Anda di halaman 1dari 62

QBD 3

KELAS PB-1
OUTLINE
1. Prinsip kode etis yang harus diterapkan selama bencana
2. Efek bencana terhadap korban
3. Kesehatan mental dan psikososial berdasarkan aspek bencana
4. Peranan setiap tenaga kesehatan pada saat terjadi bencana
5. Dampak dari bencana terhadap tenaga kesehatan
6. Persiapan yang harus dilakukan tenaga kesehatan untuk mengurangi dampak bencana
7. Arti relawan
8. Dilema etis relawan dalam pengelolaan bencana
01

Prinsip kode etis


yang harus
diterapkan
selama bencana
PRINSIP KODE ETIS SELAMA BENCANA
Pada dasarnya sebagai seorang dokter ataupun penolong, seluruh korban pada
bencana harus ditolong tanpa memandang orang tersebut. Pertolongan yang
diberikan juga harus sebanding satu sama lain dengan berprinsip pada
keadilan, beneficence, autonomy, dan nonmaleficence.

Tetapi ADIL disini juga masih dipertanyakan karena tidak


semua korban memerlukan bantuan yang sama rata, pada
pasien dengan keadaan kritis atau kecelakaan berat yang
membutuhkan pertolongan lebih banyak tentunya akan
ditangani terlebih dahulu sesuai dengan triase

Pada suatu keadaan bencana terkadang bantuan yang ada tidak sebanding
dengan banyaknya korban yang berjatuhan, pertolongan diberikan lebih
besar kepada kelompok orang yang lebih banyak yang masih dapat
terselamatkan sesuai dengan utilatarianism yaitu dengan memberikan
manfaat atau bantuan terbesar bagi jumlah terbesar untuk memaksimalkan
kebahagiaan manusia
Prinsip kode etis
● Tetapi utilitarianism sendiri memiliki keterbatasan.
Sebagai contoh, meskipun pemberian
manfaat/bantuan secara maksimal bagi kelompok
mayoritas lebih terdengar sesuai demokrasi dan
keadilan, kelompok minoritas sangatlah
memprihatinkan dalam skema utilitarian.
● Status sosial dan VIP seseorang menjadi bahan
pertimbangan dalam bencana, apabila orang penting
berada dalam kelompok minoritas dan harus
diperlakukan istimewa maka hal ini tidak etis pada
kelompok orang non VIP. Bila mengikuti aturan
utilitarian maka kepentingan VIP harus
dikesampingkan.

Sphere Board. Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response. United Kingdom: The Sphere Project; 2011. P.368-376
Masalah lain yang tidak dapat dikontrol di dalam prinsip
utilitarianisme adalah perlakuan untuk orang cacat dan
sakit kronik.
Ketika dua orang atau lebih dapat
diselamatkan dengan sumber daya
yang sama yang diperlukan untuk
menyelamatkan orang cacat berat
yang akan menggunakan bantuan
barang dan jasa yang tidak
proporsional/lebih banyak dari yg
lainnya, prinsip utilitas dapat
membuat penolong mengabaikan
untuk menolong orang-orang cacat.
Sphere Board. Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response. United Kingdom: The Sphere Project; 2011. P.368-376
Optimalisasi tindakan moral dalam
bencana membutuhkan pemahaman lebih
dari utilitas, penjatahan, dan
triase. Selain prinsip-prinsip
bioetika standar, kode etik dapat
membantu memberikan kerangka moral
yang membahas setidaknya beberapa
dari banyak nya tingkatan bencana.
Oleh karena itu dibuatlah kode etik
oleh organisasi bencana untuk paling
tidak menyeragamkan prinsip kode etis
selama bencana.

Sphere Board. Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response. United Kingdom: The Sphere Project; 2011. P.368-376
Kode etik
Menurut International Committee of the Red Cross (ICRC), terdapat 10 prinsip etis
saat bencana yaitu :
● Hak untuk memberi dan menerima bantuan kemanusiaan
● Bantuan diberikan tidak berdasarkan ras, suku, asal negara dan
diprioritaskan berdasarkan kebutuhan
● Bantuan tidak akan digunakan untuk kepentingan politik atau agama
tertentu
● Bantuan tidak bertindak sebagai alat kebijakan pemerintah asing
● Bantuan tetap menghormati budaya warga daerah bencana
Kode etik

● Upaya membangun sistem tanggap darurat kapasitas lokal


● Mengikutsertakan program menguntungkan dalam manajemen
bantuan bencana
● Bantuan harus mengurangi kerentanan lebih lanjut dan menopang
kebutuhan dasar
● Akuntabilitas untuk korban yang diselamatkan dan pemberi bantuan
● Mengakui korban sebagai manusia yang bermartabat dan bukan objek
tidak berguna
02

Efek bencana
terhadap
korban
Efek bencana terhadap korban

Korban bencana mengalami Bencana ini dapat berakibat


pada fisik, psikologis,
berbagai kejadian traumatik, sosial, sikap,
termasuk ancaman emosi,kognitif, dan
spiritual korban. Secara
terhadap nyawa, kehilangan umum, biasanya korban
harta benda, dan kesulitan mengalami ansietas (post
traumatic stress), depresi,
ekonomi. Bencana ini gejala medis yang meliputi
mengakibatkan korbannya berbagai organ.
untuk pulih dalam kurun
waktu bulanan hingga
tahunan.
EFEK BENCANA TERHADAP SUATU POPULASI
MENURUT IOM (INSTITUTE OF MEDICINE)

Menurut IOM (Institute of Medicine), bencana memberikan


dampak/efek berupa :

● Respon stress akut dan jangka pendek (distress responses)

● Perubahan Perilaku

● Kelainan psikiatrik yang signifikan.

Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices.
Cambridge: Cambridge University Press; 2010. P. 103-112.
1. DISTRESS RESPONSES (RESPON STRESS AKUT DAN JANGKA PENDEK)
● Terjadi pada korban yang terpapar langsung oleh bencana
● Respon stress akut dapat berupa :
○ Rasa waspada yang berlebihan ( hypervigilance)
○ Kesulitan tidur
○ Rasa gelisah yang berlebihan
○ Ketakutan
○ Marah dan murka
○ Kerentanan terhadap faktor luar.
● Distress response dapat terjadi di lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan, atau pada lingkup
masyarakat.
● Contoh :
○ Survey yang dilakukan pasca bencana teroris di Amerika pada
tahun 2001 menyebutkan bahwa 44% populasi mengalami post -
traumatic syndrome.

Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices.
Cambridge: Cambridge University Press; 2010. P. 103-112.
2. PERUBAHAN PERILAKU (CHANGES IN BEHAVIOR)
● Beberapa populasi pada masyarakat yang terpapar bencana dapat
mengalami perubahan perilaku terutama terkait dengan health - risk
behaviours.
● Perubahan health - risk behaviours, misalnya :
○ Pada korban bencana kekerasan massal dan kerusuhan → korban
akan mengambil keputusan dan berperilaku dengan didasarkan
rasa takut ( fear - based decision making).
○ Pada korban bencana terorisme dan bencana yang memakan korban
jiwa → korban mengalami peningkatan konsumsi alkohol, obat -
obatan, dan rokok karena masalah psikososial.
○ Pada korban bencana epidemi → korban mengalami rasa takut yang
berlebihan sehingga permintaan (demand) terhadap pelayanan
kesehatan meningkat.
○ Pada korban bencana alam → korban mengalami eating disorders,
gangguan tidur, dsb.
● Contoh : Menurut penelitian, warga Jepang memiliki kecenderungan
untuk mengonsumsi alkohol secara berlebihan pasca terjadi bencana
Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press; 2010. P. 103-112.
3. KELAINAN PSIKIATRIK YANG SIGNIFIKAN
● Kelainan psikiatrik yang signifikan pada korban
bencana dapat berupa :
○ PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
○ Depresi
○ Perubahan perilaku yang bersifat mengganggu
○ Kesulitan belajar
○ Rasa takut terhadap bencana tertentu.
● Kelainan psikiatrik dapat mengganggu kejiwaan
korban dan akan mempengaruhi respon korban apabila
terjadi keadaan yang sama di masa depan.

Koenig KL, Schultz CH. Koenig and Schultz’s Disaster Medicine Comprehensive Principles and Practices. Cambridge: Cambridge University Press; 2010. P. 103-112.
EFEK BENCANA SECARA LANGSUNG MENURUT REISMANN, dkk (2011)
❏ Cidera Berat
❏ Kejadian Traumatik
❏ Kehilangan Materi/Harta
❏ Ketidakpastian mengenai bahaya sekitar terhadap
keselamatan, kesehatan, dan keberadaan korban ke
depannya.
Dampak bencana
pada korban
dewasa:
Dampak bencana pada
korban anak-anak:
3. Kesehatan mental dan psikososial berdasarkan
aspek bencana
Pengertian Kesehatan Mental (jiwa) dan
Psikososial
Menurut Kepmenkes No. 48 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penanggulangan
Masalah Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Masyarakat Akibat Bencana dan
Konflik

Kesehatan jiwa adalah kondisi mental yang sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia

Masalah kesehatan jiwa adalah masalah perilaku dan psikologis yang menyebabkan penderitaan dan
disfungsi psikososial dari individu

Masalah psikososial adalah masalah sosial yang mempunyai dampak dan berpengaruh terhadap
munculnya gangguan jiwa atau sebaliknya masalah sosial muncul sebagai dampak dari gangguan jiwa
Bentuk masalah kesehatan mental dan psikososial
berdasarkan bencana
➔ Kekerasan fisik sebagai perilaku agresif ➔ Perilaku agresif, perkelahian antar
di dalam keluarga sesama pengungsi ataupun antar
➔ Child abuse (perlakuan kasar terhadap pengungsi dengan penduduk setempat
anak) ➔ Masalah psikososial lainnya seperti
➔ Penyalahgunaan alkohol problem belajar, kenakalan anak dan
➔ PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) remaja, problem ekonomi, sikap pesimis
Depresi dan gangguan kecemasan dan kecenderungan ketergantungan
terhadap bantuan
4. Peranan setiap tenaga kesehatan pada saat
terjadi bencana
Tahap Pra - Disaster Tahap Bencana (Impact)
● Mengikuti pelatihan dan ● bertindak cepat
pendidikan ● tidak menjanjikan apapun
● Memberikan penyuluhan dan ● berkonsentrasi
simulasi
● koordinasi dan menciptakan
● Melakukan program promosi
kesehatan ➡ usaha kepemimpinan
pertolongan diri saat
bencana, pelatihan
pertolongan pertama,
pemberian alamat & nomor
telepon darurat
Tahap Emergency
● memfasilitasi jadwal kunjungan ● mengidentifikasi reaksi psikologis
konsultasi medis & reaksi psikosomatik
● menyusun rencana prioritas ● membantu terapi kejiwaan korban
● merencanakan dan memfasilitasi ● memfasilitasi konseling dan terapi
transfer pasien kejiwaan
● mengevaluasi kebutuhan pasien ● berkonsultasi dengan supervisi
harian setempat untuk pemeriksaan
● memeriksa dan mengatur kesehatan dan kebutuhan
persediaan obat masyarakat yang tidak mengungsi
● membantu penanganan dan
penempatan pasien
Tahap Rekonstruksi
● membantu mengatasi PTSD (post traumatic stress disorder)
● tim kesehatan bersama masyarakat bekerjs sama menangani maslaah
kesehatan pasca gawat darurat dan mempercepat revovery
5
Dampak bencana
terhadap tenaga
kesehatan
Dampak bencana terhadap tenaga kesehatan
● Dampak yang timbul pada penolong (relawan atau tenaga
medis):
○ stress

○ Kelelahan

○ kerentanan terhadap penyakit

○ Trauma psikologis
Muncul sebagai akibat dari:
● ketidaksiapan mental penolong ketika melihat banyaknya
Trauma korban dan buruknya keadaan pasca bencana
● Ketidakmampuan teknis dari penolong dalam
psikologis menyelamatkan korban berujung pada trauma dan
menyalahkan diri sendiri
Trauma jiwa yang terjadi ● Tuntutan profesi dan kewajiban menyelamatkan sebanyak
sebagai akibat dari mungkin korban yang melebihi tenaga penolong
peristiwa traumatik
Terdiri dari dua tipe, yaitu:
Terjadi perubahan fisik
● Acute stress disorder ⇒ reaksi maladaptif yang terjadi pada
dan kimiawi di dalam otak
sehingga dapat merubah bulan pertama setelah pengalaman traumatis yang
respon seseorang menyebabkan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
terhadap kejadian yang ● Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) ⇒ mengingat
mirip yang mungkin terjadi kembali peristiwa traumatis di masa lalu setelah adanya
di masa depan
paparan, biasanya dialami oleh tenaga medis yang pernah
menjadi korban dan terpapar kembali oleh situasi yang sama,
sehingga menyebabkan gangguan mental akibat ingatan
yang terulang kembali
6
Persiapan yang harus
dilakukan tenaga
kesehatan untuk
mengurangi dampak
bencana
Penyiagaan
Sumber Daya
ManusiA
Penyiagaan Sumber Daya
Manusia
Pada saat terjadi bencana, penyiagaan SDM kesehatan tergabung

dalam suatu tim penanggulangan krisis yang meliputi :

● Tim Reaksi Cepat/TRC


● Tim Penilaian Cepat Kesehatan (RHA)
● Tim Bantuan Kesehatan

Koordinator tim adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota


(sesuai Surat Kepmenkes Nomor 066 tahun 2006).
Tim Reaksi Cepat (TRC)
● Tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0–24 jam setelah ada
informasi kejadian bencana.
● Kompetensi TRC disesuaikan dengan jenis bencana spesifik di daerah dan dampak
kesehatan yang mungkin timbul.
● Sebagai contoh untuk bencana gempa bumi dengan karakteristik korban luka dan
fraktur, kompetensi TRC terdiri dari :
○ Pelayanan medik: dokter umum, dokter spesialis esuai kebutuhan, perawat mahir,
apoteker/tenaga teknis kefarmasian, sopir ambulans
○ Surveilans epidemiolog/sanitarian
○ Petugas komunikasi
○ Petugas logistik.
Tim Penilaian Cepat Kesehatan
(RHA)
● Tim yang bisa diberangkatkan dalam waktu 0-24 jam atau bersamaan dengan
TRC
● Bertugas melakukan penilaian dampak bencana dan mengidentifikasi kebutuhan
bidang kesehatan
● Minimal terdiri dari:
○ dokter umum
○ epidemiolog/surveilan
○ sanitarian
Tim Bantuan Kesehatan

● Tim yang diberangkatkan berdasarkan rekomendasi Tim RHA untuk memberikan


pelayanan kesehatan dengan petugas dan peralatan yang lebih memadai.

● Dokter umum ● Sanitarian


● Apoteker dan asisten apoteker ● Ahli gizi
● Perawat ● Tenaga Surveilans
● Bidan ● Entomolog
Penyiagaan fasilitas
pelayanan kesehatan
Penyiagaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan disiagakan untuk menerima korban yang dirujuk:

○ Menyiapkan ruangan untuk menampung korban rujukan.


○ Menyiagakan tim penanggulangan bencana di fasilitas kesehatan setempat
beserta instrumennya dalam satu komando.
○ Menyiagakan petugas dan alat komunikasi aktif di fasilitas pelayanan kesehatan
setempat.
○ Menyiagakan tim ambulance untuk menjemput korban dan mengirim ke rujukan
lanjutan dalam satu komando.
○ Menyiagakan fasilitas pelayanan untuk menerima korban meninggal.
Penyiagaan Obat,
Perbekalan dan
Peralatan kesehatan
Penyiagaan Obat, Perbekalan
dan Peralatan kesehatan
● Penanggung jawab kesehatan menyiagakan:
○ Stok obat dan peralatan kesehatan di gudang farmasi sesuai kebutuhan.
○ Berkoordinasi dengan apotik terdekat bila stok obat dan peralatan kesehatan di
gudang farmasi kosong.
Kesiapan personal
petugas kesehatan
Kesiapan fisik dan mental personal
Kriteria kesiapan fisik dan mental personal
meliputi:
● Secara jasmani dan rohani dinyatakan sehat
● Memiliki pengetahuan dan pengalaman
● Memiliki kemampuan analisa
● Memiliki mutu pribadi (dapat bekerja dalam
tim, dapat bekerja di lokasi bencana, memiliki
motivasi tinggi dll)
Kesiapan sarana dan prasarana

● Alat Proteksi Diri


● Personal kit
● Tim kit
● Peralatan kerja
Briefing dan Debriefing
Briefing merupakan hal harus Debriefing merupakan hal yang dilakukan setelah tiba di
dilakukan sebelum berangkat, lokasi, yaitu tim melakukan:
tim menyusun rencana dengan
menetapkan: ● Melapor kepada penanggungjawab tim
● Menetapkan lokasi kerja
● Tujuan tim ● International Training Consortium on Disaster Risk
● Informasi yang dibutuhkan Reduction 205
● Sumber informasi ● Memastikan jalur komunikasi (radio komunikasi,
● Pembagian tugas telepon/hp, internet)
● Jalur pelaporan ● Memastikan dukungan bagi anggota tim (akomodasi,
● Perlengkapan personal, tim perbekalan makanan, dll)
dan peralatan kerja ● Mengatur rencana pertemuan (dengan pemda
● Rencana akses transportasi setempat, dinkes,
● Pimpinan rumah sakit, koordinator pengungsi, dll)
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
7. JELASKAN ARTI RELAWAN
Definisi
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, relawan sepadan dengan kata
sukarelawan yang artinya adalah orang yang melakukan sesuatu dengan
sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan).
• Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) no. 17 tahun 2011 relawan penanggulangan bencana adalah
seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan
kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya
penanggulangan bencana.

Asas dan Prinsip


• Asas : Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
• Prinsip : cepat dan tepat, prioritas, koordinasi, berdaya guna dan berhasil
guna, transparansi , akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan ,
non-diskriminasi, kesetaraan gender dan menghormati kearifan local.
Spontaneous helping
Perilaku menolong yang ditujukan
kepada orang-orang asing yang tidak
dikenal. Perilaku ini terjadi secara
tiba-tiba atau spontan dan tidak
direncanakan sebelumnya.
Menolong atau dapat disebut juga
Helping Behavior

Formal Planned Helping


perilaku menolong yang ditujukan untuk
membantu seorang individu maupun
sekelompok individu melalui sebuah instansi
atau organisasi.
Informal Planned Helping
perilaku menolong yang ditujukan kepada
individu-individu yang sudah kita kenal dan
memiliki kedekatan seperti teman atau anggota
keluarga.
Relawan

• ORGANISASI MASYARAKAT
• LSM
• PERGURUAN TINGGI
• SEKTOR SWASTA
PERAN RELAWAN SEBELUM BENCANA

1. Pada saat tidak terjadi bencana 2. Pada situasi terdapat


potensi bencana
Kesiapsiagaan
Mitigasi
• Pemantauan perkembangan
• Penyelenggaraan
ancaman dan kerentanan
pelatihan-pelatihan
masyarakat
bersama masyarakat Pelatihan • Penyuluhan, pelatihan, dan
• Penyuluhan kepada • Pelatihan Peringatan dini
geladi tentang mekanisme
masyarakat dasar/lanjutan pemasangan dan
tanggap darurat bencana
• Penyediaan informasi manajemen pengujian sistem
• Penyediaan dan penyiapan
untuk meningkatkan • Pelatihan teknis peringatan dini di
barang pasokan pemenuhan
kesadaran masyarakat kebencanaan tingkat masyarakat
kebutuhan dasar
dalam rangka • Simulasi • Penyediaan dan penyiapan
pengurangan risiko bencana bahan, barang, dan peralatan
bencana
untuk pemenuhan
• Peningkatan
pemulihan prasarana dan
kewaspadaan
sarana
masyarakat
• Penyiapan lokasi evakuasi
PERAN RELAWAN SAAT TANGGAP DARURAT

1. Kaji cepat terhadap cakupan wilayah yang terkena, jumlah korban dan kerusakan, kebutuhan sumber daya, ketersediaan sumber daya
serta prediksi perkembangan situasi ke depan
2. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi warga masyarakat terkena bencana
3. Penyediaan dapur umum
4. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa air bersih, sandang, pangan, dan layanan kesehatan termasuk kesehatan lingkungan
5. Penyediaan tempat penampungan/hunian sementara
6. Perlindungan kepada kelompok rentan dengan memberikan prioritas pelayanan
7. Perbaikan/pemulihan darurat untuk kelancaran pasokan kebutuhan dasar kepada korban bencana
8. Penyediaan sistem informasi untuk penanganan kedaruratan
9. Pendampingan psikososial korban bencana
10. Kegiatan lain terkait sosial, budaya dan keagamaan
11. Kegiatan lain terkait kedaruratan.
PERAN RELAWAN SAAT PASCA BENCANA

• Membantu dalam kegiatan pengumpulan dan pengolahan


data kerusakan dan kerugian dalam sektor perumahan,
infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas sektor.
• Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
rehabilitasi-rekonstruksi fisik dan non-fisik dalam masa
pemulihan dini.
PERSYARATAN MENJADI RELAWAN

Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) no. 17 tahun 2011 syarat untuk menjadi relawan yaitu :

• warga Negara Indonesia berusia 18 tahun ke atas

• sehat secara jasmani dan rohani

• memiliki jiwa kerelawanan, semangat pengabdian dan dedikasi tinggi, mampu berkerja secara mandiri dan dapat bekerjasama dengan pihak lain,

• memiliki pengetahuan keahlian dan keterampilan yang bermanfaat dalam penanggulangan bencana

• tidak sedang terlibat dalam perkara hukum pidana atau tindak subversi

• telah diakui dan dikukuhkan sebagai relawan penanggulangan bencana oleh organisasi induk relawan

• persyaratan lainnya yang ditentukan oleh masing-masing organisasi


PEMBINAAN RELAWAN

• Tujuan :
1. meningkatkan kompetensi seperti pengetahuan, sikap dan perilaku dan integritas relawan.
2. meningkatkan kapasitas relawan agar dapat bekerja dengan baik dan profesional, serta menunjukkan kinerja maksimal.
• Lembaga Pembinaan : instansi/lembaga/organisasi yang menjadi induk organisasi relawan yang berkoordinasi dan diberikan pengarahan oleh BPBD.
• Rangkaian pelatihan yang dilakukan, diantaranya:
1. Orientasi Kerelawanan
2. Managerial dan Leadership Training
3. Paket Pelatihan Total Disaster Management
Penanganan bencana terpadu mulai dari mitigasi, emergency hingga recovery yang dilakukan dari mulai level basic hingga advance yang nantinya dilakukan
secara bertahap.
4. Pelatihan Pengelolaan Program Kemanusiaan
5. Pelatihan Jurnalistik Kemanusiaan
8. JELASKAN DILEMA ETIS RELAWAN
DALAM PENGELOLAAN BENCANA
RELAWAN – KORBAN (MICRO LEVEL)
• Penanganan ekstra pada pasien yang gelisah, hypochondriacal (hypochondria:
kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi kesehatan), atau yang terluka tapi
masih bisa berjalan (walking-wounded)
• Menentukan kategori triase pasien secara objektif, akurat, dan etis dalam
waktu singkat dan informasi minim
• Menyeimbangkan antara integritas dan empati
• Memberikan penanganan sesuai standar dalam keterbatasan fasilitas
• Merawat korban terinfeksi penyakit menular
• Bekerja di lingkungan yang dapat mengancam kesehatan relawan
• Mengatur privasi ditengah kekacauan dan tekanan media yang dapat
melanggar hak privasi korban
• Menangani korban asing, militer asing, tahanan, teroris, dan pihak-pihak
berbahaya
RELAWAN – RELAWAN (MESO LEVEL)

• Menghadapi relawan lain yang kurang kompeten


• Komitmen untuk bekerja dengan baik walau imbalan yang didapat tak
sepandan
• Menguji kelayakan kompetensi relawan
• Menyeimbangkan ritme kerja antara relawan profesional dengan relawan yang
belum terlatih
• Risiko pekerjaan yang tinggi (waktu, keselamatan, upah)
• Menjaga beban pekerjaan agar tidak mempengaruhi kesehatan mental
• Konflik antarorganisasi relawan akibat kepentingan tertentu
• Harus mampu berkomunikasi dengan segala lapisan
• Menyeimbangkan tindak altruisme dengan profesionalitas
RELAWAN – MASYARAKAT (MACRO
LEVEL)
• Menentukan batas kewajiban dalam menanggapi bencana, baik secara lokal, domestik, maupun
global
• Tujuan organisasi relawan yang tidak mencari keuntungan vs. kewajiban membayar iuran para
relawan
• Menjaga integritas ditengah banyaknya peluang untuk memanfaatkan kecemasan dan
ketidaktahuan korban
• Menolak peluang mengeksploitasi korban, LSM, dan para donatur
• Kewajiban untuk mendukung atau ikut latihan kesiapsiagaan, latihan tanggap bencana, dan
program vaksinasi
• Menolak laporan atau kebijakan yang tidak etis, profiling etnis, ras, dan kelompok masyarakat
tertentu
• Kewajiban menyampaikan risiko dengan hati-hati kepada negara, pemerintah, media, dan populasi
masyarakat
REFERENSI

• Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses dari https://kbbi.web.id/sukarelawan, Pada tanggal 10


Maret 2019

• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Relawan Pennggulangan Bencana. Diakses dari
https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/33.pdf, Pada tanggal 10 Maret 2019

• Utomo, M. H., & Minza, W. M. (2019). Perilaku Menolong Relawan Spontan Bencana Alam.
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 2(1), 48. https://doi.org/10.22146/gamajop.31871

• Masyarakat Relawan Indonesia. Diakses dari https://act.id/kolaborasi/detail/mri, Pada tanggal 12


Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai