Anda di halaman 1dari 30

DISKUSI TOPIK

GANG G UAN
PERIL AKU
ANNISA APRILIA A – DINDA K. RANTIH – INDAH
P E R M ATA S A R I – M U H A M M A D R E Z K I – O R I N A R C H I
SKENARIO
Seorang pelajar laki-laki berusia 16 tahun yang duduk di bangku SMP kelas 9 dibawa
dengan keluhan mencuri uang, sering berbohong, membakar peralatan rumah,
menggoda perempuan yang tinggal disekitar, menyampaikan komentar cabul dan
membuat gerakan tidak senonoh. Keluhan sudah terjadi selama 3 tahun terakhir dan
memburuk 8 bulan ini. Akhir-akhir ini dia mulai menggunakan tembakau, ganja, dan
alcohol, dan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah Bersama teman-teman
yang memiliki minat yang sama dengannya. Sifat impulsive dan tidak perhatian
menyebabkan dia tidak naik kelas 2 kali. Laporan dari sekolahnya menyatakan bahwa
terdapat perilaku menentang seperti mengabaikan aturan, membolos, menghasut
teman-temannya untuk menyampaikan komentar konyol, tidak sopan terhadap orang
tua, dan sering bermain dengan preman, yang menunjukan gangguan perilaku.

2
Pasien memiliki riwayat perilaku hiperaktif sejak usia 3 tahun. Sering mengalami
kecelakaan dan beberapa kali dirawat dirumah sakit. Di sekolah pasien merupakan
siswa yang impulsive dan gelisah, serta sulit berkonsentrasi dalam belajar. Tidak ada
terapi yang diberikan sebelumnya

Terdapat masalah keluarga yaitu kedua orang tua sudah berpisah dan ibu pasien elah
menikah lagi. Hubungan pasien dengan ayah tiri nya kurang baik, sering terjadi konflik
diantara anggota keluarga. Kelahiran dan tumbuh kembang pasien normal.
Pemeriksaan status mental menunjukkan tanda-tanda distraktibilitas, afek irritable, dan
terdapat gangguan perhatian dan konsentrasi. Dari hasil biokimia darah, EEG, dan MRI
otak normal. IQ menurut WISC-IV adalah 95 (normal). CAT menunjukan adanya
kelalaian dan terdapat pengabaian dari sosok orang tua terhadap anaknya

Saat ini pasien mendapat terapi Risperidon tablet 4mg per hari untuk terapi perilaku.
Pada saat dilakukan follow up pasien sudah lebih baik.

3
DAFTAR MASALAH
▪ Sering berbohong
▪ Menganggu orang sekitar
▪ Mencuri uang
▪ Melanggar aturan
▪ Perilaku agresif
▪ Menggunakan obat-obatan terlarang
▪ Bermain bersama teman-teman yang serupa
4
DAFTAR MASALAH (CONT’D)
▪ Gangguan konsentrasi
▪ Sering menentang
▪ Tidak sopan terhadap orang yang lebih tua
▪ Memiliki riwayat hiperaktif
▪ memiliki masalah keluarga
▪ Hubungan dengan orang tua kurang baik

5
DIAGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT DSM IV

Pola tingkah laku yang berulang dan menetap yang mana norma
atau aturan sosial hak orang lain terancam, yang di manifestasikan
dengan adanya 3 atau lebih sejak dalam 12 bulan terakhir dan satu
kriteria dalam waktu 6 bulan terakhir.

6
KRITERIA DIAGNOSIS DSM IV
▪ Agresi terhadap orang atau binatang
□ Melakukan kekerasan mengancam atau
mengintimidasi
□ sering berkelahi
□ Menggunakan alat yang dapat melukai orang lain
□ Melakukan kekerasan secara fisik
□ Melakukan kekerasan kepada binatang
□ Mencuri
□ Memaksa untuk melakukan aktivitas seksual

7
▪ Merusak milik orang lain
□ Membakar sehingga menimbulkan kerusakan
□ Merusak milik orang lain tanpa membakar
□ Merusak dan masuk ke dalam rumah
□ Sering bohong untuk mendapatkan barang yang
yang disukai
□ Mencuri barang yang tidak berguna, mencopet
□ Sering keluar malam meskipun di larang orang tua,
mulai sebelum umur 13 tahun
□ Melarikan diri dari rumah sekurang-kurangnya 2x
atau 1x dalam waktu yang lama
□ Sering bolos sekolah mulai sebelum usia 13 tahun

8
B. Gangguan dalam tingkah laku ini menyebabkan gangguan sosial, akademik
C. Bila usia 18 tahun atau lebih, kriteria ini tidak memenuhi untuk gangguan
kepribadian anti sosial.

9
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
F91 Gangguan
AKSIS I
Tingkah Laku Masalah dengan
AKSIS IV “primary support
Tidak ada group”
AKSIS II

AKSIS V GAF 80-71


Tidak ada Gejala sementara & dapat
AKSIS III
diatasi, disabilitas ringan
dalam social, pekerjaan,
sekolah dll.
10
TINJAUAN
PUSTAK A
11
DEFINISI
Gangguan tingkah laku pada anak dan remaja, suatu pola tingkah laku yang
berkembang dan khas yang menganiaya hak orang lain atau aturan masyarakat
pada umumnya.Tingkah laku menetap selama 12 bulan.
EPIDEMIOLOGI
▪ Sering ditemukan selama masa remaja dan masa anak anak
▪ 6-16 % laki laki
▪ 2-9 % perempuan
▪ Lebih sering laki laki
▪ Orang tua memiliki gangguan kepribadian antisosial dan
ketergantungan alcohol
▪ Berhubungan dengan faktor social ekonomi

13
ETIOLOGI
▪ Banyak faktor yang mempengaruhi dan merupakan
interaksi dari faktor yang beragam.
▪ Gangguan yang heterogen merupakan suatu proses
perkembangan dan terjadinya diagnosis karena melalui
pengaruh lingkungan pada individu yang vulnerable
(rapuh) pada usia perkembangan yang kritis.

14
ETIOLOGI
▪ Biologik
□ aktivitas norepinephrin dan dopamin yang meninggi
→ tingkah laku agresif
▪ Psikologik
□ Pada anak dengan gangguan tingkah laku biasanya
performance akademiknya jelek, hal ini dapat juga
merupakan hubungan yang timbal balik, anak
frustasi dengan hasil sekolah akan tampil dalam
tingkah laku anti sosial.
15
▪ Psikologik
□ Menurut penelitian, ada hubungan antara rendahnya IQ dengan tingkah laku
anti sosial, tetapi hal ini hanya terjadi pada masa remaja.

▪ Sosial
□ Faktor lingkungan yang beresiko untuk timbulnya gangguan tingkah laku
termasuk keluarga dan tetangga yang khas, terjadinya maltreatment, disiplin
yang keras, atau kekerasan secara fisik dan seksual

16
▪ Sosial
□ Cara pengasuhan yang kurang baik dari orangtua termasuk menolak,
menelantarkan dan kurang keterlibatan.
□ Perilaku yang menyimpang diperkuat oleh disiplin yang konsisten

17
PEDOMAN DIAGNOSIS MENURUT
PPDGJ-III
GANGGUAN HIPERKINETIK
▪ Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri
ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari
satu situasi (misalnya : di rumah, di kelas, di klinik)

▪ Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan
ditinggalkannya kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini seringkali beralih
dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap
tugasnya yang satu, karena perhatiannya tertarik pada kegiatan lainnya (sekalipun
kajian laboratorium pada umumnya tidak menunjukkan adanya derajat gangguan
sensorik atau perseptual yang tidak biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan
perhatian ini seharusnya hanya di diagnosis bila sifatnya ”berlebihan” bagi anak
dengan usia atau IQ yang sama.

18
Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi
yang menuntut keadaaan relatif tenang. Hal ini, tergantung situasinya, mencakup anak
itu berlari-lari atau berlompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari
duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak
bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar (berbelit-belit). Tolak
ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas di sebut berlebihan dalam
konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-anak
lain yang sama umur dan nilai IQ nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam suatu
situasi yang berstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap pengendalian
diri yang tinggi.

19
GANGGUAN HIPERKINETIK...
▪ Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah
dicatat secara terpisah bila ada, namun demikian tidak boleh dijadikan bagian
dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.
▪ Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi
ataupun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala-
gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama dari gangguan tersebut.

20
GANGGUAN TINGKAH LAKU
▪ Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah laku
dissosial, agresif atau menentang, yang berulang dan menetap
▪ Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku seperti yang
diuraikan di atas berlanjut selama 6 bulan atau lebih.

21
Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat
perkembangan anak. Temper tantrums, merupakan gejala normal pada perkembangan anak
berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar bagi diagnosis ini. Begitu pula,
pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti pada tindak pidana pada kekerasan) tidak
termasuk kemampuan anak berusia 7 tahun dan dengan demikian bukan merupakan kriteria
diagnostik bagi anak kelompok usia tersebut. Contoh-contoh perilaku yang dapat menjadi
dasar diagnosis mencakup hal-hal berikut: perkelahian atau menggertak pada tingkat
berlebihan, kejam terhadap hewan atau sesama manusia, perusakan yang hebat atas barang
milik orang, membakar, pencurian, pendustaan berulang-ulang, membolos dari sekolah dan
lari dari rumah, sangat sering meluapkan temper tantrum yang hebat dan tidak biasa,
perilaku provokatif yang menyimpang, dan sikap menentang yang berat serta menetap.
Masing-masing dari kategori ini, apabila ditemukan, adalah cukup untuk menjadi alasan bagi
diagnosis ini, namun demikian perbuatan dissosial yang terisolasi bukan merupakan alasan
yang kuat.

22
GANGGUAN TINGKAH LAKU TAK BERKELOMPOK
▪ Ciri khas dari gangguan tingkah laku tak berkelompok ialah adanya
kombinasi mengenai perilaku dissosial dan agresif berkelanjutan (yang
memenuhi seluruh kriteria dan tidak terbatas hanya pada perilaku
membangkang, menentang dan merusak), dengan sifat kelainan yang
pervasif dan bermakna dalam hubungan anak yang bersangkutan
dengan anak-anak lainnya.
▪ Tiadanya keterpaduan yang efektif dengan kelompok sebaya
merupakan perbedaan penting dengan gangguan tingkah laku yang
”berkelompok” (socialized) dan ini diutamakan di atas segala
perbedaan lainnya.

23
GANGGUAN TINGKAH LAKU TAK BERKELOMPOK...
▪ Tindak kejahatan lazim (namun tidak mutlak) dilakukan sendirian. Perilaku yang
khas terdiri dari: tingkah laku menggertak, sangat sering berkelahi, dan (pada
anak yang lebih besar) pemerasan atau tindak kekerasan, sikap membangkang
secara berlebihan, perbuatan kasar, sikap tidak mau bekerjasama, dan melawan
otoritas, mengadat berlebihan dan amarah yang tak terkendali, merusak barang
orang lain, sengaja membakar, perlakuan kejam terhadap hewan dan terhadap
sesama anak. Namun ada pula anak yang terisolasi, juga terlibat dalam tindak
kejahatan berkelompok. Maka jenis kejahatan yang dilakukan tidaklah penting
dalam menegakkan diagnosis, yang lebih penting adalah soal kualitas hubungan
personalnya.

24
GG. CAMPURAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI.
▪ Ciri khas dari kelompok gangguan ini ialah adanya gabungan dari perilaku agresif,
dissosial atau menentang yang menetap dengan gejala yang nyata dari depresi,
anxietas atau gangguan emosional lainnya.
▪ Gangguan ini harus cukup berat untuk dapat memenuhi kriteria gangguan
tingkah laku pada masa kanak dan gangguan emosional pada masa kanak atau
bentuk gangguan neurotik pada masa dewasa atau gangguan suasana perasaan /
mood.

25
GG. TINGKAH LAKU DEPRESIF
▪ Kombinasi dari gangguan tingkah laku masa kanak
dengan keadaan depresif yang berkelanjutan dan
menetap, yang dinyatakan dalam gejala seperti rasa duka
nestapa yang berlebihan, hilangnya minat dan kesenangan
terhadap kegiatan sehari-hari, sikap menyesali diri
sendiri dan keputus-asaan. Sering juga mengalami susah
tidur atau kurang nafsu makan.

26
GANGGUAN CAMPURAN TINGKAH
LAKU DAN EMOSI LAINNYA
▪ Kombinasi dari gangguan tingkah laku masa kanak dengan gejala emosional
yang nyata dan menetap seperti anxietas, takut, obsesi atau kompulsi,
depersonalisasi atau derealisasi, berbagai fobia atau hipkondriasis.

27
TATALAKSANA
▪ Terapi individu dan keluarga
▪ Penanganan multisistemik
▪ Pendekatan kognitif
▪ Latihan ketrampilan sosial
▪ Latihan kepada orang tua

28
FARMAKOTERAPI
▪ Metilfenidat
▪ Dilvaproat
▪ Pengguanaan lithium
▪ Antipsikotik atipikal
▪ Jika ada gejala aggresivitas menonjol--> berikan haloperidol 1-6mg / hari

29
PROGNOSIS
Prognosis lebih baik pada remaja yang memiliki gangguan perilaku dibanding
anak-anak (dibawah 10 tahun).

30

Anda mungkin juga menyukai