok)
• Dari kelima isu tersebut, uraikan aspek kesmas
dan aspek medis dari masing-masing isu
15
HAKEKAT MANUSIA
PERTANYAAN KUNCI
17
PSIKO-ANALITIK
19
BEHAVIORISTIK
20
HAKEKAT MANUSIA DAN PPM
22
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
25
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (1)
26
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (2)
• “Power”:
– Digali dari dalam
– Dibantu/difasilitasi dari luar
• Dari dalam: memanfaatkan dan meningkatkan potensi
yang sudah ada (potensi sumber daya alam, potensi
sumber daya manusia)
• Dari luar: melalui pengembangan kebijakan, bantuan
teknis dan keuangan, pendidikan
• “Power” tersebut diperlukan untuk memotong
“lingkaran setan” yang telah menyebabkan masyarakat
mengalami ketidakberdayaan (dispowerment) secara
khronis
27
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (3)
29
LINGKARAN KETIDAKBERDAYAAN
Tk pendidikan rendah
Produktivitas Kemampuan
rendah sosial-ekonomi
rendah
Tk pendidikan tinggi
31
SIAPKAH PETUGAS MEMBERDAYAKAN
MASYARAKAT?
• Petugas harus memposisikan dirinya bukan
sebagai atasan masyarakat tetapi mitra kerja
masyarakat
• Masyarakat adalah pelaku utama dan petugas
mendampingi masyarakat agar dapat menjadi
pelaku utama yang baik
• Petugas perlu memiliki ketrampilan bekerja
sebagai mitra kerja masyarakat
33
PERLU KESIAPAN SUPRA STRUKTUR
39
PERTANYAAN KUNCI
40
SELF-DIRECTED ACTION
KONDISI UNTUK MUNCULNYA
SELF-DIRECTED ACTION
42
PERAN PETUGAS UNTUK MENDORONG SELF-
DIRECTED ACTION
• Memunculkan ketidakpuasan dalam masyarakat
terhadap kondisi kesejahteraannya
– Penyajian informasi/data tentang kondisi kesehatan
• Memfasilitasi agar tumbuh keyakinan untuk
memecahkan masalah
– Membahas tentang pengalaman keberhasilan atau
kegagalan di tempat lain
– Pelatihan
• Membantu mengidentifikasi sumber daya setempat atau
menghubungkan dengan sumber daya luar
– Pendampingan, bantuan teknis
– Networking/Jejaring dengan pihak-pihak lain
43
PENDEKATAN DIREKTIF DAN NON-
DIREKTIF
44
Apa kelebihan dan kekurangan
pendekatan seperti di bawah ini?
45
Apa kelebihan dan kekurangan
pendekatan seperti di bawah ini?
46
ASUMSI DASAR
Direktif Non-direktif
• Petugas tahu apa yg • Masyarakat yg lbh
dibutuhkan masy krn mengetahui apa
petugas memilik bekal kebutuhannya krn
ketrampilan dan mereka telah
pendidikan mengalami dan mampu
• Petugas menetapkan survive
apa yg hrs dilakukan • Petugas menggali dan
sebagai solusi atas belajar dari masy sambil
masalah yg dihadapi bersama-sama mencari
masy solusi
47
PERBEDAAN
Direktif: Non-direktif:
• Instruksi, komando, • Fasilitasi,
mobilisasi pendampingan,
• Masyarakat sebagai pemberdayaan
obyek, petugas sebagai • Masyarakat sebagai
pelaku utama subyek (pelaku utama),
• Interaksi bersifat petugas sbg
atasan-bawahan pendamping
• Interaksi bersifat
kesetaraan/kemitraan
48
KEUNTUNGAN DAN KETERBATASAN
Direktif Non-direktif
• Waktu singkat • Butuh waktu lama
• Perubahan perilaku • Perubahan perilaku
tidak berkelanjutan berkelanjutan
• Target petugas tercapai • Target petugas bisa
tetapi tidak terjadi tidak sepenuhnya
pemberdayaan tercapai tetapi terjadi
masyarakat pemberdayaan
masyarakat
49
KONSEP APLIKASI
DIREKTIF
A B
SELF-DIRECTED ACTION
KONDISI UNTUK MUNCULNYA
SELF-DIRECTED ACTION
52
PERAN PETUGAS UNTUK MENDORONG SELF-
DIRECTED ACTION
• Go to the people
Live with them
Love them
Learn from them
Start with what they have
Build on what they know.
• But of the best leaders
When their task is accomplished
Their work is done
The people will all remark
We have done it ourselves.
54
• Ing ngarso sing tulodo
Ing madyo mbangun karso
Tut wuri handayani
55
NON-DIREKTIF
DIREKTIF
56
TAHAPAN PPM
PENTAHAPAN
1. Persiapan
Petugas
1. Persiapan Petugas ++++
2. Persiapan Sosial + + + +
2. Perencanaan ++ ++
++ ++
3. Pelaksanaan
+ +++
4. Pemantauan dan penilaian + +++
5. Perluasan
Masyarakat
1. Kuantitas
2. Kualitas 58
PERLUASAN
M&E
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PERSIAPAN 59
PERSIAPAN PETUGAS
60
PERSIAPAN SOSIAL
• Pengenalan masyarakat
– Mengenali karakteristik sosial-budaya masyarakat,
kepemimpinan setempat, interaksi sosial
• Pengenalan masalah
– Mengenali kebutuhan dan permasalahan
masyarakat, pengalaman masa lalu
• Penyadaran
– Menyiapkan upaya agar masyarakat mau dan
mampu melakukan perubahan
61
PERENCANAAN
62
PELAKSANAAN
63
PERLUASAN
66
MODEL ORIENTASI ORIENTASI STRATEGI PERAN PETUGAS
TUJUAN KEKUASAA
N
A
67
PENUTUP
68
PHC DI INDONESIA
1978: 2014:
1974: Konperensi Universal
Inpres Alma Health
Ata/HFA 2000: Target Coverage
Kesehatan 2000 HFA (BPJS)
70
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
72
COMPARISON OF ANEMIA PREVALENCE RATE BEFORE AND AFTER
THE INTERVENTION AT 8 POSYANDUS
IN KEL. PANGGANG ISLAND 2008-2009
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
BAYI BALITA BUMIL BUTEKI BUBALITA KADER
BASELINE 88.9% 79.1% 75.5% 29.1% 18.9% 24.1%
ENDLINE 80.8% 66.1% 36.3% 6.0% 10.5% 20.1%
73
BASELINE ENDLINE
PERBANDINGAN PREVALENSI AWAL DAN AHIR
DI 21 POSYANDU DI 5 KLINIK YKB 2010-2011
90,0%
80,0%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
IBU MENYUSUI
BALITA (N=701) IBU BALITA (N=244) IBU HAMIL (N=65) KADER (N=32) TOTAL (N=1097)
(N=55)
AWAL 57,1% 76,2% 61,5% 80,0% 78,1% 63,4%
AHIR 19,1% 26,6% 12,3% 32,7% 31,3% 21,4%
AWAL AHIR 74
LATAR BELAKANG PHC
75
SITUASI INDONESIA PRA-PHC
76
KONPERENSI ALMA ATA
77
BAGAIMANA SITUASI SEKARANG? (Tugas
Kelompok)
• Apakah ada keseimbangan antara pelayanan
preventif-promotif dan kuratif-rehabilitatif?
• Apakah ini tercermin dalam kebijakan,
anggaran dan kegiatan di lapangan?
• Kenapa tolok ukur kesehatan kita tetap lebih
rendah dibandingkan negara Asean lain?
78
TOTAL PREVALENCE RATE DECREASE OF INTESTINAL WORM INFECTION
1987-2007
90.0%
80.0%
78,6%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0% < 5%
0.0%
87/88 88/89 89/90 90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/00 00/01 01/02 02/03 03/04 04/05 05/06 06/07
79
SUCCESSFULL EXPERIENCE FROM JAPAN
AFTER 2ND WORLD WAR
80
CONVERSION OF FERTILE TO INFERTLE EGGS FROM COHORT
ANALYSIS IN 40 SCHOOLS
(1988-1990)
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
1988 1989 1990
TOTAL PREV 41.6% 28.9% 29.6% 24.9% 29.4% 19.7%
FERTILE EGGS 28.2% 16.5% 18.5% 12.9% 17.5% 8.4%
INFERTILE EGGS 13.3% 12.4% 11.1% 12.0% 11.9% 11.3%
YEAR
SPECIMENT SORTATION
Pengeringan
Pengobatan di DIRECTLY OBSERVED Spesimen hasil
sekolah TREATMENT DRYING cetakan
AT SCHOOL (“DOTS”)
82
MASS SCREENING LABORATORY
• Using assembly line system
– Stool collection is conducted after health education
activities at school
– Examination procedure is divided into several steps/units
which is done by separate people
– Microscope technicians examine 300 – 400 speciments/day
(using Kato technique)
– Using Kato technique to identify worms and calculate
number of eggs semi quantitaively
– Examination results are entered and results are sent to
school
– The same lab system can be applied to other mass
examination (anemia etc)
• Treatment are done at school (Directly Observed Treatment at
School)
– Using pyrantel pamoate and in 1991 was changed with
83 combination of oxantel and pyrantel pamoate
DIFUSI INOVASI
APA ITU DIFUSI INOVASI?
• Difusi:
– proses aliran dari cairan dengan konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah
– perembesan
• Inovasi:
– Sesuatu yang masih baru atau dianggap baru
• Difusi inovasi:
– Proses penyebaran inovasi dalam kelompok
komunitas tertentu
86
KENAPA PERLU PEMBAHASAN MASALAH DIFUSI
INOVASI?
• Dalam pekerjaaan kita sebagai petugas
maupun sebagai penentu kebijakan kesehatan
maka kita sebetulnya memperkenalkan
sebuah inovasi
• Dengan memahami proses difusi inovasi maka
kita bisa merencanakan dan melaksanakan
proses penyebaran inovasi dengan lebih
terencana dan sistematik
87
LIMA KATEGORI ADOPTER
1. Inovator
2. Early adopter
3. Early majority
4. Late majority
5. Laggard
88
JUMLAH LG
LM
EM
EA
INOV
WAKTU
89
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENERIMAAN INOVASI
• Manfaat (advantage)
• Kesesuaian (compatibility)
• Kerumitan (complexity)
• Dapat dicoba (trialability)
• Dapat diamati hasilnya (observability)
90
TAHAPAN ADOPSI
91
Knowledge
Persuasion
Decision
Confirmation
D+ D+ D- D-
C+ C- C+ C-
92
LSM
PELAKU UPAYA PEMBANGUNAN
• Pemerintah
• Non pemerintah:
– Komersial (private commercial)
• Bisnis, perbankan, industri, perdagangan dsb
– Sosial/non-komersial (private social)
• Organisasi profesi, partai politik, LSM,
organisasi massa
94
ORGANISASI
PEMERINTAH NON-PEMERINTAH
ORGANISASI PROFESI
95
KEBERADAAN LSM
96
ISTILAH LSM
• Komplementer
– Menyediakan pelayanan yang belum
disediakan pemerintah
• Subsider
– Melengkapi pelayanan yang sudah
diberikan pemerintah
• Penghubung
– Menjembatani program pemerintah yang
belum mampu menjangkau kelompok
tertentu 98
PSEUDO-LSM
99
KARAKTERISTIK LSM
• Non profit
– Tidak bermotif komersial
• Non sektarian
– Tidak membatasi pada kelompok agama tertentu
• Non partisan
– Tidak berpihak pada aliran politik tertentu
• Non diskriminatif
– Tidak membedakan perlakuan berdasarkan
agama, etnik, politik, status kesehatan 100
Sumber Pendanaan LSM
• Luar Negeri Funding agency (Gates
Foundation)
• Dalam Negeri
1. Donasi,
2. Sedekah,
3. Zakat,
4. CSR
101
PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
• Merupakan konsep untuk memberdayakan
masyarakat melalui upaya yang bersifat
pembelajaran dengan memanfaatkan potensi
yang ada di masyarakat
• Melalui PPM peningkatan derajat kesehatan
dicapai melalui upaya bersama berbagai unsur
yang ada di masyarakat
102
PENUTUP
103