Anda di halaman 1dari 10

STUDI EPIDEMIOLOGI CROSS SECTIONAL DALAM

KESEHATAN REPRODUKSI

Stefani Angel Kumalasari (011614653008)


Innas Tiara Ardhiani (011624653010)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN REPRODUKSI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
I. Materi
a. Definisi
Epidemiologi cross sectional adalah studi yang mempelajari prevalensi,
distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara
mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya
secara serentak pada individu-individu dari populasi pada satu saat.
Epidemiologi cross sectional merupakan suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( poin
time approach ). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama.
Prinsip utama dari studi cross sectional adalah bahwa studi ini tidak dapat
digunakan untuk menjawab hubungan sebab-akibat. Baik outcome (penyakit)
maupun eksposur (faktor risiko) diukur pada saat yang bersamaan, sehingga tidak
dapat diketahui secara definitif apakah eksposur mendahului outcome atau
sebaliknya outcome mendahului eksposur.
Studi cross-sectional melibatkan data yang dikumpulkan pada waktu yang
ditentukan. Mereka sering digunakan untuk menilai prevalensi kondisi akut atau
kronis, atau untuk menjawab pertanyaan tentang penyebab penyakit atau hasil
intervensi. Mereka mungkin juga digambarkan sebagai sensus. Studi cross-
sectional mungkin melibatkan pengumpulan data khusus, termasuk pertanyaan
tentang masa lalu, namun seringkali mengandalkan data yang awalnya
dikumpulkan untuk tujuan lain. Mereka cukup mahal, dan tidak cocok untuk
mempelajari penyakit langka. Kesulitan mengingat peristiwa masa lalu juga bisa
menyumbang bias.

b. Tujuan
Secara garis besar, tujuan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut
1. Penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui masalah kesehatan
masyarakat di suatu wilayah, misalnya suatu sampling survey kesehatan untuk
memperoleh data dasar untuk menetukan strategi pelayanan kesehatan atau
digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan masyarakat disuatu saat.
2. Penelitian dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk
mengetahuiprevalensi penyakit tertentu di suatu daerah tetapi dalam hal- hal
tertentu prevalensi penyakit yang ditemukan dapat digunakan untuk
mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya penyakit yang
menimbulkan bekas sepertivariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat
diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit
memperkirakan insidensi berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas
tersebut tidak permanen.
3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya
hubungan sebab akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang jelas dan
tetap, misalnyapenelitian hubungan antara golongan darah dengan karsinoma
endometrium
Bila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti penyakit yang
menimbulkan perubahan biokimia atau perubahan fisiologi dilakukan
penelitian cross sectional karena pada penelitian ini sebab dan akibat
ditentukan pada waktu yang sama dan antara sebab akibat dapat saling
mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan tingginya kadar
kolesterol darah.
4. Penelitian cross sectional dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik
yang akan diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu penelitian
cross sectional di suatu daerah ditemukan bahwa sebagian besar penderita
diare menggunakan air kolam sebagai sumber air minum. Dari hasil ini belum
dapat dikatakan bahwa air kolam tersebut factor resiko timbulnya diare, tetapi
penemuan tersebut hanya merupakan suatu perkiraan atau hipotesis yang harus
diuji melalui penelitian analitis.

c. Penentuan populasi penelitian


Pertanyaan pertama yang biasanya muncul ketika seseorang ingin memulai
penelitian adalah siapa yang akan dipilih menjadi populasi penelitian? Dalam
studi cross sectional maka populasi penelitian menjadi sangat penting dan harus
spesifik. Sebagai contoh adalah jika ingin mengetahui angka kejadian kematian
ibu akibat perdarahan, maka populasinya ada 2 macam, yaitu (1) ibu hamil yang
mengalami perdarahan dan (2) ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan.
d. Pemilihan sampel
1. Studi cross sectional diskriftif dianjurkan untuk menggunakan prosedur
random sampling agar deskripsi dalam sampel mewakili populasi sasaran.
2. Dapat juga menggunakan tekhnik pencuplikan random komplek :
a. Strata random komplek
b. Kluster random komplek
3. Prosedur sampel random sederhana dapat digunakan pada studi cross sectional
analitik jika frekuensi paparan maupun penyakit cukup tinggi.
e. Pengukuran kejadian penyakit/prevalensi
Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan dengan menghitung prevalensi.
Terdapat beberapa jenis formula, tergantung konteksnya. Sebagai contoh, jika
tidak disebutkan secara spesifik, maka biasanya berupa point prevalence, yaitu
prevalensi suatu penyakit pada suatu waktu tertentu. Point prevalence suatu
penyakit per 1000 populasi dihitung dengan formula berikut :

Jumlah individu yang sakit pada suatu saat


X 1000
Jumlah populasi pada saat itu

Numerator di sini adalah jumlah total orang yang sakit pada suatu saat, tanpa
memperhitungkan sejak kapan yang bersangkutan sakit. Sedangkan denominator
adalah jumlah total populasi pada saat itu, termasuk yang sehat maupun yang
sakit.
Point prevalence juga dapat digunakan untuk menghitung prevalensi penyakit
pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu, misalnya adalah prevalensi
penyakit pada laki-laki usia 45-54 tahun, maka formulanya adalah sebagai berikut:

Jumlah laki2 umur 45-54 tahun yang sakit pada suatu saat
X 1000
Jumlah populasi laki2 umur 45-54 pada saat itu

Berbeda dengan point prevalence maka period prevalence biasanya


menggambarkan angka kejadian penyakit pada suatu populasi dalam satu periode
tertentu, misalnya dalam 1 tahun. Berikut formulanya :

Jumlah individu yang sakit pada satu periode waktu


X 1000
Jumlah populasi yang beresiko
Pada period prevalence maka numerator adalah jumlah orang yang sakit dalam
satu periode waktu tertentu, sedangkan denominator adalah jumlah rata-rata
populasi dalam periode waktu tersebut, biasanya digunakan rata-rata populasi
pada awal dan akhir tahun atau jumlah populasi pada tengah-tengah tahun.

f. Mengukur dan menghitung adanya hubungan antara 2 variabel


Seperti telah diuraikan sebelumnya, keterbatasan dari penelitian cross
sectional adalah tidak dapat digunakan untuk mencari sebab-akibat antara
eksposur dengan penyakit. Yang dapat dilakukan adalah menghitung/estimasi
adanya kemungkinan hubungan atau asosiasi antara 2 variabel. Dalam hal ini
maka besarnya risiko terjadinya suatu penyakit akibat eksposur dinyatakan dengan
RR atau relative risk atau risiko relative.

a+b
RR =
c

c+d

g. Ciri-ciri
Epidemiologi cross sectional memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
1) Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat
tertentu.
2) Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua factor baik
pemajanan (exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang
sama. Variablenya bebas dan terikat yang dikumpulkan dalam waktu yang
sama.
3) Hanya menggambarkan hubungan asosiasi bukan sebab-akibat.
4) Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan
tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan.
5) Desain ini dapat digunkan pada penelitian deskriptif dan analitik.

h. Keuntungan dan kerugian


Keuntungan dari studi epidemiologi cross sectional adalah:
1) Mudah dilakukan dan murah
2) Tidak memerlukan follow up
3) Efisien untuk mendiskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan
sejumlah karakteristik populasi missal umur, sex, ras maupun social ekonomi.
4) Bermamfaat untuk membuktikan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji
dalam studi analitik lainnya, seperti kohor, dan case control.
5) Bermanfaat bagi subjek yang kebetulan menjadi control.
Kerugian penelitian epidemiologi cross sectional
1) Validitas penilaian hubungan kausan menuntut sekuensi waktu (temporal
sequence) yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus
mendahului penyakit)
2) Ketidak pastian dalam studi pototng lintang tentang mana yang lebih dulu
muncul, paparan atau penyakit
3) Menggunakan data prevalensi bukan data insidensi
4) Data rutin mungkin tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan spesifik.
5) Data yang dikumpulkan secara rutin biasanya tidak menjelaskan variabel
mana yang menjadi penyebab dan efeknya. Studi cross-sectional dengan
menggunakan data yang awalnya dikumpulkan untuk tujuan lain seringkali
tidak dapat menyertakan data mengenai faktor perancu, variabel lain yang
mempengaruhi hubungan antara sebab dan akibat putatif. Sebagai contoh, data
hanya pada konsumsi alkohol dan sirosis saat ini tidak akan membiarkan peran
alkohol masa lalu tidak digunakan, atau penyebab lainnya, untuk dieksplorasi.
6) Sebagian besar studi kasus-kontrol mengumpulkan data yang dirancang
khusus untuk semua peserta, termasuk bidang data yang dirancang untuk
memungkinkan hipotesis menarik untuk diuji. Namun, dalam masalah di mana
perasaan pribadi yang kuat dapat terlibat, pertanyaan spesifik mungkin
merupakan sumber bias. Misalnya, konsumsi alkohol di masa lalu mungkin
salah dilaporkan oleh seseorang yang ingin mengurangi perasaan bersalah
pribadi mereka. Bias semacam itu mungkin kurang dalam statistik yang
dikumpulkan secara rutin, atau dieliminasi secara efektif jika pengamatan
dilakukan oleh pihak ketiga, misalnya catatan perpajakan alkohol menurut
wilayah.

i. Langkah-langkah
Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Identifikasi dan perumusan masalah
Masalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas
agar dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap
insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui
secara jelas bahwa masalah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang
penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat
diketahui lokasi masalah tersebut berada.
2) Menetukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui
apa yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan
dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.
Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak melakukan
tindakan lebih lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang
akan digunakan.
3) Menentukan lokasi dan populasi studi
Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula
populasi studinya. Biiasanya, penelitian cross sectional tdak dilakukan
terhadap semua subjek studi, tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan
hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut.
Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok
populasi tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian
dilakukan
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju
yang disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis
kelamin, umur, domisili, dan penyakit yang diderita. Hal ini penting untuk
mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian yaitu kepada siapa hasil penelitian
ini dilakukan
4) Menentukan cara dan besar sampel
Pada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara
pengambilan sampel.
Cara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan
kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya sampling frame
yaitu daftar subjek studi pada populasi studi.
5) Memberikan definisi operasional
6) Menentukan variable yang akan diukur
7) Menyusun instrument pengumpulan data
Instrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan
uji coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable yang
terlewatt karena dalam instrument tersebut berisi semua variable yang hendak
diteliti
Instrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau
laboratorium atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitian
8) Rancangan analisis
Analisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian
dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. Rancangan
analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat
digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.

j. Jenis-jenis Studi Epidemiologi cross sectional antara lain adalah :


1. Studi Epidemiologi cross sectional diskriptif
Meneliti prevalen penyakit atau paparan, atau kedua-duanya pada suatu
populasi tertentu. Prevalensi adalah proporsi kasus pada populasi pada suatu
saat.
Studi prevalensi periode biasanya dilakukan untuk penyakit-penyakit kronis
yang gejalanya intermiten. Bukan studi longitudinal karena tidak melakukan
follow up.
2. Studi Epidemiologi cross sectional analitik
Mengumpulkan data prevalens paparan dan penyakit untuk tujuan
perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan
kelompok tak terpapar dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Abramson JH. (1998) Cross sectional studies. In: R Detels, WW Holand, J McEwen, GS
Omenn. Oxford Text Book of Public Health. 3rd Ed Vol 2. New York. Oxford
University Press, pp: 517-535
Coggon, Rose, and Barker (1997) Epidemiology for the Uninitiated Chapter 8. "Case-control
and cross-sectional studies". BMJ (British Medical Journal) Publishing.

William M. K. Trochim (2006) Research Methods Knowledge Base. Web Center for Social
Research Methods.

Anda mungkin juga menyukai