Anda di halaman 1dari 14

I.

Tujuan                                
1) Untuk mengetahui dan memahami cara analisa pemisahan anion pada
suatu sampel
2) Untuk mengetahui anion apa saja yang terkandung dalam suatu
sampel

II. Tinjauan Pustaka             


Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi
zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam
suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan
banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L.
Underwood :1993).
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
kualitatif.  Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya.
Beberapa metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti
warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet  untuk
mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun
demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk
mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat
yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium.   Sifat fisika
yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung
gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang  berguna untuk
analisis selanjutnya.(Svehla, 1990)
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi
basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang
berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan
contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji
nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat
dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan
terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan
warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G.
Svehla : 1985)
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation
dan identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik
seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah
pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam
kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut
Bunsen, Gilreath dan Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat
kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kalarutan garam alkali
dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan
pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam
peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses
yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan.
Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi
yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer,
dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu
anion yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi
redoks. Reaksi pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang
kemudian dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion
tertentu yang termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal
tersebut sesuai dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena
adanya senyawa baru setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di
gunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan
endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan dari suatu fase padat keluar
dari larutan endapan, mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan
dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S)
satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari
larutan jenuhnya. Kelarutan  tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu,
tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi
pelarutnya.
Berikut merupakan Anion yang digolongkan berdasarkan reaksi
redoks, yaitu :
1. Anion Pengoksidasi
1) Anion dalam kelompok ini adalah ClO4-, ClO3-, NO3, SO42-, Cr2O72-,
IO3, dan lain-lain
2) Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan
Na2Co3 (jenuh), lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat
ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl2. Apabila warna sampel
berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut
mengandung anion pengoksidasi.
2. Anion Preduksi
1) Anion dalam kelompok ini adalah S2-, S2O32-, SO3-, Cl-, CNS-, CN-,
[Fe(CN)6)4]
2) Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan
Na2Co3 (jenuh), lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat
ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl2. Apabila warna sampel
berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut
mengandung anion pengoksidasi.
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat
dalam  keadaan dingin, tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari
NO2 yang dihasilkan, dan asetat  memberikan bau khas cuka jika
direaksikan dengan asam sulfat pekat.
Untuk praktikum kali ini dilakukan pemisahan dan identifikasi anion-
anion berikut  Nitrat, Permanganat, Kromat, Sulfat, Ferisianida, Karbonat,
Asam Cuka, dan ion Hidroksida pada Magnesium Hidroksida. Anion-anion
tersebut banyak kita jumpai dalam reaksi kimia ada yang berguna sebagai
pengoksidasi, ada yang bergabung dengan logam seperti natrium dan
kemudian membentuk garam, serta ada pula yang menandakan sifat alkalis
(basa).
Nitrat, NO3-. Kelarutan : Semua nitrat larut dalam air. Nitrat dari
merkurium dan bismut menghasilkan garam basa setelah diolah dengan air;
garam-garam ini larut dalam asam nitart encer. Nitrat bertindak sebagai
oksidator atau zat pengoksidasi. Fungsi dari zat pengoksidasi adalah sebagai
berikut  memberi oksigen kepada zat lain, memindahkan hidrogen dari zat
lain, mengambil elektron dari zat lain.
Permanganat adalah sebuah nama umum untuk senyawa kimia yang
mengandung ion manganat(VII) ion, (MnO4−). Karena mangan
mempunyai bilangan oksidasi sebesar +7, maka ion permanganat(VII)
merupakan oksidator kuat. Ion ini mempunyai bentuk geometri tetrahedral.
[1]
 Larutan permanganat biasanya berwarna ungu dan bersifatneutral dan
sedikit mempunyai sifat alkalinitas. Dalam larutan asam, permanganat(VII)
akan tereduksi sehingga tidak berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi
+2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8 H+ + MnO4− + 5 e− → Mn2+ + 4 H2O

Dalam larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya


menjadi hijau, dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4− + e− → MnO42−
Sedangkan, dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga
bilangan oksidasinya menjadi +4, warnanya hijau (mangan dioksidaMnO2).
2 H2O + MnO4− + 3 e− → MnO2 + 4 OH−

Ion kromat (CrO42-) merupakan oksidator yang kuat dan mudah


melepas oksigen sehingga penanganannya perlu berhati-hati. Zat-zat ini
harus disimpan ditempat tersendiri dan tidak boleh berada di dekat zat-zat
organik karena dapat menyebabkan kebakaran. Reaksi reduksi ion kromat
dan dikromat bergantung pada keasaman larutan. Dalam reaksi kimia bila
ion kromat dan dikromat bertindak sebagai oksidator (ketika direaksikan
dengan suatu reduktor) bilangan oksidasi kromium turun menjadi +3 dan
produk yang diperoleh bergantung pada keadaan keasaman larutan. Dalam
larutan asam ion kromium direduksi menjadi ion Cr3+, dalam larutan sedikit
basa produk reduksinya adalah Cr(OH)3 yang tidak larut dan dalam larutan
sangat basa ion kromat direduksi menjadi ion kromit (CrO 2-). Persamaan
reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Larutan asam
6e + 14H+ + Cr2O7 → 2Cr3+ + 7H2O
Larutan sedikit basa
3e + 4H2O + CrO42- → Cr(OH)3 + 5OH-
Larutan sangat basa
3e + 2H2O + CrO42- → CrO2- + 4OH-
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42-
dengan massa molekul 96.06 satuan massa atom; ia terdiri dari atom
pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron.
Ion sulfat bermuatancas dua negatif dan merupakan basa konjugat
ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-, yaitu bes konjugat asam sulfat, H2SO4.
Terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa
kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2, dan merupakan ester asam
sulfat. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air. Kecuali dalam kalsium
sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat, yang tak larut. Barium sulfat
sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat: penambahan barium
klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan
putih, yaitu barium sulfat menunjukkan adanya anion sulfat. Ion sulfat bisa
menjadi satu ligan menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen
(monodentat) atau dua oksigen sebagai kelat atau jembatan. Contoh ialah
molekul logam netral kompleks PtSO4P(C6H5)32, di mana ion sulfat berperan
sebagai ligan bidentat. Ikatan oksigen-logam dalam molekul sulfat
kompleks mempunyai ciri kovalen.
Ferisianida merupakan zat pengoksidasi yang kuat dalam kondisi basa.
Sifatnya racun, karena dapat mengubah ion Fe dalam hemoglobin, dari
bentuk ferro ke bentuk ferri.
Karbonat adalah garam dari asam karbonat, ditandai dengan adanya ion
karbonat. Nama mungkin juga berarti ester dari asam karbonat, senyawa
organik yang mengandung gugus karbonat. Ion karbonat adalah anion
oxocarbon yang paling sederhana. Terdiri dari atom karbon satu dikelilingi
oleh tiga atom oksigen. Karbonat memiliki struktur kimia CO3.
Anion asetat, (C2H3O2)−, adalah sebuah ion karboksilat dan merupakan
basa konjugasi dari asam asetat. Ion asetat dihasilkan dari deprotonasi asam
asetat.
CH3COOH ⇌ CH3COO− + H+

 Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa


kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi
rasaasam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3-COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebutasam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku
16.7°C. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton),
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam
lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama
dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Hidroksida adalah suatu ion poliatomik yang terdiri
dari oksigen dan hidrogen (OH−). Ion ini bermuatan −1 dan merupakan
salah satu ion poliatomik yang paling sederhana. Sebagian besar hidroksida
tidak larut dalam air. Suatu kelompok basa yang mengandung hidroksida
disebut basa hidroksida. Basa ini akan terdisosiasi di dalam air menjadi
satu kation dan satu atau lebih ion hidroksida sehingga
menjadikan larutan tersebut bersifat basa. Proses ini
membentukalkali hidroksida, yang dapat menjalani
reaksi netralisasi dengan asam. Secara umum, reaksi asam-alkali dapat
disederhanakan menjadi:
OH−(aq) + H+(aq) → H2O(cair)

dengan melepaskan ion spektator.


III. Alat dan Bahan              
1.      Alat yang digunakan :
a. Tabung Reaksi + Rak
b. Pipet Tetes
c. Pipet Gondok dan Balb
d. Gelas Piala

2.      Bahan yang diperlukan :


a. Sampel
b. Larutan AgNO3 encer
c. Larutan NH4OH encer
d. Larutan HCl encer
e. Larutan NaOH encer
f. Larutan H2SO4 encer
g. Aquadest
IV. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Semua alat yang digunakan dibilas dengan aquadest
3. Dilakukan analisis anion pengoksidasi atau pereduksi, dengan skema
sebagai berikut :
1) Sampel A dipipet sebanyak 5 ml, ditambahkan 5 ml AgNO3. Jika
terjadi endapan, filtrat dan endapannya dipisahkan.
2) Filtrat yang terbentuk dipipet sebanyak 5 ml untuk identifikasi nitrat
dan 5 ml untuk identifikasi permanganat.
3) Identifikasi Nitrat dilakukan dengan penambahan NH4OH tetes
demi tetes (diperhatikan perubahannya), terbentuknya anion nitrat
ditandai dengan adanya bau NH3 yang menyengat, sedangkan untuk
Identifikasi Permanganat, 5 ml filtrat tersebut ditambahkan NaOH
sampai terbentuk warna ungu menjadi hijau.
4) Endapan yang terbentuk saat sampel ditambahkan 5 ml
AgNO3, ditambahkan air panas tetes demi tetes sampai terjadi
perubahan, setelah itu filtrat dan endapannya dipisahkan.
 Filtrat yang terbentuk tersebut ditanbahkan HCl encer, sampai
terjadi pengendapan kembali. Endapan yang terbentuk berupa
AgCl dan filtratnya diuji untuk identifikasi kromat dengan
penambahan HCl encer, pembentukan anion kromat ditandai
oleh terbentuknya endapan AgCl berwarna putih.
 Endapan yang terbentuk pada tahap 6 ditambahkan HCl encer,
sehingga terjadi pengendapan kembali. Endapannya berupa
Ag3(CN)6 dan diuji identifikasi ferisianida dengan penambahan
CuSO4, Adanya anion ferisianida ditandai dengan terbentuknya
warna coklat berupa Cu3[Fe(CN6)]2. Sedangkan filtratnya dibagi
dua dan dilakukan identifikasi sulfat, filtrat satu ditambahkan
BaCl2 dan HCl sehingga terbentuk BaSO4 berwarna putih, filtrat
dua ditambahkan Pb(NO3)2 berwarna putih.
4. Sampel yang berbeda, yaitu sampel B dilakukan identifikasi karbonat,
asam cuka dan Mg2+.
1) Pada identifikasi Karbonat, sampel B dipipet sebanyak 3 ml,
kemudian ditambahkan HCL encer, adanya karbonat ditandai dengan
adanya CO2 yang berbuih.
2) Pada identifikasi Asam Cuka, sampel B dipipet sebanyak 3 ml,
kemudian ditambahkan H2SO4 encer, adanya asam cuka ditandai
dengan terciumnya bau cuka yang menyengat.
3) Pada identifikasi Mg2+, sampel B dipipet sebanyak 3 ml, kemudian
ditambahkan NaOH  encer, adanya Magnesium ditandai dengan
terbentuknya endapan warna putih sebagai Mg(OH)2
V. Data dan Pengamatan      
1. Sampel A + AgNO3 -------> 
Tidak terbentuk endapan, hanya terbentuk larutan berwarna putik keruh,
sehingga langsung diuji identifikasi Nitrat dan Permanganat.
2. Identifikasi Nitrat
Campuran (Sampel A + AgNO3) +  NH4OH -------> NH3 (terciumnya
bau menyengat amoniak)
Sampel teridentifikasi ada anion Nitrat
3. Identifikasi Permanganat
Campuran (Sampel A + AgNO3) +  NaOH -------> Tidak terbentuk
larutan ungu yang berubah menjadi hijau
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion permanganat 
4. Identifikasi Karbonat
Sampel B + HCL encer -------> Tidak ada buih
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion karbonat 
5. Identifikasi Asam Cuka
Sampel B + H2SO4 encer -------> CH3COOH (terciumnya bau
menyengat cuka)
Sampel teridentifikasi adanya anion asetat 
6. Identifikasi Mg2+
Sampel B + NaOH  -------> Tidak ada perubahan
Sampel tidak teridentifikasi adanya anion hidroksida 
VI. Hasil dan Pembahasan
Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan
elektron. Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh
gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki
sifat – sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang
merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion
umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap
anion tertentu dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi
interferensi atau gangguan alam suatu analisis anion oleh anion lain, maka
diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Berdasarkan data pengamatan, reaksi awal untuk sampel A setelah
penambahan AgNO3, tidak terbentuk endapan walaupun penambahannya
telah berlebih. Hal tersebut diduga karena pada sampel memang tidak
terdapat anion-anion ferisianida sebagai Ag3[Fe(CN)6] , anion sulfat sebagai
Ag2SO4, dan anion kromat sebagai AgCrO 4. Dugaan selanjutnya adalah
terbentuknya senyawa kompleks dan kurangnya konsentrasi AgNO 3 yang
digunakan sehingga tidak mampu mngendapkan larutan. Berdasarkan
teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan  tergantung pada
berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam
larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Jelas terlihat bahwa konsentrasi
pelarut sangat berpengaruh dengan proses pengendapan, konsentrasi
pereaksi yang kurang tidak menjenuhkan larutan, artinya nilai dari kspnya
lebih besar dari nilai hasil kali kelarutannya. Hasil kali kelarutan secara
umum dilambangkan dengan Qc dan cara menghitungnya sama dengan Ksp
yaitu merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu
garam sukar larut. Perbedaannya, nilai Qc menunjukkan hasil kali kelarutan
pada keadaan yang belum bisa dipastikan apakah larutan tersebut belum
jenuh, tepat jenuh atau lewat jenuh (terbentuk endapan) sedangkan Ksp
adalah hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu garam sukar
larut pada keadaan maksimum (tepat jenuh). Ketentuannya sebagai berikut :
Jika nilai Qc
Jika nilai Qc=Ksp        maka larutan tersebut tepat jenuh.
Jika nilai Qc>Ksp        maka larutan tersebut lewat jenuh (ditandai
dengan terbentuknya endapan karena pelarut tidak mampu lagi melarutkan
zat terlarut yang dalam hal ini adalah garam sukar larut)
Karena tidak terbentuk endapan otomatis kami tidak bisa melakukan
uji identifikasi kromat, sulfat dan ferisianida. Pada percobaan kemarin kami
hanya melakukan uji nitrat dan permanganat. Berdasarkan hasil percobaan
yang telah kami lakukan, anion yang positif pada sampel A adalah anion
Nitrat dengan penandaan berupa terbentuknya gas amoniak. Dalam hal ini
nitrat berfungsi sebagai zat pengoksidasi atau oksidator, karena mengubah
NH4OH menjadi NH3, terjadi kehilangan ion hidrogen pada NH4OH.
Pada pengujian sampel B, dilakukan tiga uji identifikasi, yaitu
identifikasi karbonat, asetat dan hidroksida, dari ketiga uji tersebut yang
hasilnya positif adalah pada identifikasi asam cuka. Asam cuka memiliki
rumus kimia sebagai berikut CH3COOH atau bisa disebut juga asam asetat.
Cara identifikasi asetat ini bisa dibilang mudah, karena terbukti dengan
timbulnya bau cuka yang menyengat. Sampel yang mengandung anion
asetat akan bereaksi dengan asam sulfat dan terjadi pertukaran ion, asam
sulfat yang mengandung ion H+ akan bergabung dengan ion asetat
(CH3COO-) pada sampel membentuk asam asetat atau asam cuka.
VII. Kesimpulan dan Saran
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan
elektron. Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk
memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok
anion yang memiliki sifat – sifat yang sama. Selanjutnya diikuti
dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu.
Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji
spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan tidak peka
untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan
alam suatu analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah
awal proses pemisahan.
2. Pemakaian zat pereaksi yang terlalu benyak, mungkin tidak akan
terjadi endapan karena terbentuknya ion kompleks, sehingga
pemakaian zat pereaksi secara berlebihan tidak berguna dan
merupakan pemborosan, juga dapat menyulitkan proses analisa.
3. Larutan pencuci endapan berguna untuk membersihkan endapan
dengan cara melarutkan kotoran yang terdapat dalam endapan. Dalam
hal ini adalah air hangat dan HCl encer.
4. Berdasarkan teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan,
menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya.
5. Kelarutan  tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi
pelarutnya.
6. Berdasarkan hasil percobaan sampel A teridentifikasi ada anion Nitrat,
dan sampel B teridentifikasi ada anion Asetat.
                      
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Asetat. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Asetat. [9 April


2014]
Anonim. (2013). Asam Asetat.
[Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat . [9April 2014]
Anonim. (2013). Hidroksida. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Hidroksida
[9 April2014]
Anonim. (2013). Karbonat. [Online]. http://id.termwiki.com/ID:carbonate_
%E2%82%81. [9 April 2014]
Anggi. [Online ]Perkiraan Terbentuknya Endapan Berdasarkan
Harga Ksp.http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/kelarutan-
dan-hasil-kelarutan/perkiraan-terbentuknya-endapan-berdasarkan-harga-ksp/.
[9 April 2014]
Arindradita. (2009). Masteran Anion.
[Online] http://levenspiel.wordpress.com/2009/04/19/. [9 April 2014]
Clark, Jim. (2004). Pengertian Oksidasi dan Reduksi. [Online] http://www.chem-
is try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/oksidasi_dan_reduksi/ pengertian
oksi dasi dan_reduksi_redoks/[9 April 2014]
Fitri, Devi. (2013). Ferrisianida Kalium. http://devhyvhy.blogspot.com/2013/06/
ferisianidakalium.html. [9 April 2014]

Anda mungkin juga menyukai