Anda di halaman 1dari 19

KERJA KELOMPOK DAN DINAMIKA KELOMPOK

Makalah

disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Kelompok

Dosen Pengampu : Dra. Sinta Saraswati,MPd., Kons

Sigit Hariyadi, MP.d.

oleh

1. Rizqa Harmiliya (1301413014)


2. Tegar Aji Pamungkas (1301413048)
3. Dwi Riskiyani (1301413065)
4. Vera Aditianingsih (1301413119)
5. Mastiara (1301413120)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, taufik dan
hidayahNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kedua
kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama dan ridho Allah
SWT yakni agama islam.

Karena anugerah dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah


ini yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Survei Permasalahan
Bimbingan dan Konseling tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya.

Semarang, 8 September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR······································································i

DAFTAR ISI················································································ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ·········································································1

1.2 Rumusan Masalah······································································1

1.3 Tujuan····················································································1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kerja Kelompok······························································3

2.2 Cara Membentuk Kelompok························································13

2.3 Dinamika Kelompok·································································14

2.4 Peran Dan Fungsi Dinamika Kelompok Dalam Bimbingan Dan Konseling
Kelompok··················································································14

2.3 Aplikasi Dinamika Kelompok Dalam Bimbing Dan Konseling Kelompok· ·14

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ··············································································16

3.2 Saran ··················································································16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan
bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup
sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup,
kelompok manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia lain
disekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai meninggal dunia, manusia
selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari kelompok.
Di dalam kelompok ini proses sosialisasi berlangsung, sehingga manusia
menjadi dewasa dan mampu menyesuaikan diri. Dengan demikian, hamper dari
seluruh waktu dalam kehidupan sehari-hari dihabiskan melalui interaksi dalam
kelompok, dididik dalam kelompok, belajar di dalam kelompok, bekerja di dalam
kelompok, bermain-main di dalam kelompok, dan seterusnya dengan adanya
berbagai kegiatan di dalam kelompok tersebut maka dalam seluruh kehidupannya,
manusia menghabiskan waktunya dalam seluruh kehidupannya, manusia
menghabiskan waktunya dalam berbagai keanggotaan pada berbagai jenis
kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada setiap
perkembangannya, manusia membutuhkan kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas terdapat beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kerja kelompok ?
2. Bagaimana cara membentuk kelompok ?
3. Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok ?
4. Apa peran dan fungsi dinamika kelompok dalam bimbingan dan konseling
kelompok ?
5. Bagaimana aplikasi dinamika kelompok dalam bimbing dan konseling
kelompok ?

1.3 Tujuan Masalah


Penulis ingin mencapai tujuan diantaranya :
1. Mengetahui apa itu kerja kelompok.
2. Mengetahui cara membentuk kelompok.
3. Mengetahui apa itu dinamika kelompok.
4. Mengetahui peran dan fungsi dinamika kelompok dalam bimbingan dan
konseling kelompok.
5. Mengetahui aplikasi dinamika kelompok dalam bimbing dan konseling
kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerja Kelompok


2.1.1 Pengertian Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu
kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun
kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk
mencapai tujuan bersama. Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh para
pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok ini, antara lain :
1. Metode kerja kelompok adalah penyajian matode dengan cara pembagian
tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah
ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.
2. Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana
guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu
untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama
dan bergotong-royong.
Metode kerja kelompok (M-edukasi:2012) adalah suatu cara menyajikan
bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan)
mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Mereka bekerja
sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.
Sedangkan menurut Eddy Hendarno dkk (2003:11) kelompok kerja
dibentuk dengan memperhatikan tingkah laku, kemampuan, jenis kelamin dan
hubungan baik. Bimbingan dilakukan dengan memberikan kegiatan, tugas-tugas
belajar dan tugas-tugas kerja lainnya.
Dari beberapa pengertian diatas, jadi kerja kelompok ialah kerja
kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogik yang didalamnya
terdapat hubungan timbal batik (kerja sama) antara individu serta saling
mempercayai.
2.1.2 Tujuan Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok digunakan guru karena alasan sebagai berikut:
a) Membuat peserta didik dapat bekerja sama dengan temannya dalam satu
kesataun tugas.
b) Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan-bahan
untuk melaksanakan tugas tersebut.
c) Membuat peserta didik aktif.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional.
e) Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan.
f) Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga setiap anggota
merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab.
g) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap
anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
2.1.3 Kelemahan Kerja Kelompok
Adapun kelemahan dalam menggunakan kerja kelompok adalah sebagai
berikut:
a) Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta yang aktif
dan mampu untuk berperan sedangkan peserta didik yang terbelakang tidak
terbuat apa-apa.
b) Memerlukan fasilitas yang beragam baik untuk fasilitas fisik dan ruangan
maupun sumber-sumber belajar yang harus disediakan.
2.1.4 Kelebihan Kerja Kelompok
Adapun kelebihan dalam menggunakan metode kerja kelompok adalah
sebagai berikut:
a) Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya.
b) Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.
c) Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan
berdiskusi dan proses kelompok.
2.2 Cara Membentuk Kelompok
Pembentukan kelompok pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses
yang dinamis yang terdiri dari beberapa fase, yaitu :
1. Forming (pembentukan)
Fase ini merupakan fase awal dimana keadaan ketidakpastian akan tujuan,
struktur, dan kepemimpinan kelompok dihadapi. Fase ini berakhir pada saat para
anggota mulai berpikir bahwa diri mereka adalah bagian dari sebuah kelompok.
2. Storming (merebut hati)
Fase ini dicirikan oleh adanya konflik intra kelompok. Anggota menerima
keberadaan kelompok, tetapi menolak pengendalian kelompok atas individu. Fase
ini selesai manakala didapatkan hirarki kepemimpinan yang relatif jelas di dalam
kelompok.
3. Norming (pengaturan norma)
Fase ini menggambarkan adanya perkembagan hubungan dan kelompok
menunjukkan adanya kohesi ( kepaduan ). Fase ini berakhir ini dengan adanya
struktur kelompok yang semakin solid, dan merumuskan harapan-harapan serta
perilaku kelompok yang benar dan diterima.
4. Performing (melaksanakan)
Fase ini memperlihatkan fungsi kelompok berjalan dan diterima oleh
anggota. Jadi, disini energi kelompok sudah bergerak dari tahap saling mengenal
dan saling mengerti kepelaksanaan tugas-tugas yang ada. Untuk kelompok yang
relatif permanen, fase ini merupakan fase terakhir di dalam perkembangannya.
5. Adjourning (pengakhiran)
Fase ini merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok yang bersifat
temporer, yang di dalamnya tidak lagi berkenaan dengan kegiatan, pelaksanaan
tugas-tugas, tetapi berakhirnya rangkaian kegiatan
2.3 Dinamika Kelompok
Dalam bimbingan konseling kelompok merupakan salah satu tehnik
pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan kelompok sebagai kegiatan bimbingan
konseling dalam memecahkan masalah melalui prosedur kelompok. Artinya
kelompok merupakan wadah dimana didalamnya disikan upaya bimbingan dan
konseling untuk membantu seseorang dalam mencegah dan memecahkan masalah
yang dihadapinya. Namun demikian walaupun kelompok sebagai wadah bukan
berarti wadah yang mati melainkan wadah yang hidup yaitu wadah dimana orang-
orang yang ada dalam wadah tersebut saling berinteraksi, saling memberi dan
saling beradu argumentasi. Kehidupan yang demikian pada gilirannya akan dapat
memberikan hasil yang efektif dan efisian. Kehidupan wadah yang memberikan
jiwa dan gerak kelompok inilah yang disebut dengan istilah dinamika kelompok.
2.3.1 Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
dinamika dan kelompok. Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu
fisika tentang benda-benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkannya.
Dinamika berasal dari istilah dinamis (Idrus, 1996) berarti sifat atau tabiat yang
bertenaga atau kemampuan, serta selalu bergerak dan berubah-ubah. Dinamika
menurut Munir (2001) adalah suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi antara unsur satu dengan lainnya karena adanya pertalian
langsung di antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu unsur sistem mengalami
perubahan, maka akan membawa perunahan pula pada unsur-unsurnya.
Jadi, dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan,
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai
terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi
antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini
terjadi karena selama ada kelompok, maka semangat kelompok (group spirit)
akan terus-menerus ada dalam kelompok itu. Oleh karena itu kelompok tersebut
bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Sedangakn pengertian kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang
atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama.
Johnson (2012) secara rinci mendefinisikan dinamika kelompok sebagai
suatu lingkup pengetahuan sosial yang berkonsentrasi pada pengetahuan tentang
hakikat kehidupan kelompok. Dinamika kelompok adalah studi ilmiah tentang
perilaku dalam kelompok untuk mengembangkan pengetahuan tentang hakikat
kelompok, pengembangan kelompok, hubungan kelompok dengan anggotanya,
dan hubungan dengan kelompok lain atau kelompok yang lebih besar.
Jadi, pengertian dinamika dan pengertian kelompok jika digabungkan
akan menjadi pengertian dinamika kelompok. serta pengertian dinamika
kelompok setidaknya memiliki beberapa unsur: (1) adanya kumpulan dua orang
atau lebih; (2) melakukan interaksi; (3) anggota saling mempengaruhi satu
dengan lainnya; dan (4) keadaan kelompok dari waktu kewaktu sering berubah-
ubah/ bergerak.
Berdasarkan pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai
persoalan yang menjadi obyek studi dinamika kelompok. Persoalan dinamika
kelompok ialah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama
dalam kelompok, yang diuraikan Benedict dalam Santosa (2009) sebagai berikut:
1. Persatuan; berkaitan dengan tingkah laku anggota kelompok seperti proses
pengelompokkan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai manfaat kelompok.
2. Dorongan; yaitu persoalan minat anggota terhadap kehidupan berkelompok.
3. Struktur; yakni persoalan pada bentukpengelompokkan dan bentuk hubungan,
perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, keterlibatan kerja.
4. Pimpinan; yakni persoalan pada bentuk, tugas, sistem kepemimpinan dan
sebagainya.
5. Perkembangan kelompok; persoalannya menentukan kehidupan kelompok
yang terlihat pada perubahan dalam kelompok, ketentraman anggota dalam
kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.
Kurt Lewin sebagai perintis ilmu dinamika kelompok menyatakan bahwa
dinamika kelompok sebagai cabang suatu ilmu yang mempelajari tenaga, kondisi
yang bisa mengubah tenaga tersebut, serta akibatnya terhadap individu dan
kelompok.
2.3.2 Peran dan Fungsi Dinamika dalam Bimbingan dan Konseling
Kelompok
2.3.2.1 Peran Dinamika Kelompok
Suasana kelompok, yaitu antar hubungan dari semua orang yang terlibat
dalam kelompok, dapat merupakan wahana dimana masing-masing anggota
kelompok itu (secara perorangan) dapat memanfaatkan semua informasi,
tanggapan, dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan
dirinya yang bersangkut paut dengan pengembangan diri anggota kelompok yang
bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari
kehidupan kelompok (dinamika kelompok) yang akan membawakan kemanfaatan
bagi para anggotanya.
Melalui dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu
tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan kediriannya dalam
hubungannya dengan orang lain. Pengembangan pribadi kedirian dan kepentingan
orang lain atau kelompok harus dapat saling menghidupi. Masing-masing
perorangan hendaklah mampu mewujudkan kediriannya secara penuh dengan
selalu mengingat kepentingan orang lain. Dalam hal ini, layanan kelompok dalam
bimbingan dan konseling seharusnya menjadi tempat pengembangan sikap,
keterampilan dan keberanian social yang bertenggang rasa.
Secara khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk pemecahan
masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok
itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksudkan. Dalam
suasana seperti itu, melalui dinamika kelompok yang berkembang, masing-masing
anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun tidak langsung
dalam pemecahan masalah pribadi tersebut.
2.3.2.2 Fungsi Dinamika Kelompok
a) Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling
membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat).
b) Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika
kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain).
c) Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan
pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang
terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur
secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan
besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-
masing).
d) Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang
lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan
memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
2.3.3 Aplikasi Dinamika Kelompok dalam Bimbingan Kelompok dan
Konseling Kelompok
Pada bagian ini akan dibahas landasan teori dinamika kelompok dan
penelitian yang berhubungan dengan konseling kelompok pada umumnya dan
konseling kelompok perkembangan pada khususnya.bukti-bukti riset dengan
memperhatikan pada elemen-elemen dinamika kelompok dalam konseling
kelompok banyak dilakukan, meskipun sebagian besar tidak dikhususkan menurut
umur; untuk itu konselor kelompok yang terlibat dalam konseling kelompok
perkembangan akan memerlukan penjelasan tersendiri untuk menemukan
kelompok umur yang khusus dengan mana/dimana konselor sedang terlibat.
Stockton dan Marron (1982:48) mensurvai penelitian kepemimpinan
kelompok dan melaporkan bahwa ada hasil-hasil inkulusif: “hanya ada sedikit
penelitian yang memberikan bukti-bukti jelas unuk model kepemimpinan tertentu
yang paling efektif”. Menanggapi masalah-masalah tersebut, marilah kita
mengulang kembali sebagian dari hasil-hasil penting dari survai mereka.
Stockton dan Marron menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
multidimensional, jadi membuat sulit untuk mengontrol pengemanan
unidimensional dari dimensi tunggal. Selain itu, mereka juga menyimpulkan
bahwa Liberman,Yalorm dan Mile (1973) mempelajari kelompok-kelompok
pendatang yang menjadi erat hubungannya untuk mendukung sebuah pola
kepemimpinan yang spesifik. Hasil penelitian-penelitian diringkas sebagai
berikut:
Pemimpin-pemimpin kelompok pendatang yang lebih efektif (Stockton &
Morran, 1982:70-71) yaitu :
a. Moderat secara keseluruhan stimulasi emosional.
b. Kepedulian yang sangat besar.
c. Memiliki arti pemakaian.
d. Para moderat dalam menggambarkan fungsi eksekutif.
Lieberman, Yalom dan Miles (1973) jug mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan kelompok (rasional yang bukan secara teoritikal adalah masalah
utama yang bisa terjadi. Pemimpin mewakili semua konseling kelompok utama
dan model-model terapi teoritikal dan variasi yang dapat dipertimbangkan dengan
memperhatikan pada keefektifan didalam sebuah model yang diberikan.
Pemimpin yang paling destructive adalah sangat agresif, otoriter, dan
memperhatikan kepedulian yang rendah. Mereka juga sering mempergunakan
perdebatan; yang mana tidak berhubunga dengan kemajuan para anggota
kelompok; dan ditekankan untuk penutupan diri, ekspresi emosional, dan
perubahan sikap. Dengan kata lain hal ini muncul bahwa para pemimpin yang
membahayakan sangat rendah dimensi kepeduliannya dan dimensi
pertentangannya tinggi.
Pemimpin yang tidak efektif juga digambarkan sebagai penutupan diri
yang tinggi dan lebih dari sekedar egosentris. Penilaian perilaku mereka, yang
mana mereka tidak mampu untuk memperolehkan anggota kelompok mereka agar
menutup diri dan memiliki keterlibatan emosional dan para anggota dapat
menerimanya. Mereka mendorong para anggotanya terlalu kuat untuk berubah
terlalu cepat. Pewaktuan mereka telah habis, terutama yang berkaitan dengan
kegunaannya untuk konfrontasi dan penutupan diri. Mereka tidak
memperbolehkan para anggota kelompoknya untuk menghadapi sendiri,
bertanggungjawab pada kemajuan dari perubahan diri sendiri.
Hasil dari penelitian mengusulkan sejumlah pertimbangan-pertimbangan
yang penting ketika sejumlah konselor kelompok dikumpulkan untuk memimpin
sebuah kelompok. Pertama, pemimpin harus memiliki kualitas peduli dan ekspresi
diri yang diterapkan pertama kali oleh pemimpin kelompok. Kedua, pemimpin
haruslah efektif atau kompeten. Seseorang tidak dapat menanggapi kelemahan
orang lain dengan serius. Ketiga, pemimpin harus mampu menempatkan rasa
percaya diri untuk model dari perilaku ini pada para anggota kelompok. Keempat,
pemimpin harus tetap konsisten dengan model dan polamereka pada intervensi
dalam konseling kelompok. Kelima, perbedaan kepemimpinan di dalam wilayah-
wilayah tertentu seperti jenis kelamin dan tema-tema kelompok yang mereka pili
untuk mengikutinya mungkin tema membuktikan kepentingan yang lebih lanjut ,
sebagai seorang anggota yang dilibatka secara lebih bervariasi pada interaksi dan
intervensi.
Ketika kelompok dikumpulkan, ada keuntungan-keuntungan yang
potensial untuk perkembangan pemimpin jika mereka bertemu secara rutin untk
membicarakan dan menganalisa kepemiminan kelompok mereka. Umpan balik
yang suportif, kepercyaan dan penghargaan yang mutual, dan kerja sama satu
sama yang lain muncul paling tidak untuk permintaan mimimal untuk wakil ketua
yang menguntungkan secara mutual.
Pada awal konseling kelompok, konselor secara aktif membangun
landasan menfasilitasi kepercayaan dan perlakuan mutual melalui penggunaan
respon-respon yang dapat diubah-ubah yang menggabungkan kondisi pust empati.
Kehangatan dan pandangan sebagai pembangun landasan ini, konselor akan
memberikan tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa mereka berharap untuk
menyebarluaskan masalah mereka diluar kedangkalan aal untuk bahasan yang
lebih luas. Konselor kelompok menerima konsultasi untuk bergerak maju kepada
eksplorasi yang sanagt dalam, yang mana secara bergantian membawa pada
komitmen dan pemahaman yang angat luas untuk merubah dan bahkan melakukan
tindakan positif melalui aplikasi pada keadaan sesungguhnya yang lebih memusat,
penyingkatan diri yang tepat, kekongkritan, konfrontasi dan kesiapan
(Carkhuff,1969).
Bedner, Melnick dan Kaul (1974) menampilkan sebuah model untuk
memulai kerja kelompok. Dalam model ini, resiko klien, tanggung jawab pribadi
dan struktur kelompok adalah parameter dasar yang mempengaruhi
perkembangan kelompok awal. Model ini menawarkan bahwa klien membuka
pada tingkatan-tingkatan risiko pribadi dan tanggung jawb yang sangat kondusif
pada kelompok optimal dan perkembangan individual dapat dilakukan dengan
struktur kelompok. Model tersebut termasuk asumsi dasar bahwa struktur
cenderung untuk mengurangi tanggung jawab pribadi para partisipan unuk
tindakan mereka dalam kesempatan kelompok terdahulu, yang mana
meningkatkan potensial untuk tindaka beresiko tinggi dan perkembanagn
kelompok kohesi dikesempatan berikutnya. Stockton dan Marran (1982:42)
menterjemahkan model umum ini untuk kelompok-kelompok denagan orang baru
agar masuk dalm kesempatan berikutnya yaitu : keda artian awal, meningktakan
struktur kelompok dengan instruksi-instruksi yang khusus, meningkatkan resiko
yang ditanggung, meningkatkan kohesi, meningkatkan tanggung jawab pribadi.
Akibat dari penstrukturan dan pengambilan resiko oleh klien pada kelompok
konseling perkembangan diringkas dengan jalan:
a. Instruksi tingkah laku khususnya dimana dihubungkan dengan
tingkatan yang lebih tinggi paa pengalaman-pengalaman kelompok,
frekuensi yang sering pada komunikasi interpersonal diorientasikan
pada pekerjaan, dan frekuensi yang lebih rendah pada komunikasi
yang tepat secaa sosial dan konvensional, daripada yang diinstruksikan
yang memfokuskan pada kejelasan tujuan dan persuasi (bedner &
battergby, 1976).
b. Frekuensi tertinggi pada tindakan relevan secara terapis yang
dilakukan di dalam perlakuan diposisi yang memiliki resiko dan
struktur yang tinggi.
c. Yang tidak dhaapkan, pengambilan resiko rendah menerima struktur
tinggi yang cenderung memberikan evaluasi yang kurang pada tempat
kerja dan menilai kelompok mereka kurang kohesif.
d. Para pengembilan keputusan memperlihatkan bahwa struktur tingkah
laku yang dicatat pada kohesi kelompok tingkat tinggi, tindakan
positif, dan frekuensi tindakan target.
Penemuan yang paling menengangkan dari penelitian pada struktur
menyarankan bahwa efek-efek dari strktur pada tidakan yang merupaka
kebiasaan, menimbulkan kohesi dan tingkahlaku pada kelompok cenderung
beragam sebagai sebuah fungsi dari karakteristik pribadi anggota, ermasuk
pengambilan resiko oleh mereka.
Hasil penstrukturan penelitian juga mendukung penggunaan prosedur
berikut:
a. Positif dalam menyusun tingkatan harapan
b. Menekankan pada kerja keras yang akan dilibatkan dalam proses
konseling kelompok.
c. Menekankan pengamatan yang hati-hati yang masuk kedalam anggota
kelompok.
d. Menentukan norma pada kelompok sebagia sesuatu yang berbeda dari
norma sosial yang biasa yaitu bahwa norma ini berguna dan tepat
untuk membicarakan kepedulian seseorang dalam konseling
kelompok.
Konselor kelompok memfokuskan pada kelompok sebagai sebuah
kesatuan yang dilaksanakan untuk memaksimalkan efek kelompok pada individu
yang terpisah didalamnya. Kekuatan dari kelompok dalam bentuk norma-norma,
kohesi, dan kepercayaan ditempatkan dalam pelayanan bantuan pada masing-
masing individu yang melengkapi tujuan mereka yang unik. Tujuan anggota
kelompok (klien) untuk mencari bantuan atau menyusun tujuan arus
diverbalisasikan di dalam wawancara awal sebelum meeka masuk dalam sebuah
kelompok; bagaimanapun mereka didorong untuk mengulang dalam kesempatan
awal kelompok. Untuk itu, peningkatan kemungkinan pda tujuan yang dicapai
melalui konseling kelompok, konselor harus mendorong klien untuk
menverbalkan tujuan mereka secara khusus dan konkret sebagaimana pada awal –
awal pertemuan dan untuk meningkatkan kejelasan yang terjadi melalui konseling
yang dialami oleh dengan pengoperasionlisasian mereka melalui penggunaan
pandangan kebiasaan.
Pada suatu kesempatan, sub-kelompok yang berkembang di alam
kelompok konseling dan sering menimbulkan persaingan antara satu sama lain
yang dapat menimbulkan friksi di dalam kelompok secara keseluruhan. Siruasi ini
biasanya digunkan untuk menyusun kembali sebuah kelompok atau
pengembangkan suatu tujuan superordinat, seperti pengenaln konselor pada
sebuah perlakuan legitimasi untuk kelompok secara keseluruhan yang tepat untuk
digunakan bersama sama dalam usaha kelompok untuk menjaga adanya gangguan
dari liar. Gangguan tersebut mungkin berupa kurangnya tempat pertemuan,
penetapan waktu yang pasti untuk konseling kelompok atau beberspa kekurangan
administratif dari keberadaan sebuah kelompok.
Lakin (1976) menyatakan bahwa proses-proses inti kelompok terjadi pada
semua tipe kelompok eksperimental yang memperbolehkan adanya perkembngan
paada sebuah kelompok. Lakin menyatakan lebih lanjut bahwa proses-proses
tersebt dapat terjadi berkaitan dengan kualitas anggota atau ketua kelompok, jadi
hal ini menyangkut ketua dan anggota kelompok terutama ketua untuk
mengetahui proses-proses kelompok ini sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan mereka. Enam proses ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mempertahankan kekohesifan.
2. Menempatkan kenyamanan dengan norma-norma kelompok.
3. Validasi konsensual dari persepsi pribadi dan penggunaan umpan
balik.
4. Ekspresi dan kesiapan emosianal.
5. Persepsi kelompok yang berkaitan dengan masalah dan masukan untuk
pemecahan masalah.
6. Ekspresi pengaruh kekuatan.
BAB III
PENUTUP

c.1 Simpulan
Metode kerja kelompok adalah penyajian matode dengan cara pembagian
tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah
ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Dan jika tujuan tersebut dilakukan
dengan benar maka akan menghasilkan ke efektifan dalam proses kerja kelompok.
teori dinamika kelompok dan penelitian yang berhubungan dengan konseling
kelompok pada umumnya dan konseling kelompok perkembangan pada
khususnya.bukti-bukti riset dengan memperhatikan pada elemen-elemen dinamika
kelompok dalam konseling kelompok banyak dilakukan.
c.2 Saran
Dalam melakukan kerja kelompok harus menggunakan cara yang benar agar
dalam prosesnya akan menghasilkan hasil yang di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Slamet.2004.Dinamika Kelompok.Jakarta:Bumi Aksara.


Sugiyo.2006. Psikologi Sosial.Semarang: UNNES PRESS.
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan.Semarang :
UNNES Press
Zulkarnain, Wildan.2013.Dinamika Kelompok:Latihan Kepemimpinan
Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai