PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Embriogenesis
Perkembangan EPR terlihat pada minggu kelima dan terdiri dari dua atau tiga
lapis sel kolumnar, yang kemudian akan menipis pada minggu keenam sampai
memiliki ketebalan satu sel. EPR memanjang secara posterior sebagai lapisan luar
dari sel tangkai optik pada minggu ketujuh, dan minggu kedelapan mengalami
maturasi. Calon retina sensoris terdiri dari lapisan luar inti (zona proliferasi atau zona
germinativum) dan zona marginal yang tidak berinti (anuclear marginal zone) saat
minggu kelima, dan kemudian akan menebal pada minggu keenam. Sel germinativum
berproliferasi pada zona inti dan bermigrasi ke zona marginal pada minggu ketujuh,
proses ini membentuk lapisan neuroblastik interna dan eksterna (inner and outer
neuroblastic layer), dipisahkan oleh prosesus yang membentuk lapisan serat transien
Chievitz. Sel ganglion dan sel Muller mulai bermigrasi ke arah dalam pada lapisan
neuroblastik interna. Akson sel ganglion akan mulai menembus tangkai optik pada
minggu kedelapan, akson ini merupakan awal dari lapisan serat saraf (nerve fiber
layer). Sel Muller membentuk serat radial dalam (inner radial fibers) yang
memanjang ke membrana limitans interna (internal limiting membrane) pada saat
yang bersamaan. Calon astroglia retina yang merupakan glioblas retina yang
bermigrasi, menyusun diri sepanjang akson-akson menuju membrana limitans
interna.
Proliferasi retina dimulai dari zona inti luar dan berlangsung ke arah dalam
pada bulan ketiga, sementara diferensiasi berlangsung dari lapisan dalam menuju ke
luar. Sel ganglion interna merupakan sel pertama yang berdiferensiasi dan
fotoreseptor eksterna adalah sel terakhir yang berdiferensiasi. Sel ganglion pertama
diikuti sel Muller akan bermigrasi ke arah dalam dan membentuk lapisan yang
terpisah pada lapisan neuroblastik interna, kemudian membentuk lapisan pleksiform
interna (inner plexiform layer). Sel Muller menempel pada membrana limitans
eksterna dan interna retina. Diferensiasi juga dimulai dari polus posterior dan
berlangsung secara bertahap ke arah perifer. Calon sel horizontal dan sel bipolar
bermigrasi ke arah dalam dan menyumbat lapisan Chievitz pada lapisan neuroblastik
eksterna, kemudian membentuk lapisan pleksiform eksterna (external plexiform
layer)
2.1.1.2. Trimester Kedua
Sel bagian luar dari lapisan neuroblastik eksterna yaitu calon fotoreseptor,
mulai berdiferensiasi dan akan bertambah jelas pada bulan kelima. Plasma membran
fotoreseptor membentuk lekukan. Diferensiasi fotoreseptor terjadi paling banyak pada
fotoreseptor kerucut saat bulan keenam, ketika inti sel kerucut tersusun dalam baris
yang dekat dengan membran limitans eksterna dan inti sel batang terletak lebih
dalam. Segmen luar dan dalam serta pedikel kerucut primitif mulai terlihat.
Proses penting dari tahap ini adalah munculnya vaskularisasi retina yang
berlangsung secara cepat. Kapiler yang baru terbentuk memanjang ke arah perifer
kemudian membentuk arteri dan vena. Sel yang melakukan kontak langsung dengan
aliran darah menjadi sel endotel dan yang mengelilinginya menjadi perisit pada
kapiler. Kanalis arteri dan vena mulai terbentuk, sementara beberapa cabang
mengalami retraksi dan atrofi, membentuk zona perivaskular bebas kapiler; hal ini
disebut dengan remodeling retina. Maturasi retina mendahului pertumbuhan
pembuluh darah. Pleksus kapiler interna terbentuk lebih awal diikuti oleh pleksus
kapiler dalam.
Proses maturasi dimulai dari polus posterior dan berlangsung menuju bagian
perifer dengan kecepatan yang sama dengan vaskularisasi retina. Proses lain yang
terjadi saat trimester kedua ini adalah munculnya physiological cup, ora serrata, ruang
subretina saat usia kehamilan lima bulan, dan masih terdapatnya sisa dari lapisan
Chievitz.
Pembuluh darah retina berlanjut ke ora serrata bagian temporal pada usia
gestasi 40 minggu dan akan berkembang lengkap sampai beberapa minggu setelah
lahir. Jauh di dalam retina, kapiler mencapai lapisan inti dalam dan membentuk jaring
kapiler eksternal, yang dengan sendirinya tidak mencapai ekuator.
Retina memiliki sepuluh lapisan. Lapisan tersebut antara lain (dari bagian
dalam vitreus, ke arah posterior) : membrana limitans interna, lapisan serat saraf,
lapisan sel ganglion, lapisan pleksiform interna, lapisan inti dalam, lapisan pleksiform
eksterna, lapisan inti luar, membrana limitans eksterna, lapisan fotoreseptor, epitel
pigmen retina.
Membrana limitans interna retina terbentuk oleh bagian akhir dari sel Muller
dan berhubungan dengan bagian utama membran/lamina basalis, membentuk batas
terdalam dari retina. Membrana limitans interna merupakan permukaan dalam retina
yang membatasi vitreus humor, dengan demikian fungsinya ialah membentuk sawar
di antara neuroretina dan cairan vitreus. Sel Muller, sel astrosit, dan sel mikroglial
merupakan sel neuroglial yang berfungsi untuk menyediakan struktur dan sokongan
serta berperan dalam reaksi jaringan saraf bila mengalami kerusakan atau infeksi. Sel
Muller adalah sel neuroglial besar yang memanjang pada sebagian besar retina. Sel
ini berperan dalam menyediakan struktur. Bagian apeks dari sel Muller berada di
lapisan fotoreseptor, sementara bagian basal berada di permukaan dalam retina. Sel
astrosit merupakan sel berserat yang berbentuk bintang yang ditemukan pada bagian
dalam retina. Sel astrosit ini berkontribusi pada membrana limitans interna dan
memiliki fungsi yang sama dengan sel Muller. Sel mikroglial merupakan sel fagositik
yang tersebar (wandering), dapat ditemukan di seluruh retina. Jumlahnya meningkat
bila terdapat inflamasi dan kerusakan
Lapisan serat saraf terdiri dari akson sel ganglion. Berjalan sejajar dengan
permukaan retina lalu dari serat optik menuju ke diskus optikus dan akhirnya keluar
dari mata melalui lamina kribosa sebagai saraf optik.
Lapisan sel ganglion merupakan lapisan sel tunggal yang tebal, kecuali di
bagian makula. Lapisan ini dipisahkan oleh proses sel glial Muller. Jumlah sel
ganglion berkurang dan lapisan serat saraf menipis ke arah ora serrata. Sel ganglion
dapat berupa bipolar atau multipolar. Ukuran sel bervariasi. Klasifikasi berdasarkan
lapisan badan genikulatum lateralis yaitu sel ganglion P1, P2, dan tipe-M.
Lapisan pleksiform interna terdiri dari koneksi sinaptik antara akson sel-sel
bipolar dan dendrit sel ganglion.
Lapisan inti dalam terdiri dari badan sel horizontal, sel bipolar, sel amakrin,
neuron interpleksiform, sel Muller, dan beberapa sel ganglion yang berpindah. Inti sel
horizontal dekat dengan lapisan pleksiform eksterna. Inti sel amakrin terletak di
sebelah lapisan pleksiform interna. Sel bipolar memiliki dendrit di lapisan pleksiform
eksterna dan akson di lapisan pleksiform interna. Neuron interpleksiform menerima
input dari lapisan pleksiform interna dan diproyeksikan ke lapisan pleksiform
eksterna. Sel horizontal berfungsi untuk mentransfer informasi dengan arah
horizontal secara paralel dengan permukaan retina. Sel horizontal memiliki prosesus
atau akson yang panjang. Sel bipolar merupakan orde kedua neuron pada jalur visual.
Dendrit sel bipolar bersinaps dengan sel fotoreseptor dan sel horizontal. Akson sel
bipolar bersinaps dengan sel ganglion dan sel amakrin. Sel bipolar menyampaikan
informasi dari sel horizontal, amakrin dan ganglion. Sementara itu, sel bipolar
menerima umpan balik dari sel amakrin. Sel amakrin berperan penting dalam
modulasi informasi yang mencapai sel ganglion. Prosesusnya membentuk sinaps
kompleks dengan akson dan sel bipolar. Neuron interpleksiform ditemukan di antara
lapisan sel amakrin, dan merupakan presinaps dari sel bipolar batang atau sel bipolar
kerucut pada lapisan pleksiform eksterna. Prosesusnya meluas ke kedua lapisan
sinaptik, dan menyampaikan informasi antar lapisan.
Sel fotoreseptor membentuk sinaps dengan sel bipolar dan sel horizontal pada
lapisan pleksiform eksterna. Bagian yang paling distal dari lapisan pleksiform
eksterna didominasi oleh serat bagian dalam sel fotoreseptor, sementara dendrit dari
sel bipolar dan horizontal, bersama dengan sel Muller terdapat di bagian paling dalam
dari lapisan ini.
Lapisan inti luar mengandung badan sel fotoreseptor batang dan kerucut.
Badan sel batang lebih banyak di bagian perifer, sementara badan sel kerucut lebih
banyak di retina bagian sentral. Lapisan inti luar paling tebal di bagian fovea (50 m,
berisi sekitar 10 baris inti sel kerucut) dan secara progresif menipis di bagian perifer.
Membrana limitans eksterna terbentuk oleh tautan rapat antara sel Muller dan
sel fotoreseptor segmen dalam. Lapisan ini berfungsi sebagai sawar diantara ruang
subretina sampai segmen dalam dan luar fotoreseptor, lalu bergabung mendekati
lapisan epitel berpigmen di belakang retina dan neuroretina yang sebenarnya.
Lapisan fotoreseptor tersusun atas segmen luar dan dalam dari sel batang dan
kerucut. Segmen fotoreseptor bagian luar khusus berfungsi menangkap cahaya dan
menerima dukungan fungsional dari sel EPR yang berada langsung di luar segmen
tersebut. Sel batang dan kerucut merupakan sel yang mengandung fotopigmen yang
berfungsi untuk menyerap foton cahaya. Sel batang aktif dalam pencahayaan redup
sementara sel kerucut aktif dalam kondisi yang cukup terang. Pigmen visual dalam
fotoreseptor diaktifkan pada perangsangan cahaya. Plasmalema pada sel batang
merupakan bagian yang terpisah dari membrana diskus, kecuali pada bagian dasar
dimana invaginasi membentuk diskus. Pigmen fotosensitif rodopsin terdapat di dalam
membrana diskus. Plasmalema adalah bagian yang menutupi segmen luar dari
fotoreseptor. Plasmalemma sel kerucut berkontinu dengan membran, membentuk
sebagian diskus, sehingga diskus tidak mudah lepas satu sama lain. Bagian segmen
luar lebih pendek dibanding sel batang dan tidak dapat mencapai lapisan EPR.
Epitel pigmen retina merupakan lapisan tunggal tebal. EPR terdiri dari sel- sel
heksagonal berpigmen. Sel lebih besar dan lebih kuboid pada bagian yang dekat
dengan ora serrata, merupakan transisi ke epitel berpigmen dari badan silier. Fungsi
utamanya ialah sebagai sawar, transportasi ion, dan fagositosis. Sel ini mengandung
melanosom yang memanjang dari daerah apikal ke bagian tengah sel, mengaburkan
nukleolus di daerah basal. Bagian apikal terdiri dari mikrovili yang meluas ke lapisan
fotoreseptor.3
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
2.2.4. Patofisiologi
ROP merupakan kelainan vaskular retina imatur. Pembuluh darah retina
belum berkembang penuh sampai sekitar kehamilan 34-36 minggu. Semakin bayi
kurang bulan, semakin besar resiko menglami ROP. Vasokontriksi arteri retina terjadi
sebagai respon terhadap peningkatan tekanan oksigen arteri (PaO2), vasokontriksi ini
merupakan respon protektif dan tidak mebahayakan bagi retina yang sudah
berkembang penuh, tetapi hipoperfusi dan hipoksemia setempat pada retina dengan
vaskularisasi tidak lengkap merangsang proliferasi pembentukan pembuluh darah
baru (neovaskularisasi) sebagai upaya mensuplai daerah yang kurang mendapat
perfusi. Perdarahan selanjutnya ke dalam badan kaca dan retina menyebabkan
proliferasi fibrosa, retraksi parut dan pada kasus terburuk lepasnya retina dan
kebutaan.24
1. Berlimpahnya substrat untuk reaksi oksidatif dalam bentuk asam lemah tak jenuh
ganda
2. Retina memproses cahaya sedangkan cahaya merupakan inisiator pembentukan
oksigen radikal hebas, dan
3. Adanya aliran oksigen lintas membran yang relatif tinggi.
Pada bayi prematur, kepekaan retina terhadap stres oksidatif disebabkan oleh
(1) retina mempnnyai kepekaan yang tinggi terhadap reaksi kimia yang mampu
merambatkan kerusakan oksidatif sesuai jaringan yang ditunmkan, (2) bayi prematur
mengalami hiperoksia tidak hanya diakibatkan oleh pembahan konsentrasi oksigen di
utrerus ke udara behas, tetapi juga akibat peningkatan oksigen inspirasi, dan (3) bayi
prematur tidak mempunyai pengganti komponen antioksidan retina. Retinopati
prematur merupakan manifestasi alamiah akibat toksisitas pemherian oksigen pada
bayi premature.25
Retinopati prematuritas terutama terjadi pada bayi dengan Berat Badan Lahir
Amat Sangat Rendah (BBLASR). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa
berat badan lahir rendah, usia gestasi yang rendah, dan penyakit penyerta yang berat
(misalnya respiratory distress syndrome, displasia bronkopulmoner, sepsis)
merupakan faktor-faktor yang terkait. Bayi yang lebih kecil, lebih tidak sehat, dan
lebih immatur memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk menderita penyakit ini.26
2.2.5. Patogenesis
Prematuritas mengakibatkan terhentinya proses maturasi dari pembuluh retina
normal. Terdapat dua teori yang menjelaskan patogenesis ROP. Sel-sel spindel
mesenkimal, yang terpapar kondisi hiperoksia, akan mengalami gap junction. Gap
junction ini mengganggu pembentukan pembuluh darah yang normal, mencetuskan
terjadinya respon neovaskular, sebagaimana dilaporkan oleh Kretzer dan Hittner.
menjelaskan akan adanya dua fase pada proses terjadinya ROP. Fase pertama, fase
hiperoksik, menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh retina dan destruksi
sel-sel endotel kapiler yang irreversibel. Keadaan hyperoxia-vasocessation ini dikenal
sebagai stadium I dari retinopati prematuritas.
1. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 atau umur 28 minggu, bayi bayi
tertentu dengan berat 1500-2000 gram dengan perjalanan klinis tidak stabil yang
diduga memiliki resiko tinggi oleh dokter anak atau ahli neonatologi, harus
diperiksa fundus dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler pada pupil
yang telah dilebarkan minimal 2 kali. Satu pemeriksaan dianggap cukup bila bila
pemeriksaan memperlihatkan bahwa ke dua retina telah memperlihatkan
vaskularisasi penuh.
2. Pemeriksaan ini harus dilakukan oleh dokter ahli mata yang berpengalaman
memeriksa bayi prematur. Lokasi dan perubahan retina harus dicatat
menggunakan International Classification of Retinopathy of Prematurity.
3. Pemeriksaan awal dilakukan pada usia kronologis 4-6 minggu atau usia
postconceptional postmentrual 31-33 minggu
4. Pemeriksaan lanjutan ditentukan berdasarkan penemuan fundus pada pemeriksaan
pertama. Misalnya jika ditemukan vaskulatur retina imatur dan meluas ke zone 2
tetapi tidak didapatkan retinopaty maka pemeriksaan selanjutnya direncanakan
sekitar 2-3 minggu sesudahnya sampai terlihat vaskularisasi normal kearah zona
3.
5. Bila pada pemeriksaan pertama telah ditemukan memiliki resiko ROP maka
disarankan untuk mengikuti jadwal berikut:
A. Bayi dengan ROP yang mungkin akan segera berkembang menjadi threshold
ROP harus diperiksa minimal setiap minggu termasuk :
1. Setiap bayi dengan ROP kurang dari threshold di zona I
2. Bayi dengan ROP di zona 2 termasuk :
a). Stadium 3 ROP tanpa kelainan plus
b). Stadium 2 ROP dengan kelaian plus
c). Stadium 3 ROP dengan kelainan plus tetapi belum terlalu ekstensif
untuk dilakukan pembedahan ablasi
B. Bayi dengan ROP yang kurang berat di zona II harus diperiksa tiap 2 minggu.
Pada bayi tanpa ROP tetapi dengan vaskularisasi yang belum lengkap di zona
I harus diperiksa tiap 1-2 minggu sampai vaskularisasi retina mencapai zona 3
atau terjadi kondisi treshold
6. Bayi dengan derajat penyakit treshold I dengan kelainan plus harus mendapatkan
terapi ablasi minimal 1 mata dalam 72 jam setelah diagnosis, umumnya sebelum
terjadi pelepasan retina. Stadium 3 ROP dengan vaskularisasi di zona I atau
perbatasan zona 1 2 dapat terlihat berbeda dari zona 2 stadium 3 dimana
proliferasi yang terjadi terlihat datar (flat) dan elevasi hanya jika ROP menjadi
sangat berat. Bila ditemukan kesulitan untuk membedakan antara stadium 2 dan
3pada area posterior maka bayi-bayi yang dicurigai berada pada stadium 3 zona 1
atau perbatasan zona 1-2 dengan kelainan plus harus diperiksa dengan sangat hati-
hati untuk menentukan apakah mereka termasuk dalam kelompok treshold atau
tidak.
7. Orang tua bayi dengan ROP harus diberikan penjelasan mengenai perjalanan
penyakit dan kemungkinan yang bisa terjadi pada kelainan ini selama pasien
dirawat, mulai saat awal diagnosis dan berlanjut sesuai dengan progresivitas
penyakit selama dirawat.
8. Tanggung jawab pemeriksaan dan tindak lanjut bayi dengan resiko ROP harus
diputuskan oleh masing-masing neonatal intensive care unit (NICU). Kriteria unit
khusus untuk pemeriksaan ROP harus ditetapkan untuk masing-masing NICU
melalui konsultasi dan persetujuan antara ahli neonatologi dan ahli mata. Jika
rumah sakit memutuskan untuk merujuk maka harus dilakukan sebelum maturasi
mencapai zona 3 dan ketersediaan pelayanan di tempat rujukan harus tersedia.
Dokter yang merujuk memiliki tanggung jawab untuk membicarakan baik secara
lisan maupun tertulis pemeriksaan mata mana yang dibutuhkan dan kebutuhan
apa yang diharapkan dari tempat rujukan harus tersedia. Dokter yang menerima
rujukan harus memastikan keadaanmata penderita dan melakukan komunikasi
dengan dokter yang merujuk sehingga pemeriksaan selanjutnya dapat disesuaikan
dengan keadaan pasien. Jika tanggung jawab untuk tindak lanjut diserahkan
kepada orang tua maka orang tua harus mengerti bahwa kebutaan dapat terjadi
dan pemeriksaan lanjutan penting untuk keberhasilan pengobatan.28
2.2.8. Diagnosis
2.2.9. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi ditemukan ROP maka retina dibagi menjadi 3 zona yaitu :
1. Zona I : Retina posterior berupa lingkaran radius 60, dengan papil optik
sebagai pusatnya, bila ditemukan ROP 1 jam (sektor) dalam zona 1 maka
didiagnosis sebagai ROP zona 1
2. Zona II : Mulai dari tepi zona I ke arah anterior mencapai ora serata nasal,
didiagnosis sebagai ROP zona 2 bila maturasi pembuluh darah retina yang
terjadi belum masuk dalam radius diameter 1 diskus ora serrata dan
didapatkan pada 2 jam berurutan atau 1 jam ROP pada sektor lain.
3. Zona III : Daerah retina yang tersisa di anterior zona II, didiagnosis jika
ditemukan maturasi pembuluh darah retina yang terjadi masuk dalam radius
diameter 1 diskus ora serata dan didapatkan pada 2 jam berurutan atau 1 jam
ROP pada sektor lain.
Luasnya yang terlibat ROP dinyatakan dalam clock hours. Sebagai panduan adalah
pada saat pemeriksaan berhadapan dengan pasien, posisi jam 3 berada disisi kanan
dan sisi nasal mata kanan pasien, serta temporal mata kanan, serta nasal mata kiri
pasien.
Apabila di sekeliling ridge ditemukan pembuluh darah yang melebar dan berkelok-
kelok.
a b
c d
e f
Untuk kelainan penyerta merupakan istilah lain yang penting dalam ROP
yang merupakan penggabungan 3 parameter yang telah disebutkan diatas, serta
penting dalam hal penentuan yang akan dilakukan, yaitu plus desease, prethreshold
dan threshold desease. Plus desease merupakan keadaan dengan perubahan vaskuler
yang begitu jelas, sehingga vena posterior meleba dan arteri berkelok-kelok. Bila
keadaan ini ditemukan, maka tanda +(plus) ditambahkan pada stadium ROP.
2.2.10. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan ROP adalah untuk penglihatan. Pada pasien tertentu perlu
pengobatan segera. ROP padaa umumnya membaik sendiri dan tidak membutuhkan
pengobatan. Pada stadium 3 dan lebih lanjut pengobatan diperlukan untuk
menghentikan pertumbuhan pembuluh darah abnormal pada retina atau mengatasi
ablasi retina yang terjadi.
1. Terapi krio, memakai suhu beku untuk membekukan bagian retina yang
dipengaruhi ROP, yang akan menghentikan pertumbuhan pembuluh darah tidak
sehat dalam mata.
2. Terapi laser, seperti terapi krio laser terapi dilakukan untuk menghentikan
pertumbuhan yang berlebihan pembuluh darah tidak sehat pada retina. Laser
dipergunakan untuk membakar bagian kecil retina yang dikenai ROP. Terapi
laser memberikan hasil lebih baik dibandingkan terapi krio.
3. Bedah retina, dilakukan pada stadium 4 dan 5 ROP, retina mulai lepas atau
ablasi total. Terapi skleral buckle ini merupakan terapi bedah yang digunakan
bila terapi krio laser gagal dalam mencegah terjadinya retinopati pada
prematuritas. Pitasilikon diletakkan disekitar ekuator dan dikencangkan untuk
mengurangi traksi dari cairan vitreous pada jaringan parut fibrous dan retina
sehingga menyebabkan retina kembali ke permukaan dinding bola mata.30
4. Vitrektomi diindikasikan pada retinopati pada prematuritas stadium V, namun
pada stadium ini kemampuan untuk dapat melihat lagi juga rendah. Terapi
untuk Retinopati pada Prematuritas harus dilakukan sedini mungkin agar dapat
menyelamatkan penglihatan bayi.31
Agar dapat melakukan terapi sedini mungkin untuk retinopati pada prematuritas
ini perlu deteksi dini dan skrining pada bayi dengan resiko tinggi terkena retinopati
pada prematuritas. Terapi yang dilakukkan disaat pernyakitnya belum terlalu parah
merusak retina, akan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi dan
menyelamatkan bayi dari kebutaan permanen.32
2.2.11. Komplikasi
Komplikasi dari ROP dapat meliputi miopia, ambliopia, strabismus,
nistagmus, katarak, retinal breaks, dan retinal detachment. Berdasarkan penelitian
Vanderveen et al strabismus sering bervariasi dan bisa membaik pada usia 9 bulan.
Follow-up dari dokter mata diperlukan dalam jangka panjang.33
2.2.12. Prognosis
ROP biasanya mengalami regresi pada kebanyakan pasien stadium 1 dan 2,
sejak perifer retina bisa sepenuhnya mengalami vaskularisasi dalam minggu-minggu
berikutnya setelah kelahiran prematur, meninggalkan sedikit perubahan anatomis dan
fungsional residual. Sekitar 90% pasien pada tahap ini menunjukkan involusi spontan
penyakit dan tidak memerlukan perawatan khusus. Pasien ini hanya memerlukan
tindak lanjut progresif selama tahun-tahun pertama kehidupan untuk mencegah
ambliopia dan strabismus dan memperbaiki ametropia, kejadian yang tampaknya
lebih besar pada bayi prematur bila dibandingkan dengan bayi yang tidak prematur.
Saat ROP mencapai stadium 3 threshold atau tipe 1 prethreshold penyakit, pasien
membutuhkan pengobatan. Penyakit akan menyebabkan kelainan anatomi dan
fungsional yang tidak menguntungkan apabila tanpa perawatan yang tepat. Prognosis
pengobatan dengan fotokoagulator, fototerapi, cryotherapy atau diode apabila
dilakukan pada pasien penyakit ambang batas yang baik bisa mencegah kehilangan
penglihatan sekitar 70 sampai 80% pasien. Namun, Banyak anak yang menjalani
perawatan menunjukkan ketajaman visual yang tidak memuaskan akibat perubahan
anatomis residual yang cenderung mempengaruhi daerah makula atau karena
strabismus, ambliopia, atau ametropia tinggi.34
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pasien tertentu perlu pengobatan segera. ROP pada umumnya membaik
sendiri dan tidak membutuhkan pengobatan. Pada stadium 3 dan lebih lanjut
pengobatan diperlukan untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah abnormal
pada retina atau mengatasi ablasi retina yang terjadi.
Bentuk pengobatan ROP antara lain terapi krio, terapi laser, bedah retina, dan
vitrektomi Diharapkan dalakukan terapi sedini mungkin untuk retinopati prematuritas
ini, perlu deteksi dini dan skrining pada bayi dengan resiko tinggi terkena retinopati
pada prematuritas. Terapi yang dilakukkan disaat pernyakitnya belum terlalu parah
merusak retina, akan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi dan
menyelamatkan bayi dari kebutaan permanen.
Referensi