Anda di halaman 1dari 13

“KEHUJJAHAN HADIST”

Dosen Pengampu :
“Bu Muhsinatun, M. Pd.I”

KELOMPOK 1 :

Harun : 1921710168
Irpan Alfadil : 1931710121
Nur Baiti : 1931710182
Nur Saidah : 1931710035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Hampir seluruh umat Islam sepakat bahwa Hadis berkedudukan sebagai salah satu
sumber ajaran yang harus di taati, berdasarkan dalil-dalil baik dari al-Qur’an, Hadis maupun
Ijma’ sahabat

Dalam surat al-Hasyr ayat 7, Allah berfirman1

Ayat ini memerintahkan kepada umat untuk mengikuti dan menaati hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang disampaikan oleh Nabi, begitu juga perintah Allah dalam surat al-
Ahzab ayat 362

Dalam sebuah hadis Nabi menyatakan

‫ﺗﺮﻛﺖﻓﻴﻜﻢٲﻣﺮﻴﻦﻟﻦﺗﻀﻠﻮآﻣﺎﺗﻤﺴﻜﺘﻢﺑﻬﻤﺎﻛﺘﺎبﷲوﺳﻨﺘﻲ‬
Para sahabat sepakat menetapkan wajib ittiba’ terhadap Hadis. Di waktu Nabi masih
hidup, para sahabat selalu konsekwen melaksanakan perintah-perintahnya. Sepeninggal Nabi,
para sahabat bila tidak menjumpai ketentuan-ketentuan dalam al-Qur’an tentang suatu

1
Q.S.Al-hasyr/7 : 59
2
Q.S.Al-Ahzab/36 : 33

2
perkara, mereka selalu bertanya bagaimana ketentuan tersebut dalam hadis. Demikian yang
dilakukan Abu Bakar, Umar, dan Para sahabat lainnya. Karena hal demikian suatu ijma’

BAB II

PEMBAHASAN`

A. FUNGSI HADIS DAN KEDUDUKAN HADIST

1. Fungsi Hadist

Dalam hubungan dengan Al-Qur'an, maka as-Sunnah berfungsi sebagai penafsir,


pensyarah, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi
as-Sunnah dalam hubungan dengan Al-Qur'an itu adalah sebagai berikut :
a. Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan
musytarak. Seperti hadits : " Shallu kama ro-aitumuni ushalli ". (Shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-
Qur'an yang umum, yaitu : " Aqimush- shalah ", (Kerjakan shalat). Demikian pula
hadits: " Khudzu anni manasikakum " (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah
tafsir dari ayat Al-Qur'an " Waatimmulhajja " (Dan sempurnakanlah hajimu).
b. Bayan Taqrir, yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan Al-Qur’an. Seperti hadits yang berbunyi : " Laa yuqbalulloohu sholaatin
ahadikum izda ahdasta hatta yatawaddha’a " (tidak diterima shalat seseorang yang
berhadas sebelum ia berwudhu) adalah memperkokoh ayat Al-Qur'an dalam surat
Al-Maida:6.3
c. Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an,
seperti pernyataan Nabi : " Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi
baik harta-hartamu yang sudah dizakati ", adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat
Al-Qur'an dalam surat at-Taubah : 34 yang berbunyi sebagai berikut : " Dan orang-
orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan
Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih ". Pada waktu ayat ini
turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka
mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.

3
Hasbi Ash-Shiddieqi,Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis(Jakarta:Bulan Bintang,1980),h.178

3
d. Bayan Ta’kid, yaitu hadis menguatkan kandungan al-Qur’an, seperti hadis-hadis
yang isinya mewajibkan sholat, zakat, puasa, dan haji. Menguatkan al-Quran dalam
maksud sama
e. Takhshish Al-‘am, yaitu memberi ketentuan khusus terhadap ayat-ayat yang masih
umum
f. Bayan Tasryi’, yaitu hadits penjelas untuk mewujudkan suatu hukum atau ajaran-
ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur’an.4

2. Kedudukan Hadits Sebagai Dasar Tasyri

Dasar tasyri (syari'at Islam) tidaklah asing bagi kaum muslimin dan tidak
diragukan lagi bahwa As-Sunnah merupakan salah satu sumber hukum Islam disamping
Al-Qur'an dan dia mempunyai cabang-cabang yang sangat luas, hal ini disebabkan
karena Al-Qur'an kebanyakan hanya mencantumkan kaidah-kaidah yang bersifat umum
serta hukum-hukum yang sifatnya global yang mana penjelasannya didapatkan dalam
As-Sunnah An-Nabawiyah.

Oleh karena itu As-Sunnah mesti dijadikan landasan dan rujukan serta diberikan
inayah (perhatian) yang sepantasnya untuk digali hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya. Dan pembahasan tentang sunnah Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam merupakan
hal yang sangat penting dalam pembentukan fikrah islamiyah serta upaya untuk
mengenal salah satu mashdar syari'at Islam, apalagi As-Sunnah sejak dulu selalu menjadi
sasaran dari serangan-serangan firqah yang menyimpang dari manhaj yang haq, yang
bertujuan untuk memalingkan ummat Islam dari manhaj Nabawi dan menjadikan mereka
ragu terhadap As-Sunnah.

Dalil yang menetapkan tentang kedudukan hadits sebagai dasar tasyri sangat
banyak baik berdasarkan Al-Qur'an, hadits itu sendiri maupun ijma (kesepakatan) para
sahabat diantaranya;

‫شدِيد ُ ْاﻟ ِعقَﺎب‬ َّ ‫ﺳﻮ ُل ﻓَ ُخذُوهُ َو َﻣﺎ َن َﻬﺎ ُﻛ ْﻢ َع ْﻨهُ ﻓَﺎ ْنﺘَ ُﻬﻮا َواﺗَّقُﻮا‬
َّ ‫َّللاَ إِ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫َو َﻣﺎ َءاﺗ َﺎ ُﻛ ُﻢ‬
ُ ‫اﻟﺮ‬

4
Munzier Suparta,Ilmu Hadits(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2014),cet 9,h.63-64.

4
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah Ta'ala.
Sesungguhnya Allah Ta'ala sangat keras hukuman-Nya". (QS.Al Hasyr:7)

‫صﺎ ِنﻲ ﻓَقَدْ أَ َﺑى‬


َ ‫ع‬ َ َ ‫َّللاِ َو َﻣ ْﻦ َيأ ْ َﺑى قَﺎ َل َﻣ ْﻦ أ‬
َ ‫طﺎ َع ِﻨﻲ دَ َخ َل ْاﻟ َجﻨَّةَ َو َﻣ ْﻦ‬ ُ ‫ُﻛ ُّل أ ُ َّﻣ ِﺘﻲ َيدْ ُخﻠُﻮنَ ْاﻟ َجﻨَّةَ ِإ َّّل َﻣ ْﻦ أ َ َﺑى قَﺎﻟُﻮا َيﺎ َر‬
َّ ‫ﺳﻮ َل‬
‫[ رواه اﻟبخﺎري وﻣﺴﻠﻢ‬

"Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. (Para sahabat) bertanya, "Siapa
mereka itu yang enggan wahai Rasulullah"? Beliau bersabda : "Barangsiapa yang mentaatiku
maka dia akan masuk surga dan siapa yang mendurhakaiku maka dialah yang enggan masuk
surga " (H.R. Bukhari - Muslim).Umumnya kaum muslimin menerima kedudukan hadits
sebagai dasar tasyri itu dan hanya sebaigian kecil yang menolaknya (inkarusunnah) namun
demikian persoalan yang terpenting adalah bagaimana dalam pelaksanaannya, sebab ayat-
ayat dan hadits yang menetapkan kedudukan hadits itu umumnya bersifat teologis sedangkan
cara dalam melaksanaannya tidak disebutkan secara eksplisit. Pelaksanaan atau bagaimana
hadits diamalkan dikaji dari sudut ilmu hadits atau musthalahul hadits yang niscaya dipelajari
bagi setiap muslim yang menginginkan hanifan lidinihi (benar dan lurus dalam agamanya)

3.Fungsi hadits dalam tasyri

Ada empat fungsi hadits dalam tasyri' (ajaran Islam) yakni sebagai;

a) Hujjah atau dalil agama islam yakni sebagai argumentasi yang bersifat aqliyah
(pemikiran) disamping al-Qur'an.
b) Bayan yakni yang menjelaskan kandungan Al-Qur'an yang masih global dan umum
yang belum rinci.5
c) Taqyid yakni memperkuat sesuatu yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an.
d) Manhaj yakni pedoman amaliyah bagi kaum muslimin.

5
http://www.akhirzaman.info/islam/miscellaneous/1523-kedudukan-dan-fungsi-hadits-
dalam-tasyri-serta-pengamalannya.html

5
Empat fungsi ini yang jarang diperhatikan bagi umumnya kaum muslimin terlebih aturan
main dalam menggunakan ke-empat fungsi tersebut. Untuk bisa mengamalkan 4 fungsi hadits
diatas, seseorang mesti mengetahui dan memahami konsepsi dasar yang berkenaan dengan
hadits sekurang-kurangnya berikut ini;

a. Mengetahui maksud hadits dalam tataran praktis


b. Mengetahui perbedaan hadits dengan al-Qur'an
c. Ragam dan istilah yang berkenaan dengan hadits (musthalahul hadits)
d. Kualifikasi hadits
e. Pengamalan hadits
f. Problematika hadits

B. KEHUJJAN HADIS
Yang dimaksud dengan kehujahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits yang wajib
dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i), sama dengan Al-Qur’an dikarenakan adanya
dalil-dalil syariah yang menunjukkannya. Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Ushul Al-Fiqh
Al-Islami, orang yang pertama kali berpegang dengan dalil-dalil ini diluar ‘ijma adalah Imam Asy-
Syafi’I (w. 204 H) dalam kitabnya Ar-Risalah dan Al-Umm.6
Selain itu, keabsahan hadits sebagai dalil juga ditunjukkan oleh nash-nash qath’iy yang
menyatakan, bahwa beliau saw tidak menyampaikan sesuatu (dalam konteks syariat) kecuali
berdasarkan wahyu yang telah diwahyukan. Semua peringatan beliau saw adalah wahyu yang
diwahyukan. Oleh karena itu, hadits adalah wahyu dari Allah swt, dari sisi maknanya saja, tidak
lafadznya. Hadits adalah dalil syariat tak ubahnya dengan al-Quran. Tidak ada perbedaan antara al-
Quran dan Hadits dari sisi wajibnya seorang Muslim mengambilnya sebagai dalil syariat.
Di dalam al-Qur'an sendiri kita dapati perintah-perintah, akan tetapi tidak disertakan
bagaimana pelaksanaannya, seperti misalnya perintah shalat, puasa dan sebagainya. Dalam hal yang
demikian ini tidak lain kita harus melihat kepada hadits .Bukankah Allah telah berfirman di dalam al-
Qur'an:

6
http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-kehujjahan-hadis-sahih-hasan.html?m=1

6
Artinya:
"Dan Kami menurunkan kepada kamu adz-dzikr, agar engkau menjelaskan kepada manusia tentang
apa yang telah diturunkan kepada mereka." (an-Nahl: 44)7
Jika sekiranya, hadits itu bukan merupakan hujah dan tidak pula merupakan penjelasan atas al-
Qur'an, sudah tentu kita tidak akan dapat melaksanakan, bagaimana cara kita beribadah dan
melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam al-Qur'anSabda Nabi SAW :
Artinya: "Ingat! Bahwa saya diberi al-Quran dan yang seperti al-Quran (Hadits)." (H.R. Abu
Daud)Karena itu, hadits, baik ia menjelaskan al-Qur'an atau berupa penetapan sesuatu hukum, umat
Islam wajib mentaatinya.
Apabila kita teliti, hadits terhadap al-Qur'an, dapat berupa menetapkan dan mengokohkan
ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur'an, atau berupa penjelasan terhadap al-Qur'an,
menafsiri serta memperincinya, atau juga menetapkan sesuatu hukumyang tidak terdapat di dalam al-
Qur'an. Hal ini juga dikemukakan oleh Imam asy-Syafi'i di dalam ar-Risalahnya.Jika sekiranya, hadits
itu bukan merupakan hujah dan tidak pula merupakan penjelasan atas al-Qur'an, sudah tentu kita tidak
akan dapat melaksanakan, bagaimana cara kita beribadah dan melaksanakan ajaran-ajaran yang
terdapat di dalam al-Qur'an.

C.GOLONGAN INGKAR SUNNAH

Inkar Sunnah : Kehilangan Akar SejarahSecara paradigma pemikiran dan pemahaman,


sejarah inkar Sunnah memang sangat erat dengan golongan Khawarij, Muktazilah, dan Syiah
(Rafidhah). Dan dari segi benih kemunculan, mereka sudah tampak sejak masa sahabat.
Bahkan, kabar tentangakan adanya orang yang mengingkari Sunnah sudah pernah
disampaikan olehRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Tetapi, dari segi golongan atau
kelompok yang terpisah dan berdiri sendiri, inkar Sunnah ini sesungguhnya tidak pernah
eksis kecuali pada masa penjajahan kolonial Inggris di India sekitarabad delapan belas.
Barangkali, satu-satunya kitab turats yang di dalamnya ada pembahasan khusus yang
membantah pemahaman orang-orang inkar Sunnah yang menunjukkan. keberadaannya
adalah kitab Ar-Risalah karya Imam Asy-Syafi'i, yang memang waktu itu sempat berhadapan

7
Q.S.An-Nahl/44 : 16

7
dengan mereka. Adapun kitab-kitab turats lain, biasanya. hanya membahas masalah
kedudukan Sunnah dalam syariat Islam serta hukum orang yang mengingkarinya. Misalnya,
Al-Kifayah fi 'Ilm Ar-Riwayah (Imam Al-Khathib Al-Baghdadi), Syarh As-Sunnah An-
Nabawiyyah (Imam Abu Muhammad Al-Baghawi), dan Miftah Al-Jannah fi Al-Ihtijaj bi As-
Sunnah (Imam Jalaluddin As-Suyuthi).

Padahal, betapa banyaknya tokoh-tokoh sesat yang bernasib tragis yang kisahnyadimuat
dalam kitab-kitab sejarah Islam. Sebutlah misalnya; Abdullah bin Saba'
yang akan dibakar oleh Ali bin Abi Thalib, tetapi berhasil melarikan diri;
Al-Harits bin Said Al-Mutanabbi (79 H) yang dihukum mati dengan cara dilempar
tombak di tiang salib oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi; Ma'bad
Al-Juhani Al-Qadari (80 H) yang juga dihukum mati oleh Khalifah Abdul Malik bin
Marwan; Ghailan Ad-Dimasyqi Al- Qadari (105 H) yang dihukum salib dan dipenggal
lehernya oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik; Abbad Ar-Ru'aini Al-Khariji (107
H) dibunuh oleh Gubernur Yaman Yusuf bin Umar; Ammar bin Yazid Bakhdasy (118
H) yang dipotong tangannya dan disalib oleh Gubernur Irak Khalid bin Abdillah
Al-Qasri; Al-Ja'd bin Dirham (124 H) yang disembelih pada hari raya idul adha
layaknya qurban juga oleh Khalid bin Abdillah Al-Qasri; Al-Jahm bin Shafwan
(128 H) yang dibunuh oleh Salam bin Ahwaz, kepala kepolisian pada masa Khalifah
Marwan Al-Himari, khalifah terakhir Bani Umayyah; Bisyr Al-Marrisi, seorang
tokoh Muktazilah yang menghilang tak tentu rimbanya karena takut akan dibunuh
oleh Khalifah Harun Al-Rasyid; Al-Husain bin Manshur Al-Hallaj (309 H), tokoh
sesat sufi yang dihalalkan darahnya dan dikafirkan oleh para ulama dan kaum
muslimin ketika itu yang kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Khalifah
Al-Muqtadir Billah. Dan masih banyak lagi yang lain.8
Akan tetapi, dari sekian banyak tokoh sesat lagi menyesatkan yang mengemuka dan
dicatat oleh sejarah, tidak satu pun di antara mereka yang dikenal sebagai seorang yang
berpaham inkar Sunnah.Atau lebih khusus lagi, seharusnya mereka juga mudah ditemukan
dalam kitab-kitab yang membahas golongan-golongan dalam Islam atau dinisbatkan ke Islam

8
http://www.akhirzaman.info/islam/miscellaneous/1523-kedudukan-dan-fungsi-hadits-
dalam-tasyri-serta-pengamalannya.html

8
atau yang pernah bersinggungan dengan Islam.Namun, faktanya tidaklah demikian. Mereka
benar-benar tidak terekam dalam sejarah. Jadi, aliran sesat inkar Sunnah ini memang
bagaikan hantu yang muncul tiba-tiba. Mereka pernah terdengar
beritanya hingga abad kedua Hijriyah, itu pun sayup-sayup. Selanjutnya, mereka
lenyap ditelan bumi. Tidak ada kabar, tidak ada suara, dan tiada wujud.
Kemudian, setelah berabad-abad lamanya (sekira sepuluh abad) tahu-tahu mereka
muncul di India. Tentu hal ini membuat orang waras bertanya-tanya, kenapa
kemunculan mereka berbarengan dengan masa penjajahan Inggris? Ke mana saja
inkar Sunnah ini selama sepuluh abad sebelumnya
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar faham ingkar sunnah:
a.Kesempurnaan Al – Qur’an
‫ ونﺰﻟﻨﺎعﻠﻴﻜﻚ اﻟﻜﺘﺐﺗبﻴﻨﺎﻟﻜلشﻲء‬۶‫ﻣﺎﻓﺮﻂﻨﺎﻓى ٲﻟﻜﺘﺐ ﻣﻦشﻲ‬
Semua persoalan telah tercakup, dirinci, dan dijelaskan oleh Al-Qur’an sehingga untuk
menjelaskan agama tidak diperlukan lagi keterangan dari luar Al-Qur’an.

b.Al-Qur’an sebagai sumber ajaran yang terjaga kemurniannya


Bahwa hanya Al-Qur’an yang dijaga kemurniannya, sedangkan hadits tidak.

c.Nabi hanya memerintahkan penulisan Al-Qur’an dan bahkan melarang penulisan hadits.

d.Ajaran agama harus didasarkan kepada dalil yang qath’i bukan yang dzanni.
Bahwa sebagian besar hadits adalah ahad dan itu adalah dzanni, maka tidak tidak boleh
dijadikan dasar bagi agama.
Dalam hal ini, setidaknya ada enam kelemahan inkar Sunnah di hadapan Ahlu
Sunnah:
1. Ahlu Sunnah selalu eksis sejak masa Nabi dan sahabat hingga sekarang. Dari satu
generasi ke generasi berikutnya tanpa terputus sedetik pun, senantiasabersambung.
Dan, insya Allah hingga Hari Kiamat kelak. Amin.Inkar Sunnah baru eksis 1200
tahun setelah wafatnya Nabi.9

2. Ahlu Sunnah selalu dapat mengalahkan argumentasi orang yang mengingkari Sunnah
pada dua abad pertama paska wafatnya Nabi ketika secara personal mereka pernah

9
https://www.academia.edu/16196403/MAKALAH_INGKAR_SUNNAH

9
ada. Orang yang mengingkari Sunnah selalu kalah jika berhadapan dengan para ulama
Ahlu Sunnah ketika itu.

3. Ahlu Sunnah mempunyai khazanah keilmuan yang sangat melimpah dalam berbagai
disiplin ilmu; Al-Qur'an dan ilmu-ilmu Al-Qur'an, tafsir Al-Qur'an, kitab-kitab hadits
dan ilmu-ilmu hadits, fikih dan ushul fikih, sejarah Islam danmadzhab-madzhab
dalam Islam, dan lain-lain. Semuanya penuh dengan hadits-haditsRasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam. Inkar Sunnah sama sekali tidak memiliki kekayaan
intelektual sebagaimana Ahlu Sunnah.
4. Setiap abad, setiap masa, dan setiap saat, selalu saja ada tokoh ulama Ahlu Sunnah
dan para imam yang mengemuka. Nama-nama mereka tercatat dengan tintaemas
dalam sejarah Islam, terutama dalam literatur biografi yang menyebutkanberbagai
kelebihan dan sumbangsih mereka dalam menegakkan agama Islam. Inkar Sunnah
tidak memiliki tokoh-tokoh seperti Ahlu Sunnah, kecuali setelahabad delapan belas
Masehi. Itu pun tercatat dengan noda merah. Banyak di antaratokoh inkar Sunnah
yang hidupnya berakhir dengan mengenaskan, setimpal dengan dosa-dosanya.

5. .Ahlu Sunnah, baik ulamanya ataupun umat Islam secara umum, banyak terlibat
dalam perjuangan (baca; jihad) melawan musuh-musuh Islam. Kemenangan-
demikemenangan pasukan kaum muslimin atas musuh-musuhnya tercatat dengan
indah dalam sejarah. Adapun inkar Sunnah, justru tercatat sebagai orang-orang atau
kelompok yangdiperangi oleh kaum muslimin. Mereka adalah 'pe-er' bagi umat
Islam.Merekaadalah musuh dalam selimut.

6. .Para khalifah, sejak masa Khulafa'ur rassyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan
Daulah Utsmaniyah, adalah orang-orang yang memegang teguhmemegang Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi. Inkar Sunnah tidak memiliki peran apa pun dalam pemerintahan
Islam. Tidakada satu pun khalifah dalam sejarah Islam yang berpaham inkar
Sunnah.10

10
https://www.academia.edu/16196403/MAKALAH_INGKAR_SUNNAH

10
Menanggapi golongan inkar sunah, ada jawaban-jawaban yang menunjukkan atas kelemahan
argument mereka.

a. Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusia yang berupa kaedah-kaedah dan


prinsip kehidupan yang sempurna, sebagian dinyatakan secara rinci dan sebagian
besar dinyatakan secara global. Uraian selengkapnya, apalagi yang bersifat teknis
dan praktis diserahkan kepada Nabi untuk diikuti oleh umatnya. Hal ini juga
diperkuat dengan masih turunya beberapa ayat setelah turunya ayat tentang
kesempurnaan agama pada surat al-Maidah ayat3.
b. Pemeliharaan akan kemurnian ad-dzkir tidak terbatas pada al-Qur’an saja, tetapi
yang dimaksud adalah syariat ALLAH yang diturunkan kepada Nabi, meliputi al-
Qur’an, sunnah Nabi , bahkan termasuk pikiran-pikiran jernih umatnya. Firman
Allah surat an-Nahl ayat 43:

Apakah ahlu ad-dzikr disini adalah ahli al-Quran saja ?

c. Larangan penulisan hadist pada masa Nabi adalah demi kemaslahatan , yakni
penulisan al-Quran lebih maslahat daripda penulisan hadist. Meskipun demikian,
bagi sahabat yang mempunyai ketelitian menulis masih diperbolehkan menulis
hadist
d. Istilah dzani didalam surat yunus ayat:36 bukanlah dimaksutkan untuk
mendiskriditkan hadist, tetapi ini sebagai informasi bahwa dzani ( hasil renungan
orang belaka ) tidak akan melawan kebenaran yang pasti yakni ajaran yang
dibawa nabi, baik yang terkandung dalam al-quran maupun hadist Nabi, bahkan
masalah hukum, tidak sedikit persoalan- persoala n yang tidak di dasarkan pada
dzanni11

11
http://www.akhirzaman.info/islam/miscellaneous/1523-kedudukan-dan-fungsi-hadits-
dalam-tasyri-serta-pengamalannya.html

11
BAB III

KESIMPULAN

Pada dasarnya fungsi dan kedudukan hadist adalah sumber ajaran Islam setelah al-
Qur’an, dimana hadis menjelaskan atau menerangkan aturan-aturan dan ajaran dalam al-
Qur’an. Hal ini telah dijelaskan dalam kehujjahan hadist, yang menjadikan hadis sebagai
dasar hukum. Namun pada praktiknya terdapat golongan ingkar sunnah yang mana
Kehilangan Akar SejarahSecara paradigma pemikiran dan pemahaman. Golongan ingkar
sunnah ini sudah muncul sejak dahulu.golongan inkar sunnah tersebut merupakan
sekelompok kecil dari kalangan ulama dan umat islam yang menolak hadis sebagai salah satu
sumber ajaran Islam. Hal ini karena kepedulian terhadap al-Qur’an sehingga kurang
memahami fungsi dan kedudukan hadis. Namun pada golongan ini Imam Syafi’i telah
menulis bantahan terhadap argumen mereka dan bisa membuktikan keabsahan hadis

12
DAFTAR PUSTAKA
Ramdhani Muhammad.2008.http://roudhotul.blogspot.com

Anonim.2007.Handout Materi Hadist.Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan


Kalijaga.Yogyakarta

Zigam Muhlisin dkk.2011.Pengertian Hadist dan Unsur-Unsurnya. UIN Sunan Kali Jaga.
Yogyakarta

http://www.akhirzaman.info/islam/miscellaneous/1523-kedudukan-dan-fungsi-hadits-dalam-
tasyri-serta-pengamalannya.html

http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-kehujjahan-hadis-sahih-hasan.html?m=1

https://www.academia.edu/16196403/MAKALAH_INGKAR_SUNNAH

Hasbi Ash-Shiddieqi,Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis(Jakarta:Bulan Bintang,1980),h.178

Munzier Suparta,Ilmu Hadits(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2014),cet 9,h.63-64.

13

Anda mungkin juga menyukai