Anda di halaman 1dari 5

Berdasarkan unit pengamatan/analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2 kategori :

Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).


Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang
(Cross-sectional).

STUDI KORELASI POPULASI


Studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis yang bertujuan mendeskripsikan
hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor penelitian. Faktor-faktor yang digunakan :
umur, bulan, penggunaan pelayanan kesehatan, konsumsi jenis makanan, obat-obatan, sigaret dll.
Unit observasi/unit analisis adalah kelompok individu, komunitas, atau populasi yang lebih
besar.

Prinsip-prinsip studi Korelasi populasi :


 2 VARIABEL (x : Paparan, Y : penyakit) diukur pada tiap-tiap unit observasi
 Kemudian sejumlah n pasangan (X,Y) dipertemukan untuk dicari hubungannya.
 Kekuatan hubungan linear antara X dan Y dihitung dalam koefisien korelatif r, mengukur
berapa besar perubahan tiap unit frekuensi penyakit diikuti perubahan setiap unit paparan
 Contoh : Studi korelasi populasi untuk mempelajari hubungan korelatif antara kematian
karena kanker paru pada pria tahun 1950 dan konsumsi sigaret pada tahun 1930 di berbagai
negara.

RANGKAIAN BERKALA
Studi epidemiologi yang bertujuan mendeskripsikan dan mempelajari frekuensi penyakit atau
status kesehatan satu/beberapa populasi berdasarkan serangkaian pengamatan pada beberapa
sekuens waktu. Ciri rangkaian berkala adalah menghubungkan variasi frekuensi penyakit dari
waktu ke waktu.
Manfaat studi rangkaian berkala adalah:
 Meramalkan kejadian penyakit berikutnya berdasarkan pengalaman lampau
 Mengevaluasi efektifitas intervensi kesehatan masyarakat
Rangkaian berkala merupakan salah satu rancangan eksperimen semu untuk mengevaluasi
efektivitas intervensi. Evaluasi dilakukan dengan cara : mempelajari perubahan gerakan kurva
frekuensi penyakit pada populasi selama beberapa interval waktu, baik sebelum maupun sesudah
implementasi intervensi pada populasi.
Contoh : rangkaian berkala untuk mengevaluasi efektifitas peraturan senjata api di Detroit.
Komponen pembentuk rangkaian berkala yang dapat merancukan pengaruh intervensi
sebenarnya
 Kecenderungan sekuler
 Variasi Musim
 Variasi Siklik
 Variasi Acak (Random)

LAPORAN KASUS ( CASE REPORT )


Merupakan laporan tentang pengalaman menarik dari sesorang ( kasus ) berisi detail laporan atau
profil dari pasien , biasanya merupakan penyakit-penyakit baru, masalah kesehata baru atau
fenomena baru yang baru yang belum jelas. atau
Laporan terperinci tentang gejala dan tanda, cara penegakan diagnosis,pengobatan dan follow-up
seorang pasien secara individual laporan kasus dapat berisi karakteristik demografi pasien,tetapi
paling sering menjelaskan kejadian yang jarang terjadi atau belum pernah ditemui
Contoh :
Sebuah publikasi melaporkan seorang wanita mengkomsumsi kontrasepsi oral dan menderita
embolisme paru ,

CASE SERIES
Merupakan kumpulan kasus-kasus individual suatu penyakit dengan diagnosis yang sama ,
hampir sama dengan laporan studi kasus ,namun dengan kasus yang lebih banyak , serial kasus
termasuk penelitian observasional karena mengikuti perjalan penyakit beberapa pasien yang
diketahui paparannya atau memeriksa paparan dan hasil dari catatan medis pasien
Contoh :
1974 : ditemukan 3 kasus angiosarcoma hepa dikalangan pekerja vinyl chloride
1980 : ditemukan 5 kasus PCP ( Pneumicystis Carini Pneumonia ) -> HIV/AIDS
2003 : ditemukan serial kasus SARS

.     Cross Sectional Study


Salah satu bagian dari Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong
lintang/studi prevalensi atau survei.
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.
Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas
kaitannya hubungan sebab akibatnya.
Penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik
waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian
cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi
yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di
antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak
memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari
populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang
mempengaruhinya.

Tujuan cross sectional yaitu sebagai berikut:


1.      Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di
masyarakat.
2.      Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan
perubahan yang jelas.
3.      Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.
Perbedaan dari cross sectional yaitu deskriptif cross sectional hanya sekedar
mendesripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan analitik
crossectional: diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya
hubungan sebab akibatnya. Contoh penelitian deskriptif cross sectional adalah angka kejadian
diare di Desa X tahun 2001 dan contoh penelitian analitik cross sectional adalah hubungan
pendidikan orang tua dengan kejadian diare yang diukur pada waktu bersamaan.
Adapun ciri-ciri cross sesctional yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan
subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.
2. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan
atau tidak.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya
hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis
dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Kelebihan dari cross-sectional adalah:


·         Mudah dan murah
·         Desain yang efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan distribusi
sejumlah karakteristik populasi.
·         Bermanfaat untuk memformulasikan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi
analitik lainnya, seperti kasus kontrol dan kohor.
·         Tidak memaksa subjek mengalami faktor yang merugikan kesehatan (faktor resiko).
Sedangkan kelemahan dari cross-sectional yaitu:
·         Validitas penilai hubungan kausal menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan
penyakit (yaitu paparan harus mendahului penyakit), karakteristik ini sulit dipenuhi dalam studi
potong lintang, sehingga penggunaan desain studi ini terbatas untuk menganalisis hubungan
kausal paparan dan penyakit.
·         Penggunaan data prevalensi, padahal dalam penelitian faktor resiko dan etiologi penyakit
menuntut penggunaan data insidensi penyakit.
Contoh Penelitian Cross Sectional
Contoh sederhana, ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan
berat badan bayi lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.

a. Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan


kedudukkannnya masing-masing:

·         Variabel dependen (efek): Berat badan bayi lahir


·         Variabel independen (resiko): Anemia besi

b. Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek
penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah
mana mereka ini dapat diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit
Bersalin, atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan.
Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah bedasarkan teknik random atau non
random.
c. Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap
variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur berat
badan bayi yang baru dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu.
d. Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan anatara
berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya
atau tidak adanya hubungan antara anemia besi dengan berat badan bayi lahir.

Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yaitu karena hubungan antara anemia
dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan
melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya.
Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan
untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.

Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali lebih
besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 – 0,08 = 0,07. Ini berarti
bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu hamil sebesar
0,007.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji Chi-
Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan
mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya

Anda mungkin juga menyukai