Anda di halaman 1dari 13

PENGUATAN NEGATIF

Definisi Penguatan Negatif Penguatan negatif (Negative Reinforcement) adalah Penguat yang berasal dari pemindahan atau penghindaran suatu kejadian negatif sebagai konsekuensi dari perilaku. Dalam Walgito, 2010, Penguatan negatif diartikan sebagai sesuatu yang apabila ditiadakan dalam suatu situasi, akan meningkatkan probabilitas respon. Penguatan negatif terjadi bilamana stimulus aversi (stimulus yang tidak menyenangkan atau berbahaya bagi organisme) dihentikan atau tidak ditampilkan. Sebagai contoh, pelatih atletik menggunakan stimulus aversi berupa para atlit harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali bila pemain melakukan kesalahan dalam latihan. Jika para atlit mampu berlatih sesuai instruksi pelatih, maka keharusan mengelilingi lapangan tersebut dapat dikurangi jumlahnya atau dihentikan. Dengan demikian respon yang benar dari para atlit ditingkatkan atau dipelihara dengan penguatan negatif. Jenis-Jenis Penguatan Negatif Ada dua jenis negatif, yaitu Escape conditioning (Pengkondisian melarikan diri) dan Avoidance conditioning (Pengkondisian menghindar). a.Escape Conditioning adalah beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana dihentikan atau dihilangkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon. Escape Conditioning merupakan bentuk penguatan negatif karena sesuatu yang negatif dihilangkan. Sebagai contoh, seorang anak yang dikurung di dalam kamar selama satu jam akan menangis sejadi-jadinya kemudian orang tua yang tidak tega membiarkannya keluar dari kamarnya. Dalam kasus ini, telah terjadi penguatan negatif dimana anak akan terbiasa melakukan hal tersebut jika di kurung di dalam kamar. b.Avoidance conditioning adalah beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana ditunda atau dihindarkan akan meningkatkan atau memelihara kekuatan respon. Penguatan negatif avoidance akan mengakibatkan munculnya perilaku avoidance (menghindar). Sebagai contoh, bila seseorang takut dengan anjing, padahal setiap hari ia harus melewati rute dimana ada anjing di situ, maka ia berusaha mencari rute lain yang tidak ada anjingnya dan melewati rute baru untuk menghindarkan kejadian negatif, yaitu bertemu anjing. Contoh lain, seorang siswa dapat menghindar dari teguran orang tuanya dengan cara tidak memberitahu hasil hasil ulangan hariannya kepada orang tuanya. Tokoh Penguat Negatif (NegativeReinforcement) B.F. Skinner merupakan seorah tokoh dari teori modifikasi perilaku yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang tokoh behavioris dengan menggunakan pendekatan model langsung dan beliau juga meyakini bahwa perilaku kita sehari-hari dikontrol melalui suatu proses yang disebut dengan proses operant conditioning.

Bunyi Teori dari B.F.Skinner Teori B.F.Skinner mengemukakan bahwa adanya cara kerja yang menentukan (operant conditioning) yang terdiri dari stimulus yang menggugah yang dapat meningkatkan proses kerja serta usaha untuk memodifikasi perilaku seseorang dengan suatu penguatan(reinforcement). Operant Conditioning atau pengoperasian operan merupakan suatu cara atau proses untuk penguatan perilaku operan. Perilaku operan itu sendiri adalah suatu perilaku yang dikeluarkan atau dilakukan dengan cara spontan dan bebas, yang berbeda dengan perilaku responden, dikemukakan oleh Pavlov, yang muncul dikarenakan adanya suatu stimulus tertentu. Perilaku operan ini dapat berulang-ulang muncul atau menghilang sesuai dengan keinginan. Skinner membagi penguatan (reinforcemet) kedalam dua bagian, yaitu penguatan yang bersifat positif, maupun penguatan yang bersifat negatif. Penguatan positif tersebut contohnya seperti memberikan penghargaan/imbalan untuk perilaku yang sesuai dengan keinginan. Sedangkan penguatan negatif tidak memberikan penghargaan jika perilaku tersebut tidak sesuai dengan keinginan. Sehingga dengan adanya penguatan tersebut maka perilaku dari seseorang akan berubah. Dengan menyadari bahwa apa yang dia kerjakan salah maka dia akan menerima konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukan sehingga dia akan sadar bahwa apa yang dia kerjakan adalah tidak benar dan akan merubah perilakunya menjadi benar. Dari kesimpulan yang bisa kami tangkap dari penjelasan di atas tentang pengertian dari penguatan negative, contoh kongkrit dinamika kami sebagai mahasiswa Teknologi Infromasi adalah sebagai berikut : Ketika salah satu dosen memberikan tugas untuk membuat program dan dikumpul tepat waktu. Ketika dosen tersebut memeriksa tugas itu ternyata dosen itu menemukan bahwa banyak tugas dari mahasiswa yang sama. Artinya beberapa mahasiswa melakukan kegiatan plagiat dan itu membuat beberapa mahasiswa malu. Jika hal itu terulang kembali maka dosen itu tidak akan menerima tugas tersebut dan akan diberikan sanksi gagal dalam mata kuliah tersebut. Dari konsekuensi tersebut mahasiswa kedepannya berusaha untuk mengerjakan sendiri tanpa plagiat. Dan dari kebiasaan itu mahasiswa mendapatkan dampak positif semakin rajin dan lebih memahami tentang program. Contoh diatas merupakan salah satu contoh dari jenis penguatan negative Avoidance conditioning yaitu prilaku menghindari sesuatu agar tidak terjadi lagi. Mahasiswa menghindari pembuatan tugas yang dilakukan secara plagiat dengan melakukannya secara sendiri agar tidak lagi di temukan kesamaan ,

sehingga tugas tersebut dapat diterima. Ada pula dampak positif yang muncul apabila sudah menjadi kebiasaan. Sumber Referensi : 1. Feldman, Robert S. 2012. Pengantar Psikologi (Understanding Psychology).Jakarta:Salemba Humanika. 2. http://en.wikipedia.org/wiki/B._F._Skinner 3. http://blog.unsri.ac.id/desipandora/welcome/teori-penguatan-skinner/mrdetail/15164 http://mewatipanjaitan12.blogspot.com/2013/03/penguatan-negatif-negative-reinforcement.html

A. PENGERTIAN PENGUATAN Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu materi pelajaran. Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain. 1. Meningkatnya perhatian dalam belajar. 2. Membangkitkan dan memelihara perilaku. 3. Menumbuhkan rasa percaya diri. 4. Memelihara suasana belajar yang kondusif. Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan. B. KOMPONEN-KOMPONEN YANG TERDAPAT DALAM PEMBERIAN PENGUATAN a. Penguatan Verbal Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala ungkapan kata-kata yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke dalam penguatan verbal. Beberapa contoh pemberian penguatan verbal. 1) Guru bertanya ,Konsep apa yang diterapkan pada kapal laut? Beny mengacungkan tangan dan menjawab, Hukum Archimedes, Bu!! Guru menanggap balik, Ya benar. Bagaimana bunyi Hukum Archimedes? Beny menjawab, Setiap benda padat yang dimasukan ke dalam zat cair akan mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang dipisahkan. Gaya ke atas itulah yang membuat kapal terapung di dalam air. Guru menanggapi, Hebat Beny. Kita beri tepuk tangan buat Beny. 2) Pada saat belajar tentang tekanan, guru mengajukan pertanyaan, Mengapa ujung paku dibuat runcing? Sally menjawab, Karena ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil, sehingga tekanan terhadap benda menjadi besar. Guru menanggap balik, Iya, lengkap sekali jawaban Santi, atau Betul, tepat sekali!! 3) Pada saat belajar tentang pemuaian, guru meminta siswanya untuk menyebutkan aplikasi konsep pemuaian di kehidupan sehari-hari. Salah satu siswa menyebutkan, Penyambungan rel kereta api, Bu!! Guru menanggapi balik, Bagaimana dengan penyambungan rel kereta api?

Siswa tersebut menjelaskan, Pada daerah sambungan diberi jarak antara batang satu dengan lainnya, sehingga pada saat panas batang tersebut memiliki tempat untuk memuai. Guru memberikan tanggapan balik, Tepat sekali. Kamu memang pintar, Nak!! 4) Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswanya. Jawaban dari siswa kurang benar. Guru tidak boleh berkata, Jawabanmu salah!! atau Bodoh sekali, Kamu!. Seharusnya guru berkata, Ya, jawabanmu sudah baik tetapi masih kurang tepat. Ada pendapat yang lain?. Beragam ucapan-ucapan lain yang bisa dilontarkan guru secara spontan, kata yang digunakan diusahakan bervariasi agar tetap segar dan bersemangat. Dengan ucapan atau tanggapan balik tersebut siswa merasa terpuji, dihargai, diberikan perhatian, dan yang tidak kurang pentingnya adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat bermanfaat bagi dia. b. Penguatan Non Verbal Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak bentuk pemberian penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa. Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibedakan dalam kategori berikut. 1) Mimik dan gerak badan Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang berinteraksi saling berhadapan. Selama proses interaksi tersebut dipertahankan agar mimik muka atau wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-tampilan lain yang menimbulkan kesan tidak simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru berlangsung terus menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x 45 menit. Selama selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan siswa berpartisipasi secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif tersebut guru secara berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk penguatan tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa takjub dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lainlain. Variasi-variasi tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses pembelajaran berlangsung. 2) Mendekati Setiap siswa memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan temannya. Ada siswa yang senang dipuji dan dibesarkan hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik, ada siswa yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan bangga sesaat dari gurunya. Tapi ada siswa yang berharap lebih dari itu. Mereka lebih senang kalau guru berada di sampingnya saat memberikan penguatan. Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi harapan tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat siswa yang baru saja memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan, atau memberi penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk penguatan yang lain, sehingga tidak terkesan hambar atau dingin. 3) Sentuhan Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan, melengkapi jawaban temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan atau meralat argumentasi temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan menyalami, menepuk-nepuk pundak siswa, membelai kepala siswa atau sentuhan lain yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.

4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa Guru yang profesional berusaha mengenal kecenderungan dan karakter semua siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal seperti apa yang lebih disenangi oleh siswa. Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang melakukannya. Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga dapat memilih aktivitas yang membuat siswa senang. Misalnya, mengajukan pertanyaan yang bersifat kompetisi dalam menjawab, memperagakan sesuatu di depan kelas, mengerjakan latihan berbentuk teka-teki silang, melakukan studi tour, atau memberikan tugas proyek dan banyak lagi aktivitas lain yang dapat dipilih dan divariasikan. Bentuk kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan kesenangan siswa di dalam belajar fisika. Misalnya, apabila kelas tersebut dinominasi oleh siswa yang senang berolahraga. Pada saat mempelajari gerak dalam bidang, guru membawa siswa ke lapangan untuk memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak melingkar, ataupun gerak pada bidang miring. 5) Simbol atau benda Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif di dalam pembelajaran. Bagi siswa yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut akan mendorong dia untuk tampil lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih bersemangat, juga ingin mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat memberi kebanggaan dan mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan berikutnya. 6) Penguatan tak penuh Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau tidak benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan penguatan tetapi tidak penuh, misalnya Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat. Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah. C. PRINSIP PENGGUNAAN PENGUATAN Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, sebagai berikut. a. Hangat dan Antusias Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif. Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif. b. Kebermaknaan

Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya. Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika membuat mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut membantu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung. c. Menghindari respon negatif Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan temantemannya. Contoh. Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan. Guru berpikir mungkin si siswa sudah paham, jadi demonstrasi itu tidak menarik buat dia. Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan jangka sorong. Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca hasil pengukuran dan menyampaikan kepada teman-temannya. Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan. Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak langsung menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak memperhatikan sewaktu guru menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk melaksanakan tugas itu dan siswa tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang menggantikan tugas tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama. Guru memberikan dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu mengeluarkan ucapan, Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok tahu!!

Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya siswa yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang terpengaruh, siswa lain akan ikut terkena dampaknya. Perasaan tenang yang dirasakan siswa-siswa lain bisa berubah menjadi tertekan, takut, cemas, dan was-was akan menghantui mereka. Suasana yang tadinya santai dan nyaman bagi sebagian siswa berubah menjadi menegangkan. Akibatnya mereka tidak konsentrasi lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal yang sama menimpa mereka. Siswa yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak mengenakan atau bersifat negatif, bukannya akan menjadi bersemangat. Tetapi malah semakin mundur. Dia malu dengan guru dan teman-temannya. Merasa diadili, dipersalahkan, dinilai tidak mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Ini dapat berakibat tumbuhnya rasa antipati terhadap guru dan pelajaran fisika dan menimbulkan ketidaknyamanan dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa benci. Jadi sebaiknya guru tidak pernah memberikan tanggapan negatif terhadap siswa. Guru boleh menghukum atau memarahi siswa, tetapi harus dengan santun dan penuh rasa kasih orang tua kepada siswanya. d. Pemberian penguatan dengan segera Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan. e. Variasi bentuk penguatan

Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1 atau 2 jam pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk mempertahankan semangat belajar. Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu tersebut. Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan oleh siswa. Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup, guru harus pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil menganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar berulangulang dalam waktu terbatas. D. CARA PENGGUNAAN PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain. a. Penguatan kepada pribadi tertentu Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan. Karena apabila tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya. b. Penguatan kepada kelompok Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya Bapak sangat senang kalian menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dapat juga memberikan sebuah penghargaan lain. E. KELEBIHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain. 1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi. 2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif. 3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri. 4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif. 5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri. Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal. F. KELEMAHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.

DIDIK CAHYONO
http://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-memberikan-penguatan-dalam-proses-pembelajaran/

PENGUATAN
A. Pengertian Penguatan Sesuai dengan makna kata dasarnya kuat, penguatan (reinforcement) mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu diperkuat. Diperkuatartinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul sekian banyak yang tenggelam. Pada proses pendidikan yang berorientasi pengubahan tingkah laku, tujuan utama yang hendak dicapai melalui proses belajar adalah terjadinya tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima sesering mungkin sesuai dengan kegunaan kemunculannya. Penguatan yang diperuntukkan bagi tingkah laku-tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima bukan tingkah laku yang jelek. Tingkah laku yang baik atau dapat diterima adalah tingkah laku yang bernilai positif dengan rujukan sebagai berikut: Harkat dan martabat manusia (HMM, yang di dalamnya terukir hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan panca daya) yang seluruhnya normative.

Nilai dan moral yang bersumber pada agama, adat istiadat, ilmu, hukum, dan kebiasaan, yang diterima dan diberlakukan dalam kehidupan. Tugas perkembangan peserta didik yang hendaknya dipenuhi atau dicapai peserta didik untuk menjamin kesuksesan tahap perkembangan yang sedang berlangsung dan kesiapan tahap perkembangan berikutnya.

Kebutuhan dasar dan kebutuhan perkembangan yang hendaknya terpenuhi untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Tujuan pendidikan/pembelajaran yang sedang dijalani peserta didik untuk menjamin kesuksesan pendidikan yang sedang dijalani sekarang dan pendidikan selanjutnya. Keuntungan dan dampak positif yang diperoleh melalui tingkah laku tersebut, baik bagi peserta didik yang bersangkutan maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait. Tingkah laku yang baik perlu mendapat apresiasi, sambutan positif, bahkan penghargaan (reward) yang secara langsung diterima dan dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang menyenangkan; sedangkan tingkah laku yang jelek atau tidak dapat diterima tidak boleh diberi penguatan, bahkan harus dikurangi dan diberantas. Dalam praktik pendidikan sehari-hari banyak sekali tingkah laku ditampilkanoleh peserta didik, ribuan, bahkan tak terhitung jumlahnya. Diantara tingkahlakutingkahlaku itu pastilah banyak yang baik, yang perlu diberi penguatan, di samping ada diantaranya yang kurang baik atau tidak baik sama sekali, yang perlu dilemahkan atau diberantas. Sayangnya, banyak sekali tingkah laku yang baik itu terlewatkan begitu saja, tidak mendapatkan penguatan. Tingkah laku yang sebenarnya baik itu, karena tidak mendapatkan perhatian dan tidak mendapat penguatan, menjadi mengendur dan dikhawatirkan akhirnya menghilang. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka tingkah laku yang baik itu akan semakin langka; maka akan terjadilah krisis tingkah laku yang baik. Biasanya krisis itu disertai dengan membanjirnya tingkahlaku yang jelek. Dalam kondisi tidak memperhatikan dan memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang baik, banyak diantara orang-orang yang menamakan diri pendidik justru lebih peka terhadap tingkah laku yang jelek. Berbagai pihak beramai-ramai memberikan perhatian kepada tingkah laku yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Akibatnya tingkah laku jelek itu yang lebih menonjol, dibicarakan dimanamana; sementara itu tingkah laku yang baik seakan-akan tenggelam di rimba berbagai kejelekan. Ironisnya, berbagai pembicaraan, dan juga upaya yang katanyaditujukan untuk mengatasi tingkah lakutingkah laku yang jelek itu, cenderung gagal. Ibarat arang abis, besi binasa, nasi tak masak, parang tak jadi juga. Memang harus diakui bahwa memberantas yang jelek-jelek jauh lebih susah daripada menyuburkan dan menguatkan hal-hal yang sudah mulai membaik. Apalagi kalau cara dan para pelaksana pemberantas kejelekan itu masih banyak terkontaminasi dengan hal-hal yang jelek itu.

B.

Jenis Penguatan Ada dua jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Arah dan tujuan kedua jenis penguatan itu sama, yaitu mendorong lebih kuatnya tingkah laku baik yang telah ditampilkan. Namun bentuk dan materi penguatan berbeda.

1.

Penguatan positif Diselenggarakan dengan jalan memberikan hal-hal positif berupa pujian, hadiah, atau hal-hal lain yang berharga kepada pelaku tingkah laku yang dianggap baik dan ingin ditingkatkan frekuensi penampilannya. Dengan pujian, hadiah dan lain-lain hal positif itu diharapkan si pelaku termotivasi untuk mengulangi tingkah laku atau perbuatannya yang dianggap baik itu. Pujian, hadiah dan hal-hal yang berharga itu disebut penguat. Sifat penguat disini adalah sesuatu atau perangsang yang membuat orang yang bersangkutan merasa dihargai, merasa senang, merasadirinya berguna, merasa dirinya berhasil, dan hal-hal positif lainnya.

2.

Penguatan negative Penguat pada penguatan negative haruslah tetap berupa hal-hal yang menyenangkan bagi si pelaku, dengan cara mengurangi hal-hal tertentu yang selama ini dirasakan sebagai hukuman, atau tidak menyenangkan, atau menjadi sesuatu yang memberatkan bagi si pelaku.

C. Pertimbangan Dalam Pemberian Penguatan Penguatan baik positif maupun negative sebaiknya dilakukan secara tepat, tidak asal dilaksanakan. Pemberian penguatan hanya akan efektif apabila dilaksanakan dengan memenuhi sejumlah pertimbangan. 1. Sasaran penguatan Tingkah laku atau bisa juga prestasi peserta didik yang hendak diberi penguatan hendaknya jelas; jelas bentuk tingkah laku itu; jelas pula apanya yang baik. Lebih jauh, tingkah laku yang dianggap baik dan perlu diberi penguatan itu biasanya adalah tingkah laku yang selama ini belum ditampilkan dan memang ditunggu-tunggu penampilannya. Dengan ditampilkannya tingkah laku (baru) yang baik itu berarti si pelaku sudah mengalami perubahan diri menjadi lebih baik.

2.

Waktu pemberian penguatan Pelaksanaan pemberian penguatan hendaknya sesegera mungkin; jangan ditunda; kalau terlambat dapat menjadi basi dan tidak efektif. Dalam hal ini perhatian dan spontanitas si pemberi penguatan sangat diperlukan.

3.

Jenis penguat Jenis penguat hendaknya wajar, tidak terkesan berlebih-lebihan. Hindari kesan di buat-buat atau kepurapuraan. Seringkali penguat berupa tepuk tangan, ucapan selamat, tepukan di bahu, bersalaman, pelukan atau sun di pipi (untuk pelaku dengan jenis kelamin yang sama)sudah cukup efektif. Bentuk penguat tidak harus berupa sesuatu yang mahal, tetapi jangan sampai tanpa makna sama sekali. Bentuk penguat juga dapat berupa sesuatu yang bisa ditukar dengan hal-hal yang secara langsung dapat dinikmati, seperti hadiah voucher yang dapat ditukarkan di took atau kafe dengan barang tertentu atau makanan.

4.

Cara pemberian penguatan Hendaknya juga wajar, menghindari kesan berlebihan, kepura-puraan dan dibuat-buat. Kewajaran ini disesuaikan dengan bentuk penguatnya. Cara yang dimaksud disini dapat sangat bervariasi, dari

pemberian hadiah pada waktu diadakannya acara besar sampai sekadar jabat tangan atau isyarat ucapan selamat. 5. Tempat pemberian penguatan Diberikan di tempat penampilan tingkah laku yang diberi penguatan itu muncul (TKP). Untuk keperluan tertentu dan sesuai dengan kondisi pemberian penguatan itu sendiri, pelaksanaan pemberian hadiah, dan lain semacamnya dapat dilakukan di tempat berbeda. 6. Pemberi penguatan Pemberi penguatan hendaklah orang yang memiliki arti khusus bagi si pelaku; kalau bisa the significant person. Hal ini tidak mutlak; teman sendiri pun dapat memberikan penguatan. Hal yang paling penting adalah pemberian penghargaan itu dirasakan sebagai sesuatu yang positif, sebagai pendorong untuk berperilaku seperti itu lagi, bagi si pelaku. Makin positif penguatan itu dirasakan oleh pelaku tingkah laku, makin efektiflah pemberian penguatan itu. Status pemberi penguatan dapat menambah makna dari penguat yang diberikan itu. http://bknpsikologi.blogspot.com/2010/11/penguatan-dalam-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai