Anda di halaman 1dari 6

PENELITIAN ANALITIK

Pada penelitian analitik peneliti berupaya mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
lainnya. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data, karena itu pada penelitian analitik selalu
diperlukan hipotesis yang harus diformulasikan sebelum penelitian dimulai, untuk divalidasi dengan data
empiris yang dikumpulkan.
PENELITIAN ANALITIK OBSERVASIONAL
Penelitian analitik observasional umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
(1) studi cross -sectional,
(2) studi kasus-kontrol'
(3) studi kohort.
1. STUDI CROSS-SECTIONAL
Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat
tertentu. Kata satu saat bukan berarti semua subyek diamati tepat pada satu saat yang sama, tetapi artinya
tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut. Dengan demikian maka pada studi cross-sectional peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap
pengukuran yang dilakukan, Desain cross-sectional sering digunakan baik dalam studi klinis dan lapangan;
desain ini dapat digunakan pada penelitian deskriptif maupun analitik.
Dalam studi analitik cross-sectional yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan penyakit (efek),
pengukuran terhadap variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) hanya dilakukan sekali dalam
waktu yang bersamaan. Dari pengukuran tersebut maka dapat diketahui jumlah subyek yang mengalami efek,
baik pada kelompok subyek yang faktor risiko, maupun pada kelompok tanpa faktor risiko.
Contoh penelitian cross-sectional deskriptif:

 persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di komunitas


 prevalens obesitas pada mahasiswa di Jakarta
 indeks tuberkulin pada anak. (Studi ini, meski memerlukan follow-up 48-72 jam untuk penilaian hasil uji
tuberkuliry tetap disebut sebagai studi cross- sectional karena penyuntikan, dan penilaian hasil merupakan
safu kesatuan).
Contoh penelitian cross-sectional analitik:

 beda proporsi pemberian ASI eksklusif pada pelbagai tingkat pendidikan ibu
 beda kadar kolesterol dokter anak dan dokter bedah
 Beda prevalens penyakit tertentu antara siswa lelaki dan perempuan
 Peran pelbagai faktor risiko dalam terjadinya penyakit tertentu
Penelitian cross sectional merupakan peralihan antara penelitian penelitian deskriptif murni dan penelitian
analitik
Pada umumnya penelitian cross sectional disebut jg studi prevalensi dengan tujuan mendeskripsikan subjek
seperti pada penelitian deskriptif. Tapi dalam hal2 tertentu digunakan juga dalam penelitian analitik misalnya
untuk menentukan besarnya resiko relatif, resiko atribut dan population atribution risk dan hub sebab akibat.
Pendekatan cross sectional untuk tujuan analitis akan lebih cepat, praktis, efisien serta data yang telah ada
dapat dimanfaatkan walaupun terdapat kelemahan krn pengamatan sebab dan akibat dilakukan pada saat
yang bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim, yaitu sebab mendahului akibat
Walaupun praktis dengan waktu penelitian yg pendek, tapi kelemahnnya bisa berpotensi bias
TUJUAN PENELITIAN ANALITIK CROSS SECTIONAL
1. Untuk mencari prevalensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat
2. Utk memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti variola
3. Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit2 dengan perubahan yg jelas. Misalnya
hubungan gol dara abo dengan ulkus gaster
4. Utk menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, resiko atribut
Rasio relatif pada studi cross sectional
Hasil pengukuran biasanya disusun dalam tabel 2 x 2; dari tabel ini dapat dilihat prevalens penyakit (efek) pada
kelompok dengan atau tanpa faktor risiko, kemudian dapat dihitung rasio prevalens,
Rasi prevalens yakni perbandingan antara prevalens efek pada kelompok subyek yang memiliki faktor risiko
dengan prevalens efek pada kelompok subyek tanpa faktor risiko. Rasio prevalens memberikan gambaran
peran faktor risiko terhadap terjadinya efek atau penyakit.
Bila rasio prevalens sama dengan 1, artinya prevalens penyakit pada subyek dengan faktor A sama dengan
prevalens pada subyek tanpa faktor A, maka faktor tersebut bukanlah merupakan faktor risiko.
Bila nilai rasio prevalens lebih dari 1 berarti faktor A tersebut merupakan faktor risiko, dan nilai yang kurang
dari 1 menunjukkan bahwi faktor tersebut merupakan faktor protektif (mencegah terjadinya efek).
Namun dalam menilai rasio prevalens harus diperhatikan interanl kepercayaan Karena studi cross-sectional
hanya mengukur prevalens (bukan insidens), maka studi tersebut seringkali disebut pula sebagai studi
prevalens.
KELEBIHAN
Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut.
1. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat dan
penghitungan risiko relatif dengan cara yang cepat dan biaya yang relatif kecil dibandingkan dengan
penelitian prospektif.
2. Data yang terdapat di rumah sakit dapat digunakan.
3. Dapat digunakan untuk membandingkan besarnya risiko kelompok yang terpajan oleh faktor yang dianggap
sebagai penyebab terjadinya penyakit dengan kelompok yang tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat serta berguna untuk menyusun perencanaan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat
KEKURANGAN
Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross sectional tidak luput dari kerugian. Kerugiannya
adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu
karena pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian.
2. Penelitian cross sectional dengan tujuan analitis sulit untuk menentukan komparabilitas kedua kelompok
yang dibandingkan karena tidak diketahui apakah insidensi terjadi sebelum atau sesudah terpajan.
3. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih besar
4. Penelitian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.
5. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat pada
perubahan biokimia dan fisiologi karena antara sebab dan akibat dapat saling mempengaruhi.

2. STUDI KASUS-KONTROL
pada studi kasus-kontrol observasi atau pengukuran variabel bebas dan variabel tergantung tidak dilakukan
pada saat yang sama. Peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan variabel
bebasnya dicari secara retrospektif; karena itu studi kasus-kontrol disebut sebagai studi longitudinal artinya
subyek tidak hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan.
Retrospektif adalah rancangan penelitian yang mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah belakang
berdasarkan urutan waktu
pada studi kasus-kontrol dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang telah terkena penyakit (efek), kemudian
ditelusur secara retrospektif ada atau tidaknya faktor risiko yang diduga berperan. Untuk kontrol harus dipilih
subyek dari populasi dengan karakteristik yang sama dengan kasus; bedanya kelompok kontrol ini tidak
menderita penyakit atau kelainan yang dlteliti. Pemilihan subyek kontrol ini dapat dilakukan dengan 2 cara,
yakni dengan cara serasi (matching) atau tanpa matching.
seperti pada studi cross-sectional, hasil pengukuran pada studi kasus-kontrol disusun dalam tabel2x 2.
Hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan efek diperoleh secara tidak langsung, yakni dengan
menghitung risiko relatif, yang dalam studi kasus-kontrol dinyatakan sebagai rasio odds (odds ratio), Odds
adalah perbandingan antara peluang (probabilitas) untuk terjadinya efek dengan peluang untuk tidak
terjadinya efek; bila peluang terjadinya efek dinyatakan dengan P, maka odds adalah P/(1-P).
Sebagai contoh, bila peluang atau kemungkinan Muhammad Ali untuk menang melawan Joe Frazier adalah
75%, maka odds Ali untuk menang adalah :75% :25% = 3.
Rasio odds menttnjukkan berapa besar peran faktor risiko yang diteliti terhadap terjadinya penyakit (efek), jadi
serupa dengan rasio prevalens pada studi cross-sectional atatatau risiko relatif pada studi kohort. Nilai rasio
odds = 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti ternyata bukan merupakan risiko untuk terjadinya efek. Rasio
yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa benar faktor yang diteliti merupakan faktor risiko, sedangkan rasio
yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek. Nilai
rasio odds ini harus disertai interval kepercayaannya.
Bias pada case-control adalah recall bias yaitu mengingat masa lalu yang cukup lama
Keuntungan : sangat efisien utk penelitian penyakit yg jarang terjadi dan penyakit dengan masa laten yg
panjang misal merokok dan karsinoma paru, krn masalah waktu
Retrospektif yg mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang dari akibat ke sebab
Kelompok kasus = menderita penyakit X
Kelompok kontrol = bukan penderita penyakit X
Kelompok kontol harus mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus, pada penelitian kasus
kontol yang dibandingkan adalah pengalaman terpajan faktor resiko antara kelompok kasus dan kontrol
KEUNTUNGAN
1. Metode penelitian kasus-kontrol sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang sangat jarang terjadi atau
penyakit dengan fase laten yang panjang, misalnya hubungan antara rokok dan karsinoma paru-paru atau
hubungan kontrasepsi oral dan karsinoma payudara.
2. Pelaksanaan penelitian kasus-kontrol relatif lebih cepat dibandingkan dengan penelitian kohor karena
penelitian diawali dengan kelompok penderita tanpa harus menunggu insidens seperti pada penelitian
kohor.
3. Biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian kasus-kontrol relatif lebih kecil dibandingkan dengan
mangadakan penelitian kohor.
4. Perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan pada penelitian kasus-kontrol lebih kecil dibandingkan dengan
penelitian kohor.
5. Metode penelitian kasus-kontrol tidak dipengaruhi faktor etis seperti pada penelitian eksperimental karena
pada penelitian kasus-kontrol, intervensi tidak dilakukan oleh peneliti.
6. Data yang ada dapat dimanfaatkan, terutama bila penelitian dilakukan dengan basis rumah sakit.
7. Dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan terhadap penyakit yang belum diketahui penyebabnya
KERUGIAN
Di samping beberapa keuntungan yang telah disebutkan, penelitian kasus-kontrol juga mempunyai beberapa
kerugian.
1. Data tentang pengalaman terpajan oleh faktor risiko diperoleh dari hasil wawancara dengan mengingat
kejadian masa lalu yang lama hingga dapat Tudo menimbulkan recall bias, sedangkan data yang berasal
dari rekam medis sering tidak lengkap.
2. Validasi terhadap informasi yang diperoleh sulit bahkan tidak mungkin dilakukan.
3. Pengendalian terhadap faktor perancu (confounding factors) sulit dilakukan dengan lengkap.
4. Kadang-kadang sulit untuk mendapatkan kelompok kontrol dengan tujuan penelitian. yang sesuai
5. Penelitian kasus-kontrol tidak dapat digunakan untuk mengukur insidens dan tidak sesuai untuk
mengadakan evaluasi hasil pengobatan.

3. STUDI KOHORT
penelitian kohort yang diidentifikasi lebih dahulu adalah kausa atau faktor risikonya, kemudian sekelompok
subyek (yang disebut kohort) diikuti secara prospektif selama periode tertentu untuk menentukan terjadi atau
tidaknya efek.
Pada penelitian kohort murni, yang diamati adalah subyek yang belum mengalami pajanan faktor risiko yang
dipelajari serta belum mengalami efek. Sebagian subyek tersebut secara alamiah akan mengalami pajanan
terhadap faktor risiko tertentu sebagian lainnya tidak. Subyek yang terpajan faktor risiko menjadi kelompok
yang diteliti, sedang subyek yang tidak terpajan menjadi kelompok kontrol.
Mirip penelitian intervensional tapi “intervensi” tidak dilakukan oleh peneliti tetapi oleh alam atau org
bersangkutan
yang tidak terpajan menjadi kelompok kontrol. Dalam keadaan ini, oleh karena kedua kelompok berangkat dari
populasi yang sama, maka biasanya keduanya sebanding (comparable) kecuali dalam hal adanya pajanan
terhadap faktor risiko.
Risiko relatif, atau risiko insidens, yakni perbandingan antara insidens efek pada kelompok dengan faktor risiko
dengan insidens efek pada kelompok tanpa faktor risiko. Risiko relatif menunjukkan besarnya peran faktor
risiko terhadap terjadinya penyakit; bila risiko relatif = 1 maka faktor yang diteliti bukanlah merupakan faktor
risiko, nilai yang lebih daripada 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan risiko, sedangkan nilai yang
kurang daripada 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti tersebut bersifat protektif.
Selain studi kohort prospektif juga dikenal studi kohort retrospektif. Pada desain ini peneliti mengideritifikasi
faktor risiko dan efek pada kohort yang terjadi di masa lalu (penelitian disebut rerospektif bila pada saat
penelitian dilakukan outcome yang diteliti sudah terjadi).
KEUNTUNGAN
Penelitian kohor mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut.
1. Penelitian prospektif dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang ila hubungan faktor risiko yang
diperkirakan sebagai penyebab timbulnya suatu penyakit dengan akibatnya.
2. Dapat digunakan untuk menghitung rate insidens secara langsung.
3. Dapat digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu atau
perjalanan penyakit alamiah.
4. Dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan hingga
dapat dihitung risiko atribut dan risiko relatif atau population atributable risk (PAR) secara langsung.
5. Dapat bersifat deskriptif, misalnya, pengalaman pengobatan dengan obat baru yang dicatat kemudian
dianalisis.
6. Penelitian kohor dapat digunakan untuk mempelajari berbagai efek terhadap suatu pajanan hingga dapat
diperoleh informasi yang lebih mendalam.
KERUGIAN
Di samping beberapa keuntungan di atas, penelitian kohor juga mempunyai beberapa kerugian sebagai
berikut.
1. Pada umumnya, penelitian prospektif membutuhkan waktu yang sangat lama, misalnya penelitian tentang
hubungan antara gaya hidup dengan timbulnya berbagai macam karsinoma di Jepang membutuhkan waktu
16 tahun atau penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan hemorage stroke yang membutuhkan
waktu 12 tahun.
2. Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar. Sebagai akibat dari besarnya sampel yang dibutuhkan dan
lamanya penelitian, dibutuhkan biaya yang besar dan untuk mengadakan pengamatan dibutuhkan lebih
banyak tenaga.
3. Lamanya pengamatan dan kemajuan yang pesat dalam bidang kedokteran mengakibatkan perubahan pada
masalah yang dihadapi sehingga kemungkinan hasil penelitian menjadi tidak relevan.
4. Tidak efisien untuk penyakit yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase laten yang panjang.
5. Sering kali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam penelitian, terutama bila
pengamatan dilakukan berulang-ulang dan membutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi
bosan.
PERBEDAAN
Skema memperlihatkan dimensi waktu dalam desain observasional. Pada studi cross-sectional pengukuran
faktor risiko dan efek dilakukan satu kali pada saat yang sama; studi ini disebut retrospektif bila kejadian yang
diteliti telah terjadi pada masa lalu. Pada studi kasus-kontrol, efek dinilai sekarang sedangkan faktor risiko
ditelusur retrospektif. Pada studi kohort prospektif penelitian dimulai sekarang, faktor risiko dan efek dideteksi
ke depan secara prospektif. Pada studi kohort retrospektif faktor risiko dan efek telah terjadi di masa lalu,
namun kejadian efek ditelusur prospektif dilihat dari saat pajanan faktor risiko.

Anda mungkin juga menyukai