Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bersama sebagai orang muslim bahwa hukum belajar
ilmu tajwidadalah fardhu kifayah. Kalau ada dalam suatu tempat ada seseorang yang
menguasai ilmu ini makabagi yang lainnya tidak menanggung dosa, kalau sampai tidak
ada maka seluruh kaum muslimin menanggung dosa. Sedangkan membaca Al Qur’an
dengan tajwid adalah wajib ‘ain artinya bagi seorang yang mukalaf baik laki-laki atau
perempuan harus membaca Al Qur’an dengan tajwid, kalau tidak maka dia berdosa, hal ini
berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah dan ucapan para ulama.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian mad far’i dan macam-macamnya !

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam mad far’i

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mad Far’i


Far’i secara bahasa berasal dari kata Far’un yang artinya cabang. Sedangkan
menurut istilah Madd Far’i adalah:
Madd yang merupakan hukum tambahan dari Madd Ashli (sebagai hukum
asalnya), yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.
Dalam nazham dijelaskan:
Bagian lain (dari hukum Madd) ialah Madd Far’i, yakni Madd Ashli yang terkena
suatu sebab , seperti hamzah atau sukun.
Dari keterangan diatas jelaslah bahwa Madd Far’i ialah madd tambahan dari
hukum asalnya, yaitu dari Madd Ashli, yang terkena sebab-sebab tertentu sehingga
menjadi Madd Far’i (lihat skema hukum Madd diakhir bab). Selain hamzah dan hukum,
sebenarnya masih ada sebab-sebab lain. Sebab-sebab tersebut ada yang masih merupakan
bagian sukun. Sehubungan dengan itu, kami mencatatnya setidaknya ada lima jenis sebab
yang menyertai Madd Ashli sehingga lahir Madd Far’i, yaitu:
1. Hamzah
Hukum-hukum Mad Far’i yang lahir dengan sebab hamzah ialah:
a. Madd Wajib Muttasil. Bertemunya Madd Ashli dan hamzah dalam satu kata.
b. Madd Ja-iz Munfasil. Bertemunya Madd Ashli dalam satu kata dan hamzah dalam
kata yang lain.
c. Madd Badal. Huruf Madd Ashli yang didahului oleh hamzah.
d. Madd Shilah Thawilah. Ha’ dlamir yang dibaca Madd (panjang) bertemu dengan
hamzah.
2. Sukun
Hukum-hukum Madd Far’I yang lahir dengan sebab sukun ialah:
a. Madd Lazim Harfi Musyba Mukhaffaf. Huruf Madd menghadapi sukun Ashli,
baik ketika Washal maupun Waqaf. Namun, bacaan tidak di idgham-kan. Huruf
Madd dan sukun Ashli tersebut berada dalam ejaan huruf.

2
b. Madd Lazim Harfi Mukhaffaf. Huruf-huruf fawatihus suwar yang memiliki dua
ejaan huruf, ejaan pertamanya berharakat fat-hah. Huruf-huruf tersebut dibaca
Madd karena dalam ejaan hurufnya diiringi oleh huruf madd (yang tanda
sukunnya tidak tampak).
c. Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf. Huruf Madd Ashli (yang bersukun dan didahului
oleh hamzah) bertemu dengan huruf ysng bersukun.
3. Waqaf
Ialah masih merupakan bagian dari sukun; terjadinya proses penyukunan huruf karena
bacaan di-waqaf-kan dengan sukun aridli. Hukum-hukum Madd Far’i yang lahir
dengan sebab waqaf ialah:
a. Madd Aridl lis Sukun. Madd Ashli yang dibaca waqaf. Disyaratkan sesudah huruf
madd terdapat huruf (hidup) yang bersukun ‘aridli, yakni bersukun karena bacaan
di-waqaf-kan.
b. Madd ‘Iwadl. Tanwin fat-hah yang dibaca madd karena waqaf. Madd ini
merupakan pengganti tanwin fat-hah yang tidak berbunyi lagi karena bacaan di-
waqaf-kan.
c. Madd Lin. Huruf madd yaitu wau dan ya, yang bersukun dan huruf sebelumnya
berharakat fat-hah. Disyaratkan setelah huruf Madd, ada huruf yang
bersukun’aridli karena bacaan di-waqaf-kan.
4. Tasydid
Ia juga masih bagian dari sukun, yakni terjadinya proses peng-idgham-kan huruf yang
bersukun kepada huruf didepannya yang berharakat serta sama atau berdekatan
makhraj dan sifatnya. Hukum-hukum Madd Far’I yang lahir dengan sebab tasydid
ialah:
a. Madd Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal. Huruf Madd menghadapi huruf yang di-
idgham-kan seraya memakai tasydid. Madd ini terjadi dalam ejaan huruf
fawatihus suwar.
b. Madd Lazim Kalimi Mutsaqqal. Huruf Madd menghadapi huruf yang bertasydid
dalam satu kata.

3
c. Madd Tamkin. Huruf madd yang bersukun dengan huruf sebelumnya ya’
bertasydid dan berharakat kasrah. Seandainya tidak ada tasydid, maka Mad
Tamkin mmenjadi Mad Ashli.
d. Madd Farq. Huruf Madd Ashli yang bersukun dan didahului oleh hamzah (Madd
Badal), bertemu dengan huruf yang bertasydid.
5. Sebab-sebab lain yang berfungsi membeakan bacaan yang mesti dibaca panjang atau
pendek. Dalam hal ini ialah Madd Shilah Qashirah. Ha dlamir pada madd tersebut
dibaca panjang dengan alasan ta’aduban (penghormatan/pemuliaan) terhadap al-quran
yang agung, yang tidak bisa ditambah dan dikurangi.
Seandainya sebab-sebab hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid dalam berbagai madd
diatas ditiadakan, maka semua madd akan kembali kebentuk asalnya, yaitu Madd
Ashli. Selanjutnya kita kan mengupas satu persatu hukum-hukum madd yang
merupakan bagian dari Madd Far’i. yang perlu diperhatikan, ada beberapa hukum
merupakan cabang dari hukum pokoknya. Namun jika dijumlahkan, hukum-hukum
tersebut seluruhnya ada lima belas hukum. Untuk lebih jelasnya, perhatikan table
berikut ini:
Madd Far’i No Penyebab
Wajib muttashil 1 hamzah
Ja-iz munfasil 2 hamzah
Lazim Harfi Musyba Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal 3 tasydid
Lazim Harfi Musyba Mukhaffaf 4 sukun
Mukhaffaf Lazim Harfi Muhaffaf 5 sukun
Kalimi Lazim Kalimi Mutsaqqal 6 tasydid
Lazim Kalimi Muhaffaf 7 sukun
Badal 8 Hamzah
Aridl lis sukun 9 waqaf
Iwadl 10 waqaf
Lin 11 waqaf
Shilah Qashirah 12 Sebab lain
Thawilah 13 hamzah

4
Tamkin 14 tasydid
Farq 15 tasydid

B. Hukum madd far’i


1. Madd Wajib Muttashil
Yang pertama akan kita bahas dalam Madd Far’I ini ialah Madd Wajib Muttashil.
Secara bahasa, madd artinya panjang; wajib artinya harus (dipanjangkan); dan muttashil
artinya bersambung (dengan hamzah). Menurut istilah, Madd Wajib Muttashil adalah:
Apabila Madd(Ashli) dan hamzah (bertemu) dalam satu kata. Dijelaskan dalam nadzam:
Dan Madd Wajib Muttashil itu ialah apabila datang huruf Madd Ashli sebelum hamzah
dalam keadaan bersambung di satu kata. Jadi, syarat Madd Wajib Muttashil adalah harus
hamzah setelah Madd Ashli dan hamzah itupun berada dalam satu kata dengan Madd
Ashli. Jika tidak demikian, tidak terjadi hukum Madd Wajib Muttashil.
Cara membaca Madd Wajib Muttashil ialah wajib dipanjangkan lima harakat atau dua
setengah Alif. Contoh:
Contoh Dibaca Q.S.

َ‫َجا َء‬ Ja-a (jaaaaa-a) 4:43

َ‫اء‬
ِ ‫س َّر‬
َّ ‫فِيَال‬ Fis sarra-i (fis sarraaaaa-i) 3:134

ََ‫اُولىك‬ Ula-ika (ulaaaaa-ika) 2:5

2. Madd Ja-Iz Munfashil


Secara bahasa, madd artinya panjang; ja-iz artinya boleh (dianjangkan lebih dari
dua harakat); dan Munfashil artinya terpisah (antara hukum madd dengan hamzah).
Menurut istilah, Mad Ja-iz Munfashil ialah: Apabila huruf Madd (Ashli) pada satu
kata bertemu dengan hamzah dikata yang lain. Dalam nadzam dijelaskan:
“ Dan ada Madd yang boleh (ja-iz) dibaca panjang atau pendek, yang terpisah
kalimat( antara huruf madd dan hamzah). Dan yang demikian itu dinamakan Madd
Ja-iz Munfashil.”

5
Berdasarkan keterangan di atas, kita mengetahui bahwan Madd Ja-iz Munfashil
terjadi apabila Madd ashli di satu kata bertemu dengan hamzah pada kata berikutnya.
Dengan kata lain, madd ashli dan hamzah berada pada dua kata yang terpisah.
Cara membaca Madd Jaiz Munfashil boleh di panjangkan dua harakat, empat
harakat dan lima harakat. Dengan demikian, ada tiga wajah dalam membacanya:
a. Hadr, yaitu cepat, dibaca dua harakat
b. Tadwir, yaitu sedang, dibaca empat harakat
c. Tartil, yaitu lambat, dibaca lima harakat.
Sebagaimana dijelaskan dalam nadzam: “menurut para ahli qiraat, cara membaca
itu dikumpulkan dalam tiga wajah: hadr,tadwir dan tartil.” Berikut ini merupakan
contoh-contoh untuk Madd Jaiz Munfashil:

Contoh Dibaca Cara membaca Q.S.

َ‫س ِن‬
َ ْ‫ِف ْيَاح‬ Fii ahsani Hadr
Fiiii ahsani Tadwir 95:4
Fiiiii ahsani Tartil

َ‫الَا َ ْعبُ ُد‬ Laa ‘budu Hadr


Laaaa ‘budu Tadwir 109:2
Laaaaa ‘budu Tartil

ُ‫اِنَّاا َ ْن َز ْلن َه‬ Innaa anzalnahu Hadr


Innaaaa anzalnahu Tadwir 97:1
Innaaaaa anzalnahu Tartil

3. Madd Lazim
Lazim menurut bahasa maknanya pasti. Menurut istilah, madd Lazim ialah:
Apabila setelah huruf madd atau huruf lin terdapat huruf bersukun lazim (sukun yang
tetap/ashli) atau huruf bertasydid, baik dalam keadaan washal atau waqaf, di dalam
kata (kalimat) atau (ejaan) huruf. Dalam nazham dijelaskan: Dan madd lazim yaitu
apabila setelah huruf madd terdapat (huruf) yang bersukun ashil, baik ketika waqaf
maupun washal. Contoh:

6
Contoh asalnya keterangan Q.S

َ ‫َءاْ ْل‬
َ‫ئن‬ َ ‫َءاْ ْل‬
َ‫ئن‬ Hukumnya madd 10:51
lazim kalimi
mukhaffaf, karena
setelah huruf mad
dada huruf yang
bersuku, baik ketika
waqaf maupun
washal, yaitu lam.

‫ن‬ َ‫نُ ْو ْن‬ Madd lazim harfi 68:1


musyba; karena
setelah mad dada
huruf yang
bersukun, baik
ketika waqaf atau
washal. Huruf
tersebut ialah nun.

Madd lazim terbagi menjadi empat, yaitu:


a. Madd lazim harfi musyba’. Terbagi lagi atas:
1) Madd lazim harfi musyba’ mutsaqqal
2) Mad lazim harfi musyba’ mukhaffaf
b. Madd Lazim Harfi Mukhaffaf
c. Madd Lazim Kalimi Mutsaqqal
d. Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf

Dengan demikian, jika dijumlahkan, seluruh Madd yang termasuk dalam kategori
Madd Lazim, ada 5 hukum madd. Untuk memperjelas hal ini, silahkan lihat skema Madd
Lazim diakhir pembahasan. Kemudian berkaitan dengan Madd Lazim,dijelaskan dalam
nazham: “ Menurut para ahli qiraat, madd lazim (seluruhnya) ada empat bagian , yaitu
kalimi dab harfi. Keduanya pun terbagi menjadi mukhaffaf dan mutsaqqal, sehingga
7
perincian seluruhnya menjadi empat bagian. Dua terakhir (dari bagian tadi), apabila ada
yang di-idgham-kan, dinamakan mutsaqqal, dan apabila tidak di-idghamkan, dinamakan
mukhaffaf. Sekarang marilah kita mempelajari lima hukum madd yang merupakan
bagian dari madd lazim itu.

a. Madd Lazim Harfi Musyba


Secara bahasa madd artinya panjang;lazim artinya pasti (harus
dipanjangkan); harfi artinya huruf ( yakni terjadinya pada huruf) dan musyba
berarti penuh (tiga ejaan huruf). Menurut istilah, madd lazim harfi musyba ialah:
“Madd yang terjadi pada huruf yang terletak pada permulaan surah. Huruf
tersebut mempunyai tiga ejaan huruf: huruf yang tengahnya huruf madd dan yang
ketiganya bersukun (Ashli) apabila huruf setelah madd diidghamkan , maka
dinamakan madd lazim harfi musyba mutsaqqal, namun apabila tidak
diidghamkan dinamakan mad lazim harfi musyba muhaffaf. Madd lazim harfi
musyba terjadi tatkala kita membaca huruf-huruf fawatihus suwar
(pembuka/permulaan surah) di dalam al-qur’an.
Cara membaca madd lazih harfi musyba ialah wajib dipanjangkan
sebanyak enam harakat (tiga alif). Adapun huruf-hurufnya adalah:

‫نَقَصَعَسَلَكَم‬

Terkumpul dalam kalimat:

‫نقصَعسلكم‬

Kedalam huruf ini tergolong ke dalam musyba karena memiliki tiga ejaan huruf dan
huruf yang ditengahnya adalah huruf madd ashli. Perhatikan table berikut ini:
Huruf Madd Ejaan Huruf Madd Ashli Jumlah Contoh Q.S.
Lazim Harfi Huruf (Muwafiqun lil Harfi Harakat
Musyba (Hija-ul Madd)
Harf)

‫ن‬ َ‫نُ ْو ْن‬ ‫و‬ 6 ‫ن‬ 68:1

8
‫ق‬ ْ ‫َق‬
َ‫اف‬ ‫ا‬ 6 ‫ق‬ 50:1

‫ص‬ َ‫صا ْد‬


َ ‫ا‬ 6 ‫ص‬ 38:1

‫ع‬ َ‫ع ْي ْن‬


َ ‫ي‬ 6 ‫كهيعص‬ 19:1

‫س‬ َ‫س ْي ْن‬


ِ ‫ي‬ 6 ‫يس‬ 36:1

‫ل‬ َ‫الَ ْم‬ ‫ا‬ 6 َ‫الم‬ 2:1

‫ك‬ َ‫َاف‬
ْ ‫ك‬ ‫ا‬ 6 ‫كهيعص‬ 19:1

‫م‬ َ‫ِم ْي ْم‬ ‫ي‬ 6 ‫حم‬ 41:1

Seperti dijelaskan dalam definisi diatas, bila dilihat terjadi tidaknya proses idgham,
Madd Lazim Harfi Musyba’ dapat terbagi kedalam dua bagian yaitu: Mutsaqqal dan
Mukhaffaf.
1) Madd Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal
Madd Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal adalah: “bila huruf setelah madd
(dalam ejaan huruf fawatihus suwar) di idghamkan, maka itu dinamakan
Madd Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal. Disebut mutsaqqal karena dalam madd
ini bacaan diberatkan akibat terjadinya proses pengidghaman. Perhatikan
contoh dibawah ini.
Contoh 1. Fawatihus suwar yang terdapat pada surah al-baqarah ayat
pertama:

َ‫الم‬
Dibaca : alif laaaaaamm miiiiim
Rincian harakat dan hukum-hukumnya: Alif : 1 harakat
Laaaaaamm: 6 harakat (Madd Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal) pada huruf
ini (dan huruf setelahnya) terjadi mutsaqqal karena proses idgham mimi, yaitu
ketika mim bersukun (ejaan ketiga huruf kedua) bertemu dengan huruf
mim(ejaan pertama huruf ketiga). Untuk itu, bacaan harus diidghamkan
dengan memakai tasydid pada huruf ketiga (huruf mim) seraya membacanya
dengan Ghunnah Musyaddadah tiga harakat.

9
Miiiiim: 6 harakat (Madd Lazim Harfi Musyba) selain terjadi mutsaqqal
dengan huruf sebelumnya, pada huruf ini juga muncul hukum Ghunnah
Musyaddadah karena huruf mim di tasydidkan akibat proses idgham mimi
dengan huruf sebelumnya.
Kesimpulan: pada fawatihus suwar di atas terjadi proses Idgham, karna itu
hukumnya Madd Lazim Harfi Musyba Mutsaqqal. Kesimpulan: pada
Fawatihus suwar diatas terjadi proses Idgham, karena itu hukumnya Madd
Lazim Harfi Musyba’ Mutsaqqal.

2) Madd Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf


Madd Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf ialah: “apabila(huruf setelah madd
dalam ejaan huruf fawatihus suwar) tidak diidghamkan dinamakan Madd
Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf.” Maksudnya bacaan diringankan
(Mukhaffaf) akibat tidak terjadinya proses Idgham. Perhatikan contoh-contoh
dibawah ini:
Contoh 1: Fawatihus suwar yang terdapat pada surah Maryam ayat
pertama:


Dibaca: kaaaaaaf haa yaa ‘aiiiiiin shaaaaaad
Rincian harakat dan hukum-hukumnya:
Kaaaaaaf: 6 harakat (Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf)
Haa: 2 ha
Haa: 2 harakat (Lazim Harfi Mukhaffaf)
Yaa: 2 harakat (Lazim Harfi Mukhaffaf)
‘aiiiiiin: 6 harakat (Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf) pada huruf in
muncul hukum Ikhfa’ Ausath karena nun bersukun (ejaan ketiga huruf
keempat) bertemu dengan huruf shad (ejaan pertama huruf kelima).
Shaaaaaad: 6 harakat (Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf) pada huruf ini
muncul hukum qalqalah, karena adanya huruf qalqalah yakni huruf dal pada
ejaan ketiga yang bersyukun ashli.

10
Kesimpulan : pada fawatihus suwar diatas tidak terjadi proses Idgham,
karena itu sepenuhnya berhukum Madd Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf.

b. Madd Lazim Harfi Mukhaffaf


Secara bahasa, madd artinya panjang,; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); harfi atinya huruf ( yakni terjadinya pada huruf ); dan mukhaffaf berarti
ringan atau tidak terjadi idgham. Menurut istilah, Madd Lazim Harfi Mukhaffaf
adalah: “apabila huruf-huruf (fawatihus suwar) –nya terdiri dari dua ejaan
hurufnya. ”Dalam nazham dijelaskan: “ dan selain yang tiga ejaan hurufnya, ada
juga huruf yang tersusun dari dua ejaan huruf, maka memanjangkannya seperti
madd thabi’I (2 harakat). Huruf-huruf tersebut merupakan fawatihus suwar, yang
menurut para ulama teringkas dalam kalimat hayyin thahir.”
Huruf-huruf Madd Lazim Harfi Mukhaffaf ada lima huruf:

‫حَيَطَهـَر‬
Semua huruf tersebut mempunyai dua ejaan huruf dan cara membacanya
dipanjangkan dua harakat. Perhatikan table huruf –huruf Madd Lazim Harfi
Mukhaffaf berikut ini:
Huruf Madd Lazim Harfi Ejaan Huruf Jumlah Contoh Q.S.
Mukhaffaf (Huja-ul Harf) harakat

‫ح‬ ‫َحا‬ 2 ‫حم‬ 41:1

‫ي‬ ‫يَا‬ 2 ‫يس‬ 36:1

‫ط‬ َ
‫طا‬ 2 ‫طه‬ 20:1

‫ه‬ ‫َها‬ 2 ‫كهيعص‬ 19:1

‫ر‬ ‫َرا‬ 2 ‫المر‬ 13:1

Contoh 1: Fawatihus suwar yang terdapat pada surah Tha Ha ayat pertama:

)1َ:َ‫طهَ(طه‬
Ejaannya hurufnya ialah:

11
َ
‫طا َها‬
Dibaca: thaa haa
Rincian harakat dan hukum-hukumnya:
Thaa: 2 harakat (Lazim Harfi Mukhaffaf)
Haa: 2 harakat (Lazim Harfi Mukhaffaf)
Kesimpulan: pada fawatihus suwar diatas sepenuhnya berhukum Madd Lazim
Harfi Mukhaffaf.
Contoh 2: fawatihus suwar yang terdapat pada surah ya sin ayat pertama:

)1َ:َ‫يسَ(يس‬

Adapun ejaan hurufnya adalah:

َ‫س ْى ْن‬
ِ ‫يَا‬

Dibaca: yaa siiiiiin


Rincian harakat dan hukum-hukumnya:
Yaa: 2 harakat (Lazim Harfi Mukhaffaf)
Siiiiiin: 6 harakat (Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf)
Kesimpulan: pada fawatihus suwar diatas terdapat dua hukum yaitu Madd
Lazim Harfi Mukhaffaf pada huruf ya’ dan Madd Lazim Harfi musyba’
Mukhaffaf pada huruf sin.
Contoh 3: fawatihus suwar yang terdapat pada surah fushshilat ayat pertama:

)1َ:َ‫َحمَ(فصلت‬

Ejaan hurufnya adalah:

َ‫ام ْي ْم‬
ِ ‫َح‬

Dibaca: haa miiiiiim

Rincian harakat dan hukum-hukumnya:

Haa: 2 harakat (Lazim Harfi Mukhaffaf)

12
Miiiiiim: 6 harakat (Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf)

Kesimpulan: pada fawatihus suwar diatas terdapat dua hukum yaitu Madd Lazim
Harfi Mukhaffaf pada huruf ha dan Madd Lazim Harfi Musyba’ Mukhaffaf pada huruf
mim.

c. Madd Lazim Kalimi Mutsaqqal


Secara bahasa, Madd artinya panjang; Lazim artinya pasti (harus
dipanjangkan); Kalimi artinya kalimat (yakni terjadinya pada kalimat); dan
mutsaqqal artinya berat, karena terjadi Idgham. Menurut istilah Madd Lazim
Kalimi Mutsaqqal ialah: “apabila setelah huruf Madd (Ashli) terdapat hurf yang
bertasydid dalam satu kata(kalimat).” Jadi, syarat terjadinya Madd Lazim Kalimi
Mutsaqqal adalah adanya huruf yang bertasydid setelah Madd Ashli. Jika tidak
terdapat huruf yang bertasydid, hukumnya tetap madd Ashli. Kemudian huruf
yang bertasydid itupun harus berada dalam satu kata dengan huruf madd ashli.
Cara membaca Madd Lazim Kalimi Mutsaqqal ialah dengan
memanjangkan terlebih dahulu huruf madd sebanyak enam harakat (tiga alif), lalu
“diberatkan” (mutsaqqal) atau dimasukkan (Idgham)kepada huruf yang bertasydid
dihadapannya.
Contoh Dibaca Q.S.

َّ َ‫َوال‬
َ‫الض َِل ْي َن‬ Wa ladl-dlaaaaaallin 1:7

ُ‫طا َّم َة‬


َّ َ ‫ا‬ Ath-thaaaaaammatu 79:34

ُ‫ا َ ْل َحاقَّ َة‬ Al-haaaaaaqqatu 69:1

َ‫ِم ْنَدَابَّة‬ Min daaaaaabbatin 24:45

‫كَافَّ َة‬ kaaaaaaffatan 34:28

d. Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf


Secara bahasa Madd artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); kalimi artinya kalimat (yakni terjadinya pada kalimat); dan mukhaffaf
artinya ringan, karena tidak terjadi Idgham. Menurut istilah Madd Lazim Kalimi

13
Mukhaffaf ialah: “apabila setelah huruf Madd terdapat huruf yang bersukun dan
tidak ada Idgham” Jadi syarat terjadinya Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf adalah
adanya huruf yang bersuun setelah Madd. Namun, tidak ada proses Idgham
didalamnya.
Cara membaca Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf ialah dengan dipanjangkan
enam harakat atau tiga alif. Perlu diketahui bahwa di dalam Al-Quran, Madd
Lazim Kalimi Mukhaffaf hanya terdapat pada dua tempat. Kedua tempat tersebut
ialah Surah yunus ayat 51 dan Surah yunus ayat 91. Pada kedua surah ini, lafazh
yang berhukum Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf sama, yaitu:

َ ‫ا ْل‬
َ‫ىن‬

Dibaca: aaaaaal aana

ََ ‫ ا ْل‬Ialah dari kata ‫ن‬


Asal mula lafazh ‫ىن‬ ََ ‫ ا َ ْال‬yang artinya “sekarang”
kemudian awal kata ditambah hamzah istifham (‫)أ‬, yang artinya “adakah”,

sehingga bertemulah dua hamzah. Hamzah pertama merupakan hamzah istifham,

ََ ‫َاَ ْال‬bertemunya dua hamzah ini


dan yang kedua merupakan hamzah pada lafazh ‫ن‬
memunculkan madd atau bacaan yang dipanjangkan setelah hamzah kedua
disukunkan. Lalu setelah pemanjangan itu disambut dengan huruf yang bersukun
yaitu huruf lam, maka jadilah ia Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf, yang dibaca
panjang enam harakat.

Bila dipahami bahwa madd yang lahir dari bertemunya dua hamzah ialah
karena hamzah pertama bersukun dengan hamzah kedua, maka disitu sebenarnya
ada hukum madd yang lain yaitu madd badal. Dengan demikian, dapat pula
dikatakan bahwa Madd Lazim Kalimi Mukhaffaf terjadi karena Madd Badal
bertemu dengan huruf yang bersukun.

4. Madd Badal
Secara bahasa, madd artinya panjang dan badal artinya pengganti. Sedangkan
menurut istilah, Madd Badal ialah: “berkumpulnya huruf madd dengan hamzah dalam

14
kalimat, tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf madd.” Dijelaskan dalam
nazham: “dan apabila hamzah terletak lebih dahulu dari (huruf) madd, maka
dinamakan madd badal, seperti dalam lafazh amanu dan imana.” Dengan kata lain,
Madd Badal terjadi karena huruf madd didahului oleh hamzah. Jika huruf yang
mendahului huruf madd tersebut bukanlah huruf hamzah atau selaun hamzah, maka
hukumnya tetap madd Ashli.
Cara membaca Madd Badal ialah dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Huruf
Madd yang bertemu dengan hamzah itu, sebenarnya berasal dari hamzah juga, namun
bertanda sukun sehingga iapun berubah menjadi huruf madd. Setelah hamzah kedua
berubah menjadi huruf Madd, maka ia diganti (badal) sesuai dengan harakat huruf
sebelumnya yakni huruf hamzah. Jika hamzah tersebut berharakat fathah, maka
diganti dengan alif ( ‫ ;) ا‬jika dlammah dengan waw (‫) و‬, dan jika kasrah dengan ya
(‫)ي‬.
Selanjutnya, melalui tiga contoh dibawah ini, akan kami tampilkan perjalanan
peralihan bentuk dua hamzah hingga menjadi madd badal.

Contoh Lafazh : ‫(َا َ َمنُ ْوا‬Q.S. 2:183)


Dibaca: amanu (aamanuu)
Lafazh ini asalnya: ( a’manu). Selanjutnya, hamzah kdua diganti dengan huruf
madd, sehingga menjadi ( amanu). Karena hamzah yang disukunkan berubah menjadi
huruf madd, dan karena hamzah sebelumnya berharakat fat-hah (li taharrukiha
wanfitahi ma qablaha), maka huruf madd penggantinya, (badal) adalah alif.
Secara sederhana, peralihan bentuk madd badal dalam contoh di atas dapat dilihat
dalam table di bawah ini:
Contoh Asal kata Harakat hamzah Huruf madd Madd badal
pertama pengganti
hamzah kedua

َ‫ا َمنُ ْو‬ َ‫ا َ ْء َمنُ ْو‬ Fat-hah ‫ا‬ ‫ا َمنُ ْوا‬
َ‫ا ُ ْوتِ َي‬ َ‫َا ُ ْؤتِ َي‬/‫ا ُ ْءتِ َي‬ dlammah ‫و‬ َ‫ا ُ ْوتِ َي‬

15
‫اِ ْي َمانا‬ ‫اِئْ َمانا‬/‫اِ ْء َمانا‬ kasrah ‫ي‬ ‫ا َمانا‬
Dari tabel ini dapat dipahami bahwa madd badal itu menggantikan huruf hamzah
yang kedua dengan huruf madd ashil yang disesuaikan dengan harakat hamzah yang
pertama. Berikut kami tampilkan contoh-contoh lainnya dari madd badal.

Contoh madd badal Harakat hamzah pertama Huruf madd prengganti


hamzah kedua

َ‫َا َد َم‬،َ‫َا َخذ‬،ِ‫ايت‬ Fat-hah ‫ا‬


َ‫َا ُ ْوفِ َي‬،‫ا ُ ْو ِم َر‬ dlammah ‫و‬
َ‫َاِ ْيقَاء‬،‫َاِ ْي َجاب‬،َ‫اِ ْي َمال‬ Kasrah ‫ي‬

5. Madd ‘aridl lis sukun


Secara bahasa, madd artinya panjang; aridl artinya baru/tiba-tiba ada, dan sukun
artinya bersukun.mati. sedangkan menurut istilah, madd ‘aridl lis sukun adalah:
Pemberhentian (waqaf) bacaan pada akhir kata/kalimat, sedangkan huruf sebelumnya
huruf yang di waqaf kan itu merupakan salah satu dari hurf-huruf madd thabi’I yaitu:
alif, wau, dan ya.
Dapat pula dikatakan bahwa madd ‘aridl lis sukun adalah madd ashil madd thabi’I
yang di waqafkan, karena hakikat dari madd ‘aridl lis sukun itu sendiri ialah madd
ashil yang terkena waqaf secara tiba-tiba, walaupun di tengah kalimat. Namun
demikian, bila madd ini di washalkan hukumnya tetaplah madd ashil. Yang perlu
diperhatikan di sini ialah bahwa madd ‘aridl lis sukun mensyaratkan adanya huruf
yang lain setelah huruf madd. Huruf ini nantinya akan menjadi muara akhir dari
pemberhentian bacaan dalam madd ‘aridl lis sukun.
Adapun cara membaca madd ‘aridl lis suku ada tiga wajah, yaitu:
a. Thul, yaitu dipanjangkan enam harakat atau tiga alif. Ini merupakan bacaan
panjang serta cara yang paling utama dan dianjurkan.
b. Taeassuth yaitu dipanjangkan empat harakat atau dua alif. Ini merupakan bacaan
sedang.

16
c. Qashr yaitu dipanjangkan sampai dua harakat atau satu alif. Ini merupakan bacaan
pendek.

Contoh Dibaca Cara membaca Q.S

ِ ‫ش ِد ْيدُا ْل ِعقَا‬
َ‫ب‬ َ Syadidul ‘iqaaaaaab Thul 2:196
Syadidul ‘iqaaaab Tawassuth
Syadidul ‘iqaab Qashr

ْ ‫فَ ُه ْمَ ُم‬


َ‫س ِل ُم ْو َن‬ Fahum Thul 27:81
muslimuuuuuun
Fahum Tawassuth
muslimuuuun
Fahum muslimuun Qashr

َ‫عذَابَا َ ِل ْيم‬
َ ‘adzaabun aliiiiiim Thul 2:104
‘adzaabun aliiiim Tawassuth
‘adzaabun alim Qashr

6. Madd ‘iwadl
Secara bahasa, madd artinya panjang dan ‘iwadl artinya pengganti. Menurut
istilah, madd ‘iwadl ialah: Berhenti (bacaan) pada tanwin fat-hah di akhir kalimat.
Madd ‘iwadl dalam pengertian yang kita maksudkan di sini ialah bacaan panjang
pada akhir kata/kalimat sebagai pengganti dari suara tanwin fat-hah yang tidak
berbunyi lagi karenaa bacaan di-waqaf-kan. Cara membaca madd ‘iwadl
dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Berikut merupakan contoh-contoh madd
‘iwadl:

Contoh dibaca Q.S

‫َك ِب ْيرَا‬ ‫َك ِب ْي َرا‬ Kabira (kabiiraa) 76:20

‫ا َّ َحدا‬ ‫ا َّ َحدَا‬ Ahada (ahadaa) 18:110

17
‫ِر ْزقا‬ ‫ِر ْزقا‬ Rizqa (rizqaa) 65:11

َ‫ساء‬
َ ‫َو ِن‬ ‫ساء‬
َ ‫َو ِن‬ Wa nisa-a (wa 4:1
nisaaaaa-aa

Perlu diperhatikan bahwa untuk tanwin fat-hah yang terletak pada ta’ marbuthah,
hukumnya bukanlah madd ‘iwadl, karena bila ta’ marbuthah tersebut di waqafkan
suaranya berubah menjadi huruf ha’ tanpa madd. Contoh:

Contoh dibaca Tidak dibaca Q.S

َ‫َرحْ ََمة‬ َ‫َرحْ َم ْة‬ rahmah rahmata 3:8

‫ُجنَّ َه‬ َ‫ُجنَّ ْه‬ junnah junnata 58:16

7. Madd lin
Secara bahasa, madd artinya panjang dan lin artinya lunak. Sedangkan menurut
istilah, lin adalah: Apabila wau dan ya’berharakat sukun dan huruf sebelumnya
berharakat fat-hah. Dalam nazham dijelaskan: Lin yaitu jika ada huruf madd berupa
ya’ atau wau yang bersukun sedangkan huruf sebelumnya berharakat fat-hah.
Berbicara tentang lin artinya kita berbicara tentang dua hal, yaitu huruf lin atau madd
lin. Dua hal ini harus dibedakan karena mempunyai kedudukan Masing-masing.
Adalah suatu kesalahan jika bacaan yang sebenarnya hanyalah Huruf Lin kita
Hukumi Sebagai Madd Lin begitupun sebaliknya.
Sebelum mengulas tentang huruf lin dan Madd Lin, perlu kita letahui bahwa
pengucapan Lin tidak boleh dikeraskan dengan menekan suara pada kedua huruf Lin
yaitu Wau dan ya’. Sesuai maknanya, Lin harus diucapkan dengan lunak dan lembut.
a. Huruf Lin
Huruf Lin terjadi apabila huruf wau dan ya dalam keadaan bersukun degan
huruf sebelumnya berharakat fat-hah, dibaca washal atau tidak diwakafkan.

18
Perhatikan contoh dibawah ini: Contoh 1. Huruf Lin yang mesti diwashalkan
selamanya:
Contoh Dibaca Q.S.

َ‫يَ ْو َمئِذ‬ Yauma-idzin 3:167

َ‫قَ ْو َم ُه ْم‬ qaumahum 14:28

َُ‫اَلت َّ ْوبَت‬ At-taubatu 4:17

َ‫ا َ ْل َم ْي َم َن ِة‬ Al-maimanati 90:18

َ
َ‫غ ْي ُر‬ ghairu 4:95

َ‫بَ ْيض‬ baidlun 37:49

Contoh 2:Lin yang bisa diwaqafkan tetapi dibaca washal:


Contoh Dibaca Q.S.

...‫قُ َر ْيش‬... …quraisyin ilafihim… 106:1

ْ ‫َالَّذ‬.ِ‫هذَاا ْلبَ ْيت‬...


...‫ِي‬ …hadzal baitil ladzi… 106:03

...‫الَ َر ْي َبَفِ ْي ِه‬... …la raiba fihi… 2:2

Contoh-contoh Lin diatas tidak dibaca Mad (Panjang), karena bacaan tidak
diwaqafkan. Setiap Madd Lin mensyaratkan bacaan harus di waqafkan. Untuk
conto diatas, kita cukup menyebutnya dengan huruf Lin.
b. Madd Lin
Madd Lin terjadi apabila huruf wau dan ya dalam keadaan bersukun
dengan huruf sebelumnya berharakat fathah dan setelahnya ada huruf hidup.
Kemudian bacaan diwaqafkan atau tidak dibaca washal.
Cara membacanya dipanjangkan, seperti dalam Madd Aridl lis sukun,
yaitu dua, empat, atau enam harakat, perhatikan contoh-contoh dibawah ini:
Contoh Dibaca Q.S.

.‫م ْنَ َخ ْوف‬...


ِ …min khauf (min khauuuuuuf). 106:4

19
.‫ ِب َي ِدكَ َاْل َخ ْي ُر‬... …bi yadikal khair (bi yadikal khaiiiiiir). 3:26

.‫اِلَىَالَّ ْي ِل‬... …ilal lail (ilal laiiiiiil) 2:187

.‫ َِف ْيَش َْيء‬... …fi syai’ (fii syaiiiiii) 6:159

Contoh-contoh diatas merupakan Madd Lin, karena bacaan diwaqafkan,


sehingga harus dibaca panjang dua, empat, atau enam harakat.namun, apabila
bacaan disambungkan dengan kalimat selanjutnya, hukumnya hanyalah huruf Lin
dan tidak dibaca panjang.

8. Madd Shilah
Secara bahasa, madd artinya panjang dan shilah artinya hubungan. Menurut
istilah, Madd Shilah ialah: “Madd tambahan (dari Madd Ashli) yang disebabkan oleh
ha’dlamir (kata ganti benda atau orang ketiga tunggal).” Ha’ dlamir disebut juga
ha’kinayah yaitu ha’ tambahan yang menunjukkan mufrad mudzakkar ghaib atau
orang ketiga tunggal. Para ulama memberikan alasan tentang penamaan Madd Shilah
ini: “sebagai penghormatan kepada Al-Quran yang agung, yang tidak bisa ditambah
atau dikurangi.”
Madd Shilah dibagi menjadi dua bagian yaitu, Madd Shilah Qashirah dan Madd
Shilah Thawilah
a. Madd Shilah Qashirah
Secara bahasa Qashirah artinya pendek. Menurut istilah Qashirah ialah:
“ apabila sebelum ha’dlamir ada huruf berharakat dan disyaratkan tidak
disambungkan dengan huruf berikutnya, dan tidak pula bertemu dengan huruf
hamzah yang berharakat.”
Dari definisi ini, jelaslah Madd Shilah Qashirah mempunyai tiga syarat yaitu:
1) Sebelum ha’ dlamir harus ada huruf yang berharakat. Amksudnya, bukan
huruf yang bersukun. Jadi, apabila huruf yang sebelumnya ada huruf yang
bersukun, ia tidak dihukumi sebagai Madd Shilah qashirah. Cintoh huruf yang
bersukun sebelum ha’dlamir ialah lafazh:

َُ‫َفَ َكذَّبُ ْوه‬،‫َاِلَ ْي ِه‬،ُ‫ع ْنه‬


َ َ،ُ‫َم ْن َه‬،
ِ ‫َفِ ْي ِه‬،‫بَنِ ْي ِه‬

20
2) Ha dlamir tidak disambungkan atau tidak dibaca bersambung dengan kalimat
berikutnya atau tidak diidghamkan. Tetapi, bila demikian, maka ia tidak
dihukumi sebagai Madd Shilah Qashirah. Contohnya pada lafazh:

َ َُ‫َلَهَُال ُم ْلك‬،‫ق‬
‫َر ِب ِهَاْالَ ْعلَى‬، ََ ‫َاَنَّهَُاْل‬
ُّ ‫ح‬
3) Ha’ dlamir tidak bertemu dengan huruf hamzah. Apabila bertemu hamzah, ia
tidak dihukumi Madd Shilah Qashirah, melainkan Madd Shilah Thawilah.
Contohnya pada lafazh:

‫َ َلهَُا َ ْز َواجا‬،ُ‫َ َمالَهَُا َ ْخلَ َده‬،َّ‫َو َمالَهَاِال‬


Cara membaca Madd Shilah Qashirah ialah dipanjangkan dua harakat atau
satu alif, baik ha’dlammir tersebut berharakat dlammah maupun kasrah. Harakat
ha’ dlamir dalam Madd Shilah Qashirah biasanya ditulis dalam bentuk dlammar
terbaik atau fathah kasrah berdiri. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
Contoh Dibaca Q.S.

َ‫ِل ََر ِبهَلَ َكنُد‬ Li rabbihi lakanud (li rabbihii 100:6


lakanuuuuuud)

َ‫ىَرجْ ِعهَلَ َقادِر‬


َ َ‫عل‬
َ ‘ala raj’ihi la qadir (‘alaa raj’ihii laqaadir) 86:8

َ‫اِنَّهَُلَقَ ْول‬ Innahu la qaulun (innahuu la qaulun) 86:13

َ‫فَا ُ ُّمهَ َها ِويَة‬ Fa ummuhu hawiyah (fa ummuhuu 101:9


haawiyah)

ُ ‫سنَ ْد‬
َ‫ع‬ َ َ‫نَا ِديَه‬ Nadiyahu sanad’u (naadiyahuu sanad’u) 96:17-18

Pengecualian:

َ ‫َو َي ْخلُ ْدفِ ْيهَ ُم‬...


1) Dalam surah Al-Furqan ayat 69 pada lafazh :‫هانا‬ َ
Tetap dibaca: wa yakhlud fihi muhana ( wa yakhlud fiihi muhaanaa) atau
dibaca panjang ha’ dlamir nya meskipun tidak memenuhi persyaratan sebagai
madd shilah qashirah karena sebelum ha’ dlamir terdapat huruf yang
bersukun. Ha’ dlamir pada lafazh tersebu tetap dibaca madd (panjang), karena
mengandung faedah mubalaghah, yaitu menyatakan betapa kerasnya siksaan

21
Allah untuk orang-orang musyrik. Ustadz mas’ud sjafi’I dalam bukunya
pelajaran tajwid menyebut bacaan ini sebagai madd mubalaghah.

2) Dalam surah az-zumar ayat 7 pada lafazh:....َ‫ضهَُلَ ُك ْم‬


َ ‫يَ ْر‬...
Dibaca: yardlahu lakum, yakni ha’ kinayah pada lafazh ini dibaca pendek (
qashar ha’ kinayah) atau tidak dibaca madd (panjang), meskipun memenuhi
syarat sebagai madd shilah qashirah.

b. Madd shilah thawilah


Secara bahasa, thawilah artinya panjang. Sedangkan menurut istilah, madd
shilah thawilah ialah: Apabila setelah ha’ (dlamir) terdapat hamzah qath’i. Jadi
madd shilah thawilah mensyaratkan adanya huruf hamzah setelah ha’ (dlamir).
Jika tidak ada hamzah, maka hukumnya madd shilah qashirah.
Adapun cara membaca madd shilah thawilah ialah dipanjangkan lima
harakat atau dua setengah alif, baik ha’ dlamir tersebut berharakat dlammah
maupun kasrah. Berikut ini contoh-contoh madd shilah thawilah:
Contoh Dibaca Q.S

‫ِبهَا َ ْز َواجا‬ Bihiiiii azwaajaa 15:88

َ‫ِم ْنَد ُْونِهَا َ ْو ِليَا َء‬ Min duunihiiiii 7:3

‫ِل ِمثْ ِلهَا َ َبدا‬ Ii mitslihiiii abadaa 24:17

َ‫َوثَاقَهَا َ َحد‬ Wa tsaaqahuuuuu ahad 89:26

َّ‫ِع ْندَهَاِ َال‬ ‘indahuuuuu illaa 2:255

9. Madd tamkin
Tamkin secara bahasa artinya tetap (penetapan). Madd tamkin menurut istilah
adalah: Bertemunya dua huruf ya’ (dalam satu kata), ya’ yang pertama berharakat
kasrah bertasyid, sedangkan ya’ kedua berharakat sukun atau mati. Jadi, madd tamkin
terjadi jika dua huruf ya’ saling bertemu dalam satu kata. Huruf ya’ yang pertama

22
berharakat, kasrah dan bertasyid, sedangkan huruf ya’ yang kedua bertanda sukun
atau dalam keadaan mati.
Bila ditelaah lebih jauh, madd tamkin ini sebenarnya hanya mempunyai
perbedaan sedikit dengan madd ashli. Perbedaan tersebut ialah adanya tasyid pada
huruf ya’ yang pertama dalam madd tamkin. Seandainya tasyid tersebut tidak ada,
maka hukumnya tetaplah madd ashli.
Cara membaca madd tamkin ialah dengan menetapkan (memantapkan) bunyi
tasyid pada huruf ya’ yang pertama. Selanjutnya bacaan dipanjangkan saat
menghadapi huruf maddnya, yaitu huruf ya’ kedua yang bertanda sukun. Panjangnya
bacaan ialah dua harakat atau satu alif. Namun, apabila setelah huruf ya’ terdapat
satu huruf hidup dan bacaan di waqafkan pada huruf hidup tersebut, maka
membacanya boleh dua, empat, atau enam harakat, karena hokum bacaan pada akhir
kata tersebut menjadi madd ‘aridl lis sukun.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
Contoh dibaca Cara membaca harakat Q.S

َ‫ُح ِي ْيت ُ ْم‬ huyyitum Waqaf/washal 2 4:86

َ‫َوالنَّ ِب ِي ْي َن‬ Wan waqaf 2,4, atau 6 2:177


nabiyyiiiiin
Wan washal 2 2:177
nabiyyiina

َ‫ا َ ْل َح َو ِار ِي ْي َن‬ Al- waqaf 2,4 atau 6 5:111


hawaariyyiiiiin
Al- washal 2 5:111
hawaariyyiina

َ‫َربَّانِ ِي ْي َن‬ rabbaaniyyiiiiin waqaf 2,4 atau 6 3:79


rabbaaniyyiina washal 2 83:18
‘liliyyiiiiiin waqaf 2,4 atau 6 83:18
‘liliyyiina washal 2 83:18
َ‫ِع ِليِ ْي َن‬

23
10. Madd farq
Farq secara bahasa artinya pembeda (membedakan). Secara istilah, madd farq
ialah: Bacaan panjang yang berfungsi untuk membedakan kalimat istifham
(pertanyaan) dan khabar (keterangan). Karena jika tidak dibedakan dengan madd,
kalimat istifham akan disangka kalimat khabar, padahal hamzah tersebut adalah
hamzah istifham.
Cara membaca madd farq ialah dipanjangkan enam harakat atau tiga alif, yaitu
tatkala kita melafalkan hamzah istifham kemudian ditasydidkan pada huruf idgham
syamsiyah di kalimat berikut.
Di dalam al-quran, madd farq ini hanya terdapat pada empat tempat, yaitu pada:
1. Surah al-an’am ayat 143
2. Surah al-an’am 144
3. Surah yunus ayat 59
4. Surat an-naml ayat 59

Kehadiran madd farq dalam empat tempat tersebut berfaedah untuk


membedakan (farq) bentuk kalimat, yaitu antara kalimat istifham(pertanyaan) dan
kalimat khabar (keterangan). Dengan madd farq menjadi jelas bahwa kalimat yang
terletak dalam empat tempat di dalam al-quran tersebut berbentuk istifham, bukan
khabar.

Berikut ini kami tampilkan dua contoh lafazh al-quran yang berhukum madd
farq beserta proses pembentukannya: Contoh 1: surah al-an’am ayat 143 dan 144 pada
lafazh:

َ‫َقُلْءالذَّك ََر ْي ِن‬

Dibaca: qul aaaaaadz-dzakaraini

Cara membacanya ialah dipanjangkan terlebih dahulu enam harakat baru


kemudian ditasydidkan pada kalimat didepannya yaitu pada huruf idgham syamsyiah.

َِ ‫ اَلذَّك ََر ْي‬kemudian ditambah hamzah istifham (‫)أ‬


Lafazh diatas mulanya ialah ‫ن‬
dibelakangnya, sehingga tejadi pertemuannya dua hamzah. Hamzah pertama

24
merupakan hamzah istifham dan disukunkan dan diganti menjadi alif (huruf madd),
maka terbentuklah madd badal. Madd badal ini kemudian disambut huruf yang
bertasydid pada idgham syamsyiah. Dari madd badal dan huruf yang bertasydid inilah
lahir Madd Farq.

Contoh 2: surah an’naml ayat 59 pada lafazh:

ُ‫للا‬
َ ‫ء‬

Dibaca: aaaaaallaahu

Cara membacanya ialah dipanjangkan terlebih dahulu enam harakat baru

kemudian ditasydidkan pada kalimat didepannya, yaitu pada huruf lam pada lafazh َ َ ‫َا‬
ُ‫لل‬
َ َ ‫ َا‬kemudian ditambah hamzah istifham ( ‫)أ‬
Lafazh diatas mulanya ialahُ ‫لل‬
dibelakangnya, sehingga tejadi pertemuan dua hamzah. Hamzah yang pertama

َ َ ‫ َا‬Selanjutnya
merupakan hamzah istifham dan yang kedua hamzah pada lafazh ُ ‫لل‬
hamzah kedua disukunkan dan diganti menjadi alif (huruf Madd). Maka terbentuklah
madd badal. Madd badal ini kemudian disambut huruf yang bertasydid, yaitu huruf

َ َ ‫ َا‬dari pertemuan Madd Badal dan huruf yang bertasydid inilah lahir
lam pada lafazh ُ ‫لل‬
Madd Farq.1

1
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap,2012, Bandung:CV Penerbit Diponegoro, h.138-167

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Far’i secara bahasa berasal dari kata Far’un yang artinya cabang. Sedangkan
menurut istilah mad far’i adalah madd yang merupakan hukum tambahan dari Madd
Ashli (sebagai hukum asalnya), yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.
Ada lima jenis sebab yang menyertai mad ashli sehingga lahir mad far’i, yaitu:
hamzah, sukun, wakaf, tasydid, dan sebab-sebab lain.
Hukum-hukum mad far’i:
1. Madd Wajib Muttashil
2. Madd Ja-Iz Munfashil
3. Madd lazim harfi musyba’ mutsaqqal
4. Mad lazim harfi musyba’ mukhaffaf
5. Madd Lazim Harfi mukhaffaf
6. Madd Lazim Kalimi Mutsaqqal
7. Madd Lazim Kalimi Mkhaffaf
8. Madd Badal
9. Madd ‘aridl lis sukun
10. Madd ‘iwadl
11. Madd lin
12. Madd shilah Qashirah
13. Madd shilah thawilah

B. Saran
Seiring perkembangan zaman, dunia informasi dan teknologi merajalela ilmu tajwid
seolah dilupakan maka marilah kita mempelajarinya kembali agar kita bisa selamat dunia
dan akherat. Mengingat perlunya mempelajari ilmu tajwid maka kita diharuskan
mempelajarinya serta mengamalkannya dalam membaca Al-Qur’an.

26
DAFTAR PUSTAKA

Acep Iim Abdurohim. 2012. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung:CV Penerbit
Diponegoro.

27

Anda mungkin juga menyukai