Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN


SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA (RSJK) SOEPRAPTO BENGKULU
TAHUN 2018

FIRMA HERNIK SAPUTRI


H1A014010

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

BENGKULU

2018
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN NASKAH UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Judul artikel : Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSJKO)
Soeprapto Bengkulu Tahun 2018
Penulis : 1. Firma Hernik Saputri
2. Lucy M. Bangun, dr, Sp.KJ
3. Wahyu Sudarsono, dr, M.PH

Nama dan alamat penulis untuk korespondensi:re


Nama : Firma Hernik Saputri
Alamat : Jalan Hibrida 5 No. 63 Sidomulyo, Gading Cempaka, Kota
Bengkulu
Telpon : 081367093357
E-mail : firmahernik@ymail.com

Naskah tersebut sudah diperiksa dengan seksama oleh para pembimbing /penulis dan telah
disetuji untuk dipublikasikan melalui Jurnal Kedokteran Rafflesia.
( ) penulis utama ( ) corresponding author

Yang membuat pernyataan,


Penulis 1: Firma Hernik Saputri Tanggal: 27 Juli 2018
Penulis 2: dr. Lucy M. Bangun, Sp.KJ Tanggal: 27 Juli 2018
Penulis 3: dr. Wahyu Sudarsono, M.PH Tanggal: 27 Juli 2018
HALAMAN PERSETUJUAN
NASKAH PUBLIKASI
Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia di
Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSJKO) Soeprapto Bengkulu Tahun 2018.
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Firma Hernik Saputri
H1A014010

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Pada tanggal 27 Juli 2018

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

dr. Lucy M. Bangun, Sp.KJ Tanggal: 27 Juli 2018

Pembimbing Pendamping

dr. Wahyu Sudarsono, M.PH Tanggal: 27 Juli 2018


ABSTRAK
Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia di
Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSJKO) Soeprapto Bengkulu Tahun 2018
Firma Hernik Saputri1, Lucy M. Bangun2, Wahyu Sudarsono3
1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu,
2
Bagian Kejiwaan Rumah Sakit Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu, 3Bagian Ilmu Kesehatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.

Latar Belakang : Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang paling serius dan
mengganggu. Gangguan jiwa sendiri merupakan masalah yang sangat serius di dunia.
Tatalaksana yang efektif untuk skizofrenia membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk
menjaga gejala tetap dibawah kontrol dan untuk mencegah kekambuhan. Perilaku
ketidakpatuhan minum obat akan memberikan dampak negatif pada pasien skizofrenia dan
memperburuk kualitas hidup pasien skizofrenia. Kualitas hidup penderita skizofrenia secara
umum dikatakan lebih buruk dari populasi umum dan pasien penyakit lainnya. Efek samping
yang lebih sedikit serta kombinasi tatalaksana psikofarmakologis dan psikoterapi meningkatkan
kualitas hidup penderita skizofrenia. Provinsi Bengkulu hingga saat ini belum ada kajian pustaka
ataupun publikasi yang mendalami tentang kepatuhan minum obat dan kualitas hidup pada
pasien skizofrenia. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui kepatuhan minum obat terhadap
kualitas hidup pasien skizofrenia sehingga dapat melihat seberapa besar pengaruh hubungan
tersebut terhadap keberhasilan pengobatan pada pasien.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain
penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah 30 pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu pada bulan Mei–Juni 2018. Pemilihan sampel dilakukan
dengan consecutive sampling. Kepatuhan minum obat sebagai variabel bebas dinilai dengan
kuesioner DAI-10, sedangkan kualitas hidup pasien skizofrenia sebagai variabel terikat dinilai
dengan kuesioner SF-36. Data pada penelitian dianalisis dengan uji Somers’d.
Hasil: Sebagian besar sampel pada penelitian ini memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi
sebesar 50%. Kualitas hidup pasien skizofrenia pada penelitian ini juga baik yaitu 86,7%. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas hidup pasien skizofrenia (p = 0,012, r = 0,97).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang kuat dengan arah hubungan positif antara kepatuhan
minum obat dengan kualitas hidup pasien skizofrenia. Semakin tinggi kepatuhan minum obat,
maka semakin baik juga kualitas hidup pasien skizofrenia.

Kata Kunci: Kepatuhan minum obat, kualitas hidup dan skizofrenia


ABSTRAK
The Relationship between Medication Adherence and Quality of Life in Schizophrenia
Patient Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Khusus Jiwa (RSJKO) Soeprapto Bengkulu Tahun 2018
Firma Hernik Saputri1, Lucy M. Bangun2, Wahyu Sudarsono3
1
Medical Program, Faculty of Medicine and Health Sciences, Bengkulu University, 2Department
of Psychiatric of Soeprapto Mental Hospital Bengkulu, 3Department of Health Sciences Faculty
of Medicine and Health Sciences, Bengkulu University.

Background: Schizophrenia is one of the most serious and disturbing mental disorders, a mental
disorder itself is a very serious problem in the world. Antipsychotic drugs as an important role in
the treatment and control of schizophrenia symptoms. Effective management requires long-term
treatment to keep the symptoms under control and recurrence prevent. The schizophrenics’
quality of life can be generalized as worse than the general population and even other people
with diseases. The behavior of non-adherence to take drugs will have a negative impact and
worsen the schizophrenics’ quality of life. Until now, in Bengkulu there is no literature or
publication that explains in detail about medication adherence and schizophrenics’ quality of life.
The purpose of this study is to know how much influence the medication adherence on the
schizophrenic patients’ quality of life.
Research Methods: This study used an observational analytic with cross sectional design. The
sample in this study were 30 schizophrenic patients at Soeprapto Mental Hospital Bengkulu in
May – June 2018. The sample selection was done using consecutive sampling. Medication
adherence as independent variable was assessed using DAI-10 questionnaire, while the
schizophrenic patients’ quality of life as dependent variable was assessed using SF-36
questionnaire. The data in this study were analyzed using Somers’d test.
Results: Most of the samples in this study had high medication adherence of 50% and good
schizophrenia patients’ quality of life equal to 86,7%. The results of this study indicate that
medication adherence has a significant effect on the schizophrenic patients’ quality of life (p =
0,001, r = 0,97).
Conclusion: There is a positive relationship between medication adherence and the
schizophrenic patients’ quality of life. The higher the medication adherence, the better the
schizophrenic patients’ quality of life.
Keywords: Schizophrenia, Medication Adherence, Quality of Life.
Pendahuluan
Skizofrenia dikategorikan sebagai salah satu gangguan mental yang paling serius dan
mengganggu (Mueser & McGurk, 2004). Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% di dunia
(Aleman, 2003). Skizofrenia biasanya dimulai pada usia dewasa awal atau remaja akhir
(Picchioni & Murray 2007). Hal ini ditandai dengan tiga jenis gejala; gejala positif, gejala negatif
dan gangguan kognitif. Gejala positif dari skizofrenia biasanya adalah halusinasi dan waham.
Gejala negatif tersering adalah kurangnya rasa gembira, penurunan kuantitas dan konten bicara
serta kurangnya motivasi (Mueser & McGurk 2004).
Obat antipsikotik memiliki peran penting dalam pengobatan dan kontrol gejala skizofrenia.
Tatalaksana yang efektif untuk skizofrenia membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk
menjaga gejala tetap dibawah kontrol dan untuk mencegah kekambuhan. Meskipun pasien telah
mengetahui bahwa obat bermanfaat terhadap perbaikan gejala, namun ketidakpatuhan terhadap
minum obat telah diakui sebagai masalah diseluruh dunia (Puschner et al., 2006).
Ketidakpatuhan minum obat memberikan dampak negatif pada perjalanan penyakit dan
menyebabkan kekambuhan, sehingga bisa membutuhkan dirawat inap dan pada pasien
skizofrenia dengan percobaan bunuh diri membutuhkan waktu yang lama untuk remisi (Leucht
and Heres, 2006). Sebuah studi database retrospektif terbaru yang menganalisis data dari 861
pasien di Swedia (Boden et al., 2011) menunjukkan bahwa ketidakpatuhan berkotribusi pada
biaya tinggi dari penyakit pada sistem kesehatan (Knapp et al., 2004). Dengan demikian,
ketidakpatuhan dapat memiliki dampak negatif yang besar pada kesehatan dan fungsi pasien
serta dampak keuangan pada masyarakat (Higashi et al., 2013).
Kualitas hidup merupakan parameter yang penting untuk dievaluasi dari proses
penyembuhan pasien gangguan jiwa (Meri, 2014). Pada penelitian Satiti et al., (2012) di poli
rawat jalan Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta pada usia 20 – 65 tahun menunjukkan bahwa
gambaran tingkat kualitas hidup pasien skizofrenia dengan tingkat kualitas hidup yang tinggi
sekitar 56 orang (66,6%), tingkat kualitas hidup sedang sebesar 26 orang (31%). Selain itu dari
hasil penelitian peneliti didapatkan bahwa terdapat 2 orang (2,4%) yang mempunyai kualitas
hidup rendah.
Pasien skizofrenia yang memiliki kualitas hidup yang rendah, telah terbukti ditemukan
adanya ketidakpatuhan minum obat pada populasi tersebut. Meskipun ada cukup banyak bukti
dua variabel tersebut dalam skizofrenia, hanya ada beberapa ulasan yang menjelaskan bagaimana
kedua variabel tersebut berhubungan satu sama lain (Puschner, 2014). Berdasarkan penelitian
sebelumnya penelitian tentang hubungan kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup pasien
skizofrenia belum pernah dilakukan di Bengkulu. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui apakah ada Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Kualitas
Hidup pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu Tahun 2018.
Metode
Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain penelitian cross
sectional untuk mengetahui kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto (RSJKO) Bengkulu Tahun 2018. Populasi terjangkau
dalam penelitian ini adalah semua pasien skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan di Rumah Sakit
Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu pada tanggal 21 Mei –7 Juni 2018.
Sampel penelitian yang digunakan adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
inklusi. Sampel penelitian adalah 30 orang pasien skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Jiwa
Soeprapto Bengkulu yang masuk dalam kriteria inklusi dan telah menandatangani lembar
informed consent. Pemilihan sampel dilakukan tidak berdasarkan peluang (non-probability
sampling). Penelitian ini menggunakan Kuesioner DAI-10 dan data Kuesioner SF-36. Data
dianalisis menggunakan uji Somers’d menggunakan Statistical Program for Social Science
(SPSS) for Windows version 24.
Hasil
Karakteristik Subjek Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki usia pada
rentang 17–25 tahun (36,7%), subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki (66,7%) lebih
banyak dibandingkan dengan subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan (33,3%). Pada
penelitian ini juga didapatkan status pekerjaan yang paling tinggi adalah tidak bekerja (56,7 %)
diikuti oleh pekerjaan petani (23,3%), wiraswasta (13,3%), mahasiswa 3,3% dan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) (3,3%).
Tabel.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel N %
Usia Remaja Awal (12-16 tahun) 0 0,00%
Remaja Akhir (17-25 tahun) 11 36,7%
Dewasa Awal (26-35 tahun) 8 26,7%
Dewasa Akhir (36-45 tahun) 10 33,3%
Lansia Awal (46-55 tahun) 1 3,3%
Lansia Akhir (56-65 tahun) 0 0%
Jenis kelamin Laki-laki 20 66,7%
Perempuan 10 33,3%
Pekerjaan Tidak bekerja 17 56,7%
Wiraswasta 4 13,3%
PNS 1 3,3%
Petani 7 23,3%
Mahasiswa/ pelajar 1 3,3%
Pendidikan terakhir Tidak sekolah 1 3,3%
SD 6 20%
SMP 11 36,7%
SMA 9 30,0%
Dan lain-lain 3 10,0%
Lama pengobatan <6 bulan 9 30%
6-12 bulan 6 20%
1-3 tahun 6 20%
3-5 tahun 2 6,7%
>5 tahun 7 23,3%

Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa variabel penelitian tersebut memiliki
sebaran data yang normal dengan rerata usia 31,77± 9,141 dan data yang tidak normal pada
lama pengobatan yaitu Median (0-27).
Tabel 2. Rerata Karakteristik Subjek Penelitian (n=30)

Variabel Penelitian Hasil Pengukuran


Usia (tahun) 31,77± 9,141
Lama pengobatan Median (0 – 27)
Keterangan: *Jika sebaran data normal maka data akan ditampilkan dalam bentuk mean±SD,
jika
sebaran data tidak normal maka data akan ditampilkan dalam bentuk median (min –
max).
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan mean dari usia pasien skizofrenia sebesar 31,77± 9,141
sedangkan variabel lama pengobatan memiliki sebaran data yang tidak normal. Adapun median
untuk lama pengobatan yang dialami oleh pasien sebesar (0 – 27).
Frekuensi dan Kepatuhan Minum Obat pada Subjek Penelitian
Pada tabel 3 diperoleh rerata nilai kepatuhan minum obat pasien skizofrenia adalah 9,53 ±
2,30. Sebanyak 5 subjek penelitian dari 30 sampel penelitian memiliki kepatuhan minum obat
yang rendah yaitu 16,7%, 10 sampel penelitian memiliki kepatuhan sedang yaitu 33,3%
sedangkan 15 orang lainnya mempunyai kepatuhan minum obat yang tinggi yaitu 50%.

Tabel 3 Hasil Frekuensi dan Rerata Kepatuhan Minum Obat (n=30)

Variabel n(%) Hasil Pengukuran


Kepatuhan minum obat 9,53 ± 2,30
Rendah (<5) 5(16,7%)
Sedang (5-9) 10 (33,3%)
Tinggi (≥10) 15 (50%)

Berdasarkan tabel 4, subjek memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 86,7%, sedangkan
kualitas hidup yang rendah sebesar 13,3%.
Tabel 4 Hasil Frekuensi dan Rerata Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia (n=30)

Variabel N %
Kualitas Hidup
Buruk 4 13,3
Baik 26 86,7

Tabel 5 diperoleh kepatuhan minum obat yang rendah dengan kualitas hidup pasien
skizofrenia yang buruk sebesar 4 pasien (13,33%), kepatuhan minum obat yang rendah dengan
kualitas hidup pasien skizofrenia yang baik sebesar 1 pasien (3,13%), kepatuhan minum obat
yang sedang dengan kualitas hidup pasien skizofrenia yang baik sebesar 10 sampel (33,33%).
Sedangkan, kepatuhan minum obat yang tinggi dengan kualitas hidup pasien skizofrenia yang
baik sebesar 15 (50%).
Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan data nilai korelasi sebesar r = 0,962 dengan
nilai p = 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dengan arah hubungan
positif antara kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pasien skizofrenia. Semakin tinggi
kepatuhan minum obat, maka semakin baik juga kualitas hidup pasien skizofrenia. Nilai p
sebesar <0,05 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara kepatuhan minum
obat dengan kualitas hidup pasien skizofrenia.

Tabel 5 Hubungan Kepatuhan Minum Obat dan Kualitas Hidup Subjek Penelitian
Kualitas Hidup
p r
Buruk Baik
Tingkat Kepatuhan Rendah 4 1 0.012 0.962
Minum Obat Sedang 0 10
Tinggi 0 15

Pembahasan
Data Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan analisis data pada penelitian ini, usia terbanyak pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Khusus Jiwa (RSJKO) Soeprapto Bengkulu yang paling banyak pada penelitian ini adalah
usia 17-25 tahun sebanyak 11 orang (36,7%) dengan jumlah laki-laki sebanyak 20 (66,7%) dan
laki-laki 10 (33,3). Penelitian yang dilakukan peneliti sejalan dengan teori dari Kaplan (2012)
yang mengatakan bahwa usia puncak onset terjadi skizofrenia pada usia 20 sampai 25 tahun
sedangkan perempuan sebanyak 25 sampai 35 tahun. Hal ini juga dapat terjadi karena faktor-
faktor yang terbukti sebagai faktor risiko kejadian skizofrenia usia < 25 tahun adalah keturunan,
temperamen, perkembangan sosial dan tingkat ekonomi (Prihananto, 2018).
Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas pasien skizofrenia adalah laki-laki sebanyak 20
orang (67%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani et.al (2015) yang menyatakan
bahwa responden jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan presentase 53,2%.
Hal ini dapat disebabkan karena perempuan secara fisiologis memiliki hormon estrogen yang
bekerja sebagai antidopaminergik sehingga menghambat pelepasan dopamin (Khaira et.al.,
2015). Hormon oksitosin pada perempuan juga dapat mengurangi gejala psikosis dengan
menghambat dopamin di mesolimbik dan memperbaiki pola pikir serta persepsi sosial (Seerman,
2013). Selain itu laki-laki secara sosial merupakan tulang punggung keluarga dan memiliki
tekanan hidup yang lebih besar dibandingkan perempuan sehingga dapat memicu terjadnya stress
(Hariyani et.al., 2016).
Penelitian ini juga menyebutkan status pekerjaan yang paling banyak adalah tidak bekerja,
hal ini sejalan dengan penelitian Handayani et.al (2017) yang dilakukan di Kalimantan Selatan
menunjukkan bawah pasien skizofrenia yang tidak bekerja menunjukkan presentase 87,9%.
Selain kurangnya motivasi diri karena adanya gejala negatif yang mendasari, stigma dan
diskriminasi pada penyandang gangguan jiwa menghalangi mereka untuk membaur dan
melakukan penyesuaian ke dalam masyarakat, karena sering mendapatkan ejekan, serta isolasi
sosial dan ekonomi.Oleh karena itu, faktor ini membatasi hak berpendapat dan hak memperoleh
pekerjaaan (Saperstein et al, 2011).
Status pendidikan terakhir pada penelitian ini sebagian besar adalah SMP sebanyak 11
sampel (36,7%) hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi (2018) yang
menyatakan bahwa sebagian besar penderita skizofrenia di Surakarta memiliki status pendidikan
terakhir SMP sebanyak 56,7%. Kemampuan bersosialisasi dan menerima informasi dari luar
secara tepat sangat mempengaruhi seseorang dalam menjalankan proses pendidikan, bila pasien
sudah menderita skizofrenia hal ini akan mempersulitnya untuk mengikuti pendidikan formal.
Namun, tidak hanya karena penderita sakit pengaruh lainnya juga dapat menyebabkan seseorang
tidak bersekolah seperti kondisi sosial dan ekonomi.

Rerata dan Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Subjek Penelitian


Pasien skizofrenia pada penelitian ini sebagian besar memiliki kepatuhan minum obat yang
tinggi sebesar 50%, sedangkan 33,3% lainnya memiliki kepatuhan minum obat yang sedang dan
16,7% yang rendah dengan nilai rerata kepatuhan minum obat pasien skizofrenia pada penelitian
ini adalah 9,53 ± 2,30. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Wonogiri yang
menyatakan bahwa sebanyak 54,1% pasien skizofrenia memiliki kepatuhan minum obat yang
tinggi, sedangkan sebanyak 40,6% memiliki kepatuhan minum obat yang sedang dan 16,2%
pasien skizofrenia memiliki kepatuhan minum obat yang rendah (Sulistyaningsih, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Jiwa Kota Bengkulu,
setengah dari seluruh pasien yang diteliti memiliki kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan.
Responden ini memiliki kesadaran yang tinggi atas manfaat pengobatan dan bahkan minum obat
atas keinginan sendiri namun masih banyak pasien yang belum mengetahui cara mengatasi efek
samping obat. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Yuliantika et al., (2013) yang
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan adalah tingkat
pengetahuan, dukungan keluarga dan faktor ekonomi.
Rerata Dan Frekuensi Kualitas Hidup Subjek Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kualitas hidup pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Kota Bengkulu memiliki kualitas hidup yang baik dengan presentase 86,7% dan
sisanya memiliki kualitas hidup yang buruk dengan presentase sebesar 13,3%. Penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta
menghasilkan persentase kualitas hidup yang baik sebesar 66,6, tingkat kualitas hidup sedang
sebesar 31% dan persentase kualitas hidup yang buruk dengan nilai persentase sebasar 2,4%.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas hidup pasien skizofrenia di Bengkulu dan di
Yogyakarta memiliki presentasi kualitas hidup baik yang lebih banyak dibandingkan dengan
persentasi kualitas hidup yang buruk.
Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dan Frekuensi Kualitas Hidup Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian antara kepatuhan minum obat dan frekuensi kualitas hidup
pasien skizofrenia didapatkan persentase sebesar 50% yang memiliki kepatuhan minum obat
yang tinggi dan frekuensi kualitas hidup yang baik. Hasil uji statitik kategorik yang sudah
dilakukan, didapatkan data nilai p sebesar 0,012 dan nilai korelasi sebesar 0,962. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dengan arah hubungan positif antara
kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pasien skizofrenia. Semakin tinggi kepatuhan
minum obat, maka semakin baik juga kualitas hidup pasien skizofrenia. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara kepatuhan minum obat dengan
kualitas hidup pasien skizofrenia. Hasil ini sejalan dengan analisis data numerik antara skor
kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pasien skizofrenia menggunakan uji Sommer’s d
karena kedudukan kedua variabel tidak setara.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ika Sulistyaningsih (2016) di
Wonogiri. Hasil penelitian tersebut diperoleh nilai Spearman’s rho (rs) sebesar 0.804 dengan p =
0.000. Hasil ini menunjukkan hubungan yang kuat terhadap kepatuhan minum obat dengan
kualitas hidup pasien skizofrenia di Poli Jiwa RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri. Skizofrenia dengan farmakoterapi kombinasi obat-obatan dan psikoterapi. Selama
periode gejala akut, rawat inap di rumah sakit jiwa mungkin diperlukan untuk menjamin nutrisi,
kebersihan dan istirahat penderita, serta menjamin keamanan diri penderita dari orang-orang
yang ada di sekitarnya.
Pada penelitian yang dilakukan Endriyani et., al (2014) di Indonesia mengenai pengaruh
kepatuhan minum obat antipsikotik terhadap kualitas hidup pasien skizofrenia di Indonesia, yang
bertujuan untuk menilai faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan minum obat dan kualitas
hidup, serta hubungan kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup pasien skizofrenia.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, subjek penelitian berasal dari klinik rawat
jalan di rumah sakit jiwa di Indonesia dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini
ditemukan adanya hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pasien
skizofrenia dengan nilai p = 0,043, dengan jumlah pasien yang kepatuhan minum obatnya tinggi
dan memiliki kualitas hidup yang tinggi berjumlah 55,39%.
Kepatuhan minum obat merupakan peranan penting untuk kesuksesan terapi skizofrenia.
Kepatuhan minum obat yang tinggi akan menyebabkan proses penyembuhan menjadi lebih baik
akan memacu fungsi mental penderita menjadi lebih baik sehingga memperbaiki kondisi fisik
dan sosial penderita skizofrenia lebih cepat. Ketidakpatuhan pada pengobatan memberikan
dampak negatif bagi pasien, seperti mengalami gangguan secara fisik, psikis dan sosial,
kelelahan yang luar biasa dan penurunan kualitas hidup sehingga menimbulkan frustasi dan
menghilangkan semangat pasien skizofrenia. Hal ini terbukti menurunkan kualitas hidup pasien
skizofrenia (Hawari, 2014).

Keterbatasan Penelitian
Beberapa pasien berasal dari luar Kota Bengkulu sehingga menggunakan bahasa daerah yang
sulit dipahami sehingga pertanyaan yang diajukan membutuhkan waktu yang lebih untuk
dijelaskan dan pengumpulan sampel yang sulit dilakukan karena pasien skizofrenia yang kontrol
tidak datang langsung ke rumah sakit dan hanya diwakilkan oleh keluarganya..
Kesimpulan
Terdapat hubungan signifikan antara kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup pasien
skizofrenia. Didapatkan korelasi positif kuat di antara keduanya.
Daftar Pustaka
Aleman, A., Kahn, René S., Selten, J., 2003. Sex Differences in the Risk of Schizophrenia
Evidence From Meta-analysis. Arch Gen Psychiatry. 2003;60(6):565-571.
Bodén, R., Brandt, L., Kieler, H., Andersen, M., Reutfors, J., 2011. Early Non-Adherence To
Medication And Other Risk Factors For Rehospitalization In Schizophrenia And
Schizoaffective Disorder. Schizophr Res. 2011 Dec;133(1-3):36-41. doi:
10.1016/j.schres.2011.08.024. Epub 2011 Oct 5.
Bobes, J.,Garcia-Portilla, M.P., Bascaran, M. T., Saiz, P. A., 2007.Quality Of Life In
Schizophrenic Patients. Dialogues Clin Neurosci. 2007; 9(2):215-26.
Handayani, Saputri, Dwi. Cahaya, Noor . Srikartika Meta Valentina. 2017. Pengaruh Pemberian
Kombinasi Antipsikotik Terhadap Efek Samping Sindrom Ekstrapiramidal Pada Pasien
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Kalimantan Selatan: Program Studi
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Hawari. (2014). Skizofrenia Pendekatan Holistik (BPSS) Bio-Psiko-SosialSpiritual Edisi Ketiga.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Higashi, K., Medic, G., Littlewood, K. J., Diez, T., Granström, O., and De Hert, M., 2013.
Medication Adherence In Schizophrenia: Factors Influencing Adherence And
Consequences Of Nonadherence, A Systematic Literature Review. Ther Adv
Psychopharmacol. 2013 Aug; 3(4): 200–218.
Khaira, N.R., A. Nugroho., A. Saputra. 2015. Drug Related Problems Anti Psikotik pada Pasien
Skizofrenia Paranoid Akut di Rs Jiwa X Jakarta. Farmasains. 2: 275-280.
Meri, Merliana, Gultom. 2014. Hubungan Kepatuhan Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Pasien
di Unit Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik. Medan: USU.
Mueser, K. T., and McGurk, S.R., 2004.Schizophrenia.Lancet. 2004 Jun 19;363(9426):2063-72.
Picchioni, M. M., and Murray, R. M., Schizophrenia.BMJ. 2007 Jul 14;335(7610):91-5.
Prihananto, Ika. D. 2018. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Kejadian Skizofrenia Dibawah
Usia 25 Tahun. Kediri: Jurnal Nusantara Medika.
Puschner, B., Kraft, S., and Kordy, H., 2006.Treatment Intensity And Regularity In Early
Outpatient Psychotherapy And Its Relation To Outcome. Clin. Psychol. Psychother., 13:
397–404. Doi:10.1002/cpp.505.
Puschner, B., Angermeyer, M.C., Graham, M.L., Schene, T.A., Kikkert, M., Burti, L. et
al., 2009.Course Of Adherence To Medication And Quality Of Life In People With
Schizophrenia. Psychiatry Res. 2009;165:224–233.
Santi Novinta Catur. 2018. Pengaruh Psikomotorik Menggambar Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Skizofrenia Dirumah Sakit Jiwa. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Saperstein AM, Fiszdon JM, Bell MD. 2015. Intrinsic motivation as a predictor of work outcome
after vocational rehabilitation in schizophrenia. J Nerv Ment Dis 199: 672-677.
Satiti, Rizki N., Warsini, S., Wirasto, R. T., 2012. Hubungan Kualitas Hidup Dengan Kepatuhan
Pengobatan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. The Indonesian
Journal Of Health Science, Vol. 2, No. 2, Juni 2012
Sulistyaningsih, Ika. 2016. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kualitas Hidup Pasien
Skizofrenia di Poli Jiwa RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Surakarta:
STIKES Kusuma Husada.
Yuliantika,2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Skizofrenia. Universitas Riau. Program Studi Ilmu Keperawatan universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai