Anda di halaman 1dari 9

Long-Acting Risperidone and Oral Antipsychotics in Unstable

Schizophrenia

ABSTRAK
Latar Belakang
Injeksi risperidone long-acting, obat anti psikotik generasi kedua, hasil pada pasien
schizofrenia menunjukkan pada terapi ini mungkin akan menunjukkan kepatuhan
pengobatan, tapi ini tidak dapat diuji dengan pengacakan jangka panjang yang meli puti
pasien dengan penyakit yang belum stabil.

Metode
Pasien dipilih secara acak melalui sistem Veterans Affairs (VA) yaitu skizofrenia atau
gangguan schizoaffective yang dirawat di rumah sakit dalam waktu 2 tahun atau yang
diindikasikan untuk rawat inap diberikan 25 sampai 50 mg injeksi risperidone long acting
setiap dua minggu atau pilihan lain terhadap psikiater memberikan obat oral antipsikotik.
Semua pasien dievaluasi selama 2 tahun. Pada akhirnya pasien akan ditentukan apakah rawat
inap di VA atau non-VA rumah sakit jiwa. Gejala, kualitas hidup, dan fungsi yang dinilai
dalam wawancara konferensi tanpa rekaman.

Hasil
Dari 369 peserta, 40% dirawat di rumah sakit secara acak, 55% dirawat di rumah sakit
2 tahun sebelumnya, dan 5% berada pada risiko untuk rawat inap. Tingkat rawat inap setelah
pengacakan tidak signifikan lebih rendah di antara pasien yang menerima injeksi risperidone
long acting dibandingkan mereka yang menerima antipsikotik oral (39% setelah 10,8 bulan
vs 45% setelah 11,3 bulan; rasio hazard, 0,87; 95% confident interval, 0,63-1,20). gejala
kejiwaan, kualitas hidup, skor pada skala Kinerja Personal dan fungsi sosial global, dan
neurologis efek samping tidak meningkat secara signifikan dengan injeksi risperidone long-
acting dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pasien yang menerima injeksi risperidone
long acting melaporkan lebih banyak efek samping di tempat suntikan dan lebih banyak
gejala ekstrapiramidal yang dirasa.

Kesimpulan

Injeksi risperidone long acting bukan merupakan pilihan lebih baik dari pengobatan oral pada
pasien dengan skizofrenia dan gangguan skizoafektif yang dirawat di rumah sakit atau

1
berisiko tinggi untuk rawat inap, dan itu terkait dengan lebih banyak efek lokal injeksi dan
efek samping ekstrapiramidal. (Didukung oleh Koperasi VA Program Studi dan Ortho-
McNeil Janssen Urusan Ilmiah; ClinicalTrials.gov nomor, NCT00132314.)

A. Latar Belakang
Kagagalan pengobatan pasien skizofrenia adalah kepatuhan dalam pengobatan oral.
Di AS, agen antipsikotik generasi kedua injeksi adalah risperidone long-acting yang
mempunyai efek ekstrapiramidal yang lebih sedikit dibanding generasi pertama. Menurut
penelitian sebelumnya, menunjukkan manfaat risperidone long-acting injeksi dibandingkan
plasebo pada pasien skizofrenia, sebelum dan sesudah penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan dalam kontrol gejala dan perawatan RS berkurang. Dalam penelitian ini,
melibatkan pasien yang unstable dengan hipotesis bahwa injeksi risperidone long-acting lebih
efektif dalam mengurangi perawatan Di RS sampai dengan 2 tahun dibandingkan antipsikotik
oral.

B. Metode
Participan

 Penelitian di mulai september 2006, dilakukan selama 3 tahun

 Tahun pertama  209 dari 369 pasien (56,6)

 Tahun ke dua  140 pasien (37,9)

 3 bulan pertama tahun ke tiga  20 pasien (5,4%)

 Intervensi dilakukan selama 2 tahun

Kriteria Inklusi

 Berusia 18 tahun atau lebih

 Diagnosis skizofrenia atau gangguan schizoaffective

 Beresiko untuk rawat inap di rumah sakit jiwa

 Rawat inap dalam 2 tahun sebelumnya

 Peningkatan penggunaan layanan kesehatan pskiatri untuk mencegah kambuhnya


gejala

2
 Inform consent dari keluarga pasien

Kriteria Eksklusi

• Detoksifikasi pada bulan sebelumnya

• Intoleransi terhadap risperidone

• Saat ini sedang menerima pengobatan dengan antipsikotik long-acting injeksi,


clozapine, warfarin, atau kombinasi dari agen-agen

• Penyakit medis yang serius

• Pengaturan hidup tidak stabil

• Riwayat perilaku penyerangan atau bunuh diri

Group pengobatan

1. Group risperidone
• Tahap awal  25 mg/2 minggu

• Tahap lanjutan  12,5 mg/bulan

2. Group antipsikotik oral


• Group ini mendapatkan antipsikotik oral seseuai dosis yang diberikan oleh dokter
psikiatri

 Pemberian Bersamaan obat psikotropika (seperti, anti ansietas, antidepresan, antipsikotik


oral dan mood stabilizer) dan anticholinergic diperbolehkan.

Pengukuran

• Kualitas hidup dan fungsi sosial

• Pengguanaan zat

• Efek samping

• Perawatan di RS

• Mendapat pelayanan medis lain

3
Analisis Statistik

Analisis dari 450 partisipan dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu :

 Analisis pertama  analisis pada saat intervensi, menggunakan test Logrank

 Analisis kedua  analisis deskriftif dari hasil intevensi yang dilakukan selama 18
bulan, menggunakan test Wilcoxon rank-sum

C. Hasil Penelitian
 Secara keseluruhan, 1.045 pasien yang di teliti dari 19 VA di rumah sakit antara tahun
2006 dan 2009 yang menghasilkan hasil akhir contoh analisis dari 369 pasien

 Terdapat 663 yang menolak di teliti, yaitu:

 514 pasien yang menolak untuk di teliti

 110 pasien atau dokter yang menangani di rs

 39 pasien yang tidak merespon penelitian

 Lalu di lakukan pengacakan dan didapatkan 382 pasien. 382 pasien ini akan
menerima pengobatan dengan risperidon injeksi (sebanyak 190 pasien) dan kelompok
yang satunya mendapat pengobatan risperidon oral (sebanyak 192 pasien).

 Dari 192 pasien yang menerima pengobatan risperidon oral, 7 orang yang menolak
melakukan penelitian ini.

 Terdiri dari : 185 pasien yang sedang menjalani pengobatan risperidon oral, 120
pasien percobaan, dan 65 pasien yang tidak ter follow up dengan baik.

 Sebanyak 3 pasien yang terdiri dari 370 pasien di keluarkan dari penelitian karena
tidak mempunyai telepon yang bisa untuk di hubungi.

 Dan tersisa 182 pasien yang termasuk kriteria penelitian risperidon oral.

4
 Dari 190 pasien yang menerima pengobatan risperidon injeksi, 2 orang yang menolak
melakukan penelitian ini.

 Terdiri dari : 188 pasien yang menerima pengobatan risperidon injeksi, 117 pasien
percobaan, dan 71 pasien yang tidak ter follow up dengan baik.

 Sebanyak 1 pasien yang terdiri dari 376 pasien di keluarkan dari penelitian karena
tidak mempunyai data base di dalam penelitian.

 Tersisa 187 pasien yang termasuk kriteria pengobatan risperidon injeksi

 Untuk pasien yang mendapat dan menerima pengobatan injeksi long-acting


risperidone selama 6 minggu, sekitar 86% menerima pengobatan dengan dosis
25 mg, 11% dengan dosis 37,5 mg, dan
3% dengan dosis 50 mg, dari keseluruhan pengobatan 1,8 suntikan per bulan.

 Selama sisa penelitian 17% menggunakan dosis 25 mg, 31% menggunakan dosis
37,5 mg, dan 50% menggunakan dosis 50 mg, dari keseluruhan

5
pengobatan 1,5 suntikan per bulan (persentase tidak berjumlah
100% karena pembulatan).

 Selama 6 minggu pertama,40% dari pasien yang menerima injeksi long-acting


risperidone dan menerima antipsikotik oral secara bersamaan.

 Hasil follow up wawancara dengan menggunakan metode analisis intention adalah


sebagai berikut: 60% (223pasien) selama 1 tahun, 46% (170
pasien) selama 18 bulan, dan 29% (107 pasien) selama 24 bulan, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok pada waktu (P = 0,42-
0,99). Rata-rata (± SD) durasi partisipasi 474 ± 235 hari untuk injeksi long-
acting risperidone versus 502 ± 226 hari untuk oral antipsikotik (P = 0,22).

Hasil Akhir

 Pengobatan injeksi long-acting risperidon tidak unggul untuk pengobatan oral dalam
durasi kepatuhan dengan perlakuan acak (P = 0,19).

 Diantara peserta yang menerima pengobatan oral namun 21 dari 182 (12%) beralih
ke injeksi long acting risperidone dengan rata-rata 153 ± 203 hari setelah pengacakan.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada penggunaan
pengobatan inisiasi psikotropika secara bersamaan

 Sebanyak 237 dari 369 pasien (64%) yang melanjutankan untuk


menerima obat selama studi penelitian sepanjang partisipasi mereka dalam
penelitian ini. Alasan untuk penghentian pengobatan tidak berbeda secara nyata
antar kelompok.

 Hasil follow up harian sekitar 11.3 dan 10.8 bulan, masing-masing


81 dari 182 (45%) pasien
menerima pengobatan oral dan 72 dari 187 pasien (% 39) menerima injeksi long-
acting risperidon yang dirawat di rumah sakit. Injeksi long-acting risperidone tidak
sebagus pengobatan oral yang efektif selama perawatan (P = 0,39 tes log-rank rasio
hazard 0,87, 95% jarak interval [CI], 0,63-1,20) (Gbr. 2). Dari analisis di
keluarkan 21 subyek yang beralih dari antipsikotik oral ke injeksi long-
acting risperidon memberikan hasil yang sama (rasio hazard, 1,00; 95% CI, 0,71-1,40)

6
seperti yang dilakukan analisis yang telah disesuaikan untuk kovariat (rasio hazard,
0,82; 95% CI, 0,59-1,13).

 Analisis campuran-model perubahan dari baseline sampai


12 bulan dalam skor total PANSS tidak menunjukkan keunggulan injeksi injeksi long-
acting risperidone (P = 0,72).

 Selanjutnya hasil perbandingan point 18 bulan menunjukkan hasil yang


tidak signifikan antara kelompok perbedaan dalam total skor PANSS atau sub-skala.

 Tidak ada keunggulan yang signifikan pada penggunaan injeksi risperidone dalam
jangka lama yang diamati pada-Heinrichs rated Carpenter Skala
Kualitas Hidup atau subskala perusahaan dan Personal dan Skala Kinerja
Sosial atau skala hasil pelaporan Kualitas Yah-skala Menjadi, arus
CGI berfungsi mengukur, atau Addiction Severity Skor indeks komposit obat.

 Kelompok Adiksi berat alcohol lebih tinggi di banding Indeks kelompok pada
antipsikotik oral (P = 0,04) dan Persediaan Obat terhadap penggunaan injeksi long-
acting risperidon (P = 0,02). Meskipun tidak ada keunggulan injeksi long-acting
risperidone pada penilaian secara acak
keparahan penyakit pada setiap poin waktu, penilaian secara acak CGI
peningkatan skor yang mewakili penilaian perubahan yang dirasakan dari baseline
pasien penggunaan injeksi long-acting risperidone (P <0,001).

 Analisis kejadian yang tidak di harapkan (Tabel 3 diLampiran Tambahan)


menunjukkan bahwa pasien yang menerima injeksi long-acting risperidon banyak
mengalami gejala “umum gangguan” (yang terkait nyeri setelah
penyuntikan atau indurasi suntikan) (P = 0,04) dan "gangguan sistem saraf" (sakit
kepala dan gejala ekstrapiramidal) (P <0,001).

 Ada empat kematian pada kelompok yang menerima injeksi Risperidone,satu pasien
meninggal dalam saat tidur dan tidak diketahui secara pasti penyebabnya
dan kelompok lain yang mencoba bunuh diri. Pada kelompok penggun antipsikotik
oral, satu pasien meninggal karena paru obstruktif kronik
penyakit, dan satu lagi meninggal karena tenggelam.

Penggunaan Layanan

7
 Setelah pengacakan,tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok VA yang
berespon pengobatan dengan kelompok VA yang tidak berespon pengobatan
menggunakan (Tabel2) atau (Tabel 4 dalam Lampiran Tambahan), terhitung
dari jumlah hari di rumah sakit.

8
D. Kesimpulan
Risperidone long-acting injeksi tidak lebih unggul dibandingkan pengobatan oral
untuk pasien yang dirawat dan resiko tinggi untuk dirawat. Dan juga dihubungkan dengan
efek ekstrapiramidal dan lokasi suntikan.

Anda mungkin juga menyukai