Anda di halaman 1dari 34

1

BIMBINGAN PERKEMBANGAN PENDEKATAN


KOMPREHENSIF
Robert D. Myrick
“Developmental Guidance And Counseling: A Practical Approach”

Untuk memenuhi Tugas Wawasan BK


Dosen Pengampu Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons

Oleh :
Kelompok 4 (Rombel B)

Bobby Surya Pratama 0106518047


Wastiti Adingrum 0106518068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Bersama ini kami sampaikan karya ilmiah berupa makalah yang berjudul
“Bimbingan Perkembangan Pendekatan Komprehensif” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Wawasan Bimbingan dan Konseling pada Program Pasca Sarjana S2
Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang.
Substansi dari makalah ini adalah buku-buku mengenai bimbingan
perkembangan pendekatan kompehensif yang diangkat menjadi judul makalah ini,
bersumber pada literatur yang berkaitan dengan teori tersebut. Buku utama dalam
penulisan ini berjudul Developmental Guidance and Counseling: A Practical
Approach. yang ditulis oleh R. D. Myrick.
Adapun tata cara penulisan makalah ini dalam bab I pendahuluan
memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah,
bab II memaparkan overview bimbingan perkembangan pendekatan komprehensif,
sedangkan bab III berisi simpulan.
Kiranya kesempurnaan adalah milik Tuhan, sehingga kami merasa perlu
mendapatkan masukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Atas perhatian dan simpati semua pihak terhadap makalah ini kami
ucapkan banyak terimakasih.

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II OVERVIEW BIMBINGAN PERKEMBANGAN PENDEKATAN


KOMPREHENSIF
2.1 Asumsi dan Kebutuhan Dasar ......................................................... 3
2.2 Teori Bimbingan Perkembangan .................................................... 4
2.3 Kurikulum dan Tujuan Bimbingan Perkembangan ........................ 8
2.4 Prinsip Bimbingan Perkembangan ................................................. 11
2.5 Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ........................ 16
2.6 Model Nasional ASCA untuk Program Konseling Sekolah ........... 21
2.7 Peran Personil ................................................................................. 23

BAB III SIMPULAN


3.1 Simpulan ........................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah sejak lama berkembangan anggapan bahwa bimbingan dan
konseling ditujukan pada siswa yang bermasalah, khususnya siswa yang
melakukan kesalahan atau pelanggaran tata tertib sekolah. Tentu saja anggapan
tersebut dapat menyesatkan cenderung berbahaya, terutama bagi konselor yang
melaksanakan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Padahal
visi BK sudah jelas yakni membantu memberikan layanan dalam
mengembangkan segala potensi dan kepribadian siswa secara optimal.
Secara oprasional, program bimbingan dan konseling diwujudkan dalam
berbagai layanan yang diberikan kepada siswa, kepribadian, intelegensi,
emosional, religius, dan sosial. Namun demikian, pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya bersifat kuratif melainkan juga bersifat pengembangan.
Di sekolah memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam berbagai
tantangan, kesulitan, masalah aktual yang timbul, agar siswa dapat berkembang
secara optimal. Pelayanan bantuan yang diberikan tidak terbatas pada bidang
sekolah melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan anak. Tentu saja semua
aspek kehidupan anak selalu dipandang dari sudut perkembangan individual dan
integrasi kepribadian masing-masing anak. Hal ini mengingat bahwa anak adalah
makhluk yang unik, artinya tida ada manusia yang sama satu sama lainnya, baik
dalam sifat maupun kemapuannya.
Pada saat ini bimbingan dan konseling di Indonesia secara dinamis
mengikuti berbagai perubahan kondisi di atas. Salah satu dinamika
perkembangannya adalah dengan mengadaptasi model bimbingan konseling
komprehensif sebagai respon terhadap tuntutan perubahan kondisi masyarakat.
Bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah merupakan upaya
untuk memberikan bantuan secara utuh yang melibatkan konselor, pimpinan
sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang tua dan masyarakat. Melalui
bombingan dan konseling komprehensif peserta didik diharapkan dapat

1
2

memahami dan dapat mengetahui kehidupan yang mencakup kehidupan


akademik, karir dan pribadi sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini, penulis membatasi permasalahan untuk
memfokuskan pada tujuh permasalahan mendasar yang berkaitan dengan
bimbingan perkembangan pendekatan komprehensif. Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa asumsi dan kebutuhan dasar bimbingan perkembangan
pendekatan komprehensif?
2. Bagaimana teori bimbngan perkembangan?
3. Bagiamana kurikulum dan tujuan bimbingan perkembangan?
4. Bagaimana prinsip bimbingan perkembangan?
5. Bagaimana program bimbingan dan konseling komprehensif?
6. Bagaimana model nasional ASCA untuk program konseling sekolah?
7. Bagaimana peran personel dalam bimbingan dan konseling
komprehesif?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui asumsi dan kebutuhan dasar bimbingan
perkembangan pendekatan komprehensif.
2. Untuk mengetahui teori bimbngan perkembangan.
3. Untuk mengetahui kurikulum dan tujuan bimbingan perkembangan.
4. Untuk mengetahui prinsip bimbingan perkembangan.
5. Untuk mengetahui program bimbingan dan konseling komprehensif.
6. Untuk mengetahui model Nasional ASCA untuk program konseling
sekolah.
7. Untuk mengetahui peran personel dalam bimbingan dan konseling
komprehensif.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asumsi dan Kebutuhan Dasar


Bimbingan dan Konseling perkembangan berasumsi bahwa secara
alami manusia sebagai individu bergerak secara positif ke arah peningkatan
diri. Ia mengakui ada kekuatan di dalam diri kita masing-masing yang
membuat kita percaya bahwa kita adalah spesial dan tida ada seorangpun
yang seperti kita. Ia juga berasumsi bahwa potensi individu adalah asset
berharga bagi masyarakat dan masa depan manusia.
Tetapi, sifat bawaan untuk ekpresi dan keunikan pribadi yang dimiliki
masing-masing seringkali membutuhkan kompromi dengan kekuatan
eksternal. Ini datang dari individu lainnya yang sedang mengejar tujuan
khusus mereka sendiri. Mereka juga datang dari suatu masyarakat yang
menghadirkan suatu koleksi sikap, nilai-nilai, dan hukum yang dirancang
untuk membantu orang-orang untuk hidup bersama-sama. Kadang-Kadang
kekuatan dalam dan kekuatan luar berselisih menghasilkan konflik. Kadang-
Kadang pertumbuhan dan perkembangannya menderita.
Pendekatan perkembangan mempertimbangkan sifat alami
perkembangan manusia, mencakup tahap-tahap dan tugas-tugas umum yang
kebanyakan berupa pengalaman individu seperti kematangan mereka akan
dari masa kanak-kanak ke kedewasaan. Itu berpusat pada konsep diri positif
dan mengakui bahwa konsep diri seseorang dibentuk dan diperbaiki melalui
pendidikan dan pengalaman. Lebih lanjut mengenali bahwa perasaan,
gagasan, dan perilaku dihubungkan bersama-sama dan mereka pelajari.
Karena itu, kondisi-kondisi yang paling diinginkan untuk belajar dan belajar
kembali adalah pertimbangan penting untuk perkembangan. Tujuan utamanya
adalah untuk membantu para siswa belajar lebih efektif dan efisien.
Suatu syarat program perkembangan adalah bantuan dari semua
personil sekolah dalam rangka memenuhi tujuannya, yang diorganisir di

3
4

sekitar kurikulum. Konselor dan guru-guru, khususnya, harus bekerja dengan


akrab bersama-sama untuk menyediakan layanan bimbingan dan konseling
untuk para siswa disekolah. oleh karena itu Ada suatu kebutuhan untuk
mengidentifikasi peran personil sekolah di dalam program bimbingan dan
konseling yang komprehensif dan untuk mengenali bagaimana mereka
melengkapi satu sama lain. Lebih lanjut, ada suatu kebutuhan ke secara rinci
menggambarkan fungsi pekerjaan dan intervensi dasar dari konselor sekolah,
sebagai penanggungjawab program.
Ada kebutuhan untuk program bimbingan dan konseling yang
komprehensive yang meluas dari SD sampai sekolah menengah. Sebagai
tambahan, ada suatu kebutuhan untuk menyusun kembali kurikulum
bimbingan, untuk melatih kembali konselor sekolah dan guru-guru untuk
peran baru bimbingan dan konseling, dan untuk menjadi lebih dapat
dipertanggungjawabkan dalam menemukan kebutuhan perkembangan orang
muda. Itu tidak melibatkan suatu revolusi di dalam pendidikan, hanyalah
membantu evolusi bimbingan dan konseling di sekolah.

2.2 Teori Bimbingan Perkembangan


Dalam rangka membangun suatu program bimbingan dan konseling
perkembangan, ada beberapa konsep tentang perkembangan manusia untuk
diketahui. Istilah "perkembangan" begitu menonjol dalam bimbingan dan
konseling, mengapa dapat dikatakan demikian? Pertama, perkembangan
manusia adalah satu set seumur hidup proses fisiologis, psikologis, dan sosial
yang dimulai saat lahir dan berlanjut sampai kematian. Kedua, pengembangan
ini melibatkan interaksi antara genetik seseorang dan lingkungan yang
berbeda dimana seseorang itu hidup dan tumbuh. Perkembangan manusia
adalah perjalanan dari lahir sampai mati di mana kepribadian terungkap,
berubah, dan berubah lagi.
Selain itu, perkembangan adalah istilah yang biasa kita digunakan
ketika membicarakan tentang orang-orang atau perubahan yang nampak
5

dengan beberapa macam arah. Tentu saja, pesan dan arah ini dapat terganggu
jika faktor tertentu merintangi kecenderungan alami.
1.2.1 Tahap dan Tugas Perkembangan
Jean Piaget (1970) menekankan perkembangan kognitif anak-anak. Ia
dan para rekan kerjanya menyimpulkan bahwa perkembangan intelektual
nampak berlangsung di setiap tahap-tahap dan oleh karena itu, tidak ada tahap
dapat dihapuskan, karena masing-masing tahap tergantung pada yang
terdahulu. Empat tahap yang dikenali adalah: Sensorimotor (0 - 2 th);
Preoperational (2 - 7th); Concrete Operations (7 - 12 th); and 4) Formal
Operations (12 th - keatas).
Sebagai contoh, menurut teori Piaget, anak-anak mulai sekolah sedang
memasuki suatu tahap ketika lambang digunakan untuk menyelesaikan
aktivitas mental. Anak-Anak belajar bahwa kekayaan dapat berubah di dalam
penampilan tetapi beberapa faktor bisa sama, bahwa object dapat terukur, dan
pemikiran itu dapat diakibatkan oleh pengujian keseluruhan dan bagian-
bagian dari suatu obyek. Pemecahan masalah muncul pada usia sekolah
menengah sebab pemikiran dan dapat memusatkan pada masa depan.
Robert Havighurst, sejak awal 1948, memperkenalkan suatu teori
perkembangan manusia yang difokuskan pada tugas perkembangan. "Tugas
perkembangan muncul pada suatu periode tertentu di dalam hidup individu,
prestasi sukses dapat memimpin ke arah kebahagiaan dan ke arah sukses
dengan tugas kemudian, sementara kegagalan memimpin ke arah
ketidakbahagiaan individu, penolakan masyarakat, dan kesukaran dengan
tugas berikutnya" (Havighurst, 1972, p.2). Tahap-tahap perkembangan dan
tugas perkembangan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Masa kanak-kanak dan awal masa kanak-kanak (Usia 0-5)
a. Belajar untuk berjalan
b. Belajar untuk mengambil makanan padat
c. Belajar untuk berbicara
d. Belajar untuk mengontrol pembuangan limbah tubuh
e. Belajar perbedaan jenis kelamin dan kesopanan seksual
6

f. Membentuk konsep dan bahasa belajar untuk menggambarkan


realitas sosial dan fisik
g. Belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orang tua dan
saudara kandung; mengidentifikasi hubungan
h. Bersiap-siap untuk membaca
i. Belajar untuk membedakan benar dan salah dan mulai
mengembangkan hati nurani
2. Pertengahan masa kanak-kanak (Usia 6-11)
a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan biasa
b. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri dan rasa konsep
diri
c. Belajar untuk bergaul dengan usia rekan-pindah dari lingkaran
keluarga untuk kelompok di luar rumah
d. Belajar keterampilan toleransi dan kesabaran
e. Belajar peran sosial yang tepat maskulin atau feminin
f. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
menghitung
g. Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari
h. Mengembangkan hati nurani, moralitas, dan skala nilai-nilai
i. Mencapai kemerdekaan pribadi
j. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga,
melalui pengalaman dan imitasi
3. Masa remaja (Usia 12 - 18)
a. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman usia kedua
jenis kelamin
b. Belajar disetujui secara sosial peran dan perilaku feminin dan
maskulin
c. Menerima fisik seseorang dan belajar untuk menggunakan tubuh
secara efektif
7

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa


lainnya
e. Menetapkan tujuan kejuruan untuk kemandirian ekonomi
f. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, yang berkaitan
kepentingan dengan kemampuan untuk pilihan
g. Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga
h. Mengembangkan kemampuan dan konsep untuk kompetensi
kewarganegaraan
i. Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab, mengambil nilai-nilai akun masyarakat
j. Memperoleh seperangkat nilai-nilai dan sistem etika sebagai
panduan untuk perilaku
k. Menetapkan tujuan yang realistis dan membuat rencana untuk
mencapai tujuan tersebut
4. Awal kedewasaan (Usia 19 - 30)
a. Memilih pasangan-mengembangkan hubungan intim
b. Belajar untuk hidup dengan pasangan hidup
c. Memulai sebuah keluarga
d. Membesarkan anak
e. Mengelola rumah
f. Persiapan dalam pekerjaan, beberapa¬kali mengabaikan tugas-tugas
lain selama periode ini
g. Mengambil tanggung jawab kewarganegaraan
h. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Usia pertengahan
a. Mencapai tanggung jawab sipil dan sosial dewasa
b. Membangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup
c. Membantu anak-anak remaja untuk menjadi dewasa bahagia
bertanggung jawab
d. Mengembangkan kegiatan waktu luang dewasa
e. Berkaitan diri untuk pasangan seseorang sebagai pribadi
8

f. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis usia


pertengahan
g. Menyesuaikan diri dengan orang tua penuaan
6. Akhir Dewasa
a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri dengan pensiun dan pendapatan berkurang
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan
d. Membangun afiliasi eksplisit dengan kelompok usia seseorang
e. Memenuhi kewajiban sosial dan kemasyarakatan
1.2.2 Konsep Diri
Konsep diri telah dikenali sebagai suatu variabel penting di dalam
pelajaran dan perkembangan manusia. Kedua-duanya self-concept dan selfesteem
mempertimbangkan produk dari bagaimana orang-orang berbicara dan saling
berhubungan dengan satu sama lain. Sebagaimana konsep diri berkembang,
berbagai sikap dan gaya pribadi menjelma mewujudkan, yang pada gilirannya
menjadi bagian dari proses belajar. Itu nampak pada sikap signifikan tentang diri,
orang lain, sekolah, dan masyarakat, yang mempengaruhi bagaimana seseorang
belajar dan kemudian berfungsi sebagai orang dewasa, dibentuk selagi orang-
orang muda sedang tumbuh dewasa di dalam keluarga-keluarga mereka dan
sekolah. Prestasi siswa di sekolah secara langsung berhubungan dengan konsep
diri ( Purkey, 1970).
Oleh karena itu, untuk mempertimbangkan tugas-tugas dan tahap-tahap
perkembangan, tanpa memperhatikan pada konsep diri, boleh jadi merupakan
kesalahan.
Sebagai tambahan, nampak jelas bahwa gambaran diri seseorang dibentuk
oleh hubungan antar pribadi dan bahwa hubungan ini menjadi bagian dari kondisi-
kondisi di mana orang-orang belajar.

2.3 Kurikulum dan Tujuan Bimbingan Perkembangan


Ada kurikulum yang terorganisir dalam pendekatan bimbingan
perkembangan. Berdasarkan tahap perkembangan, tugas, keterampilan, dan
9

kondisi pembelajaran, kurikulum bimbingan merupakan upaya terencana


untuk memberikan setiap siswa dengan seperangkat keterampilan dan
pengalaman yang membantu meningkatkan semua belajar. Pendekatan seperti
mencakup semua tujuan pendidikan.
Secara lebih rinci, tujuan dan sasaran hasil program bimbingan
perkembangan dihubungkan untuk memfasilitasi proses instruksional
(Aubrey, 1979). Sebagian orang boleh melihat sasaran hasil perkembangan
pribadi sebagai suplemen untuk hal-hal yang bersifat akademis, tetapi mereka
adalah satu bagian yang terintegrasi dari keseluruhan program pendidikan.
Sedangkan sasaran hasil nampak untuk memfokuskan pada pertumbuhan
pribadi, hasil boleh jadi mempertimbangkan yang diinginkan untuk program
bidang pendidikan manapun.
Ada delapan tujuan yang menjadi karakteristik hampir semua semua
program bimbingan dan konseling perkembangan antara lain sebagai berikut:
Tujuan 1: Pemahaman Lingkungan Sekolah
Tujuan 2: Pemahaman Diri dan Orang lain
Tujuan 3: Pemahaman Sikap dan Perilaku
Tujuan 4: Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
Tujuan 5: Hubungan Antar Pribadi dan Keterampilan Komunikasi
Tujuan 6: Keterampilan Sukses Sekolah
Tujuan 7: Kesadaran Karir dan Perencanaan Pendidikan
Tujuan 8: Kebanggaan dan Keterlibatan Masyarakat

Tujuan 1: Pemahaman Lingkungan Sekolah memungkinkan siswa di


sekolah apapun yang mereka menghadiri untuk menjadi lebih akrab dengan
fasilitas, prosedur, dan program. Ini termasuk membantu siswa untuk
mempelajari lebih lanjut tentang layanan bimbingan dan peran konselor
sekolah dan guru-penasihat.

Tujuan 2: Pemahaman Diri dan Orang lain berfokus pada hal-hal seperti
membantu siswa belajar lebih banyak tentang kemampuan, minat, dan
karakteristik pribadi. Siswa belajar untuk mengidentifikasi kekuatan dan
10

daerah di mana mereka ingin meningkatkan mereka. Mereka juga


memikirkan dan mengembangkan keterampilan yang berkaitan dengan
hubungan mereka dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya.
Tujuan ini termasuk self-assessment, penerimaan diri, dan pengembangan
kepercayaan diri. Ini menghargai perbedaan positif dan keunikan antara
orang-orang.

Tujuan 3: Pemahaman Sikap dan Perilaku terus mengatasi pemahaman


diri dan orang lain, memberikan perhatian khusus pada bagaimana kebiasaan,
sikap, dan persepsi dapat mempengaruhi perilaku. diperiksa juga adalah
bagaimana perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan tujuan dan
konsekuensi dan bagaimana perilaku dapat diubah, jika diinginkan.

Tujuan 4: Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah hadir untuk


menetapkan tujuan dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Ini
melibatkan peningkatan kesadaran faktor yang mempengaruhi perubahan dan
pengambilan keputusan, serta prosedur membantu untuk pemecahan masalah.
Ada penekanan pada tanggung jawab dan pilihan individu.

Tujuan 5: Hubungan Antar Pribadi dan Keterampilan Komunikasi


menekankan nilai mengembangkan hubungan interpersonal yang positif dan
bagaimana keterampilan komunikasi mempengaruhi cara di mana orang
berinteraksi satu sama lain. keterampilan interpersonal dan komunikasi yang
berkaitan dengan persahabatan dan hubungan kerja dengan siswa, guru, dan
keluarga.

Tujuan 6: Keterampilan Sukses Sekolah dirancang untuk membantu siswa


menjadi lebih sukses di sekolah. Ini termasuk kemampuan belajar, perilaku
pembelajaran, manajemen waktu, resolusi konflik dengan teman sebaya dan
guru, dan mengembangkan sikap dan kebiasaan yang memungkinkan
seseorang untuk mendapatkan hasil maksimal dari sekolah yang positif.

Tujuan 7: Kesadaran Karir dan Perencanaan Pendidikan ditujukan untuk


salah satu aspek yang paling tradisional bimbingan sekolah dan konseling.
11

Ada banyak upaya untuk mengintegrasikan atau mengasimilasi informasi


karir dan bimbingan dalam kurikulum akademik. Tujuan ini, bagaimanapun
adalah lebih luas difokuskan untuk membantu siswa untuk memahami lebih
banyak tentang dunia kerja, untuk meningkatkan kesadaran karir mereka, dan
melakukan beberapa eksplorasi karir yang mendalam terkait dengan
keterampilan pribadi, minat, dan kemampuan. Selain itu, perhatian diberikan
untuk membuat rencana pendidikan, termasuk memilih program,
mempersiapkan kelulusan dan pendidikan masa depan, mengembangkan
keterampilan kerja, dan belajar bagaimana untuk mencari pekerjaan.

Tujuan 8: Kebanggaan dan Keterlibatan Masyarakat menekankan


keterlibatan masyarakat. Ini menekankan bagaimana siswa dapat menjadi
orang-orang yang bertanggung jawab dan produktif dalam komunitas mereka.
Hal ini juga berfokus pada sumber daya masyarakat.

2.4 Prinsip Bimbingan Perkembangan


Beberapa prinsip dasar yang dapat menjadi dasar bagi layanan
bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada konsep filosofis
tentang konsep kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan
bimbingan di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan luar sekolah. Myrick
(2011) menyebutkan ada 7 prisip bimbingan perkembangan, antara lain
sebagai berikut:
1. Bimbingan perkembangan adalah untuk semua siswa
Meskipun beberapa orang muda memiliki lebih banyak masalah atau
lebih merepotkan daripada yang lain, dan memerlukan perhatian khusus
karena keadaan atau kebutuhan mereka, bimbingan perkembangan
diarahkan untuk semua siswa. Akan ada saat-saat tertentu, ketika peristiwa
yang mengganggu terjadi atau ketika jenis intervensi krisis mungkin
merupakan respons yang tepat. Namun, kurikulum bimbingan yang efektif
menyediakan bantuan terus menerus, dukungan, dan pengalaman
pertumbuhan berarti bagi semua siswa.
12

2. Bimbingan perkembangan memiliki kurikulum yang terorganisir dan


terencana.
Dalam kurikulum ini, ada tujuan umum dan khusus untuk membantu
siswa dalam perkembangan mereka. Kurikulum ini dibangun untuk
membantu siswa dengan kognitif, afektif, dan pertumbuhan fisik merka,
dan memberikan perhatian khusus untuk penilaian individu, potensi,
motivasi, dan prestasi. Hal ini berkonsentrasi pada kondisi belajar dan
menekankan aspek manusia dalam proses pendidikan.
Kurikulum bimbingan berkaitan dengan perilaku sejumlah konsep
diri. Hal ini mendorong pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
dan keunikan individu. Hal ini juga mengakui adanya masyarakat dan
harapan masyarakat, serta hak dan harga diri individu. Kurikulum ini
dirancang untuk membantu siswa untuk peka terhadap orang lain, untuk
mengatasi dan menyesuaikan, dan menjadi pribadi tegas, percaya diri, dan
mengarahkan diri sendiri.
Tujuan kurikulum dan sasaran kurikulum biasanya diorganisir ke
dalam unit-unit bimbingan. Masing-masing unit, dengan tujuan umum dan
khusus, diorganisir lebih lanjut ke dalam sesi bimbingan yang diberikan
kepada siswa. Sebaga contoh, jika tujuan umum dari unit adalah untuk
“mengembangkan sikap positif tentang sekolah,” maka tujuan lebih
spesifik dibahas dalam sesi tertentu menjadi "untuk dapat pujian orang
lain.” Dalam hal ini, diasumsikan sikap positif terkait dengan hubungan
yang positif dengan orang lain dan keterampilan mengenali dan memuji
orang lain adalah bagian dihargai hubungan interpersonal.

3. Bimbingan perkembangan adalah berurutan dan fleksibel


Pengalaman siswa pada tingkat usia yang berbeda memberikan
beberapa ide tentang kapan bimbingan khusus disberikan dan dipelajari.
Dalam hal ini, ada upaya untuk memberikan beberapa program yang
berkesinambungan. Hal ini diasumsikan, misalnya, semua siswa harus
13

berorientasi ke gedung sekolah dan prosedur umum sepanjang tahun


pertama. Hal ini juga diasumsikan bahwa tak lama setelah orientasi, siswa
akan menilai tujuan mereka dan memeriksa perilaku kelas mereka. Tidak
cukup menunggu sampai siswa memiliki masalah di kelas mereka atau
memiliki kesalahpahaman dengan guru-guru mereka sebelum mereka
menerima bimbingan. Sebaliknya, siswa dapat memperoleh manfaat
dengan mengidentifikasi jenis perilaku kelas yang terkait dengan prestasi
dan kemudian menila diri mereka sendiri atau membandingkan penilaian
dengan penilaian guru. Selanjutnya, siswa mengidentifikasi perilaku yang
ingin mereka perbaiki. Unit ini kemudian diikuti dengan "unit ketrampilan
belajar" di mana siswa belajar untuk mengelola waktu mereka dan
berkonsentrasi pada kebiasaan belajar.
Program ini harus fleksibel sehingga unit bimbingan atau sesi dapat
diubah untuk mengakomodasi kesiapan siswa dan guru. Selain itu,
tekadang unit baru harus dikembangkan dan dimasukkan ke dalam
kurikulum yang dijadwalkan untuk mengatasi kebutuhan tertentu atau
kekhawatiran.
Meskipun masing-masing unit bimbingan direncanakan denga hati-
hati dan dipresentasikan seoptimal mungkin dalam tahun pelajaran,
beberapa unit bimbingan juga perlu untuk diulangi, perlu untuk
dimodifikasi, dan masih perlu diperkenalkan di lain waktu dari waktu
pertama dijadwalkan.
Selain itu, guru dan konselor harus cukup fleksibel untuk
memanfaatkan momen saat "mengajar tepat waktu" yang sesuai. Ada
waktu khusus kapan siswa siap untuk belajar. Kadang-Kadang sesuatu
yang luar biasa terjadi dan ini mungkin menarik perhatian siswa atau
memberikan motivasi ekstra. Idealnya, itu selalu terbaik untuk menyajikan
aktivitas bimbingan ketika ada suatu keinginan yang jelas untuk belajar.
Konselor dan para guru dapat memanfaatkan saat-saat itu ketika pelajaran
bimbingan sangat sesuai atau mempunyai arti khusus.
14

4. Bimbingan perkembangan merupakan suatu baian yang terintegrasi dari


keseluruhan proses pendidikan
Meskipun ada identifikasi kurikulum yang nampak terpisah dari
kurikulum akademik, bimbingan perkembangan menyebar keseluruh
bagian lingkungan sekolah. Pengajaran tepat waktu merupakan bagian dari
program bimbingan perkembangan yang efektif. Demikian juga, konselor
dapat membuat personalisasi pelajaran bimbingan yang menarik dan
menerapkannya di kelas akademik. Sebagai contoh, siswa belajar menulis
surat dalam kelas bahasa Inggris juga dapat menerapkan keterampilan
tersebut untuk menulis informasi lebih lanjut tentang karir atau mungkin
melamar pekerjaan musim panas.

5. Bimbingan perkembangan melibatkan seluruh personil sekolah


Guru, konselor, administrator, dan semua personil pendukung
bertanggung jawab atas layanan bimbingan di sekolah. Beberapa
bimbingan paling baok disampaikan oleh guru melalui kelas yang
ditugaskan atau mungkin selama periode bimbingan khusus ketika mereka
bekerja sebagai penasihat untuk siswa. Bimbingan lain mungkin paling
baik disampaikan oleh spesialis bimbingan, seperti konselor, psikolog
sekolah, guru sumber daya, atau konsultan luar atau narasumber.
Meskipun konselor sekolah telah dikenal sebagai orang-orang yang
akan memimpin dalam mengatur dan merencanakan program bimbingan
perkembangan, program ini tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan
penuh dan bantuan dari guru dan administrator. Program bimbingan
bukanlah sesuatu yang dapat berjalan dengan sendirinya. Hal ini
membutuhkan kerjasama antara semua orang dewasa yang bekerja dengan
dengan para siswa.

6. Bimbingan perkembangan membantu siswa belajar lebih efektif dan


efisien
Selagi bimbingan dan konseling menekankan pertumbuhan pribadi
dan potensi individu, itu tidak dilakukan seperti prestasi akademis.
15

Sesungguhnya, segalanya di dalam program bimbingan secepatnya


diarahkan pada membantu para siswa belajar secara lebih efektif dan
efisien. Semua sasaran hasil bimbingan mempunyai dasar pendidikan dan
semua layanan dihubungkan untuk membantu para siswa mendapatkan
keluaran terbaik dari sekolah.

7. Bimbingan perkembangan termasuk konselor sekolah yang menyediakan


intervensi dan layanan konseling khusus.
Sementara banyak sasaran bimbingan dapat dijumpai dalam
kerangka umum program instruksional dan kurikulum bimbingan, ada
kesempatan ketika layanan khusus, seperti konseling singkat (brief
counseling) dibutuhkan oleh siswa. Konseling diberikan oleh konselor
sekolah yang bersertifikat yang memiliki pengetahuan (knowledgeable)
tentang teori dan ketrampilan konseling.
Konselor sekolah dipandang sebagai manusia yang memiliki tingkah
laku dan hubungan antar manusia spesialis di suatu sekolah. Mereka
mempunyai pelatihan ketrampilan konseling individual dan kelompok.
Mereka juga mempunyai waktu lebih fleksibel dibanding para guru.
Sesudah itu, mereka dapat memberi perhatian ekstra pada beberapa para
siswa dan menyediakannya pengalaman konseling yang sesuai.
Layanan konseling tidak dianggap terapi. Program bimbingan tidak
dirancang untuk memberikan psikoterapi untuk penyimpangan psikologis.
Namun, banyak para siswa yang mempunyai problem pribadi yang serius
masih hadir di sekolah reguler. Mereka harus mengatasi keterbatasan pada
setting sekolah dan untuk melakukan penyesuaian ke kondisi-kondisi
kelas. Mereka sering memerlukan bantuan untuk memantapkan hubungan
dalam bekerja dengan para guru dan teman sekelas.
Beberapa siswa dengan permasalahan pribadi serius merespon baik
ke unit bimbingan atau brief counseling dengan personil sekolah. Banyak
para guru dan Konselor mengenali pentingnya pemantapan hubungan
positif dengan para siswa yang sering bermasalah ( troubled students) dan
16

melakukannya secara efektif. Dengan mengabaikan apa yang mereka


lakukan dan efektivitas mereka, proses bantuan tidak diberi label therapy.
Membantu para siswa yang bermasalah (troubled students) untuk
melakukan penyesuaian ke sekolah tidak hanya meningkatkan pelajaran
mereka dan kesejahteraan mereka, tetapi itu meningkatkan lingkungan
belajar untuk yang lain. Jika seorang siswa mempunyai permasalahan
dengan seorang guru, sehingga siswa tidak belajar dan mungkin
mengacaukan pelajaran lain juga.
Konseling sekolah didasarkan pada teori briefcounseling dan
mengacu pada intervensi konselor yang dapat disampaikan dalam waktu
enam sampai delapan sesi konseling. Dalam program bimbingan
perkembangan, konseling difokuskan. "masa perbincangan" umum di
mana siswa berbicara dengan konselor dalam pertemuan terstruktur tidak
seperti biasa seperti dulu. Perbandingan murid-konselo dan waktu konselor
yang terbatas membuat jenis terorganisir atau berkelok-kelok dari diskusi
praktis, meskipun mereka mungkin menarik, produktif, dan diinginkan
pada kesempatan.
Sebagai tambahan terhadap konseling individual dan konseling
kelompok kecil dan bimbingan kelas, konselor menyediakan layanan lain ,
seperti konsultasi, pelatihan fasilitator sebaya, testing, dan mengkoordinir
aktivitas bimbingan yang lain.

2.5 Program Bimbingan dan Konseling KomprehensiF


Herr (2001) menggambarkan bagaimana profesi konseling sekolah
muda berkembang dalam menanggapi inisiatif menonjol kebijakan nasional,
tren ekonomi, menekan kebutuhan sosial, dan gerakan reformasi sekolah.
Namun, sebagian besar pendukung berlaku untuk reformasi sekolah nasional,
oleh dan besar, membayar sedikit perhatian untuk kebutuhan dan minat siswa
pribadi atau emosional. Sebaliknya, para pendukung reformasi bicara tentang
meningkatkan standar akademik, memperpanjang hari sekolah, menerapkan
17

kurikulum negara-mandat, memegang sekolah lebih bertanggung jawab untuk


prestasi siswa berdasarkan tes standar, dan memberikan sekolah "rapor."
Program bimbingan sekolah dan konseling hampir tidak pernah
disebutkan dalam laporan yang diterbitkan terkemuka yang menggambarkan
kondisi sekolah bangsa dan perlunya reformasi. Biasanya, program
bimbingan dikecualikan ketika implikasi untuk keunggulan pendidikan
dijelaskan. Program bimbingan tampak iklan-dendum guru dan upaya
administratif, tapi tidak penting khusus dalam hal kurikulum dan layanan
sekolah secara keseluruhan. Konselor adalah pembantu yang tidak diketahui.
Setiap sekolah memiliki program bimbingan. Beberapa lebih
terorganisir dan lebih komprehensif dari yang lain. Untuk memulai, kantor
administrasi sekolah adalah sumber resmi dari otoritas dan bertanggung
jawab untuk pengelolaan dan pengawasan operasi umum sekolah.
Administrator bangunan, seperti kepala sekolah dan asisten mereka, biasanya
berfokus pada disiplin sekolah, hubungan masyarakat, dan memastikan
kebijakan dan prosedur sekolah dewan sekolah yang diikuti. Layanan
dukungan terdiri dari berbagai pembantu, termasuk petugas kehadiran,
perawat, psikolog sekolah, spesialis media, dan konselor sekolah. Tergantung
pada ukuran sekolah, mungkin ada spesialis kurikulum yang membantu
mengembangkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi pengiriman kursus dan
konten masing-masing.
Konselor sekolah harus memberikan kepemimpinan yang diperlukan
untuk mengembangkan program bimbingan komprehensif. Melalui kerjasama
dan konsultasi dengan profesional lain di sekolah, konselor mempengaruhi
iklim pembelajaran. Mereka adalah pendukung bagi siswa dan berusaha
untuk meningkatkan prestasi siswa melalui layanan bimbingan dan konseling.
Program bimbingan dan konseling komprehensif telah berusaha untuk
mengubah dan menghidupkan kembali peran, tugas, dan fungsi yang
dilakukan oleh konselor sekolah. Kebutuhan penting untuk mengubah
konseling sekolah dari marjinal, layanan perifer untuk program pusat untuk
misi masing-masing sekolah telah dengan baik diakui (Brown & Trusty,
18

2005; Gysbers, 2001; Gysbers & Henderson, 2000; Dollarhide & Saginak
2008; Schmidt, 2008)
Pada tahun 2001, The American School Counselor Association (ASCA)
mensponsori pertemuan puncak nasional pemimpin profesional untuk
meninjau dan membahas elemen yang paling penting dari model untuk
program konseling sekolah. Pertimbangan khusus diberikan kepada Standar
Nasional ASCA yang dikembangkan pada tahun 1997. Setelah tinjauan luas
dan sintesis model negara, kabupaten, dan situs, ASCA diuraikan model
nasional yang memberikan kerangka sekitar yang program bimbingan sekolah
dan konseling dapat dikembangkan. Pendekatan perkembangan itu
diwujudkan dalam model dengan penekanan pada penyediaan layanan
bimbingan bagi semua siswa di sekolah, daripada beberapa yang dipilih.
Model seperti itu dapat berfungsi sebagai template untuk
pengembangan program konseling sekolah. Konselor dapat beradaptasi
kerangka kerja untuk program mereka saat ini dan intervensi. Pertimbangan
khusus dapat diberikan kepada sejarah sekolah, demografi make up dan
kebutuhan masyarakat, keahlian fakultas, dan sumber daya kabupaten.
Model ini fleksibel karena tampaknya tidak mungkin untuk
mengembangkan satu program ideal yang bisa digunakan di seluruh bangsa di
setiap sekolah. Ada terlalu banyak varians antara negara-negara, masyarakat,
dan sekolah, serta kebutuhan siswa dan kepentingan di tingkat usia dan kelas.
Namun, model ASCA mengidentifikasi domain fundamental, standar,
kompetensi siswa, dan orang-orang bertanggung jawab untuk menyampaikan
program, serta peran dan fungsi seorang konselor profesional.
Semua program bimbingan komprehensif memiliki filosofi yang ditulis,
dasar pemikiran, dan kurikulum konseling. Bersertifikat konselor sekolah
profesional memberikan kepemimpinan untuk mengatur program konseling
sekolah perkembangan yang komprehensif, yang menawarkan berbagai
kegiatan dan layanan. Jantung kerja konselor sekolah dibangun di sekitar
konseling individu dan kelompok kecil, bimbingan kelompok besar, pelatihan
pembantu sebaya dan proyek, konsultasi, dan koordinasi program. Ini juga
19

mungkin dipandang sebagai intervensi konselor dan mereka dapat


menampilkan pendekatan tim di mana semua personil sekolah yang terlibat
(Baker, 2000; Borders & Drury, 1992; Paisley & Borders, 1995; Paisley &
McMahon, 2001).
Teori perkembangan dan prinsip-prinsip yang jelas dalam semua
komponen dari program konseling sekolah yang komprehensif. Program ini
proaktif dan preventif di alam. Tujuannya adalah untuk mempromosikan
pengembangan pribadi dan akademik dengan membantu siswa dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap yang diperlukan
untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam rangka untuk
menguasai tugas-tugas perkembangan dan menjadi sukses (Outerbridge,
1999).
Herr dan Cramer (1996) adalah di antara yang pertama untuk
mengusulkan pendekatan sistem yang terkait hasil yang diinginkan untuk
elemen tertentu dalam program bimbingan dan konseling komprehensif.
Diasumsikan kemampuan program untuk mempromosikan pertumbuhan
mahasiswa dimaksimalkan ketika fit bersyarat antara peserta didik dan
kurikulum ditingkatkan. konselor sekolah didakwa dengan menghubungkan
sumber daya khusus untuk berbagai jenis peserta didik, kondisi sekolah yang
berbeda, dan mempromosikan berbagai jenis pengembangan siswa.
Norman C. Gysbers dan rekan-rekannya telah mengembangkan dan
menyempurnakan model program pembinaan yang komprehensif untuk tiga
dekade terakhir. Ini fitur rencana organisasi yang telah diadopsi oleh banyak
sekolah di seluruh bangsa. Dasar dari model ini bersarang di pengembangan
diri dari rentang hidup seseorang dengan penekanan pada pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk pengembangan karir. Dengan
demikian, model ini menekankan tiga domain dari pertumbuhan dan
perkembangan manusia:
a. Pemahaman diri dan keterampilan interpersonal. Membantu siswa untuk
mengembangkan kesadaran dan penerimaan diri mereka sendiri dan orang
20

lain dan untuk mengembangkan standar pribadi dan rasa tujuan dalam
hidup.
b. Peran kehidupan, pengaturan, dan acara. Menekankan pengetahuan dan
pemahaman tentang keterkaitan berbagai peran kehidupan.
c. Perencanaan karir hidup. Menilai nilai-nilai pribadi yang berkaitan
dengan rencana karir kehidupan calon dan keputusan.

Model ini lebih lanjut terdiri dari empat komponen program interaktif
yang menggambarkan kegiatan utama dan tanggung jawab personel yang
terlibat dalam program bimbingan. Yaitu:
a. Kurikulum bimbingan, atau ruang kelas terstruktur kegiatan,
diselenggarakan di sekitar domain kompetensi siswa;
b. Perencanaan individu, termasuk kegiatan untuk membantu siswa dalam
memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan mereka;
c. Layanan responsif, dengan informasi seperti mencari, konseling krisis,
dan konsultasi dengan guru dan orang tua.
d. Dukungan sistem, dengan kegiatan diarahkan manajemen program dan
operasi. (Gysbers & Henderson, 2000).

Salah satu tema sentral yang menghubungkan karya sebelumnya sampai


sekarang telah menjadi komitmen jangka panjang untuk menentukan
pekerjaan penting dari konselor sekolah di sekitar kegiatan yang dapat
ditampilkan untuk membawa hasil siswa yang diinginkan. Program
bimbingan dan konseling komprehensif telah dikonseptualisasikan sebagai
sistem berbasis hasil yang membangun peran konselor penting di sekitar hasil
penting yang harus dicapai oleh semua siswa (ASCA, 1999b; Gysbers &
Henderson, 2000; Herr, 2001; Johnson & Johnson, 1982).
Johnson dan Johnson (1982), beberapa tahun lalu, membuat kasus yang
kuat untuk melihat bimbingan sekolah dan konseling sebagai program
berbasis hasil. Mereka percaya jika hasil penting diinginkan dapat
didefinisikan, maka proses untuk mencapai tujuan-tujuan ini dapat
diidentifikasi. Selanjutnya, peran konselor dan elemen program harus
21

berevolusi dan beradaptasi untuk memaksimalkan hasil akhirnya. Demikian


juga, VanZandt & Hayslip (2001) menganjurkan konselor bergerak ke arah
program daripada model yang layanan dan untuk fokus pada tiga jenis hasil:
hasil program, siswa, dan konselor.
Mendefinisikan pekerjaan penting dari konselor sekolah membutuhkan
praktisi dan pendidik konselor untuk terus bertanya dan re-konsep jawaban
atas beberapa pertanyaan mendasar. Perkembangan berkelanjutan profesi
tergantung pada kemampuan untuk meningkatkan jawaban pertanyaan-
pertanyaan seperti (Ellis, 1991):
- Bagaimana konselor peran, tugas, fungsi, dan intervensi diubah menjadi
manfaat yang lebih besar dan dampaknya bagi semua siswa?
- Bagaimana konselor waktu pada tugas didistribusikan untuk
memaksimalkan manfaat bagi semua siswa?
- Bagaimana program disesuaikan untuk lebih memenuhi kebutuhan
masing-masing sekolah?
- Bagaimana program ini dapat menjadi pusat misi utama dari masing-
masing sekolah?
- Bagaimana bisa lebih baik kemitraan antara personil sekolah, orang tua,
dan bisnis dan tokoh masyarakat dibentuk?
- Bagaimana konselor advokat yang lebih baik untuk program mereka
dengan lokal, negara bagian, dan pembuat kebijakan nasional?

2.6 Model Nasional ASCA untuk Program Konseling Sekolah


American School Counselor Association bekerja untuk memenuhi
kebutuhan semua konselor sekolah profesional, terlepas dari pengaturan,
tingkat pengalaman, atau kebutuhan. Dengan anggota lebih dari 25.000
konselor sekolah, ASCA berfokus pada penyediaan pengembangan
profesional, meningkatkan program konseling sekolah, dan meneliti praktek
konseling sekolah yang efektif. ASCA juga merupakan sebuah divisi dari
Asosiasi Konseling Amerika.
22

ASCA menyetujui pengembangan model nasional untuk program


konseling sekolah, di ASCA Tucson National Summit Meeting untuk Program
Konseling Sekolah (2001), langkah-langkah yang diambil untuk menguraikan
itu. Idenya adalah untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengatur
konseling dan bimbingan sekolah program di mana konselor sekolah
menjabat sebagai pemimpin program. Hal ini juga diikuti Standar ASCA
Nasional, yang dikembangkan pada tahun 1997 (Campbell & Dahir, 1997;
Dahir, Sheldon, & Valiga, 1998), dan menganjurkan konselor sekolah beralih
penekanan mereka dari layanan yang berpusat untuk beberapa siswa menjadi
program yang berpusat untuk setiap siswa.
Standar di model ini menganjurkan pergeseran dari layanan/aktivitas
tradisional ke pendekatan program yang komprehensif dan berkembang. Ini
menekankan mengukur efektivitas program dan prestasi siswa, sikap,
keterampilan, dan pengetahuan (Dollarhide & Saginak, 2008).
Konselor sekolah dipandang sebagai pemimpin di sekolah. Mereka
mahir dalam mengambil data sekolah dan menganalisisnya untuk
meningkatkan keberhasilan siswa. Data tersebut digunakan untuk mencari
pemerataan pendidikan untuk semua siswa. Sebagai pemimpin, mereka harus
berorientasi pada tindakan (Davis, 2005). Mereka harus memberitahu dan
menjual program mereka dan bertanggung jawab kepada orang lain.
Melalui kolaborasi dengan profesional lainnya di sekolah, konselor
sekolah didorong untuk mempengaruhi perubahan sistemik dan menjadi
advokat untuk siswa (Schwallie-Giddis, ter Maat, & Pak, 2003).
Karena itu tidak mungkin satu program yang ideal akan cocok di setiap
sekolah di seluruh bangsa, model ASCA dirancang untuk menjadi panduan
untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling komprehensif. Ini
diidentifikasi unsur program penting seperti keyakinan dan filosofi, misi, dan
tiga domain belajar siswa: akademik, karir, dan pribadi / sosial.
Selanjutnya, model menekankan program harus membantu siswa untuk
mencapai hasil dan kompetensi yang diinginkan. Hal ini akan dilakukan oleh
sistem pengiriman yang memberi perhatian pada kurikulum bimbingan (K-
23

12) dan sistem manajemen yang berbasis data dan mengidentifikasi tanggung
jawab konselor. Rencana akuntabilitas yang berhubungan dengan konselor
dan evaluasi program di tempat. Sebagai konselor sekolah melakukan upaya
untuk menerapkan Model Nasional ASCA, mereka juga harus mematuhi
meningkatnya tuntutan waktu dan keterampilan mereka (Baggerly & Osborn,
2006).

2.7 Peran Personil Sekolah Dalam Bimbingan


Ini adalah suatu kesalahan untuk berpikir layanan bimbingan dan
konseling adalah fungsi spesialis saja. Hal ini bisa mengakibatkan pendekatan
krisis-jenis, karena ada tidak cukup spesialis yang bekerja di sekolah-sekolah
untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Bimbingan yang baik meresapi lingkungan sekolah. Dimana program
bimbingan dan konseling spesifik yang hadir, ada juga semangat sekolah
yang lebih baik antara siswa dan guru. Ada perasaan positif yang bisa dialami
di seluruh sekolah. Tapi, program yang efektif mengambil kerjasama dan
partisipasi aktif dari semua personil sekolah.
Sekolah di seluruh bangsa diatur secara berbeda. jabatan dan tugas
bervariasi dari satu sekolah ke sekolah lain dan beberapa sekolah memiliki
lebih personil dan sumber daya daripada yang lain. Apapun, program
bimbingan perkembangan yang komprehensif dibangun terutama pada karya:
(1) administrator; (2) guru; (3) konselor; dan (4) personel pendukung lainnya.
Di bawah ini adalah beberapa fungsi pekerjaan dasar mereka dalam program
bimbingan.
1. Kepala Sekolah
- Untuk memberikan kepemimpinan pada program bimbingan.
- Untuk memberikan personil bagi komite bimbingan sekolah. Komite ini
akan terdiri dari perwakilan dari masing-masing kelompok guru dan
diketuai oleh seorang konselor sekolah dan guru.
- Untuk memberikan dukungan dan dorongan administratif.
24

- Untuk berpartisipasi aktif dalam mmenjelaskan peran dan tugas


bimbingan.
- Untuk menyediakan waktu yang cukup, ruang, fasilitas, dan bahan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program.
- Untuk berkonsultasi dengan komite bimbingan mengenai organisasi,
monitoring, dan evaluasi program bimbingan.
- Untuk melihat implementasi dan evaluasi dari jasa bimbingan.
- Untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan bimbingan di sekolah dan
untuk merekomendasikan unit bimbingan mungkin atau intervensi.
Dan, pada kesempatan, untuk bersama-memimpin kegiatan bimbingan
dengan guru atau konselor.
- Untuk membangun hubungan kerja yang mendukung dan kooperatif
antara administrator, konselor, guru, dan khusus melayani siswa.
- Untuk membantu menetapkan struktur dan perencanaan bimbingan
secara menyeluruh, termasuk program guru-penasihat yang dapat
diimplementasikan dalam jadwal sekolah.
- Untuk berkomunikasi filosofi dan struktur program untuk orang tua dan
masyarakat umum.
- Berkonsultasi dengan komite bimbingan mengenai isu-isu khusus,
kekhawatiran, atau masalah yang berkembang di kalangan mahasiswa
dan personil sekolah.
2. Konselor Sekolah
- Untuk menerima kepemimpinan dalam mengatur dan mengembangkan
program bimbingan dan konseling perkembangan yang komprehensif.
- Untuk memberikan layanan konseling individu kepada siswa.
- Untuk memberikan layanan konseling kelompok kecil kepada siswa.
- Untuk mengatur dan memimpin unit besar bimbingan kelompok, sesi,
dan kegiatan.
- Untuk melatih dan mengkoordinasikan fasilitator teman sebaya.
- Untuk berkonsultasi dengan orang tua, guru, dan administrator
mengenai masalah dan kebutuhan siswa.
25

- Berkonsultasi dengan guru dan administrator tentang intervensi


bimbingan dan konseling bagi siswa.
- Untuk mengembangkan unit bimbingan yang meningkat dari kebutuhan
siswa.
- Untuk membantu mengembangkan dan mengkoordinasikan guru
sebagai penasihat program (TAP).
- Untuk wakil pemimpin pada kesempatan, unit bimbingan atau sesi
dengan seorang guru, boleh jadi selama menjadi penasihat program
TAP.
- Untuk melayani sebagai sumber daya profesional untuk guru-penasehat
tentang konseling singkat dan perubahan perilaku.
- Untuk membantu mengidentifikasi siswa yang memiliki kebutuhan
khusus atau masalah dan untuk membantu menemukan layanan
pendidikan atau bimbingan alternatif bagi mereka.
- Untuk mengkoordinasikan program fakultas dan pengembangan staf
yang terkait dengan bimbingan.
- Untuk mengkoordinasikan layanan bimbingan terkait lainnya (penilaian
siswa, nasihat, sumber daya masyarakat, pendidikan khusus, dan
penempatan).
3. Guru
- Untuk membantu mengembangkan dan menerapkan program
bimbingan perkembangan yang komprehensif di sekolah.
- Untuk membantu mengidentifikasi siswa yang membutuhkan perhatian
khusus dalam belajar lebih efektif dan efisien.
- Untuk bekerja sebagai guru-penasihat dengan 20 sampai 25 siswa,
menemui mereka secara individu dan dalam kelompok selama program
TAP berlangsung.
- Untuk mencoba mengetahui secara pribadi setiap siswa yang dalam
kelompok program TAP.
- Untuk menindaklanjuti dengan nasehat mengenai kemajuan akademik,
laporan kelas, arahan disiplin, perhatian khusus, dan informasi umum.
26

- Untuk mengetahui nasehat orang tua / wali mereka dan bekerja sebagai
penghubung antara rumah dan sekolah, memfasilitasi komunikasi.
- Untuk membangun sebuah kelompok terpadu sebagai suatu program
yang bertugas bagi siswa lebih berdaya guna.
- Untuk mencari bantuan untuk menasehati orang-orang yang
membtuhkan di luar batas bimbingan TAP atau ruang kelas.
- Untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa dan untuk membuat
rekomendasi kepada Komite Bimbingan.
- Berkonsultasi dengan konselor, dan personil sekolah lainnya, mengenai
kebutuhan bimbingan orang-orang yang dibimbing.
- Untuk berpartisipasi dalam program pengembangan staf yang akan
membantu dalam memberikan kegiatan bimbingan dan konseling
singkat bagi siswa.
4. Pendaftar/Petugas Sekolah
- Untuk mengkoordinasikan sistem tata kearispan siswa dalam suatu
sekolah.
- untuk menerima tanggung jawab dari informasi status baru,
tempat/daerah dan kebijakan sekolah yang berhubungan dengan arsip
siswa dan kebutuhan kelulusan.
- Untuk membantu mengidentifikasi sasaran populasi s iswayang
mungkin mendapat manfaat bagi program dan kegiatan bimbingan dan
konseling.
- Untuk memeliharaa semua file siswa berhubungan dengan persyaratan
kelulusan, kenaikan kelas, termasuk nilai rata-rata, dan mengecek
kebutuhan persyaratan kelulusan.
- Untuk mendaftar siswa baru dan menempatkan mereka dalam kelas
yang sesuai.
- Melakukan koordinasi dengan konselor masa transisi siswa pindahan
sekolah, dengan perhatian khusus untuk siswa yang memasuki dan
meninggalkan sekolah tersebut.
27

- Untuk mengkoordinasikan dan memelihara sistem tata kearsipan


sekolah dengan apa yang ada di kantor daerah dengan sistem
komputerisasi.
- Untuk membantu konselor, pada suatu kesempatan pada penyerahan
tentang unit bimbingan besar yang berhubungan dengan transisi siswa,
pendaftaran, arsip dan kelulusan.
5. Spesialis Jabatan atau Konselor Karir
- Untuk mengembangkan dan mengoorganisir pusat sumber daya karir/
pekerjaan secara menyeluruh.
- Untuk mengumpulkan dan menyebarkan secara nasional, keadaan dan
penerbitan lokal, bahan, dan sumber daya karir lainnya.
- Untuk menyediakan unit bimbingan karir perkembangan yang dapat
digunakan selama waktu TAP berlangsung.
- Untuk membantu pemimpin kelompok kepenasehatan TAP dengan
guru-guru pada kesempatan dan waktu yang susuai.
- Untuk berkonsultasi dengan guru mengenai ketrampilan, minat bekerja,
dan sikap siswa yang dibimbing
- Untuk membantu mengidentifikasi minat karir dan kebutuhan siswa.
- Untuk bekerja dengan siswa dan orang tua dalam hal karir dan
perencanaan pendidikan.
- Untuk membuat sambungan bimbingan karir di internet.
- Untuk mengembangkan unit bimbingan terorganisir yang membantu
siswa mengeksplorasi karir pasca sekolah menengah dan kesempatan
pendidikan.
6. Psikolog Sekolah
- Untuk mendiagnosa dan mempelajari individu siswa dalam hal
kelayakan untuk bantuan dan layanan khusus.
- Untuk menilai kemampuan akademik dan bakat untuk belajar.
- Untuk menentukan perkembangan sosial-emosional dan status
kesehatan mental.
28

- Untuk mengevaluasi berbagai aspek rumah dan sekolah pengalaman


siswa dan untuk membuat rekomendasi untuk layanan bimbingan dan
penempatan pendidikan.
- Untuk memberikan individu dan konseling kelompok atau perbaikan
intensif intervensi untuk dysfunctioing siswa.
- Untuk bekerja sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
sumber daya psikologis.
- Untuk membantu merancang strategi pendidikan dan terapi bagi siswa
yang membutuhkan bantuan dan layanan khusus.
- Berkonsultasi dengan guru, konselor, dan lain-lain di sekolah mengenai
keterbatasan, kekuatan, dan kebutuhan khusus dari siswa.
- Untuk mengatur, memimpin, dan mengambil peran aktif dalam tim
studi anak, terutama yang staffings mengenai anak-anak dengan
kebutuhan yang luar biasa dan penempatan pendidikan mereka.
7. Pekerja Sosial Sekolah
- Untuk bekerja dengan keluarga-keluarga fakir miskin dan
mengkoordonir intervensi bimbingan antara sekolah dan rumah.
- Untuk melayani sebagaimana hubungan antara sekolah dan agen
rehabilitasi dan kesehatan masyarakat.
- Untuk mempelajari siwa-siswa secara individu dan situasi keluarga
mereka, menyediakan informasi kasus yang relevan dengan intervensi
bimbingan konseling sekolah.
- Untuk mengkonsultasikan dengan sekolah dan daerah asal personil
mengenai kebutuhan keluarga-keluarga dan implikasinya bagi
pendidikan anak-anak di sekolah.
8. Petugas Lain dan Staf Pendukung
- Bekerja dengan kelompok penasihat program (TAP) untuk mengurangi
tugas-tugas guru ketika siswa yang dibimbing terlalu banyak.
- Membantu mengidentifikasi kebutuhan akan minat siswa.
- Membantu memimpin bimbingan atau sesi dalam suatu kesempatan.
- Membantu guru-guru menindak lanjuti dengan nasihat khusus.
29

- Memimpin sebuah unit bimbingan yang dirancang secara spesifik bagi


beberapa siswa yang berkebutuhan khusus.
- Memimpin sebuah kelompok khusus bagi orang yang dinasihati yang
telah diidentifikasil yang membutuhkan perhatian khusus, seperti
mereka yang belum mampu melakukan penyesuaian pada kelompok
penasihat program (TAP).
- Mengasumsikan tanggung jawab pada tugas-tugas yang memerlukan
perhatian selama waktu TAP, sehingga guru-guru dan orang lain
mengambil manfaat maksimal dari TAP.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Pendekatan konseling perkembangan asumsinya dengan
mempertimbangkan sifat alami perkembangan manusia, mencakup tahap-
tahap dan tugas-tugas umum yang kebanyakan berupa pengalaman
individu seperti kematangan mereka akan dari masa kanak-kanak ke
kedewasaan.
2. Perkembangan siswa tidak bisa beropersi terlepas dari latar belakang
historis dan budaya mereka. Karena di dalam masyarakat multiKultural
selalu berubah, dan satu keanekaragaman dan keunikan adalah berharga,
maka teori perkembangan harus dikemas dalam suatu kerangka acuan
yang praktis, berkelanjutan, siklus, progresif dan aktif.
3. Tujuan dan sasaran hasil program bimbingan perkembangan dihubungkan
untuk memfasilitasi proses instruksional, oleh karena itu dalam
perkembangan harus mengintegrasikan dari keseluruhan program
pendidikan dalam bentuk ketrampilan dan pengalaman belajar.
4. Prinsip bimbingan dan konseling perkembangan untuk semua siswa,
secara fleksibel, efektif dan efisien. yang diintegrasikan dari keseluruhan
proses pendidikan, dan melibatkan konselor yang menyediakan layanan
khusus konseling dan intervensinya.
5. Bimbingan yang baik adalah yang menyeluruh di semua lingkungan
sekolah, untuk membuat moril siswa dan para guru menjadi lebih baik.
Maka program bimbingan perkembangan yang komprehensif dibangun
utamanya pekerjaan dari karyawan, para guru, konselor dan personil lain
yang mendukung.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Myrick, R.D. (2011). Developmental Guidance and Counseling: A Practical


Approach. Minneapolis: Educational Media Corporation.

Anda mungkin juga menyukai