KASUS XXX
Dosen Pengampu:
Dr. Wisjnu Martani, S.U., Psikolog
Disusun oleh :
Sulistua Ditha Hardiyaningsih
18/434137/PPS/03673
B. ASESMEN
Melakukan wawancara terhadap subjek, anak dan menantu subjek di rumah.
1. Rancangan dan pelaksanaan Asesmen
No Aspek/data yang digali Metode Sumber Pelaksanaan
1 Kondisi Fisik
2 Sosial
Mengetahui hubungan Observasi non Klien Terlaksana
sosial klien di partisipan
Lingkungan Wawancara Tetangga Belum
Terlaksana
3 Perilaku klien
1. Lansia
Lansia atau yang di sebut sebagai lanjut usia merupakan masa dimana
kemampuan akal dan fisik menurun, yang di mulai denngan adanya beberapa
perubahan dalam hidup (Basuki, 2015). Laslett (dalam Suardiman, 2011)
menyatakan bahwa menjadi tua merupakan proses perubahan biologis secara terus-
menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu. Untuk
menentukan apakah seseorang telah menjadi lanjut usia dapat dilihat berdasarkan
ciri-ciri fisik, mental age dan chronological age. Rambut memutih, kulit
berkeriput, gigi mulai tanggal serta keropos tulang merupakan ciri-ciri fisik yang
sering muncul pada individu yang lanjut usia meski sebenarnya tidak terlalu jelas
kapan mulai terjadinya proses menjadi tua ini (Hurlock dalam Kusumiati, 2009).
Santrock (2011) mengungkapkan bahwa masa lanjut usia dimulai ketika seseorang
mulai memasuki usia 60 tahun. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Santrock, Hurlock (2002) juga mengemukakan bahwa yang disebut lanjut usia
adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Hurlock, lanjut usia
merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia, masa di mana semua orang
berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa
pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang.
Menurut Gunarsa (dalam Munandar, 2017), tidak semua orang lanjut usia
bisa menikmati masa senjanya dalam kehangatan keluarga dan terdapat masalah
pokok psikologis yang dialami oleh para lansia. Pertama adalah masalah yang
disebabkan oleh perubahan hidup dan kemunduran fisik yang dialami oleh lansia.
Kedua, lansia yang sering mengalami kesepian yang disebabkan oleh putusnya
hubungan dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi. Ketiga, post
power syndrome, hal ini banyak dialami lansia yang baru saja mengalami pensiun,
kehilangan kekuatan, penghasilan dan kebahagiaan. Berdasarkan masalah
psikologis yang dialami lansia, lansia memerlukan dukungan keluarga yang
diharapkan dapat mensejahterakan kehidupan lansia.
Ada beberapa hal penyebab loneliness pada lansia (Putra dkk, 2012) antara lain :
Maasalah:
Kesehatan Fisik:
Anak dan menantu bekerja
Gangguan fisik wajar
Cucu bermain dengan
berkurangnya pendengaran
teman
badan dingin, mudah lesu,
Suami mengalami stroke
jari tangan kaku, lutut
menjadi pegal.
Pola Perilkau:
Moody (Diam, uring-
uringan)
Seharian tidak mau makan
2. Diagnosis
Hasil asesmen yang telah diperoleh maka diambil diagnosis dari
permasalahan klien yaitu, Loneliness. Perubahan perilaku yaitu menjadi sering
uring-uringan tanpa sebab jelas dan bisa juga diam tanpa melakukan apa-apa
selama seharian, kehilangan nafsu makan. Namun ketika kondisi biasa / bagus
moodnya Nenek BP masih bisa produktif dengan melakukan hal positif. Kondisi
yang dialami Nenek BP tersebut, walaupun secara fisik masih nampak baik- baik
saja, namun secara psikologis Nenek BP merasakan kesepian (loneliness) karena
tidak ada orang di dalam rumahnya yang dapat diajak berinteraksi / berkomunikasi
dengan intens dan mendalam walaupun orangnya lengkap. Hal ini menyebabkan
Nenek BP merasa tidak ada yang memperhatikannya sehingga berpengaruh pada
perubahan mood yang fluktuatif.
E. PROGRAM INTERVENSI
1. Rancangan Intervensi
Intervensi multi-komponen dikembangkan menggunakan pendekatan kognitif-
perilaku, yang merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk lansia (Satre,
Knight & David, 2006). Pendekatan ini dapat diadaptasikan sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan secara efektif pada lansia. Selain
pendekatan kognitif-perilaku, intervensi multi-komponen juga menggunakan
pendekatan kelompok yang memiliki beberapa keunggulan untuk digunakan pada
lansia (Cordioli et al., 2002).
Pertama, pendekatan kelompok dapat berperan sebagai sarana untuk katarsis,
di mana mengekspresikan berbagai macam keluhan merupakan hal yang sangat
terapeutik bagi lansia. Kedua, lansia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan
lansia lainnya dan mengembangkan rasa kebersamaan, altruisme, dan saling
mendukung sehingga dapat meningkatkan dukungan sosial, yang kebanyakan
berkurang secara dramatis pada lansia dibandingkan dengan kalangan usia yang
lebih muda. Ketiga, pendekatan kelompok juga memberikan kesempatan pada
lansia untuk saling berbagi masalah masing-masing, dan menemukan universalitas
dari masalah yang dimiliki.
Dengan demikian, mereka memperoleh pemahaman bahwa banyak individu
lain memiliki masalah serupa, dan mereka dapat saling mempelajari solusi yang
kiranya tepat untuk digunakan dalam keseharian. Dengan Kombinasi antara
berbagai macam pendekatan tersebut, intervensi ini dinamakan Multicomponent
Cognitive Behavior Group Therapy dalam penelitian ini, yang selanjutnya disebut
dengan MCBGT.
Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini (MCBGT) terdiri dari delapan
sesi dengan setiap sesi memiliki fokus pada suatu teknik tertentu. MCBGT
menggunakan beberapa teknik yang diperkirakan sesuai untuk diaplikasikan pada
lansia di Indonesia untuk membantu mereka menangani stress dan kesepian.
Teknik-teknik tersebut terdiri dari psikoedukasi, relaksasi, self- monitoring,
pendekatan kognitif, komunikasi efektif, dan pemecahan masalah.
2. Tahap Pelaksanaan Intervensi
Intervensi akan dilaksanakan sebanyak delapan kali pertemuan, dengan
dua pertemuan setiap minggunya, dengan rincian sesi sebagai berikut:
kesepian.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi dari program intervensi ini adalah setelah dilakukan selama dua
bulan dilakukan evaluasi mengenai program ini. Apabila klien mampu mengikuti
dengan baik dan ada perubahan positif pada klien maka program intervensi tetap
dilakukan.. Namun apabila klien tidak mampu mengikuti atau tidak ada perubahan
maka perlu dilakukan perubahan program intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Malchiodi, C. A. (2007). The art therapy sourcebook. New York, NY: McGraw-Hill.