KELOMPOK 4
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan Lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar menjamin keadaan manusia sehat. Upaya Kesehatan
Lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan sehat mencakup fisik, kimia,
biologi maupun sosial. Air yang merupakan salah satu sumber penting di kehidupan, idealnya
harus bersih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minum seharusnya tidak
mengandung kuman patogen maupun segala makhluk hidup yang membahayakan kesehatan
manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh dan dapat
merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan
pada seluruh jaringan distribusinya (Agustina, 2019).
Analisis risiko adalah padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterisasi efek-
efek yang potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan. Analisis
risiko merupakan suatu alat pengelolaan risiko, proses penilaian bersama para ilmuwan dan
birokrat untuk memperkirakan peningkatan risiko kesehatan pada manusia yang terpajan.
Resiko sendiri didefinisikan sebagai probabilitas suatu efek merugikan pada suatu organisme,
sistem atau (sub)populasi yang disebabkan oleh pajanan suatu agent dalam keadaan tertentu.
Di Indonesia Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) masih belum banyak dikenal
dan digunakan sebagai metode kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan. Dalam konteks
AMDAL, efek lingkungan terhadap kesehatan umumnya masih dikaji secara epidemiologis
(Basri et al., 2007).
Ilmu dan seni yang mempelajari dan menilai (mengukur dananalisis) kejadian
penyakit atau ganggguan kesehatan danpotensi bahaya faktor penyebab (bahan,
kekuatan, kondisi)akibat perubahan keseimbangan lingkungan serta menilaiupaya-
upaya pengendaliannya (Pentaloka EpidemiologiLingkungan, Ciloto, 28 Oktober dan
2 November 1991).
a) Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah kesehatan yang ada
dalam masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh (perubahan) kondisi
lingkungan.
b) Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan berdasarkan fakta dan data
yang diperoleh setelah dilakukan analisa.
c) Menemukan atau merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi
pelaksanaannya
a) Level Pemahaman
Dimulai dari pengamatan yang dilakukansecara ilmiah sampai pada penarikan
kesimpulan yangmengarah pada akumulasi pengetahuan kejadian penyakit.
b) Level Intervensi
Mengumpulkan informasi empiris yangdapat digunakan untuk pengambilan
keputusan kesehatanmasyarakat.
1. Kondisi Lingkungan
Perubahan kualilitas lingkungan berpengaruh terhadap agent (penyebab
penyakit), host(manusia).
2. Variabel Epidemiologi: orang, waktu dan tempat
3. Penyakit
Penyakit Infeksi/menular akibat kondisi sanitasi yang buruk. Penyakit
menahun atau tidak menular akibat menurunnya (perubahan) kualitas
lingkungan yang timbul sebagai dampak negatif dari aktivitas pembangunan
misalnyapencemaran yang terjadi pada air, tanah dan udara akibatlimbah
industri, pertanian, pertambangan/energi,transportasi, domestik dan
sebagainya.
4. Ilmu sosial dan perilaku
Perilaku manusia (higieneperorangan) dan hubungannya dengan timbulnya
kejadianpenyakit.
5. Metoda (Design)
sebagai dasar yang digunakan dalammelakukan kajian (analisa) untuk menarik
kesimpulan baiklevel pemahaman maupun level intervensi, misal
penggunaanMetode-metode Statistik (kajian Ilmiah) dan penggunaan konsep
simpul kesehatan lingkungan.
a. Orang (person)
Perbedaan Sifat/karakteristik individu secara tidak langsung memberikan
perbedaan sifat/keterpaparan, dipengaruhi oleh:
1) Faktor Genetik bersifat tetap, seperti : jenis kelamin, ras, data
kelahiran, dsb.
2) Faktor biologik berhubungan dengan kehidupan biologik, seperti :
umur, status gizi, kehamilan, dsb.
3) Faktor Perilaku berpengaruh secara individu, seperti: adat istiadat,
mobilitas, dsb.
4) Faktor Sosial Ekonomi seperti pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan, daerah tempat tinggal.
b. Tempat (place)
Pengetahuan distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk perencanaan
pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan etologi penyakit.
Keterangan tempat dapat bersifat :
Keadaan geografis, misal: daerah pegunungan, pantai, dataran rendah,
dsb.
Batas administratif (misal: batas negara, propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan/kelurahan), batas ekologis (batas penyebaran dampak).
Menganalisa hubungan penyakit dengan tempat harus dipikirkan
keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya.
1. Apakah penyakit berhubungan langsung dengan tempat
2. Angka kesakitan tinggi pada semua golongan umur.
3. Penyakit tidak dijumpai/kurang ditempat lain.
4. Penduduk yang pindah ke tempat tersebut akan terserang
penyakit.
5. Penduduk yang keluar dari tempat ybs akan sembuh atau
penyakitnya tidak bertambah.
6. Adanya gejala penyakit yang sama pada hewan.
7. Faktor lingkungan biologis dan sosial ekonomi setempat harus
diperhitungkan.
c. Waktu (time)
Perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya
perubahan faktor-faktor etiologis, yaitu dengan adanya :
a) faktor penyebab penyakit pada waktu tertentu
b) perubahan komposisi dan jumlah penduduk menurut waktu
c) perubahan komposisi lingkungan menurut waktu (lingk. fisik, biologi dan
sosial ekonomi).
d) perubahan kriteria dan alat diagnosa dari waktu ke waktu.
e) perubahan pola penyakit karena usaha pencegahan dan penanggulangan
serta perubahan lainnya dari waktu ke waktu.
Perubahan yang terjadi setelah sekian tahun (5-10 tahun atau lebih) yang
menampakkan perubahan keadaan penyakit/kematian yang cukup berarti dalam
hubungan interaksi antara pejamu/manusia (H), penyebab (A) dan lingkungan (E).
4. Berikan beberapa contoh produk dari Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang
menargetkan kesehatan masyarakat secara luas.
1) Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (SO2 , H2S, NO2 dan TSP) Akibat
Transportasi Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya. Kadar pencemaran udara
ditentukan oleh adanya zat-zat seperti karbon monoksida, debu/partikel, sulfur
dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO2), hidrokarbon dan hidrogen sulfida (H2S) serta
partikel (PM2,5, PM10, TSP). Zat-zat tersebut dapat mengakibatkan dampak yang
merugikan bagi kesehatan manusia seperti sakit kepala, sesak nafas, iritasi mata,
batuk, iritasi saluran pernafasan, rusaknya paru-paru, bronkhitis, dan menimbulkan
kerentanan terhadap virus influensa. Selain manusia zat-zat tersebut juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman, misalnya zat NO2 dapat menimbulkan bintik-
bintik pada daun sampai mengakibatkan rusaknya tulang-tulang daun.
Pencemaran udara juga akan menimbulkan kerusakan pada bangunan,
misalnya asam sulfat yang terbentuk sebagai hasil reaksi antara SO3 dengan uap air
yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Udara dimana di dalamnya
terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang
terdiri dari sekitar 78% Nitrogen; 20% Oksigen; 0,93% Argon; 0,03% Karbon
Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metana (CH4) dan
Hidrogen (H2). Udara dikatakan "normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia
apabila komposisinya seperti tersebut di atas. Sedangkan apabila terjadi penambahan
gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka
dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.
Pengendalian yang paling mendesak adalah dengan menggalakkan program
langit biru, menggalakkan penanaman tumbuhan, pembuatan papan pengumuman
hasil pemantauan kadar pencemaran udara, melarang penduduk untuk bertempat
tinggal di sepanjang jalan utama, dan penduduk bisa pindah ke tempat yang lebih
aman dari paparan risk agent karena manajemen risiko yang dilakukan terkait
pengurangan konsentrasi dan waktu pajanan sudah tidak realistik, atau dapat juga
dengan penggunaan masker, namun hanya bersifat sementara.
Karena kesehatan manusia juga dapat dipengaruhi oleh bahaya pajanan dari
lingkungan, seperti polusi dan kontaminasi kimia dalam makanan, air, udara, tanah;
mikroba patogen dalam makanan dan minuman; sumber radiasi; iklim dan
perubahannya. Maka resiko-resiko tersebut perlu dikaji agar dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam mengendalikan dan mengurangi resiko tersebut yang
dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan (Djafri, 2014).
Analisis risiko merupakan suatu alat pengelolaan risiko (risk assessment), yaitu
proses penilaian bersama untuk karakterisasi efek-efek yang potensial dalam peningkatan
risiko kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan yang terpajan. Resiko sebagai
probabilitas merupakan suatu efek merugikan pada suatu organisme, sistem atau (sub)
populasi. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dilakukan dalam lima tahapan,
yaitu: (1) Issue Identification, (2) Hazard Identification, (3) Dose-response assessment,
(4) Exposure assessment for the relevant population dan (5) Risk characterization.
Upaya analisis resiko seperti menilai tipe-tipe resiko baru dan berbeda, memilih
masalah prioritas sesuai level resiko, membuat health guidance values untuk melindungi
kesehatan masyarakat dan membuat kebijakan berdasarkan temuan resiko.
REFERENSI
Basri, S., Bujawati, E., Amansyah, M., Kesehatan, B., Jurusan, L., Masyarakat, K., …
Udara, P. 2007. Analisis risiko kesehatan lingkungan.
Basri dkk, 2014, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko
Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan), Jurnal Kesehatan Vol 4(2): 427-442
Djafri, D. 2014. Prinsip dan metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 8, No. 2(94): 100–104.
Paustenbach, D.J. 2002. Human and ecological risk assessment: Theory and practice.
New York: John Wiley & Sons.