Anda di halaman 1dari 4

C.

Pengakuan dan Penerimaan dalam Pendidikan Pengakuan guru dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu perasaan tulus yang muncul dari diri pendidik untuk mengakui dan menganggap mereka (peserta didik)sebagai anak yang butuh bimbingan, arahan, dan pendidikan untuk menjadi manusia dewasa, semua itu tidak akan dapat terwujud tanpa adanya pengakuan dan penerimaan pendidik didalam dirinya untuk mengajar dan mendidik mereka dan juga tidak akan tumbuhnya hubungan yang dinamis dan menyejukkan dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itulah penting dan adanya penerimaan dan pengakuan dari pendidik terhadap peserta didik dan sebaliknya peserta didik juga harus ada pengakuan dan penerimaan didalam diri mereka bahwa pendidik adalah pengganti orang tua dirumah yang akan mendidik mereka (peserta didik). Ketika guru hadir bersama peserta didik disekolah, didalam jiwa seharusnya sudah tertanam niat untuk mendidik peserta didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai sifat dan watak yang cakap dan terampil, bersusila dan berahklak mulia.[6] Peristiwa pendidikan mempersyarakatkan penghormatan dan pengakuan dari dan kedua pihak, yaitu pendidik dan peserta didik. Dasar penghormatan dan pengakuan itu bukanlah kekuasaan ataupun karisma pendidik, melainkan kemampuan internal peserta didik. Atas dasar penghormatan dan pengakuan internal peserta didik itulah pendidik memperkembangkan peserta didik melalui upaya pendidikan. Dan pada diri peserta didik sendiri juga terdapat perbedaan dalam perkembangannya diberbagai bidang. Anak berbakat mungkin cepat berkembang intelektualnya akan tetapi ketinggalan dalam aspek social emosional. Anak yang cepat berkembang secara fisik, akan sulit mengikuti pembelajaran akademis. Kepandaian anak dalam suatu bidang akan berbeda dengan penguasaan pada bidang lain.[7] Penerimaan pendidik terhadap peserta didik secara tulus dan apa adanya, untuk menumbuhkan kedekatan antara pendidik dan peserta didik dalam suasana segar, dinamis dan menyenangkan. Kedekatan itu tidak harus bersifat fisik, pendidik dapat mewakilkan dirinya dalam bentuk sumber dan media pendidikan, unit labolatorium, perangkat keras dan perangkat lunak baik tertulis, melalui rekaman video-audio maupun bentuk-bentuk hasil rekayasa elektronik lainnya. Hubungan antara media pendidikan (sebagai pendidik) dan penggunanya (peserta didik) memerlukan persyaratan tertentu agar hubungan itu efektif sebagai upaya pendidikan. Hubungan antara pendidik dan peserta didik haruslah mengarah kepada tujuan-tujuan ekstrinsik yang bersifat pamrih untuk kepentingan pribadi pendidik. Pamrih-pamrih yang ada, selain dapat merugikan dan membebani peserta didik, merupakan pencenderaan terhadap makna pendidikan dan menurunkan kewibawaan pendidik. Pendidikan harus responsive dan gemar membantu peserta didik, bantuanitu lebih diutamakan yang bersifat social-psikologis akademik, bukan materilial-ekonomis-fisik, intensitas bantuan itu harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, tidak terksan memanjakan (karena terlalu banyak) atau mengabaikan (karena terlalu sedikit). Kewibawaan pendidik dalam proses pendidikan terletak pada kemampuannya mengembangkan: 1. Penghormatan antara pendidik dan peserta didik. 2. Pengakuan positif antara pendidik dan peserta didik. 3. Kedekatan antara pendidik dan peserta didik. 4. Hubungan tanpa pamrih dari pendidik terhadap peserta didik.

5. Sikap responsive dan pemberian bantuan dari pendidik kepada peserta didik. 6. Kedekatan pendidik terhadap peserta didik yang penuh dengan nuansa pendidikan akan berimbas kepada peserta didik untuk bersikap positif terhadap peserta didik sejalan dengan isi, warna, dan norma kedekatan pendidik itu. [8] Hal yang perlu dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran: a. Hubungan pendidik dengan peserta didik atas dasar penghormatan dan pengakuan. Jadi jika ada peserta didik yang berinisiatif mencoba berperan sebagai pemimpin, maka pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik dengan senang hati, karena kepemimpinan adalah potensi yang juga harus dimiliki peserta didik secara utuh b. Adanya pengakuan dari pendidik bahwa mereka (peserta didik) memiliki potensi, kamampuan, semangat untuk berkembang dalam pencapaian tujuan PBM (proses belajar mengajar). c. Penerimaan peserta didik terhadap pendidik seharusnya secara suka rela, senang dan adanya unsure kepercayaan. Oleh sebab itu setiap peserta didik diberikan kesempatan yang sama dan pendidik hrus mampu mengembangkan proses pembelajaran secara demokratis. d. Terciptanya hubungan antara pendidik dengan peserta didik baik kedekatan fisik maupun kedekatan psikologis. Untuk membangunnya adanya pengakuan dan penerimaan yang tulus, terbuka, saling memberi dan menerima diantara keduanya. e. Tumbuhnya rasa yang mengesankan antara pendidik dengan peserta didik, dimana saat peserta didik harus berpisah dengan peserta didik demi untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Namun itu semua tidak akan pernah terlupakan karena pndidik adalah figure yang hamper sama kedudukannya dengan orang tua, yang berusaha dengan sepenuh hati untuk mendidik dan mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu pengetahuan yang luas dan berahklak mulia dan berguna bagi bangsa dan negara. f. Selalu meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan baik dibidang akademik, kompetensi, dan pendidikan profesi untuk menjadi guru yang professional dan untuk membentuk kompetensi dan kemandirian peserta didik.[9] g. Guru harus mampu merancang strategi pembelajaran dengan sebaik-baik mungkin untuk meningkatkan minat dan semangat peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. h. Guru juga harus berinteraksi dengan peserta didik didalam proses belajar mengajar yang lebih intensif (sering), seperti tanya jawab menyangkut materi yang diajarkan. Hal ini juga akan menambah kedekatan antara pendidik dengan peserta didik dan mampu merubah suasana belajar yang tadinya fakum menjadi hidup, dengan diadakan tanya jawab maka peserta didik merasa aktif dan berperan dalam pembelajaran. i. Guru merupakan salah satu dari sekian banyaknya sumber belajar. Didalam mengajar guru yang profesional harus mampu mentransfer ilmu kepada siswa berupa memberi materi, tanya jawab, demonstrasi, hubungan interaktif, konsultasi antara siswa dengan guru berupa motivasi saling mengarahkan dan lain sebagainya.[10] Menurut Gary dan Margenet bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesinalis memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan (4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. Kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, antara lain: 1) Kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik 2) Hubungan baik dengan peserta didik

3) 4) 5) 6) 7)

Menerima dan memperhatikan peserta didik dengan tulus Menciptakan iklim untuk tumbuhnya kerjasama Melibatkan peserta didik dalam mengorganisasikan dan merencanakan pembelajaran Mendengarkan dan menghargai hak peserta didik untuk berbicara dalam setiap diskusi Meminimalkan bahkan mengeliminasi setiap permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran. Kemampuan dalam mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk menghadapi dan menangani peserta didik yang bermasalah seperti peserta didik yang suka menyela, mengalihkan pembicaraan 2. Mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam pembelajaran 3. Kemampuan bertanya yang memerlukan tingkat berfikir yang berbeda untuk semua peserta didik. Kemampuan memberikan umpan balik dan penguatan seperti berikut: 1) Memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik 2) Memberikan respon yang sifatnya membantu terhadap peserta didik yang lamban belajar 3) Memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan 4) Kemampuan memberikan bantuan professional kepada peserta didik jika diperlukan. Kemampuan untuk peningkatan diri yaitu antara lain: 1) Menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif 2) Memperluas dan menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran 3) memanfaatkan kelompok (KKG) untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan. Dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan manapun, khususnya di sekolah dasar, guru memiliki peran yang penting (urgen) dan strategis, dan tidak dapat digantikan oleh mahkluk apapun, termasuk teknologi. Oleh karena itu, berbagai uapaya untuk meningkatkan kualitas dan dilakukan secara terus menerus, dan berkesinambungan, termasuk pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi guru.[11]

DAFTAR PUSTAKA Afnibar. Memahami Profesi dan Kinerja Guru. Jakarta: PT The Minangkabau Foundation. 2005 Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam,Jakarta: Pustaka Al Husna. 1988 Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest. 2008 Nasution. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Prayitno. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang. 2008

Ramayulis. Profesi Keguruan (Resume Materi Perkuliahan)

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002


Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003

Anda mungkin juga menyukai