Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PRAKTIKUM INDIVIDU

BLOK 18 MODUL 5
CRITICAL REVIEW

Disusun Oleh :
Nur Fatwa
2010016050

Dosen Pengampu :
Dr. Krispinus Duma, S.KM, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
Critical Review

Hubungan Pemberian Terapi Antipsikotik terhadap Kejadian Efek Samping


Sindrom Ekstrapiramidal pada Pasien Rawat Jalan di Salah Satu Rumah Sakit
di Bantul, Yogyakarta

A. Bibliografi
Judul artikel : Hubungan Pemberian Terapi Antipsikotik terhadap Kejadian
Efek Samping Sindrom Ekstrapiramidal pada Pasien Rawat
Jalan di Salah Satu Rumah Sakit di Bantul, Yogyakarta
Penulis : 1. Haafizah Dania1,2,
2. Imaniar N. Faridah1
3. Khansa F. Rahmah1
4. Rizky Abdulah2,4,
5. Melisa I. Barliana3,4,
6. Dyah A. Perwitasari1
Afiliasi penulis : 1Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,
2
Indonesia, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik,
Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran, Sumedang,
Indonesia, 3Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Padjajaran, Sumedang, Indonesia, 4Pusat Unggulan
Riset Inovasi Pelayanan Kefarmasian, Universitas Padjajaran,
Sumedang, Indonesia
Jurnal : Jurnal Farmasi Klinik Indonesia
Volume :8
Nomor :1
Tahun : 2019
ISSN : 2252-6218
Halaman : 19-30
Kota : Yogyakarta
B. Pengantar
Efek samping ekstrapiramidal atau yang biasa disebut sebagai gangguan
gerakan yang diinduksi obat merupakan efek yang paling umum dialami pasien
pengguna obat penghambat reseptor dopamin seperti antipsikotik. Gangguan
gerakan yang muncul berupa distonia, akathisia, dan parkinsonisme yang terjadi
lebih akut, serta manifestasi yang lebih kronis berupa tardive akathisia dan tardive
dyskinesia. (D’Souza & Hooten, 2023). Pervalensi EPS yang diinduksi obat
antipsikotik cukup tinggi. Satu dari lima bahkan satu dari sepuluh pasien masing-
masing mengalami parkinsonisme dan akathisia. (Ali et al., 2021). Gejala EPS
dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas hidup sehari-hari hal ini berkaitan
dengan penghentian terapi yang dapat menyebabkan kekambuhan penyakit.
(D’Souza & Hooten, 2023).
Berdasarkan uraian di atas, penulis review tertarik mengangkat jurnal ini yang
membahas terkait pengaruh pola pengobatan terhadap efek samping
ekstrapiramidal sindrom untuk memperdalam pengetahuan mengenai faktor
resiko kejadian ekstrapiramidal sindrom. Selain itu, artikel ini juga sejalan dengan
rencana penelitian yang akan dilakukan reviewer pada tugas akhir skripsi sebagai
syarat kelulusan sarjana kedokteran.
C. Ringkasan Artikel
1. Pendahuluan
Pemberian antipsikotik dapat menyebabkan respon yang buruk dan
efek samping seperti gejala ekstrapiramidal, sindrom metabolik, dan juga
kenaikan berat badan yang akan memperburuk kondisi pasien. Oleh karena
itu, praktisi sering kali melakukan pergantian terapi yang tidak efektif yaitu
berdasarkan trial dan error sehingga pasien mengalami banyak kejadian yang
tidak diinginkan, seperti efek rebound dan kekambuhan. Kejadian efek
samping terbanyak yang dialami pasien skizofrenia pada penelitian Julaeha et
al. (2016) adalah efek samping EPS, kemudian disusul dengan hipotensi dan
kenaikan enzim SGPT/SGOT. Antipsikotik potensi rendah menyebabkan
sebanyak 2,3– 10% pasien mengalami EPS, sedangkan untuk antipsikotik
potensi tinggi menyebabkan 64% pasien mengalami efek samping EPS.
Mengingat pentingnya pemilihan obat antipsikotik yang digunakan
pada pasien skizofrenia untuk mengurangi gejala positif dan negatif, juga
dengan mempertimbangkan risiko munculnya efek samping pemberian
antipsikotik, salah satunya EPS, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk
menganalisis hubungan penggunaan antipsikotik dengan kejadian EPS pada
pasien skizofrenia
2. Metode
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
dengan menggunakan data rekam medik pasien skizofrenia rawat jalan Rumah
Sakit X di wilayah Bantul, Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada
bulan September–November 2018. Data rekam medik yang diambil adalah
data pada periode Januari–Desember 2017. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan lembar pengumpul data (LPD). Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan SPSS versi 16.0.
3. Hasil
Pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit X di
wilayah Bantul Yogyakarta, baik berjenis kelamin laki-laki atau perempuan,
tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh, tetapi pasien laki-laki memiliki
jumlah yang lebih banyak yaitu 52 pasien (52%) dibandingkan dengan jumlah
pasien perempuan yaitu 48 pasien (48%). Distribusi usia paling banyak pada
usia produktif 26–35 tahun yakni sebesar 32%. Ditinjau dari tipenya,
skizofrenia yang dialami oleh pasien paling banyak yaitu tipe skizofrenia
paranoid (F20.0) dengan jumlah sebanyak 75 pasien (75%). Distribusi
berdasarkan status pendidikan terbanyak adalah pada kelompok tamat SMA
sebesar 33%. Status marital pasien sebagian besar adalah belum/tidak
menikah sebanyak 69%. Sebagian besar pasien tidak bekerja (54%). Asuransi
kesehatan yang terbanyak digunakan adalah BPJS (69%).
Antipsikotik kombinasi lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
antipsikotik tunggal, yakni sejumlah (56%) antisikotik kombinasi dan 44%
antipsikotik tunggal. Pasien yang mengalami sindrom ekstrapiramidal pada
pemberian antipsikotik tunggal sebesar 11,4% dan pada antipsikotik
kombinasi sebesar 12,5%.
4. Pembahasan
Penggunaan antipsikotik menimbulkan efek samping EPS jika dosis
yang diberikan terlalu besar. Namun, munculnya EPS tidak hanya berasal dari
penggunaan antipiskotik saja. Terdapat dua faktor lainnya yang dapat memicu
timbulnya EPS yaitu kelainan genetik pasien dan konsumsi metoklopramid
dalam kurun waktu yang sangat lama. Uji Chi-Square menunjukkan nilai
p=1,000 (p>0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara pemberian
antipsikotik baik tunggal maupun kombinasi terhadap timbulnya efek samping
EPS pada pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit X di
wilayah Bantul. Hal tersebut terjadi karena dari total 100 orang pasien pada
penelitian ini, hanya terdapat 12 pasien yang mengalami efek samping EPS.
5. Simpulan
Penggunaan terapi antipiskotik pada pasien skizofrenia yang menjalani
rawat jalan di Rumah Sakit X wilayah Bantul, Yogyakarta pada periode
Januari–Desember 2017, baik terapi tunggal maupun terapi kombinasi, tidak
memiliki hubungan terhadap timbulnya efek samping sindrom ekstrapiramidal
(p=1,000). Penggunaan terapi antipsikotik tunggal baik itu tipikal maupun
atipikal tidak memiliki hubungan terhadap timbulnya efek samping sindrom
ekstrapiramidal (p=0,467), begitu pula dengan penggunaan terapi antipsikotik
kombinasi, baik kombinasi atipikal-atipikal, tipikal-tipikal maupun tipikal-
atipikal, tidak memiliki hubungan terhadap timbulnya efek samping sindrom
ekstrapiramidal (p=0,269).
D. Analisis Artikel
1. Judul
Judul artikel harus informatif, menarik, bernuansa nasional atau
global, memuat variabel-variabel yang diteliti, terdiri antara 5-14 kata. Lokasi
dan waktu penelitian tidak disebut di judul (Akhir & Penelitian, 2017) . Judul
pada penelitian ini kurang sesuai dengan anjuran, karena menggunakan kata-
kata yang terlalu banyak dalam penulisannya yaitu 23 kata. Biarpun cukup
panjang, namun peneliti menunjukkan kespesifikan penelitian yaitu pada
pasien rawat jalan di salah satu rumah sakit di Bantul, Yogyakarta.
(Adiputra et al., 2021)
. Judul ini juga sudah mewakili isi dari penelitian dan tidak
mengandung singkatan yang tidak seharusnya digunakan dalam penulisan
judul kecuali singkatan yang baku. (Sastroasmoro & Ismael, 2016)
2. Abstrak dan kata kunci
Abstrak pada jurnal disusun dalam bentuk abstrak satu-paragraf (one-
paragraph abstract). Komponen berupa indtroduction, methods, results,
discussion disusun lengkap dalam satu paragraf tanpa terstruktur. Kata kunci
yang dipaparkan berupa 3 kata atau istilah setelah abstrak, kurang sesuai
dengan ketentuan yaitu 4-8 kata istilah (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Akan
tetapi, jika berdasarkan pada buku metode penulisan ilmiah hal ini masih
sesuai dimana ketentuan kata kunci adalah 3-8 kata (yang dapat disusun dalam
frasa pendek) dan juga istilah sudah memakai MeSH (Medical Subject
Heading terms).
3. Pendahuluan
Pendahuluan berisi perkembangan penelitian terdahulu (state of art)
untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan saat ini dengan
penelitian terdahulu (Lukman et al., 2017) , hal ini sesuai dengan penulisan
pendahuluan pada jurnal yaitu dengan memaparkan terkait penelitian
sebelumnya dengan lokasi dan sampel yang berbeda. Dengan demikian jelas
kontribusi penelitian yang dihasilkan.
Pada akhir pendahuluan sebaiknya memeaparkan tujuan
penelitian (Lukman et al., 2017), hal ini sudah sesuai pada jurnal dipaparkan di
akhir bagian pendahuluan, tujuan penelitian yaitu menganalisis hubungan
penggunaan antipsikotik dengan kejadian EPS pada pasien skizofrenia.
Pendahuluan harus didukung oleh rujukan yang kuat, namun uraian
yang rinci tidak dibenarkan, sehingga seluruhnya tidak lebih dari satu halaman
(Sastroasmoro & Ismael, 2016) . pada jurnal ini jumlah halaman bagian
pendahuluan melebihi satu halaman, tetapi memaparkan rujukan kuat akan
penelitian tersebut.
4. Metode
Pada umumnya pada bagian metode mencakup desain penelitian,
tempat dan waktu penelitian, sumber data, dan populasi target, kriteria
pemilihan, keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai, teknik
pengukuran, dan analisis yang dilakukan (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Hal
ini sesuai dengan yang tercantum dalam jurnal, berupa desain penelitian,
tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel mencakup kriteria inklusi
dan eksklusi, prosedur penelitian berupa metode sampling dan instrumen yang
digunakan, dan cara analisis data.
5. Hasil
Bagian hasil tidak perlu diberi ulasan atau komentar, kecuali untuk
makalah pendek yang menggabungkan bagian hasil dan pembahasan.
(Sastroasmoro & Ismael, 2016)
. pada jurnal ini sudah sesuai karena tidak
mencantumkan pendapat dari penulis pada bagian hasil, melainkan hanya
memaparkan hasil penelitian.
Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif terkait
jumlah kejadian EPS pada pengguna obat monoterapi dan politerapi. Data
kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka yang disajikan
dalam bentuk tabel (Notoatmodjo, 2018).
Paparan hasil dalam bentuk tabel, bagan atau gambar harus bermakna
dan mudah dipahami. Tabel, bagan atau gambar tidak boleh berisi data
mentah yang masih dapat diolah (Saukah, Basuki, et al., 2017) . Hal ini sudah
sesuai dengan bagian hasil pada jurnal dimana sudah disajikan data dalam
bentuk tabel dan juga narasi yang sudah diolah oleh penulis.
6. Pembahasan
Pembahasan berisi penjelasan apa arti hasil dan implikasinya untuk
kajian di masa depan, tidak mengulangi apa yang telah dipaparkan dalam
kajian pustaka atau hasil. Pada bagian ini memaparkan hasil dari pertanyaan
yang diajukan di bagian pendahuluan (Lukman et al., 2017) . Hal ini sudah
sesuai pada jurnal, bagian pembahasan memaparkan interpretasi hasil dan
teori pendukung terhadap hasil yang didapat dan bagian ini juga menjawab
pertanyaan pada bagian pendahuluan yaitu, hubungan pola penggunaan
antipsikotik dengan kejadian ekstrapiramidal sindrom.
7. Simpulan
Kesimpulan berisi kumpulan dan meringkas hasil yang paling penting
dan implikasinya. (Lukman et al., 2017) . Pada jurnal tersebut sudah sesuai
dimana bagian simpulan memaparkan hasil berupa hasil analisis tidak
berhubungan terhadap variabel yang diteliti.
8. Daftar pustaka
Semua referensi yang digunakan dalam jurnal ini telah tercatat dalam
daftar pustaka dan menggunakan format yang benar yaitu American Medical
Association Style sesuai dengan instruction for author atau gaya selingkung
jurnal penerbit.
E. Kesimpulan Hasil Review
Hasil review pada jurnal ini menunjukkan bahwa secara umum ini merupakan
artikel yang baik untuk dijadikan bahan kepustakaan. Jurnal ini memiliki
kelebihan di bagian metode penelitian berupa pemaparan metode yang digunakan
secara lengkap, mulai dari teknik sampling, kriteria inklusi dan eksklusi, cara uji
statistik, dan pembahasan yang mendetail mengenai teori pendukung terhadap
hasil penelitian. Akan tetapi, penyajian dalam artikel ini masih kurang karena
menutupi lokasi pengambilan sampel dan tidak memaparkan alasan dilakukannya
penelitian di lokasi tersebut.

Daftar Pustaka

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., & Oktaviani, N. P. W. (2021). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Penerbit Yayasan Kita Menulis.

Saukah, A., Basuki, I. B., Basthomi, Y., & Effendy. (2017). PEDOMAN PENULISAN
KARYA ILMIAH.

Lukman, Ahmadi, S. S., Manalu, W., & Hidayat, D. S. (2017). Pedoman Publikasi Ilmiah.
Kemeristekdikti.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan (3rd ed.). PT. Rineka Cipta.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2016). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (5th
ed.). Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai