Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN INVESTIGASI WABAH

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA


HEPATITIS A DI KECAMATAN WANAREJA DAN
KECAMATAN DAYEUHLUHUR, KABUPATEN CILACAP,
PROVINSI JAWA TENGAH, TAHUN 2013

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang

Disusun oleh:
Prima Caesarea Utama 1610221004
Olivia Fabita Wijaya 1610221069
Faza Keumalasari 1610221053
Nur Amirah Trijayanti 1610221014
Intan Sulistiani 1610221041
Putri Andriany 1610221084

Pembimbing :
Arwinda Nugraheni, SKM., M.Epid

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 17 OKTOBER – 9 DESEMBER 2017
ARTIKEL
“Hepatitis A Serang Cilacap Barat”

Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Cilacap menetapkan status Kejadian


Luar Biasa (KLB) terhadap dua wilayah di Kecamatan Wanareja dan Dayeuhluhur
setelah ada 101 orang terserang Hepatitis A. Penyakit Hepatitis A yang menyerang,
terjadi dalam sebulan terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, dr. Bambang Setyono, MMR
kepada SatelitPost, Rabu (27/2) mengatakan, penyebaran kasus Hepatitis A ini
diketahui pada awal Februari lalu. Penyakit ini menyerang warga Wanareja dan
Dayeuhluhur. Kebanyakan mereka yang terkena Hepatitis A merupakan pekerja
pabrik di wilayah Wanareja dan pekerja di sebuah rumah makan wilayah
Dayeuhluhur. “Setelah teridentifikasi, serangannya terus meningkat. Padahal
awalnya hanya dua orang yang terserang. Sehingga kita menetapkan status KLB
untuk dua kecamatan di Cilacap Barat,” katanya.
Bambang mengatakan, penyakit ini sangat cepat menyebar, sebab dipicu oleh
virus dan media penularannya dengan kontak secara langsung. Contohnya seperti
dari peralatan makan yang digunakan bersama-sama dengan penderita, sentuhan,
dan sebagainya.
Untuk penyebaran di Dayeuhluhur, ditemukan satu pekerja di sebuah rumah
makan yang terserang Hepatitis A dan tetap masuk bekerja, sehingga banyak orang
di sekelilingnya yang ikut tertular. Sementara di wilayah Wanareja, penyebarannya
dimulai dari kantin di sebuah pabrik. Mengingat alat-alat makan dipakai dan dicuci
bersama-sama, sehingga penyebarannya juga cukup cepat.
“Kami menduga, penyakit ini ditularkan dari pekerja pabrik yang berasal dari
kabupaten tetangga. Sebab wilayah itu diketahui endemik Hepatitis A. Pekerja
tersebut makan di kantin secara bersamaan, sehingga media penularannya sangat
cepat. Hingga akhir Februari sudah mencapai 102 kasus,” katanya. Bambang
menambahkan, pihaknya sudah menerjunkan tim kesehatan ke wilayah yang
terdapat banyak kasus Hepatitis A. Selain untuk mengobati pasien, juga untuk
mencegah penyebaran penyakit tersebut.
“Kami terus melakukan sosialisasi untuk memutus rantai penyebaran
penyakit tersebut. Tiap pasien yang terinfeksi Hepatitis A, kami minta agar
menggunakan peralatan makan sendiri, tidak dicampur dengan peralatan makan
keluarga. Termasuk saat mencuci baju dan peralatan makan harus dipisah. Agar
tidak menular,” jelasnya. Selain itu, pihaknya juga meminta ke agar para pasien
tersebut diberikan istirahat minimal dua pekan penuh. Meski sebaiknya orang yang
terkena Hepatitis A, beristirahat selama tiga bulan. Hal ini untuk menjamin stamina
mereka pulih dan tidak menularkan penyakit. Menurutnya, jika asupan makanan
sudah bisa masuk ke dalam tubuh, tidak disertai dengan mual atau muntah, maka
orang tersebut dapat dikatakan sudah sembuh.
Bambang menjelaskan, beberapa tanda serangan Hepatitis A tidak jauh
berbeda dengan Hepatitis B. Antara lain sklera mata berwarna putih kekuningan
dan akan makin menguning jika semakin parah. Selain itu, urin akan berwarna
kuning pekat seperti air teh dan semakin pekat jika bertambah parah. Penderita
Hepatitis A juga akan merasakan mual dan sulit untuk asupan makanan ke dalam
tubuh disertai demam.
“Hepatitis A disebabkan oleh virus. Antibiotik tidak terlalu berpengaruh.
Mekanisme kekebalan tubuh yang akan menyembuhkan penyakit ini. Hanya saja
karena pasien kerap mual ini akan menjadi sulit. Sehingga, rasa mual ini yang akan
kita atasi terlebih dahulu, selain diberi beberapa obat dan vitamin untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Namun, obat yang paling berperan penting adalah
istirahat total dari segala aktivitas yang dapat menguras stamina,” katanya.1

Sumber : Warta PURBALANJAR (Purwokerto, Purbalingga, Cilacap,


Banjarnegara). Dipublikasikan pada Februari 28 2013, 10.17 pm.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Hepatitis adalah penyakit infeksi pada hepar yang disebabkan oleh virus
Hepatitis A, B, C, D atau E. Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat
di dunia, termasuk di Indonesia. World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa angka mortalitas akibat Hepatitis pada tahun 2015,
melebihi angka mortalitas akibat HIV, yaitu 1,34 juta kasus.2 Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar RI, prevalensi Hepatitis pada tahun 2013 adalah 1,2% atau
terjadi peningkatan dua kali lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 yaitu
0,6%. Disebutkan juga, proporsi penderita berdasarkan jenis Hepatitis adalah
Hepatitis A sebanyak 19,3%, Hepatitis B sebanyak 21,8%, Hepatitis C hanya
2,5% dan jenis Hepatitis lainnya sekitar 1,8%.3
Virus Hepatitis A, telah menginfeksi manusia sejak lebih dari 2000 tahun
yang lalu. Sebelumnya, infeksi virus Hepatitis A dikenal dengan epidemic
jaundice, yang kemudian pada akhirnya disebut catarrhal jaundice, hepatitis
epidemik atau campaign jaundice.4 Menurut WHO, infeksi virus Hepatitis A
yang endemis tinggi, terdapat pada negara dengan sanitasi yang buruk dan
kondisi sosial ekonomi yang rendah. Disamping itu, WHO juga menyebutkan
bahwa 11.000 kematian akibat Hepatitis, disebabkan oleh Hepatitis A.2
Indonesia bersama Brazil dan Colombia menjadi sponsor utama untuk
terbitnya resolusi tentang Hepatitis virus, sebagai Global Public Health Concern
pada sidang World Health Assembly (WHA) di Geneva, yaitu Resolusi 63.18
(tahun 2010) dan Resolusi 67.6 (tahun 2014). Kedua resolusi tersebut
menyerukan bahwa Hepatitis merupakan salah satu agenda prioritas dunia dan
pada tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Dunia.5 Kemudian, pada
tahun 2016, WHO mencanangkan resolusi Global Health Sector Strategy
(GHSS) 2016 – 2021. Program GHSS ini, bertujuan untuk menurunkan angka
kejadian kasus baru Hepatitis virus sebanyak 90% dan angka mortalitas Hepatitis
virus sebanyak 65% pada tahun 2030.2
Karena itu, setiap negara diharapkan mengembangkan dan menerapkan
strategi nasional untuk pengendalian Hepatitis secara multisektoral,
terkoordinasi untuk mencegah dan mendiagnosis sampai dengan mengobati
Hepatitis, sesuai dengan situasi epidemi suatu wilayah.5

I.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran besarnya masalah KLB Hepatitis A di
Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap.
2. Tujuan Khusus
a. Memastikan adanya KLB Hepatitis A di Kecamatan Wanareja dan
Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap
b. Mendapatkan gambaran epidemiologi KLB Hepatitis A di Kecamatan
Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap
c. Mengidentifikasi sumber penularan Hepatitis A di populasi berisiko
Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap
d. Mengidentifikasi faktor risiko penularan Hepatitis A di populasi berisiko
Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap

Anda mungkin juga menyukai