Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


1.1.1 Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung
perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep, 2010).
1.2 Etiologi/Faktor Yang Berhubungan
Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan yaitu:
1.2.1 Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
(1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
(2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini sistem limbik
berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
2) Faktor psikologis
(1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif
karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
(2) Behaviororal theory (teori perilaku).
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada

1
saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau
luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
(3) Existentinal theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka
individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor social kultural
(1) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
menekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptaakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
(2) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi.
1.2.2 Faktor prespitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal
dan sebagainya.
2) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.

1.3 Mekanisme Koping

2
Menurut stuart dan laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:

1.3.1 Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok,
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
1.3.2 Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
1.3.3 Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orangtuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
1.3.4 Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
1.3.5 Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru
saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.
Dia mulai bermain perang perangan dengan temennya.
1.4 Tanda Dan Gejala

Menurut yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan
gejala perilaku kekerasan:

3
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot atau pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Wajah memerah dan tegang
6) Postur tubuh kaku
7) Pandangan tajam
8) Mengatupkan rahang dengan kuat
9) Mengepalkan tangan
10) Jalan mondar-mandir
1.5 Penatalaksanaan
1.5.1 Farmakologi:
a) Obat anti psikosis:Penotizin
b) Obat anti depresi:Amitripilin
c) Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
d) Obat anti insomnia:Phneobarbital
1.5.2 Non-Farmakologi:
a) Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
b) Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c) Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran diri.

4
1.6 Pohon Masalah

Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah

Perilaku Kekerasan

Resiko Menciderai Diri Sendiri,Orang


Lain dan Lingkungan

1.7 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar diatas adalah sebagai
berikut :
1) Risiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2) Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
3) Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri
mandi dan berhias.
4) Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 RENCANA KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
N Perencanaan
Diagnosa
Tg o. Tujuan Kriteria
Keperaw Intervensi Rasional
l D Evaluasi
atan
x
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1.Klien 1.1 klien mau 1.1.1 beri salam/ panggil  Hubungan
kekerasa dapat membalas salam nama klien saling
n membina 1.2 klien mau 1.1.2 sebutkan nama percaya
hubungan menjabat tangan perawat sambil jabat merupakan
saling 1.3 klien mau tangan landasann
percaya menyebutkan nama 1.1.3 jelaskan maksud utama
1.4 klien mau hubungan interaksi untuk
tersenyum 1.1.4 jelaskan tentang hubungan
1.5 klien mau kontak kontrak yang akan dibuat selanjutnya.
mata 1.1.5 beri rasa aman dan
1.6 klien mengetahui sikap empati
nama perawat 1.1.6 lakukan kontak
1.7 menyediakan singkat tapi sering
waktu untuk kontrak
2.Klien 2.1 Klien dapat 2.1.1 Beri kesempatan  Beri
dapat mengungkapkan untuk mengungkapkan kesempatan
mengindeti perasaannya perasaannya untuk
fikasi 2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantu klien untuk mengungka
penyebab mengungkapkan mengungkapkan pkan
perilaku penyebab perasaan penyebab jengkel/kesal perasaannya
kekerasan jengkel//kesal (dari dapat
diri sendiri,dari membantu
lingkungan/orang mengurangi
lain) stress dan
penyebab
perasaan
jengkel/kes
al dapat
diketahui
3.Klien 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien  Untuk
dapat mengungkapkan mengungkapkan apa mengetahui
mengidenti perasaan saat yang dialami saat hal yang
fikasi marah/jengkel marah/jengkel dialami dan
tanda- 3.2 Klien dapat 3.1.2 Observasi tanda dirasa saat
tanda menyimpulkan tanda- perilaku kekerasan pada jengkel
perilaku tanda jengkel/kesal klien  Untuk
kekerasan yang dialami 3.1.3 Simpulkan bersama mengetahui
klien tanda-tanda tanda-tanda
jengkel/kesal yang klien
dialami klien jengkel/kes
al
 Menarik
kesimpulan
bersama
klien

6
supaya
klien
mengetahui
secara garis
besar tanda-
tanda
marah/kesal
4.Klien 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien  Mengeksplo
dapat mengungkapkan untuk mengungkapkan rasi
mengidenti perilaku kekerasan perilaku kekerasan yang perasaan
fikasi yang biasa dilakukan biasa dilakukan klien klien
perilaku 4.2 Klien dapat 4.1.2 Bantu klien terhadap
kekerasan bermain peran dengan bermain peran sesuai perilaku
yang biasa perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan
dilakukan yang biasa dilakukan kekerasan yang biasa yang biasa
4.3 Klien dapat dilakukan dilakukan
mengetahui cara yang 4.1.3 Bicarakan dengan  Untuk
biasa dapat klien apakah cara yang mengetahui
menyesuaikan klien lakukan perilaku
masalah atau tidak masalahnya selesai? kekerasan
yang biasa
dilakukan
dan dengan
bantuan
perawat
bisa
membedaka
n perilaku
konstruktif
dan
destruktif
 Dapat
membantu
klien dapat
menemukan
cara yang
dapat
menyelesai
kan
masalah
5.Klien 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan  Membantu
dapat menjelaskan akibat akibat/kerugian dari cara klien untuk
mengidenti dari cara yang yang dilakukan klien menilai
fikasi digunakan klien 5.1.2 Bersama klien perilaku
akibat menyimpulkan akibat kekerasan
perilaku vara yang digunakan yang
kekerasan oleh klien dilakukanny
a
 Dengan
mengetahui
akibat
perilaku
kekerasan
diharapkan
klien dapat
merubah

7
perilaku
destruktif
yang
dilakukanny
a menjadi
perilaku
yang
konstruktif.
6.Klien 6.1 Klien dapat 6.1.1 Tanyakan pada  Agar klien
dapat melakukan cara klien “apakah ia ingin dapat
mengidenti berespon terhadap mempelajari cara baru mempelajar
fikasi cara kemarahan secara yang sehat?” i cara yang
konstruktif konstruktif 6.1.2 Berikan pujian jika lain yang
dalam klien mengetahui cara konstruktif
merespon lain yang sehat  Dengan
terhadap 6.1.3 Diskusikan dengan mengidentif
kemarahan klien cara lain yang sehat ikasi cara
a. Secara yang
fisik:tarik nafas konstruktif
dalam jika dalam
sedang merespon
kesal/memukul terhadap
bantal/kasur kemarahan
atau olah raga dapat
atau pekerjaan membantu
yang klien
memerlukan menemukan
tenaga cara yang
b. Secara baik untuk
verbal:katakana mengurangi
bahwa anda kejengkelan
sedang nya sehinga
kesal/tersinggun klien tidak
g/jengkel (saya stress lagi
kesal anda  Reinforcem
berkata seperti ent positif
itu;saya marah dapat
karena mama memotivasi
tidak memenuhi klien
keinginan saya meningkatk
c. Secara an harga
sosial:lakukan dirinya
dalan kelompok  Berdiskusi
cara-cara marah dengan
yang klien untuk
sehat;latihan memilih
asentif.Latihan cara yang
manajemen lain sesuai
perilaku dengan
kekerasan kemampuan
d. Secara klien
spiritual:anjurka
n klien
sembahyang,ber
do’a/ibadah
lain;meminta

8
pada Tuhan
untuk diberi
kesabaran,meng
adu pada Tuhan
kekerasan/kejen
gkelan.
7.Klien 7.1 Klien dapat 7.1.1 Bantu klien  Memberika
dapat mendemonstrasikan memilih cara yang paling n stimulasi
mendemon cara mengontrol tepat untuk klien kepada
strasikan perilaku kekerasan: 7.1.2 Bantu klien klien untuk
cara  Fisik:tarik mengidentifikasi manfaat menilai
mengontro nafas cara dipilih respon
l cara dalam,olah 7.1.3 Bantu keluarga perilaku
mengontro raga,menyira klien untuk menstimulasi kekerasan
l perilaku m tanaman cara tersebut (role play) secara tepat
kekerasan  Verbal:meng 7.1.4 Berreinforcement  Membantu
atakannya positif atau keberhasilan klien dalam
secara klien menstimulasi cara mebuat
langsung tersebut keputusan
dengan tidak 7.1.5 Anjurkan klien terhadap
menyakiti untuk menggunakan cara cara yang
 Spiritual:sem yang telah dipelajari saat telah
bahyang,berd jengkel/marah dipilihnya
o’a atau dengan
ibadah lain melihat
manfaatnya
 Agar klien
mengetahui
cara marah
yang
konstruktif
 Pujian
dapat
meningkatk
an motivasi
dan harga
diri klien
 Agar klien
dapat
melaksanak
an cara
yang telah
dipilihnya
jika ia
sedang
kesal atau
marah
8.Klien 8.1 Keluarga klien 8.1.1 Identifikasi  Kemampua
mendapat dapat: kemampua n keluarga
dukungan  Menyebutkan n keluarga dalam
keluarga cara merawat merawat mengidentif
dalam klien yang klien dari ikasi akan
mengontro berperilaku sikap apa memungkin
l perilaku kekerasan yang telah kan
kekerasan  Mengungkap dilakukan keluarga
keluarga

9
kan rasa puas terhadap untuk
dalam klien melakukan
merawat selama ini penilaian
klien 8.1.2 Jelaskan terhadap
peran serta perilaku
keluarga kekerasan
dalam  Meningkatk
merawat an
klien pengetahua
8.1.3 Jelaskan n keluarga
cara-cara tentang cara
merawat merawat
klien: klien
 Terkai sehingga
t keluarga
denga terlibat
n cara dalam
mengo perawatan
ntrol klien
perilak  Agar
u keluarga
marah dapat
secara merawat
konstr klien
uktif dengan
 Sikap perilaku
tenang kekerasan
,bicara  Agar
tenang keluarga
dan mengetahui
jelas cara
 Memb merawat
antu klien
klien melalui
menge demonstrasi
nal yang dilihat
penye keluarga
bab ia secara
marah langsung
8.1.4 Bantu  Mengeksplo
keluarga rasi
mendemons perasaan
trasikan keluarga
cara setelah
merawat melakukan
klien demonstrasi
8.1.5 Bantu
keluarga
mengungka
pkan
perasaanny
a setelah
melakukan
demonstrasi
9.Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1 Jelaskan jenis-jenis  Klien dan
dapat menyebutkan obat- obat yang diminum klien keluarga

10
mengguna obatan yang diminum pada klien keluarga dapat
kan obat- dan kegunaannya 9.1.2 Diskusikan manfaat mengetahui
obatan (jenis,waktu,dan efek) minum obat dan kerugian nama-nama
yang 9.2 Klien dapat berhenti minum obat obat yang
diminum minum obat sesuai tanpa seizing dokter diminum
dan program pengobatan 9.2.1 Jelaskan prinsip oleh klien
kegunaann benar minum obat (baca  Klien dan
ya nama yang tertera pada keluarga
(jenis,wakt botol obat,dosis dapat
u,dosis dan obat,waktu dan cara mengetahui
efek) minum) kegunaan
9.2.2 Ajarkan klien minta obat yang
obat dan minum tepat dikonsumsi
waktu klien
9.2.3 Anjurkan klien  Klien dan
melaporkan pada keluarga
perawat/dokter jika mengetahui
merasakan efek yang prinsip
tidak menyenangkan benar agar
9.2.4 Beri pujian,jika tidak terjadi
klien minum obat dengan kesalahan
benar dalam
mengkonsu
msi obat
 Klien dapat
memiliki
kesadaran
pentingnya
minum obat
dan
bersedia
minum obat
dengan
kesadaran
sendiri
 Mengetahui
efek
samping
sedini
mungkin
sehingga
tindakan
dapat
dilakukan
sesegera
mungkin
untuk
menghindar
i
komplikasi
 Reinforcem
ent positif
dapat
memotivasi
keluarga
dan klien

11
serta dapat
meningkatk
an harga
diri

12
Daftar Pustaka

Sujono riyadi teguh.2009. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nita Fitria 2010 .PRINSIP DASAR DAN APLIKASI PENULISAN LAPORAN


PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN. Jakarta:
Salemba Medika.

Mukhripah Dayamaiyanti.2012.ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Bandung:Pt Refika


Aditama.

13

Anda mungkin juga menyukai