TUGAS AKHIR
PROMOSI KESEHATAN INTERMEDIATE
KELOMPOK 4
ii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
iii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
iv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap
kerusakan lingkungan termasuk didalamnya pencemaran sungai yang berasal dari
limbah domestik maupun limbah non domestik seperti pabrik dan industri. Oleh
karena itu pencemaran air sungai dan lingkungan sekitarnya perlu dikendalikan
seiring dengan laju pembangunan agar fungsi sungai dapat dipertahankan
kelestariannya.
Terdapat 13 sistem aliran sungai yang mengalir di wilayah Provinsi DKI Jakarta
yang sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta.
Sungai-sungai tersebut merupakan tempat limpahan akhir dari buangan-buangan
lingkungan sekitarnya. Padahal sungai itu sendiri mempunyai banyak fungsi yang
sangat penting, antara lain sebagai sumber air baku air minum, perikanan, peternakan,
pertanian, dan usaha perkotaan.
Dari hasil data pemantauan yang dilakukan Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) pada 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta pada tahun
2010 menunjukkan, baik air sungai maupun air tanah memiliki kandungan pencemar
organik dan anorganik tinggi. Akibatnya, air sungai diwilayah DKI Jakarta tidak
sesuai lagi dengan baku mutu peruntukkannya yaitu air minum, perikanan, pertanian
dan usaha perkotaan lainnya.
Salah satu dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, yakni sungai Ciliwung
memiliki dampak yang paling luas karena melewati tengah kota Jakarta dan melintasi
banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh.
Sampah dan limbah dari berbagai tempat dibuang di Sungai Ciliwung. Masalah ini
terus bertambah besar ketika sampah-sampah yang ada menyumbat aliran air,
mengakibatkan sungai berbau, kotor, dan yang paling menjadi momok warga Jakarta
adalah terjadinya banjir.
Universitas Indonesia
3
Keadaan kualitas air Sungai Ciliwung saat ini dalam kondisi tercemar berat pada
seluruh segmennya, mulai dari hulu (daerah Puncak, Kab. Bogor) sampai dengan hilir
(di DKI Jakarta). Begitu juga fluktuasi debit air sungai antara musim kemarau dan
musim hujan cukup tinggi, sehingga terjadi banjir rutin di hilir atau di wilayah DKI
Jakarta.
Permasalahan utama yang terjadi di Sungai Ciliwung ada 2 hal, yakni :
1. Daerah konservasi yang semakin berkurang.
2. Beban pencemaran yang tinggi, baik dari limbah domestik maupun limbah
industri.
Universitas Indonesia
4
1.2 Tujuan
Universitas Indonesia
5
b. Tiap individu yang membuang sampah di sekitar bantaran sungai yang ingin
merubah perilakunya mendapatkan solusi dari tenaga kesehatan dan atau ahli
lingkungan yang terlatih.
1.1.4 Bagi wilayah
a. Program intervensi perubahan perilaku membuang sampah di sungai dapat
meningkatkan kesehatan sebagai inovasi kesehatan di wilayah bantaran
sungai.
b. Terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat dari sampah.
1.1.5 Bagi Puskesmas
Dengan adanya program ini, kinerja puskesmas dalam hal promosi
kesehatan dan kesehatan lingkungan di tatanan masyarakat semakin meningkat.
1.1.6 Bagi Dinas Lingkungan Hidup
Dengan adanya program ini, kinerja Dinas Lingkungan Hidup setempat
dalam hal upaya pengelolaan/pemantauan lingkungan hidup semakin meningkat.
Universitas Indonesia
6
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Indonesia. Oleh karena itu tidak jarang terjadi penumpukan dan penyumbatan
sampah di sejumlah titik pada sungai-sungai di Indonesia. Namun demikian, kondisi
tersebut tetap dibiarkan dan jarang dibersihkan, baik oleh petugas Dinas Kebersihan
atau Dinas Pekerjaan Umum, maupun masyarakat. Dengan demikian sampah
tersebut kelak mengalir ke hilir bersama banjir pada musim hujan (Indrawati, 2011).
Air berperan sebagai pembawa penyakit menular antara lain:
- Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
- Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
- Air sebagai media untuk dihidup vector penyakit
Penyakit water borne-disease dapat menyebar bila mikroba penyebabnya
dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air
antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.
Tabel 2.1 Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agenya
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
diterapkan dari pengalaman orang lain, advokat kesehatan sering bergerak maju
dengan naluri dan dengan mengenali dan memanfaatkan peluang sebaik mungkin.
Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil
kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal, kemudahan perlindungan
pada upaya kesehatan (Depkes 2001). Menurut para ahli retorika Foss dan Foss et.
All 1980, Toulmin 1981 (Fatma Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang
mencakup kegiatan-kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan
rekomendasi tindak lanjut mngenai sesuatu.
a. Tujuan advokasi
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu
perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis
dukungan sebanyak mungkin.
b. Fungsi advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam
kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak
lain.
c. Membuat organisasi untuk advokasi
Tidak ada standar untuk advokasi. Ada berbagai cara untuk memahami,
merencanakan, dan mengambil tindakan advokasi kesehatan. Proses ini akan
bervariasi tergantung pada masalah, siapa yang terlibat, tingkat kesiapan, peluang
yang muncul, dan waktu yang tersedia. Program untuk Teknologi Tepat Guna
untuk Kesehatan (PATH) yang berbasis di AS mengembangkan proses sepuluh
langkah untuk menciptakan strategi advokasi kebijakan, banyak komponen yang
sejalan dengan perencanaan program sistematis yang digunakan di bidang
promosi kesehatan lainnya (PATH, 2013). Menariknya, pendekatan PATH
tampaknya memiliki pendekatan yang obyektif dan hampir tidak memihak untuk
memilih isu tersebut menjadi fokus advokasi, dan bukan pada isu yang oleh orang
atau organisasi anggap sangat penting sebagai dorongan. Ini mungkin lebih
umum terjadi pada organisasi berbasis advokasi yang perlu mempertimbangkan
masalah-masalah di mana sumber daya mereka yang terbatas harus diarahkan.
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
pemuda tunawisma. Kerangka kerja ini dapat dianggap sangat relevan di tingkat
lokal, ketika menangani proses administrasi atau penyediaan layanan.
Universitas Indonesia
18
cara tertentu ditentukan oleh intervener (apakah orang memiliki pilihan untuk
melakukannya atau senang karenanya). Dalam kasus pertama, tujuan intervensi
promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan kontrol orang terhadap kesehatan
mereka sendiri, dalam kasus kedua, tujuannya adalah untuk mendorong orang untuk
mengadopsi perilaku yang dianggap penting oleh intervener.
Menurut definisi Piagam Ottawa (WHO, 1986), tujuan intervensi dalam
promosi kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Artinya, untuk
meningkatkan kontrol target pada faktor-faktor yang telah mempengaruhi kesehatan
mereka. Promotor kesehatan tidak memiliki hak untuk memaksakan perubahan pada
target dan targetlah yang menentukan hasil perilaku yang ideal. Orang membuat
keputusan tertentu (atau bertindak dengan cara tertentu) hal tersebut bukanlah
tujuannya melainkan bagaimana mereka memiliki pengetahuan, keterampilan,
sumber daya, dan kesempatan untuk mengambil tindakan yang mereka pilih, dan
mereka memahami konsekuensi tindakan tersebut terhadap kesehatan mereka, atau
kesehatan dan kesejahteraan orang lain. Begitu kebutuhan itu terpenuhi, pekerjaan
promotor kesehatan telah selesai.
Perubah perilaku di sisi lain, mengasumsikan hak untuk mengatakan apa hasil
perilaku terbaiknya. Namun, mereka tetap harus beroperasi melalui kebutuhan,
walaupun mereka cenderung didefinisikan secara normatif dan mungkin termasuk
membatasi kesempatan untuk mengambil risiko sekaligus memenuhi kebutuhan
untuk berjaga-jaga (misalnya, memasok sumber daya). Pekerjaan pengubah perilaku
tidak dilakukan sampai populasi sesuai dengan perilaku yang ditentukan.
Dua intervensi yang berusaha mengubah perilaku yang sama mungkin
memiliki tujuan yang berbeda karena mereka membawa perubahan melalui
pemenuhan kebutuhan yang berbeda. Misalnya, skema distribusi kondom (melalui
akses ke sumber material) dan iklan TV (melalui pengembangan norma sosial tentang
penggunaan kondom) keduanya mungkin berusaha untuk meningkatkan penggunaan
kondom.
b. Target intervensi
Gambaran untuk sasaran intervensi dapat mencakup karakteristik dari
khalayak potensial (semua orang yang berpotensi memperoleh keuntungan) serta
Universitas Indonesia
19
menunjukkan berapa banyak potensi pemirsa yang diharapkan akan tercapai (baik
sebagai proporsi potensi penonton atau jumlah orang tertentu).
Bila intervensi ditemui secara langsung oleh populasi yang bermasalah,
kelompok sasaran harus ditetapkan untuk memaksimalkan dampak intervensi. Ini
biasanya pada sekelompok orang yang paling membutuhkan intervensi yang
ditawarkan. Uraian tentang kelompok sasaran oleh karena itu merupakan penanda
pengganti untuk masalah kesehatan yang perlu dipermasalahkan atau kebutuhan
spesifik yang ditangani oleh intervensi. Misalnya, intervensi yang terkait dengan
latihan yang meningkat seharusnya menjadi kelompok sasaran orang-orang yang
kurang berolahraga. Jika intervensi tersebut secara khusus meningkatkan
pengetahuan tentang fasilitas olahraga, targetnya adalah mereka yang cenderung
tidak mengetahuinya.
Kelompok sasaran yang ditentukan harus seaman mungkin. Jadi, misalnya,
'kaum muda' tidak berarti 'orang heteroseksual muda' kecuali jika secara eksplisit
mengatakan demikian. Intervensi yang targetnya hanya 'kaum muda' diharapkan
dapat memberi manfaat yang sama bagi gay dan lesbian, biseksual dan heteroseksual
kaum muda, kaum muda dari etnis minoritas dan juga mayoritas etnis, orang muda
cacat seperti orang muda bertubuh sehat dan sebagainya. Hal ini juga diharapkan
dapat memberi manfaat bagi remaja putra dan remaja putri, kecuali jika ditentukan
lain.
Profil orang-orang yang kebutuhannya telah diubah sebagai hasil kegiatan
intervensi harus mencakup pertimbangan jenis kelamin, usia, etnisitas, seksualitas,
kecacatan, kelas / pekerjaan / pendidikan, area tinggal, serta karakteristik lainnya.
Karakteristik populasi yang tidak ditentukan menunjukkan bahwa intervensi
mempertimbangkan bahwa karakteristik tersebut tidak penting untuk ketidaksetaraan
kesehatan, masalah perilaku, dan kebutuhan spesifik yang dimaksudkan intervensi
untuk ditangani.
Karena kesehatan adalah hasil dari tindakan banyak orang yang berbeda di
sepanjang rantai penyebab, intervensi promosi kesehatan dapat ditargetkan,
misalnya, kementrian pemerintahan dan pembuat kebijakan lainnya, editor surat
kabar, komisaris layanan dan penyedia layanan, serta diarahkan pada populasi yang
memprihatinkan. Jika intervensi ditujukan pada orang-orang ini, deskripsi intervensi
Universitas Indonesia
20
harus setepat mungkin tentang siapa orang-orang ini. Dalam hal ini, target pemirsa
potensial biasanya jauh lebih kecil daripada target khalayak potensial di kalangan
masyarakat umum.
Universitas Indonesia
21
“Behavior ia an action that has a specific frequency, duration, and purpose, whether
conscious or unconscious”
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan yang sering dilakukan secara teratur,
berlangsung lama dan mempunyai maksud tertentu baik yang dilakukan dalam
situasi sadar maupun tanpa sadar. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, menurut
penulis perilaku dapat diartikan sebagai suatu tindakan seseorang yang dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan tertentu baik
yang dilakukan secara sadar maupun tanpa sadar karena telah menjadi kebiasaan
rutin sehari-hari.
Pengolahan sampah berhubungan dengan perilaku masyarakat yang
memproduksi sampah tersebut. Menyadarkan masyarakat sebagai produsen sampah
dalam jumlah banyak dan tidak membuang sembarangan akan dapat mengurangi
permasalahan sampah. Faktor sosial dan budaya juga menjadi factor yang penting
untuk mengetahui kebiasaan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Selain
itu pola konsumtof dan gaya hidup akan mempengaruhi besarnya timbunan sampah
yang dimiliki (Sigit Setyo Pramono, 2005).
Di Negara-negara berkembang, pada umumnya masyarakat memandang
sampah sebagai barang yang tidak berguna dan tidak diinginkan, sehingga
perlakuannya adalah dengan membuangnya. Persoalan akan muncul apabila setiap
orang memperlakukan sampah sesuai dengan pemahaman dan kebiasaan mereka
masing –masing seperti membuang sampah di sembarang tempat seperti di selokan
atau sungai dimana nantinya akan mengakibatkan penyumbatan pada saluran dan
merupakan salah satu dari penyebab banjir. Masyarakat masih belum mengetahui
bagaimana pengelolaan sampah yang baik dan benar (Suryanto Susilowati, 2004).
Pola perilaku tersebut akan dapat berubah apabila masyarakat diberi informasi
tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk dapat sampai
kepada perilaku tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa teori yang
disampaikan oleh para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seperti Health Belief Model, Theory of Reasoned Action (TRA) atau Theory of
Behavior Intention, Sosial Learning Theory (SIT) dan Model Snehandu B. Kar.
Nanun dalam penulisan ini mengacu kepada salah satu teori yaitu precede model
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
sebaliknya bila seseorang berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang
tersebut akan memiliki perilaku sehat yang kurang baik juga.
d. Faktor Kepribadian
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah perilaku itu
sendiri (kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan
pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
e. Faktor Emosi : Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta,
atau harapan– harapan yang dimiliki yang bersangkutan.
Universitas Indonesia
BAB 3
RENCANA AKTIVITAS INTERVENSI
Penyusunan rencana aksi merupakan bagian yang terpenting karena akan menjadi
panduan pelaksanaan dan penyusunan anggaran yang dibutuhkan serta mempermudah
dalam proses pemantauan dan evaluasi.
a. Tahap Perencanaan
Tahap-tahap perencanaan yang dilakukan secara berurutan adalah sebagai
berikut:
24
Universitas Indonesia
26
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan seperti yang diuraikan pada tabel 3.1 di
bawah ini.
c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan pemantauan (monitoring) terhadap setiap kegiatan yang
direncanakan sebelumnya. Lembar monitoring adalah sebagai berikut.
Universitas Indonesia
27
2 Pelatihan (workshop) Terlaksananya kegiatan Masyarakat pada Pengelola Bank Lapangan parkir Puskesmas
pemilahan dan pengolahan pelatihan sebulan sekali RW tertarget Sampah Delima kantor kelurahan Bantuan
sampah rumah tangga pada pada setiap RW yang berusia produktif Kader PKK Pejaten Timur pemerintah
berbeda selama satu tahun Pejaten Timur setempat
(Kelurahan,
Kecmatan)
3 Kerja bakti membersihkan Terlaksananya kerja bakti Masyarakat kelurahan Pejaten Timur Sekitar bantaran Bantuan
sungai/kali dan drainase membersihkan sungai/kali tertarget berusia produktif sungai Ciliwung pemerintah
dan drainase 3 bulan yang melintasi setempat
sekali kelurahan Pejaten (Kelurahan,
Timur Kecmatan)
Universitas Indonesia
28
4 Penyuluhan dan Terlaksananya lomba Anak-anak usia Karang Taruna Aula Kelurahan Bantuan
penyelenggaraan pekan menggambar satu kali PAUD dan TK di Kelurahan Pejaten Timur pemerintah
lomba cinta lingkungan dalam satu tahun kelurahan Pejaten Pejaten Timur setempat
(menggambar, berpuisi, Timur (Kelurahan,
story telling) anak-anak Kecamatan)
dengan tema gambar
kebersihan lingkungan
5 Penyuluhan dan Terlaksananya lomba Remaja di Karang Taruna Aula Kelurahan Bantuan
penyelenggaraan lomba videografi satu kali dalam kelurahan Pejaten Kelurahan Pejaten Timur pemerintah
videografi remaja dengan satu tahun Timur Pejaten Timur setempat
tema dampak lingkungan (Kelurahan,
akibat membuang sampah Kecamatan)
sembarangan
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Universitas Indonesia
32
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia