Anda di halaman 1dari 11

Kliping

SIKAP MENGHORMATI KEDUA


ORANG TUA

Disusun oleh :

Aldy Nazar 07
Ira Nidaan Khofia 17
M. AInul Hadi 19
Maolla Hekti 20
Sinta Maola 27
Siska Nurnadila 28
Kelas IX-Bhe
Kelompok 01

UPTD SMP NEGERI 1 BOJONG


Jalan Raya Barat Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
Tahun Pelajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yangtelah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan judul ’’ Durhaka Kepada Orang Tua” dengan tepat pada
waktunya.
Tugas makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam . Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam mengerjakan tugas makalah Pendidikan
Agama Islam ini.
2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut
membantu kelancaran dalam mengerjakan tugas makalahPendidikan Agama
Islam ini .
Kami menyadari bahwa makalah Pendidikan Agama Islam ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan tugas makalah
Pendidikan Agama Islam ini .
Dengan demikian kami mengharapkan semoga tugas makalah Pendidikan
Agama Islam ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca.
AKIBAT DURHAKA KEPADA ORANG TUA

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan dan kesuksesan, terhindar dari


kesengsaraan dan kegagalan di dunia dan akhirat. Di sinilah pentingnya kita mengenal
secara baik akibat-akibat durhaka kepada orang tua, selain mempersiapkan bekal dan
perangkat yang profesional untuk menggapai cita-cita.
Tidak jarang kita saksikan anak yang durhaka pada orang tuanya, ia harus
menghadapi kendala-kendala yang berat, sulit meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam
hidupnya. Belum lagi ia harus dan pasti menghadapi penderitaan yang berat saat sakratul
maut, dan ini pernah terjadi di zaman Rasulullah saw. Beliau sendiri tak sanggup
membimbingnya untuk mempertahankan keimanannya kecuali setelah ibunya memaafkan.
Tidak sedikit juga anak yang durhaka, ia sangat sulit menemukan dan merasakan
kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya sekalipun ia memiliki kemampuan profesional
dan berkecukupan dalam materi. Bahkan tidak jarang di antara mereka hampir-hampir
putus asa dalam hidupnya akibat kedurhakaannya terhadap kedua orang tuanya.
Fakta dan kenyataan yang kita jumpai dalam kehidupan keseharian bahwa dalam
kehidupan ini penuh dengan energi, yang positif dan negatif, yang dapat menolong kita atau
sebaliknya menghantam kekuatan kita. Sehingga kita kehilangan kendali, gelap dan tak
mampu melihat rambu-rambu kebahagian dan kesuksesan yang sejati.
Kenyataan inilah yang rambu-rambunya sering diungkapkan oleh Allah dan Rasul-
Nya serta Ahlul baitnya (sa). Kita mesti menyadari bahwa mata lahir kita, bahkan pikiran
kita, punya keterbatan untuk menyoroti rambu-rambu itu. Karena rambu-rambu itu jauh
berada di atas kemampuan sorot mata lahir dan analisa pikiran. Yang mengetahui semua itu
secara sempurna hanya Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang suci dari Ahlul bait Nabi saw.

Tolok Ukur durhaka kepada orang tua


Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang
mulia.” (Al-Isra’: 23).
Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah ukuran durhaka
kepada kedua orang tua?
Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika
mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada
mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15:
195)
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa
yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-
Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)
Tingkatan Dosa durhaka pada orang tua
Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416)
Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda
pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap
kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)
Rasulullah saw bersabda: “…Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka
kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak
ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)

Akibat-akibat durhaka kepada orang tua


Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di
dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:

Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla


Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah
di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa
yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang
dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun
kebahagiaan, 2: 263).

Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan


Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah
memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah
durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)

Celaka di dunia dan akhirat


Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa
besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka
sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak
menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul
Faqîh 3: 563)

Dilaknat oleh Allah swt


Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua
orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan
akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang
pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-
Mu karena kedurhakanku pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada
kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.”
Duhai saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan kedua
orang tua kita. Betapa pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia pada anak-
anak kita, sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang
saleh, yang dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya di dunia
tetapi juga di alam Barzakh dan akhirat.

Dikeluarkan dari keagungan Allah swt


Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua
karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan
penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)

Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt


Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan
kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan
amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).

Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt


Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya
dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak
diterima.” (Al-Kafi 2: 349).
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang
yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan
nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Na’udzubillâh, semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk
berjumpa dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman
bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di
akhirat. Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.

Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka


Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka
baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262).

Tidak akan mencium aroma surga


Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu,
karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan
tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan
orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)

Menderita saat Saktatul maut


Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah
menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:

Kisah nyata di zaman Nabi saw


Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya.
Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu
lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda
sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya
menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah
padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
‫ْف عَنِي‬ ِ ‫ اِ ْق َب ْل ِم ِنى ا ْل َي‬،‫س ْي َر َويَ ْعفُو ع َِن ا ْل َك ِث ْي ِر‬
ُ ‫س ْي َر َواع‬ ِ ‫َيا َم ْن َي ْق َب ُل ا ْل َي‬
َّ ‫ اِنَّكَ أ َ ْنتَ ا ْلغَفُ ْو ُر‬،‫ا ْل َكثِ ْي َر‬
‫الر ِح ْي ُم‬
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.
Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah
wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang
berwajah hitam itu telah berpaling dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau
bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat
orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
23 Ciri Anak Durhaka Terhadap Orang Tuanya – Penyebab dan Akibat

Anak durhaka terhadap orang tuanya yakni bisa di tunjukan dengan sikap tidak
berkenannya seorang anak dalam mematuhi perintah maupun kemauan orang tuanya.
Meskipun demikian namun, tidak semua sikap penolakan anak bisa dikategorikan durhaka
karena apabila kedua orang tua justru memberikan perintah kepada anak untuk berbuat
mungkar seperti musyrik, membuka aurat dan melakukan perbuatan yang dilarang dalam
islam, maka seorang anak mempunyai kewajiban untuk menolak serta memberitahukan
kepada orang tua untuk kembali ke jalan yang benar. Hanya saja yang perlu diperhatikan
yakni cara dakwah atau penyampaian kepada orang tua yang tetap harus dijaga.

Orang tua adalah sosok yang mempunyai peran besar terhadap kehidupan kita di dunia.
Untuk itu, durhaka kepada mereka sangat tidak diperbolehkan oleh agama islam. Bahkan di
dalam al qur’an itu sendiri telah dijelaskan bahwa sebagai anak, kita harus berbakti kepada
orang tua dan jangan sekalipun berbuat hal yang tidak baik terhadapnya. Membentak,
bersifat kasar, atau menghardik adalah beberapa sikap durhaka yang wajib dihindari oleh
anak. Agama islam sangat melarang perbuatan durhaka kepada orang tua baik secara
lahiriah maupun batiniah.
Contoh perbuatan durhaka secara lahiriah yakni membentak, menyakiti perasaan orang tua,
bahkan bersikap kasar. Sedangkan durhaka yang dilakukan secara batiniah salah satunya
yakni mendoakan hal buruk seperti kematian terhadap orang tua dengan tujuan
mendapatkan harta warisan. Tentunya perbuatan-perbuatan yang diindikasikan sebagai sifat
durhaka ini selain di labeli sebagai dosa besar namun dapat juga mendatangkan azab bagi
pelakunya.

Indikasi Anak Durhaka Terhadap Orang Tua


Durhaka terhadap kedua orang tua merupakan salah satu dosa besar yang harus
secepatnya ditebus dengan meminta maaf dan keridha-an orang tua terhadap anaknya. Ciri-
ciri anak yang durhaka salah satunya yakni dengan melakukan perbuatan atau perkataan
yang menyakiti hati orang tuanya. Perbuatan jahat kepada orang tua bisa jelas hukumnya
haram dan digolongkan pada dosa besar. Berikut ini Indikasi anak yang durhaka terhadap
orang tuanya :

1. Selalu melakukan perbuatan yang justru menyusahkan kedua orang tua dengan
sengaja
2. Menghardik atau berkata ah atau uf ketika berbicara dengan kedua orang tua
3. Tidak menghargai orang tua serta menolak perintah dengan serta merta
4. Melakukan perbuatan yang menyakiti hati orang tua seperti menghina masakan,
mengajak bahkan mengatakan bodoh kepada orang tua.
5. Tidak memenuhi kebutuhan orang tua ketika seorang anak sudah berkecukupan
6. Tidak memperhatikan semua perkataan terutama nasihat dari orang tua
7. Tidak mau mengakui kedua orang tuanya karena beragam sebab yang tidak
8. Bersikap kasar atau main tangan terhadap orang tua
9. Merasa menyesal terlahir dari orang tuanya.
10. Terlalu banyak menuntut akan hal-hal yang justru membebani orang tua
11. Mengharapkan kematian orang tua demi semakin cepatnya harta warisan berpindah
tangan.
12. Melepaskan hubungan dengan tidak pernah mengunjungi atau bersilaturahmi
13. Tidak pernah mendoakan kebaikan untuk orang tuanya.
14. Tidak mau melayani atau merawat orang tua bahkan memberikan perintah kepada
orang tua untuk menjadi pelayan bagi dirinya.
15. Mengumbar kekurangan orang tua di depan umum
16. Menghardik, mencaci maki bahkan melaknat orang tua
17. Ketika emosi karna suatu hal, menatap orang tua dengan tatapan tajam penuh
amarah.
18. Menyakiti dan membuat perasaan orang tua merasa sedih karna hal tertentu yang
dilakukan anak
19. Tidak mau mengakui orang tua karna beberapa sebab, salah satunya malu dengan
kondisi orang tua.
20. Meninggikan suara ketika berselisih faham dengan orang tua
21. Tidak menghargai orang tua dengan tidak pernah mencium tangan bahkan hanya
sekedar meminta izin untuk suatu hal.
22. Selalu bermuka masam di hadapan orang tua karena tidak suka dengan kehadiran
orang tua.
23. Lebih mendahulukan kepentingan dan kebutuhan orang lain padahal orang tua juga
sangat membutuhkan hal serupa.

Penyebab Anak Durhaka Terhadap Orang Tua

Durhaka terhadap orang tua pada dasarnya tidak semata-mata terbentuk dari si anak saja.
Namun ada beberapa sebab durhakanya anak terhadap orang tua karna faktor yang berasal
dari orang tua itu sendiri. Misalkan adanya kesalahan orang tua dalam mendidik anak di
masa kecil bahkan adanya kesalahan orang tua yang di benci oleh anaknya hingga dewasa.
Untuk itu, sebaiknya orang tua mendidik anak tidak hanya mengenai keduniawian semata
supaya nantinya anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang peduli pada agama.
Sehingga perbuatan-perbuatan yang mengerucut pada durhaka terhadap orang tua dapat
terhindari.

Contoh penyebab lain yang menjadikan anak durhaka yakni posisi dan sikap orang tua yang
tidak bisa dijadikan panutan, seperti mengabaikan kewajibannya dalam mengurus anak,
bersikap tidak adil, kasar dalam mendidik. Semua perbuatan tersebut akan terekam di
memori otak anak sehingga ketika dewasa anak ini akan berlaku serupa dengan orang
tuanya. Anak-anak yang tumbuh di antara keretakan rumah tangga kedua orang tuanya
biasanya juga akan mempunyai sifat yang kurang baik dibandingkan anak yang tumbuh
dengan didikan dan kasih sayang kedua orang tuanya.

Selain itu, orang tua yang hanya disibukkan dengan pekerjaan sehingga jauh dari anak-
anaknya dan tidak mempunyai ikatan perasaan antar keduanya juga berpotensi membentuk
paradigma anak nantinya ketika dewasa. Bahkan sebaliknya, perilaku orang tua yang
menunjukan kasih sayang berlebihan dengan terlalu memanjakan anak juga dapat berimbas
pada pola pikir anak menjadi egois dan tidak ingin direpotkan nantinya ketika orang tua
sudah renta. Untuk lebih jelasnya,

KISAH NYATA; ANAK YANG DURHAKA PADA IBUNYA

Seorang anak yang durhakar kepada ibunya. Dia tidak hanya suka teriak-teriak di wajahnya,
akan tetapi suka mencaci-maki. Ibunya yang telah tua, seringkali berdoa kepada Allah SWT
agar Allah meringankan kekerasan dan kekejaman anaknya. Dia menjadikan ibunya sebagai
pembantu yang membantu dan mengurusi semua kebutuhannya, sedangkan ibunya sendiri
tidak membutuhkan pengurusan dan bantuannya. Betapa sering air matanya mengalir di
kedua pipinya, berdoa kepada Allah SWT agar belahan hatinya mendapat hidayah sehingga
menjadi anak yang berbakti pada orang tua.

Pada suatu hari si-anak menemui ibunya dengan raut wajah beram yang terlihat dari colot
mata dan alis yang menyatu. Si-anak berteriak-teriak tepat di wajah ibunya, “Apakah ibu tak
menyiapkan makanan ku?” Dengan segera ibunya mempersiapkan dan menghidangkan
makanan si-anak. Akan tetapi, tatkala si-anak melihat makanan yang tidak disukai, bukan
tetap memakannya, namun malah ia lemparkan ke tanah.

Si-anak marah dan berkata dengan nada yang kumprang, “Sungguh, aku kena musibah
dengan wanita yang sudah tua renta, aku tidak tahu, kapan aku bisa berlepas diri tua renta
ini.” Ibunya menangis seraya berkata, “Wahai anakku, takutlah kamu kepada Allah
terhadapku. Tidakkah kamu takut kepada Allah? Tidakkah kamu takut akan murka dan
kemarahanNya?”. Karena mendengar kata-kata ibunya tersebut, maka kemarahan si-anak
pun semakin menjadi, si-anak memegang baju ibunya dan mengangkatnya. Dia
mengguncang-guncang ibunya dengan kuat seraya menghardik, “Dengar, aku tidak mau
dinasihati. Bukan aku yang mesti dibilang harus bertakwa kepada Allah.”
Kemudian si-anak melempar ibunya yang telah tua renta itu. Ibunya-pun jatuh tersungkur.
Tangis ibunya bercampur dengan tawa si-anak yang penuh dengan kepongahan seraya
mengatakan, “Ibu pasti akan mendoakan kecelakaan bagiku. Ibu mengira Allah akan
mengabulkannya.” Kemudian si-anak keluar rumah sambil mengolok-olok ibunya.
Sementara sang ibu, ia berlinangan air mata kesedihan, menangis siang dan malam tiada
henti.

Adapun anaknya, dia pergi menaiki mobilnya. Bergembira dan bersuka cita sambil
mendengarkan musik yang ia anggap kenyamanan dalam hidupnya. Si-anak melaju dengan
mobil yang ramai karena suara musiknya. Dia lupa akan apa yang telah dia perbuat
terhadap ibunya yang sejak kecil merawat, membesarkan dengan kasih sayang. Dia
meninggalkan ibunya dalam keadaan bersedih hati sendirian, hatinya menelan rasa sakit,
mengalami kesedihan yang sangat mendalam.

Tatkala mobilnya melaju di jalan raya dengan kecepatan membabi buta, tiba-tiba ada seekor
hewan berada di tengah jalan. Dia terguncang dan kehilangan keseimbangan. Dia mencoba
untuk mengendalikan situasi, akan tetapi tidak ada jalan keluar dari takdir. Celakalah, mobil
yang melaju dengan kecepatan tinggi tersebut terjungkal, merungsuk keluar jalan, tanpa ia
sadari, ada potongan besi mobil yang masuk ke dalam perutnya, namun dia tidak seketika
kehilangan nyawanya. Allah SWT menangguhkan kematiannya. Dia berpindah dari operasi
satu ke operasi yang lain, hingga akhirnya terbaring di tempat tidur, tidak bisa bergerak
sama sekali. (Aqibah Uquq al-Walidain, hal. 69-71.)

Anak Yang Durhaka Kepada Orang Tuanya

Alyka adalah anak yang cantik. Tetapi, kecantikannya tidak diiringi dengan kecantikan
hatinya. Dia sangat jahat kepada ibunya, bisa dikatakan ia seorang anak yang durhaka
kepada orang tuanya. Suatu hari ia menginginkan sesuatu dan seperti biasa ia selalu
merengek dan memekasa. Alyka selalu meminta barang yang mahal-mahal kepada Ibunya.
Jika tidak terpenuhi, Alyka akan memarahi Ibunya dan mogok makan. Mau tak mau, Ibunya
harus membelikan barang yang di inginkan Alyka, anaknya.
“Bu!” Panggil Alyka dengan suara yang keras. Dengan segera, Ibunya mendatangi Alyka,
anak kesayangannya itu.
“I.. iya. Ada apa nak?” Tanya Ibu dengan napas yang terengah-engah, karena capek
sehabis berlari.
“Alyka pengin tempat pensil seperti Anin yang canggih dan terbaru!” Seru Alyka ketus,
sambil memaksa Ibunya agar di belikan tempat pensil yang di inginkannya itu.
“Tapi nak, Ibu tidak punya uang untuk mem..”, Pembicaraan Ibu terputus oleh Alyka yang
langsung menerocos pembicaraan.
“Pokoknya, Alyka pengin tempat pensil itu sekarang!” Bentak Alyka marah dan menyruh
Ibunya pergi dari kamarnya.
Bapak yang melihat kejadian itu hanya geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Dan
terpaksa, Ibunya harus membelikan tempat pensil untuk anak yang di sayanginya itu.
Perjalanan menuju toko buku
Sorenya, Ibu mengajak Alyka untuk pergi ke sebuah toko buku yang menyediakan berbagai
perlengkapan alat tulis sekolah. Alyka melihat-lihat sekitarnya dan akhirnya mnemukan
tempat pensil yang di inginkannya. Lalu, Alyka segera memanggil Ibunya.
“Bu! Sini!” Panggilnya dengan lantang. Ibu segera mendatangi anakanya yang sedari tadi
memanggilnya.
“Ada apa nak? Sudah ketemu tempat pensilnya belum?” Tanya Ibu lembut. Alyka
mengangguk keras sambil tersenyum dan memperlihatkan tempat pensil yang sedang nge-
tren itu.
Memang, tempat pensil itu memang bagus. Tetapi, Ibu tak sanggup membelinya karena
harganya yang mahal. Mendengar perkataan Ibunya, Alyka langsung marah dan ingin
membeli tempat pensil itu sekarang.
Alyka terus merengek sembari menahan amarahnya dan memegangi tangan Ibunya dengan
kencang, sehingga Ibu merasa kesakitan. Langsung saja, Ibu membayar tempat pensil itu di
kasir dan kembali untuk pulang.
***
Esoknya, Alyka memamerkan tempat pensilnya itu kepada teman-teman sekelasnya.
“Waaah.. keren ya! Alyka punya tempat pensil seperti Anin. Berarti Alyka orang kaya dong!”
Seru Diva, salah satu teman sekelas Alyka yang melihat tempat pensil Alyka yang sangat
mirip dengan kepunyaan Anin.
Tiba-tiba Anin datang dengan geng nakalnya dan menghampiri Alyka dan teman-temannya.
“Oh.. oh.. oh.. Ternyata anak udik kayak gini, bisa beli tempat pensil sepertiku ya?” Goda
Anin lebay sambil tersenyum licik kepada Alyka.
“Eng.. Iya lah! Aku kan orang kaya!” Balas Alyka ketus. Anin terlihat kesal dan kembali
tersenyum licik kepada Alyka yang mengaku sebagai orang kaya.
“Nih! Gue punya HP I Phone keluaran terbaru! Lo punya enggak? Pastilah gak punya! Lo
kan orang miskin yang mengaku jadi sok kaya! Iya kan!” Seru Anin sembari mengeluarkan
handphone miliknya.
Wajah Alyka berubah menjadi merah padam ketika mendengar perkataan Anin tadi. Alyka
merasa iri dan merasa gugup. Alyka bingung harus menjawab apa, sedangkan dia sedang
kehabisan kata-kata.
Anin melirik Alyka dengan sinis dan menampilkan senyuman kecut. Alyka semakin gugup.
Dan akhirnya, Alyka terpaksa berbohong kepada Anin. “Eng.. Aku punya! Besok akan aku
bawa!” Ujarnya berbohong.
Anin dan gengnya langsung meninggalkan Alyka dan teman-temannya.
Kring… bel pulang berbunyi
Bel tanda pulang berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas. Termasuk juga Alyka.
Sedari tadi, Alyka masih saja memikirkan tentang perkataan Anin yang memamerkan
handphone miliknya.
Di perjalanan, Alyka berpikir, Gimana supaya aku di beliin handphone kayak Anin ya?
Pikirnya. Dan, think! “Aku punya ide! Aku akan meminta kepada Ibu saja!” Gumamnya lirih.
Alyka mempercepat langkahnya agar sampai rumah lebih awal dari biasanya. “Bu! Pak! Kok
sepi sih?” Panggilnya.
Lalu Ibu datang ke hadapan Alyka dengan wajah yang murung dan sedih. Ibu berkata,
“Nak, Bapak..” Ucapnya lirih, bahkan sangat lirih.
“Bapak kenapa Bu?” Tanya Alyka penasaran dan bertanya-tanya.
“Bapak.. meninggal.” Jawab Ibu lemah, lesu.
Tanpa merasa sedih, Alyka langsung menari-nari layaknya orang yang tidak waras.
Bagaimana tidak? Bapaknya meninggal, kok malah senang?! ( Jangan ditiru)
Setelah pemakaman Bapaknya selesai, Alyka masuk ke kamarnya dan bergumam. “Tanpa
Bapak, aku bebas! Aku bisa memarahi Ibu dan meminta barang yang mahal-mahal!”
***
Setiap hari, Alyka selalu memarahi Ibunya walaupun masalah yang sangat sepele. Sampai
pada puncak kemarahannya, Alyka membanting pintu kamarnya dengan sangat keras.
Ia melakukan seperti itu karena Ibunya tidak mau membelikan kerudung yang sedang nge-
tren di kalangan remaja.
Di kamar, Alyka terus saja menangis, karena tidak di belikan kerudung kemauannya.
“Ibu jahat! Hiks.. hiks..” Ucapnya sambil menangis terisak-isak. Biasanya, jika dalam
keadaan seperti ini, Ibunya selalu menghampiri Alyka untuk menenangkannya.
Tetapi, Ibunya tak kunjung datang. Akhirnya, Alyka memutuskan untuk keluar kamar dan
mencari Ibunya. Ia berharap agar Ibunya tidak marah dan tidak menitikkan air mata di
hadapannya.
Ia mencari Ibunya kemana-mana dan akhirnya, ia telah menemukan Ibunya. Apa yang
terjadi pada Ibunya? Ibunya telah tiada.
Alyka langsung berdiri mematung dan menitikkan air mata dengan derasnya. ALyka tidak
menyangka bahwa jadinya akan seperti ini. Alyka sangat menyesali perbuatannya.
Kini, Alyka hidup sebatang kara. Tanpa teman, tanpa orang tua yang selalu menyayangi
dirinya. Terkadang, Alyka menangis sendiri tanpa sebab dan tertawa sendiri. Sungguh
malang Alyka.

Pesan moral yang terkandung


tersebut adalah janganlah kita berlaku kasar atau sampai membentak orang tua kita karena
itu salah satu perbuatan durhaka kepada orang tua. Jangan sesekali meniru perbuatan
seperti pada tokoh di atas. Jangan meniru Alyka, karena durhaka kepada orang tuanya.

KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah kita ambil kesimpulan bahwasanyaarti
durhaka menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang
menyakiti kedua orang tuanya.
Allah Swt, berfirman:
‫وقضى ربك اال تعبدوا إال إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهما‬
)23:‫او كالهم فال تقل لهما أف وال تنهرهما وقل لهما قوال كريما (اإلسراء‬
Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah
keculai kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)
Jadi durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan untuk
itu marilah kita menghormati dan menghargai orang tua ,atas jasa-jasa
orang tua kita yang sudah melahirkan dan membesarkan kita Dan
semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
durhaka.

Anda mungkin juga menyukai