(SKILL LAB)
SEMESTER 7
KURIKULUM KBK-PBL
EDISI KE-12
Halaman Judul
Instruksi:
I. TUJUAN PEMBELAJARAN:
A. Tujuan Instruksional Umum:
A. ANAMNESIS PSIKIATRIK
Anamnesis psikiatrik dilakukan untuk mendapatkan riwayat psikiatrik.
Anamnesis ini terdiri dari:
• Autoanamesis, yaitu catatan kehidupan pasien yang diceritakan kepada dokter
dalam kata-kata pasien dan sudut pandang pasien sendiri.
• Aloanamnesis, yaitu informasi tentang pasien yang didapatkan dari sumber-
sumber lain seperti orang tua atau pasangan hidup pasien, atau orang yang
mengenal pasien.
Di samping menggali data yang kongkrit dan aktual tentang kronologi
pembentukan gejala dan riwayat psikiatrik dan medis sebelumnya, dokter harus
berusaha mendapatkan gambaran riwayat karakteristik kepribadian pasien,
termasuk kelebihan dan kekurangan pasien.
Data yang harus didapatkan dokter ini meliputi:
1. Identitas pasien
- Nama :
- Tempat/tanggal lahir :
- Jenis kelamin :
- Agama :
- Suku bangsa :
- Status perkawinan :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Alamat :
- Tanggal pemeriksaan :
2. Keluhan Utama
6. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Bagaimana riwayat pasien saat masih dalam kandungan, apakah pasien
merupakan anak yang direncanakan dan diinginkan orang tuanya?
Apakah ada masalah dengan kehamilan dan persalinannya? Apakah
terdapat cidera atau cacat saat kelahiran? Bagaimana keadaan emosional
dan fisik ibu saat mengandung dan melahirkan pasien? Apakah ibu pasien
menggunakan alkohol atau zat adiktif lain selama kehamilan ?
7. Riwayat Keluarga
Pernyataan singkat tentang penyakit psikiatrik, perawatan di rumah sakit, dan
pengobatan anggota keluarga dekat pasien. Bagaimana sikap pasien terhadap
orang tua dan saudara kandungnya? Bagaimana sikap orang tua dan saudara
kandung terhadap pasien?
1. Gambaran Umum
a. Penampilan
Nilailah penampilan pasien jenis kelamin, tampak sesuai umur/lebih
muda/lebih tua, kekanak-kanakan, perawatan diri, tampak sehat/sakit,
marah, takut, cemas, apatis dan sebagainya.
2. Pembicaraan
Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara hingga sulit disela
pembicaraannya (logore), banyak mulut/suka ngomel, fasih (dapat berbicara
lancar), pendiam, tak spontan, atau mau mendengarkan secara normal isyarat-
isyarat dari pemeriksa. Cara bicara dapat cepat atau lambat, bertekanan, ragu-
ragu, emosional, dramatis, monoton, keras, berbisik, atau berkomat-
kamit/menggumam.
3. Perasaan (mood/afek)
a. Mood
Merupakan emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai persepsi
seseorang terhadap dunianya. Bagaimana pasien menyatakan perasaannya,
kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan– depresi, berputus
asa (despairing), mudah tersinggung (irritable), cemas, menakutkan (terrify),
marah, meluap-luap (expansived), euforia, hampa, rasa bersalah, perasaan
kagum (awed), sia-sia (futile), merendahkan diri sendiri (self–contemptuous),
anhedonia, alexithymic (tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya).
b. Afek
Afek dapat didefinisikan sebagai respon/tanggapan emosi pasien saat ini,
yang disimpulkan dari ekspresi wajah pasien, meliputi jumlah dan range
perilaku yang menyatakan. Afek dapat kongruen (sesuai) atau tidak
kongruen dengan mood. Afek dapat digambarkan sebagai dalam batas
normal, menyempit, tumpul, atau datar. Pada afek normal, terdapat variasi
dalam ekspresi wajah, nada suara, gerakan tangan dan tubuh. Bila afek
menyempit, range dan intensitas ekspresi berkurang/menurun. Pada afek
tumpul, ekspresi emosi menurun lebih jauh. Untuk mendiagnosis afek datar,
nyata-nyata tak ada tanda-tanda ekspresi afektif yang tampak; suara pasien
monoton dan wajahnya tak berubah. Catat kesulitan pasien dalam memulai,
mempertahankan, atau mengakhiri respon emosionalnya.
c. Keserasian
Keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam hubungan dengan
masalah yang sedang dibahas oleh pasien (yang menunjukkan isi pikirnya).
Sebagai contoh, pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya
seharusnya marah atau takut tentang pengalaman yang sedang terjadi pada
mereka. Pada afek yang inappropriate, afeknya tidak serasi dengan topik yang
sedang mereka bicarakan (contohnya: mereka mempunyai afek yang datar
ketika berbicara tentang impuls membunuh).
4. Proses Pikir
a. Bentuk Pikir
Dinyatakan dengan realistik atau non realistik, irasional, autistik, dan
sebagainya.
b. Isi Pikir
Gangguan pada isi pikiran meliputi waham/delusi, preokupasi, obsesi, fobia,
rencana, maksud/tujuan, pikiran berulang tentang suicide atau homicide,
gejala-gejala hipokondriakal, dan dorongan-dorongan antisosial yang
spesifik.
c. Arus Pikir
Pasien dapat punya pikiran yang sangat banyak atau miskin pikir. Mungkin
pikiran cepat, di mana dalam keadaan ekstrem disebut flight of ideas. Pasien
mungkin menunjukkan pikiran lambat atau ragu-ragu. Pikiran dapat samar-
samar atau kosong.
5. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi dan Ilusi
Halusinasi dan ilusi merupakan persepsi panca indera pasien yang salah,
pada halusinasi tidak didapatkan adanya objek yang dipersepsi sementara
pada ilusi ada objeknya (suara, benda, dll) namun pasien salah dalam
mempersepsi objek tersebut.
Tanyakan kepada pasien “Apakah anda pernah mendengar suara-suara atau
bunyi-bunyi lain yang orang lain tak dapat mendengar?” “Apakah anda pernah
mendengar suara-suara saat tak ada orang lain berada di sekitar anda?” “Apakah
anda pernah melihat sesuatu yang orang lain tak dapat melihat?”
Apabila ada halusinasi dengar, tanyakan juga kapan dia mendengarnya,
seberapa sering dia mendengarnya, ada berapa suara, apa isi suara tersebut,
apakah suara tersebut mendiskusikan apa yang dilakukan pasien atau
menyuruh pasien melakukan sesuatu, bagaimana perasaan pasien saat
mendengarkan suara tersebut.
a. Kesadaran:
Meliputi kesadaran kuantitatif dan kesadaran kualitatif.
b. Orientasi:
1) Waktu: Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu dari
hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia
dia berbaring disitu.
2) Tempat: Apakah pasien tahu dimana dia berada.
3) Orang: Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran
dari orang-orang yang bertemu denganya.
4) Situasi: Apakah pasien mengenal situasi di sekitarnya, apakah tenang,
bising, dan sebagainya.
c. Konsentrasi dan perhatian:
Diuji dengan seven serial test, yaitu pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya
dikurangi 7 terus secara serial (“100 dikurangi tujuh berapa?... dikurangi
tujuh lagi?... terus dikurangi tujuh?... ”) Pemeriksa tidak menyebutkan
hasilnya karena yang dites adalah konsentrasi pasien. Jika pasien tidak dapat
dengan pengurangan 7 dapat dengan tes yang lebih sederhana.
d. Daya ingat:
1) Daya ingat jangka panjang (remote memory): data masa kanak-kanak,
peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau bebas dari
penyakit, persoalan-persoalan pribadi.
2) Daya ingat jangka pendek (recent past memory, recent memory): beberapa
bulan atau beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan pasien kemarin,
sehari sebelumnya, sudah sarapan, makan siang, makan malam.
3) Daya ingat segera (immediate retention and recall): Dapat diuji dengan
menyuruh pasien mengingat tiga benda yang diucapkan pemeriksa,
setelah beberapa menit kemudian ditanyakan lagi kepada pasien.
e. Tingkat Pengetahuan:
Tingkat pendidikan formal, perkiraan kemampuan intelektual pasien dan
apakah mampu berfungsi pada tingkat dasar pengetahuan yang dimiliki.
Dapat dengan menanyakan perhitungan, pengetahuan umum, pertanyaan
harus relevan dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan pasien.
f. Kemampuan Visuospasial:
Pasien diminta menggambar jam dengan jarum panjang dan jarum
pendeknya. Atau pasien ditanya tentang bentuk ruangan atau bentuk
bangun yang digambar pemeriksa.
g. Pikiran Abstrak:
Pasien dinilai adakah gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien
mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya
membedakan antara jeruk dan bola, abnormalitas dalam mengartikan
peribahasa yang sederhana, misalnya; “Tong kosong berbunyi nyaring”;
“Air susu dibalas dengan air tuba”.) Bila pikiran abstrak tidak terganggu
pasien dapat mengartikan peribahasa tersebut. Pasien yang berpikir konkrit
mengartikan peribahasa tersebut secara lugas.
7. Pengendalian Impuls
Dinilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual, agresif, dan impuls
lainnya. Penilaian terhadap pengendalian impuls dilakukan pula untuk menilai
apakah pasien berpotensi membahayakan diri dan orang lain. Pasien mungkin
tidak dapat mengontrol impuls karena gangguan kognitif dan psikotik, atau
karena gangguan kepribadian. Kontrol impuls dapat dinilai dari infromasi
terakhir perilaku pasien tentang pasien, atau perilaku yang diobservasi selama
wawancara.
8. Tilikan
Tilikan pasien menilai bagaimana pasien melihat dirinya sendiri sedang
mengalami gangguan pikiran dan perasaan (gangguan mental emosional).
Derajat tilikan dinyatakan dengan 6 derajat sebagai berikut:
a. Derajat I: Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit.
b. Derajat II: Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta
pertolongan tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan.
c. Derajat III: Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain,
faktor luar, medis atau faktor organik yang tidak diketahui.
d. Derajat IV: Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui pada dirinya.
e. Derajat V (Tilikan Intelektual): Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan
kegagalan dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irasional atau
terganggu, tanpa menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman di masa
mendatang.
f. Derajat VI (Tilikan Emosional yang sebenarnya): kesadaran emosional
terhadap motif-motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada
kesadaran yang menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku di
masa mendatang; keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai
diri sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya.
9. Daya nilai
c. Penilaian realitas
Kemampuan membedakan kenyataan dengan fantasi.
I. ANAMNESIS
A. Identitas pasien
- Nama :
- Tempat/tanggal lahir :
- Jenis kelamin :
- Agama :
- Suku bangsa :
- Status perkawinan :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Alamat :
- Tanggal pemeriksaan :
B. Keluhan Utama
E. Riwayat pribadi
F. Riwayat keluarga
G. Mimpi, khayalan, harapan
1. Gambaran Umum:
a. Penampilan:
b. Perilaku dan aktivitas psikomotorik:
c. Sikap terhadap pemeriksa:
2. Pembicaraan:
3. Perasaan (mood/afek):
a. Mood:
b. Afek:
c. Keserasian:
4. Proses Pikir
a. Bentuk Pikir:
b. Isi Pikir:
c. Arus Pikir:
5. Gangguan Persepsi:
a. Halusinasi
b. Ilusi
c. Depersonalisasi
d. Derealisasi
6. Sensorium dan Fungsi Kognitif:
a. Kesadaran:
b. Orientasi:
1) Waktu :
2) Tempat:
3) Orang :
4) Situasi :
c. Konsentrasi dan perhatian:
d. Daya ingat:
1) Daya ingat jangka panjang (remote memory)
2) Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory):
3) Daya ingat segera (immediate retention and recall):
e. Tingkat Pengetahuan:
f. Kemampuan visuospasial:
g. Pikiran Abstrak:
7. Pengendalian impuls:
8. Tilikan:
9. Daya nilai:
a. Daya nilai Sosial:
b. Uji daya nilai:
c. Penilaian Realitas:
10. Taraf dapat dipercaya:
Skenario Klinik 1
Tn. A berusia 30 tahun dibawa oleh keluarganya ke RS karena mengamuk sejak 3 hari
yang lalu. Dia, merasa yakin ada sekelompok orang yang mau mencelakainya, selalu
mengatakan bahwa pikirannya bisa didengar sehingga diketahui oleh orang lain, serta
mendengar suara beberapa orang yang sedang membahas tingkah lakunya sehari-hari.
Pasien mulai menampakkan perubahan perilaku sejak 3 bulan yang lalu setelah di-PHK
dari perusahaan tempat kerjanya.
Instruksi:
Skenario Klinik 2
Nn. C, usia 25 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RS karena tidak tidur selama
3 hari, banyak bicara, bernyanyi-nyanyi. Ia sibuk menata ulang kamar tidurnya dan
seluruh rumah semalaman, tetapi tidak tuntas karena perhatiannya sangat mudah teralih
sehingga tata letak perabotan rumah menjadi kacau balau. Setahun yang lalu, Nn. C
pernah menampilkan gejala yang sebaliknya,yaitu murung, tidak mau berbicara, tidak
mau merawat diri yang berlangsung kurang lebih 2 bulan, yang kemudian mengalami
perbaikan meskipun tanpa pengobatan.
Instruksi:
1. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut!
2. Lakukan pemeriksaan status mental pada pasien tersebut!
3. Apa diagnosis dan sebutkan 2 diagnosis banding?
4. Tuliskan resep untuk pasien tersebut!
5. Lakukan edukasi pada pasien tersebut!
Skenario Klinik 3
Ny. K, 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati, mual dan muntah. Pasien
juga mengeluh sering nyeri kepala dan nyeri perut. Pasien sudah sering periksa ke
beberapa dokter, bahkan pernah periksa ke internis. Dokter-dokter tersebut menyatakan
bahwa tidak ditemukan kelainan pada tubuh pasien maupun hasil laboratoriumnya.
Instruksi:
1. Lakukan anamnesis pada pasien tersebut!
2. Lakukan pemeriksaan status mental pada pasien tersebut!
3. Apa diagnosis dan sebutkan 2 diagnosis banding?
4. Tuliskan resep untuk pasien tersebut!
5. Lakukan edukasi pada pasien tersebut!
V. CHEKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
ANAMNESIS (RAPOR & HYSTORY TAKING)
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
1 Mengucapkan salam, membaca basmalah, memperkenalkan diri dan
bina rapor
2 Menanyakan identitas pasien
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menanyakan riwayat penyakit sekarang
a. Menanyakan onset
b. Menanyakan durasi
c. Menanyakan kronologi
d. Menanyakan kualitas keluhan
e. Menanyakan kuantitas keluhan
f. Menanyakan faktor-faktor pemberat
g. Menanyakan faktor-faktor peringan
h. Menanyakan gejala penyerta
i. Menanyakan gangguan fungsi
5 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat gangguan psikiatri
b. Riwayat gangguan medis umum
6 Menanyakan riwayat keluarga
7 Menanyakan riwayat penyalahgunaan alkohol/ zat adiktif lainnya
8 Menanyakan mimpi, khayalan, harapan
9 Cara berkomunikasi & berempati
10 Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti pasien
11 Membaca hamdalah dan mengucapkan salam
Jumlah
Keterangan:
Nilai batas lulus 75 %
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi tidak sempurna 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
2 = dilakukan tapi kurang sempuma 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100% =
60
3 =disebut/ dilakukan dengan sempuma
Keterangan:
Nilai batas lulus 75 %
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 = dilakukan tapi tidak sempurna 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
2 = dilakukan tapi kurang sempuma 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100% =
99
3 = disebut/ dilakukan dengan sempuma
VI. SUPLEMEN : SIMTOMATOLOGI PSIKIATRIK
Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif dan tujuan tertentu serta
melibatkan seluruh aktivitas mental individu. Perilaku merupakan respons total individu
terhadap situasi kehidupan. Perilaku motorik adalah ekspresi perilaku individu yang
terwujud dalam ragam aktivitas motorik. Berikut ini diuraikan berbagai ragam gangguan
perilaku motorik yang lazim dijumpai dalam praktik psikiatri, yaitu:
2. Furor katatonia: suatu keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak
bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
Dapat ditemukan pada skizofrenia katatonik, seringkali silih berganti dengan gejala
stupor katatonik.
4. Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa
perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin.
7. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika
ditahan akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons dari obsesi
atau timbul untuk memenuhi satu aturan tertentu.
Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan
pikiran, persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif fenomenologis, emosi
dibedakan antara mood dan afek.
1. Mood:
adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
Macam-macam mood :
a. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang ”normal”, yakni individu
mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya.
b. Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan
kesedihan dan kemurungan. Individu secara subjektif mengeluhkan tentang
kesedihan dan kehilangan semangat. Secara objektif tampak dari sikap murung
dan perilakunya yang lamban.
f. Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang meluap
luap. Sering terjadi pada orang yang menggunakan zat psikostimulansia
i. Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang sangat dangkal, tidak atau sangat
sedikit memiliki penghayatan suasana perasaan. Individu dengan mood kosong
nyaris kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan disekitarnya.
Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis.
j. Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu.
Pergantian perasaan dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul bergantian dan tak
terduga. Dapat ditemukan pada gangguan psikosis akut.
k. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah
dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.
2. Afek:
adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah,
pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek mencerminkan
situasi emosi sesaat.
Macam-macam afek :
a. Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas
dengan sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara
maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.
d. Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek
menumpul. Pada keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan
ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang
kaku, gerakan gerakan sangat minimal, dan irama suara datar seperti ’robot’.
e. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat
dari keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.
f. Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok
dengan suasana yang dihayati/dipikirkan. Misalnya seseorang yang menceritakan
suasana duka cita tapi dengan wajah riang dan tertawa tawa.
g. Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba tiba,
yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.
PROSES PIKIR
1. Proses pikir primer: terminologi yang umum untuk pikiran yang dereistic, tidak logis,
magis; secara normal ditemukan pada mimpi, tidak normal seperti pada psikosis
a. Asosiasi longgar: gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari satu
subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan sama sekali; dalam bentuk yang
lebih parah disebut inkoherensia
b. Inkoherensia: pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran atau
kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa tertentu,
hasil disorganisasi pikir
Di sini yang terganggu adalah buah pikiran atau keyakinan seseorang, dan bukan cara
penyampaiannya. Dapat berupa miskin isi pikir, waham, obsesi, fobia, dan lain-lain.
1) Waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh: makhluk
angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
3) Waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau
dunia tidak ada atau menuju kiamat
10) Thought withdrawal (sedot pikir) : waham bahwa pikirannya ditarik oleh
orang lain atau kekuatan lain
11) Thought insertion (sisip pikir) : waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang
lain atau kekuatan lain
12) Thought broadcasting (siar pikir) : waham bahwa pikirannya dapat diketahui
oleh orang lain, tersiar di udara
14) Waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis
tentang pasangan yang tidak setia.
15) Erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin
bahwa seseorang sangat mencintainya
c. Obsesi: suatu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasanya
dibarengi suatu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat
dihilangkan dengan usaha yang logis, berhubungan dengan kecemasan. (untuk
kompulsi lihat pada aktivitas psikomotor)
d. Fobia: ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakibatkan
keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Beberapa contoh
di antaranya:
1) Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi khusus
(contoh takut pada laba-laba atau ular
PERSEPSI:
Sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi informasi
psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar. Beberapa contoh
gangguan persepsi:
1. Depersonalisasi: satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subjektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri (atau
tubuhnya) sebagai tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali)
3. Ilusi: satu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang nyata
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika mulai jatuh
tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis
b. Halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika seseorang
mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena patologis
c. Halusinasi auditorik: persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang
meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan jenis halusinasi yang
paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri
d. Halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk jelas
(orang) atau pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali terjadi pada
gangguan medis umum
g. Halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota
tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap di bawah kulit)
h. Halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubuhnya,
lebih sering menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai cenesthesic
hallucination)
i. Halusinasi liliput: persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil
(micropsia)
A. Kesadaran/Sensorium
Kesadaran atau sensorium adalah suatu kondisi kesigapan mental individu dalam
menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam diri. Gangguan kesadaran
seringkali merupakan pertanda kerusakan organik pada otak. Terdapat berbagai
tingkatan kesadaran, yaitu:
1. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu
dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu
mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi
secara memadai.
5. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma
tidak dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun
perangsangan diberikan padanya.
B. Kognisi:
C. Perhatian/konsentrasi:
D. Orientasi:
Sesuai dengan ranah yang terganggu maka dibedakan gangguan orientasi orang,
tempat dan waktu. Gangguan orientasi sering terjadi pada kerusakan organik di
otak.
E. Memori/Daya ingat:
Adalah proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman – penyimpanan – dan
pemanggilan kembali. Terdapat beberapa jenis gangguan memori/daya ingat, yaitu:
b. Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu
merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah
dikenalnya.
c. Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing terhadap situasi
yang justru pernah dialaminya.
e. Screen memory: adalah secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang
menyakitkan atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi
f. Letologika: adalah ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam
menemukan kata kata yang tepat untuk mendeskripsikan pengalamannya.
Lazim terjadi pada proses penuaan atau pada stadium awal dari demensi.
4. Memori jangka panjang: adalah ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama
terjadi (bertahun tahun yang lalu)
DAYA NILAI
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai dengan situasi
tersebut.
o Daya Nilai Sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar (situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari) dan bertindak yang sesuai dalam situasi tersebut
dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial
budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian antisosial maka daya nilai
sosialnya sering terganggu.
o Uji Daya Nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.
TILIKAN (INSIGHT)
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi
(termasuk di dalamnya dari gejala itu sendiri). Dalam arti luas, tilikan sering disebut
sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya
dalam konteks realitas sekitarnya. Dalam arti sempit merupakan pemahaman pasien
terhadap penyakitnya. Tilikan terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk
memahami kenyataan objektif akan kondisi dan situasi dirinya. Jenis-jenis tilikan:
4. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak memahami
penyebab sakitnya
1. WAHAM
Waham kejar :
• Apakah ada orang yang sengaja menyusahkan atau ingin melukai anda?
• Adakah orang yang memata-matai anda atau bersekongkol melawan anda?
Waham hubungan :
• Pernahkah anda melihat orang lain membicarakan anda di belakang anda atau
secara khusus memperhatikan anda?
• Jika Ya : apakah anda yakin bahwa mereka membicarakan anda atau apakah anda
pikir mungkin itu hanya perasaan anda saja?
• Apakah anda menerima pesan-pesan khusus dari TV, radio atau dari cara
pengaturan barang di sekeliling anda?
• Apakah anda mempunyai bakat-bakat atau kemampuan yang tidak dimiliki oleh
sebagian besar orang?
Waham dosa :
• Apakah anda terganggu oleh rasa bersalah tentang sesuatu yang pernah anda
lakukan di masa lalu dan anda merasa pantas dihukum karenanya?
Waham agama : Apakah anda pernah mengalami pengalaman
religius/keagamaan yang tidak biasa?
Penarikan pikiran :
• Pernahkah ada pikiran yang bukan pikiran anda disisipkan dalam kepala anda?
Penyiaran pikiran :
• Apakah terkadang pikiran anda tersiar sedemikian keras sehingga orang lain dapat
mendengar apa yang sedang anda pikirkan?
Waham dikendalikan :
• Apakah anda pernah merasa bahwa seseorang atau sesuatu di luar diri anda
mengendalikan pikiran atau tindakan anda di luar kemauan anda?
Waham somatik :
• Apakah anda pernah merasa ada masalah dengan keadaan fisik anda meskipun
dokter menyatakan bahwa tidak ada kelainan?
• Apakah anda pernah merasa bahwa sesuatu yang aneh terjadi pada bagian-bagian
tubuh anda?
2. HALUSINASI
Halusinasi dengar :
• Apakah anda pernah mendengar sesuatu yang tidak dapat didengar oleh orang lain,
seperti suara yang berbisik atau berbicara?
• Jika suara orang berbisik/berbicara :
o Ada berapa suara yang anda dengar? Apakah mereka berbicara satu sama lain?
o Apakah suara itu mengomentari apa yang sedang anda kerjakan/pikirkan?
o Seberapa sering anda mendengarnya?
Halusinasi lihat :
• Apakah anda pernah melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain?
Halusinasi cium :
• Apakah anda pernah mencium bau-bauan atau wangi-wangi yang tidak bisa dicium
oleh orang lain?
Halusinasi kecap :
• Apakah anda pernah mengecap rasa yang aneh atau tidak biasa pada lidah anda?
Halusinasi raba :
• Apakah anda pernah merasakan sesuatu yang aneh atau tidak biasa pada kulit anda?
3. EMOSI
1. Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using DSM-IV. Volume1: Fundamentals.
Washington: American Psychiatric Press Inc., 1994.
2. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, DitJen YanDik
DepKes RI, Jakarta, 1993
3. Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry,
9th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore, 2017
4. Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry, Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore, 2013
5. Suplemen Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, DitJen
YanDik DepKes RI, Jakarta, 1995.