Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DIRASAT HADIST

FUNGSI – FUNGSI HADIST TERHADAP AL – QUR’AN


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Sulthon Syahril, MA.
Oleh kelompok 2 :
Bagas Mansyur : 2388104004
Syahidatul Umam :
Zulpan Hadi :
Opik Rohavik : 2388104014

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1445 H/2023 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Fungsi – Fungsi hadist terhadap Al – Qir’an.

Makalah ini kami susun sebagai syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Dirasat Hadits, serta

bertujuan untuk menambah wawasan hakikat pengetahuan, baik bagi penulis maupun bagi para

pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis belum sempurna. Oleh karenanya, kami

mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca, guna

memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini.

Penyusun

BAGAS MANSYUR
SYAHIDATUL UMAM
ZULPAN HADI
OPIK ROHAVIK

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Quran dan hadits mempunyai hubungan yang sangat erat dimana keduanya tidak
dapat dipisahkan meskipun ditinjau dari segi penggunaan hukum syariat, hadist/sunnah
mempunyai kedudukan sederajat lebih rendah dibandingkan al-quran. Hal ini akan terasa
sekali ketika seseorang membaca atau mendapati ayat-ayat al-Quran yang masih sangat
global, tidak terpirinci, dan kerap kali terdapat keterangan-keterangan yang bersifat, tidak
muqoyyad. Seperti perintah tentang kewajiban sholat. Dalam al-Qu’ran, tidak dijelaskan
bagaimana cara seseorang untuk mendirikan sholat, ada berapa rokaat,apa yang harus
dibaca, dan apa saja syarat rukunnya.
Akan tetapi, dari hadist kita dapat mengetahui tata caranya sebagaimana yang telah
disyariatkan. Oleh karenanya, keberadaan hadist menjadi hal yang urgen melihat fungsi
umum hadist menjadi bayan ayat-ayat al-Quran yang masih butuh kajian lebih dalam
untuk mengetahui makna yang sesungguhya. Jika umat islam mempunyai pengetahuan
yang sedikit tentang hadist, maka akan sangat sulit bagi kita untuk menelaah lebih dalam
dan memahami ayat-ayat al-Quran.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik pokok
permasalahannya, yaitu:
1. Apa itu pengertian hadist?
2. Apa yang fungsi hadist terhadap al – Qur’an?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist
Menurut bahasa kata hadis memiliki arti : 1. Al-Jadid minal asyya (sesuatu
yang baru ), lawan dari Qadim. Hal ini mencakup sesuatu (perkataan), baik banyak
ataupun sedikit. 2. Qarid (yang dekat), 3. Khabar(warta) yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain dan ada kemungkinan
benar atau salahnya . Kata jamaknya adalah al-ahadis
Adapun hadis menurut istilah ahli hadis hampir sama dengan sunah, yang
mana keduanya memiliki arti segala sesuatu yang berasal dari Rasul SAW, baik setelah
diangkat ataupun sebelumnya. Akan tetapi kalu dipandang dari lafaz hadis secara umum
adalah segala sesuatu ayng diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Setelah diangkat
menjadi nabi, yang berupa ucapan, perbuatan, dan taqrir beliau. Oleh sebab itu ,sunah
lebih umum daripada hadis.
Menurut ahli ushul adalah segala perkataan, perbuatan dan taqrir Rasul SAW,
yang bisa bisa dijadikan dalil bagi hukum syar’i. Oleh karena itu , menurut ahli ushul
sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan hukum tidak tergolong hadis, seperti
urusan pakaian.1

A. Fungsi – Fungsi Hadist Terhadap Al – Qur’an

Hadist adalah sumber hukum islam kedua yang telah di sepakati oleh para
ulama (ahlul ilmi) dapat memunculkan hukum dengan sendirinya tampa besertaan dengan
al-Qur’an.2 Disamping itu hadist juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Al-
Qur’an apalagi bila kita tinjau dari sisi fungsinya. Fungsi hadist terhadap Al-Qur’an secara
umum yaitu sebagai bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan takhshis, bayan taqyid, bayan tasyri’,
dan bayan tabdil. Kejelasan fungsi-fungsi hadist tersebut diatas adalah sebagai berikut.

1. Bayan Ta’kid

Bayan ta’kid atau disebut juga dengan bayan Taqrir atau bayan itsbat adalah
hadist yang berfungsi untuk memperkokoh atau memperkuat isi kandungan Al-Qur’an. 3

1
H.M. ROZALI,ILMU HADIS,(Medan: Ikatan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir,2019),hal.2.
2
Muhammad bin Ali bin Muhammad as-Syaukani, Irsyadul Fuqul (Kairo: Darus Salam, 2006), Jilid:1 h.132
3
Agus Solahudin, dkk, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.78.

4
Dalam hal ini, hadist hanya berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an, 4
dengan demikia maka kandungan hukumnya memiliki dua dalil sekaligus yaitu Al-
Qur’an dan Hadist Nabi.5

Diantara contoh bayan ta’kid adalah firman Allah SWT:6

‫ِم‬
‫َفَمْن َش ِه َد ْنُك ُم الَّش ْه َر َفْلَيُصْمُه‬....

Karena itu, barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan,
hendaklah ia berpuasa… (Q. S. Al-Baqarah (2): 185)

Ayat Al-Qur’an di atas di ta’kid (di perkuat) oleh hadist Nabi SAW:

‫ِإَذا َرَأْيُتُمْوُه َفُصْوُمْواوِإَذاَرَأْيُتُمْوُه َفـَأ ْفِط ُرْوا‬

“Apabila kalian melihat (ru’yat) bulan maka, berpuasalah. Dan begitu pula apabila melihat
(ru’yat) bulan itu maka, berbukalah”(H. R.Muslim).
2. Bayan Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan tafsir adalah hadist berfungsi untuk
menerangkan ayat-ayat yang sangat umum (a’m), global (mujmal), dan kesaman makna
(musytarak) dengan memberikan perincian penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih global (mujmal), memberikan batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Qur’an yang
masih belum terbatasi (muthlaq), dan memberikan kekususan (takhshih) ayat-ayat yang
masih umum (a’m).7 Badri Khaeruman mendefinisikan dengan hadist yang difungsikan
menerangkan hal-hal yang tidak mudah di ketahui pengertiannya (mujmal atau
musytarok fihi)8 atau dapat dikatakan memberikan penafsiran dan penjabaran yang
lebih konkret tentang garis besar yang ada di dalam al-Qur’an.9
Jadi, bila memandang pengertian di atas maka bayan takhshis dan bayan
taqyid termasuk dalam katagori bayan tafsir. Di antara contoh bayan tafsir ini adalah: 10

4
Idri, Studi Hadist (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h.24.
5
Abu Yasid, Hubungan simbiotik al-Qur’an dan al-Hadist dalam membentuk diktum-diktum hukum (Ponorogo: Jurnal
Tsaqofah, Vol.7, No.1, April, 2011),h.144.
6
Munzier Suprapta, Ilmu Hadist (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka: 2013), h.59.
7
Agus Solahudin, dkk, Ulumul Hadist, 81.
8
Badri Khaeruman, Ulum al-Hadist (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.49
9
Abu Yasid, Hubungan simbiotik al-Qur’an dan al-Hadist dalam membentuk diktum-diktum hukum,h.145.
10
Munzier Suprapta, Ilmu Hadist,h.61-63.

5
a. Bayan Tafsir Mujmal adalah seperti hadist yang menerangkan ke mujmala-an ayat-
ayat tentang perintah Allah SWT untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat dan haji.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan masalah ibadah tersebut masih bersifat
global atau secara garis besarnya saja. Contohnya kita diperintahkan shalat, namun
Al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana tata cara shalat, tidak menerankan rukun-
rukunnya dan kapan waktu pelaksanaannya. Semua ayat tentang kewajiban shalat
tersebut dijelaskan oleh Nabi SAW dengan sabdanya,

‫ِّل‬ ‫ُّل‬
‫َص ْوا َك َم ا َرَأْيُتُمْو ْيِن ُأَص ْي‬
“Shalatlah sebagaimana kamu melihatku shalat.”(H.R. Bukhari)
b. Bayan Tafsir Musytarak Fihi, adalah menjelaskan tentang ayat quru’. Allah SWT
berfirman:

‫َواْلُم َطَّلَق اُت َيَتَرَّبْص َن ِبَأْنُفِس ِه َّن َثاَل َثَة ُقُروٍء َواَل ِحَي ُّل ُهَلَّن َأْن َيْك ُتْم َن َم ا َخ َلَق الَّلُه يِف َأْرَح اِم ِه َّن ِإْن ُكَّن‬

‫ُيْؤ ِم َّن ِبالَّلِه َواْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو ُبُعوَلُتُه َّن َأَح ُّق ِبَرِّدِه َّن يِف َذِلَك ِإْن َأَراُدوا ِإْص اَل ًح ا َو ُهَلَّن ِم ْثُل اَّلِذي َعَلْيِه َّن‬
‫ِك‬ ‫ِف ِل ِل ِه‬ ‫ِب‬
‫اْلَم ْع ُرو َو لِّرَج ا َعَلْي َّن َدَرَج ٌة َوالَّلُه َعِزيٌز َح يٌم‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya.Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Untuk menjelaskan lafazh quru’ ini, datanglah hadist Nabi SAW
berikut ini,
‫َطَالُق اَأْل ِة ِإ َنَتـاِن ِعَّد ـا َضَتـاِن‬
‫َم ْث َو ُتَه َح ْي‬
“Talak budak dua kali dan iddahnya dua haid.” (H.R. Ibnu Majah)
Sehingga arti kata perkataan quru’ dalam ayat Al-Qur’an tersebut di atas
berarti suci dari haid.
a. Bayan Tafsir Taqyid adalah sifat mutlaq ayat Al-Qur’an yang antara lain :

6
Q. S Al-Maidah (5) : 38, yaitu:

‫ِك‬ ‫ِم ِه‬ ‫ِد‬ ‫ِر‬ ‫ِر‬


‫َوالَّس ا ُق َوالَّس ا َقُة َفاْقَطُعوا َأْي َيُه َم ا َجَزاًء َمِبا َك َس َبا َنَك ااًل َن الَّل َوالَّلُه َعِزيٌز َح يٌم‬
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Hadist Nabi:

‫َال ُتْق َطُع َيُد الَّس ـاِرِق ِإاَّل ْيَف ُرْبِع ِدْيَنـاٍر َفصَـاِعًد ا‬
“Tangan pencuri tidak boleh di potong, melainkan pada (pencurian sebilai)
seperempat dinar atau lebih.” (H. R. Mutafaq menurut lafadz Muslim)
b. Bayan Tafsir Takhshis keumuman ayat-ayat Al-Qur’an adalah hadist Nabi SAW,
berikut ini.

‫َال َيِرُث اْلَق اِتُل ِم َن اْلَم ْق ُتْو ِل َش ْيـًأ‬


“Seorang pembunuh tidak berhak menerima harta warisan” (H. R. Ahmad)
Hadist tersebut men-takhshis keumuman firman Allah SWT dalam Q. S. An-
Nisa (4): 11 yaitu :

‫ُيوِص يُك الَّلُه يِف َأْواَل ِدُك ِللَّذَك ِر ِم ْث َح ِّظ اُأْلْنَثَيِنْي‬


‫ُل‬ ‫ْم‬ ‫ُم‬
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu : bagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan..
3. Bayan Takhshis
Bayan Takhshis adalah membatasi atau mengkhususkan kandungan ayat-ayat
al-Qur’an yang bersifat umum.11
Sebagai contoh adalah hadist Nabi SAW:

‫َال َيِرُث اْلَق اِتُل ِم َن اْلَم ْق ُتْو ِل َش ْيـًأ‬


“Seorang pembunuh tidak berhak menerima harta warisan” (H. R. Ahmad)
Yang membatasi ayat al-Qur’an an-Nisa 11:
11
Idri, Studi Hadist, h.28.

7
‫ُيوِص يُك الَّلُه يِف َأْواَل ِدُك ِللَّذَك ِر ِم ْث َح ِّظ اُأْلْنَثَيِنْي‬
‫ُل‬ ‫ْم‬ ‫ُم‬
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak
perempuan.
4. Bayan Taqyid
Bayan Taqyid adalah membatasi ayat yang bersifat mutlak (hakikat kata tampa
memandang jumlah maupun sifatnya) dengan sifat, keadaan atau syarat tertentu.12
Contoh ayat Q. S Al-Maidah (5) : 38, yaitu :

‫َوالَّس اِرُق َوالَّس اِرَقُة َفاْقَطُعوا َأْيِدَيُه َم ا َجَزاًء َمِبا َك َس َبا َنَك ااًل ِم َن الَّله‬
Di batasi dengan hadist:

‫َال ُتْق َطُع َيُد الَّس ـاِرِق ِإاَّل ْيَف ُرْبِع ِدْيَنـاٍر َفصَـاِعًد ا‬
“Tangan pencuri tidak boleh di potong, melainkan pada (pencurian senilai)
seperempat dinar atau lebih.” (H. R. Mutafaq menurut lafadz Muslim)
5. Bayan Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan tasyri’ adalah ajaran-ajaran yang tidak didapati
dalam al-Qur’an maka dimunculkan hukumnya, baik yang tidak ada sama sekali atau
yang diketemukan pokok-pokoknya (ashl) saja.13
Hadist termasuk ke dalam kelompok ini, diantaranya adalah hadist penetapan
haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara istri dengan bibinya), hukum
syuf’ah, hukum merajam wanita pezinah yang masih perawan, dan hukum tentang hak
waris bagi seorang anak. Salah satu contoh yang lain adalah hadist tentang hukum zakat
fitrah sebagai berikut:14
‫ِم‬ ‫ِف ِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬
‫َأَّن َرُس وَل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َوَس َّلَم َفَرَض َزَك اَة اْل ْطِر ْن َرَم َض اَن َعَلى الَّناِس َص اًعا ْن ْمَتٍر َأْو‬
‫ِلِم‬ ‫ِم‬ ‫ٍد‬ ‫ِم ِع‬
‫َص اًعا ْن َش ٍري َعَلى ُك ِّل ُح ٍّر َأْو َعْب َذَك ٍر َأْو ُأْنَثى ْن اْلُمْس َني‬
“Bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat
Islam pada bulan Ramadlan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang,
baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan Muslim.” (H. R Muslim)
12
Ibid
13
Munzier Suprapta, Ilmu Hadist, h.64.
14
Ibid

8
6. Bayan Tabdil
Bayan tabdil di sebut juga dengan nasakh (membatalkan), alijalah
(menghilangkan), tahwil (memindahkan), atau taqyir (mengubah). Yang dimaksud
dengan tabdil disini adalah menghapus ketentuan hukum yang ada di al-Qur’an.15
Salah satu contoh dari katagori bayan tabdil adalah sabda Rasul SAW dari
ibnu Umamah Al-Bihili,
‫ِإَّن الَّل َقْد َأْع َطى ُك َّل ِذي ٍّق َّق َفاَل ِص َّيَة ِل اِرٍث‬
‫َح َح ُه َو َو‬ ‫َه‬
“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap orang haknya
(masing-masing). Maka, tidak ada wasiat bagi ahli waris.”(H. R Ahmad dan Al-
Arba’ah, kecuali An-Nasa’i. Hadist ini dinilai hasan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi).
Hadis ini menurut mereka men-naskh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2): 180,
yakni;

‫ُك ِتَب َعَلْيُك ْم ِإَذا َح َض َر َأَح َدُك ُم اْلَمْو ُت ِإْن َتَرَك َخ ْيًرا اْلَو ِص َّيُة ِلْلَواِلَد ْيِن َواَأْلْقَرِبَني ِباْلَم ْع ُروِف َح ًّقا‬
‫ِق‬
‫َعَلى اْلُم َّت َني‬
Diwajibkan atas kamu, apabila seorng di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dari
karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atau orang-orang yang bertaqwa
(Q. S. Al-Baqarah (2): 180)
Kewajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat berdasarkan Q. S Al-
Baqarah (2): 180 di atas, di naskh hukumnya dengan hadist yang menjelaskan bahwa
ahli waris tidak boleh menerima wasiat, sebab ahli waris akan mendapatkan bagian
warisan tersendiri setelah mayit meninggal.16

15
Idri, Studi Hadist,h.30.
16
Ibid

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari seluruh pembahasan ini, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Menurut bahasa kata hadis memiliki arti : 1. Al-Jadid minal asyya (sesuatu yang
baru ), lawan dari Qadim. Hal ini mencakup sesuatu (perkataan), baik banyak ataupun
sedikit. 2. Qarid (yang dekat), 3. Khabar(warta) yaitu sesuatu yang dipercakapkan.
hadis menurut istilah ahli hadis hampir sama dengan sunah, yang mana keduanya
memiliki arti segala sesuatu yang berasal dari Rasul SAW, baik setelah diangkat
ataupun sebelumnya.
2. Jadi, fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an secara umum ada enam, yaitu: sebagai bayan
ta’kid, bayan tafsir, bayan takhshis, bayan taqyid, bayan tasyri’, dan bayan tabdil. Dan
ulama berbeda pendapat mengenai bayan takhshis, bayan taqyid ada yang
memasukkan kedalan golongan bayan tafsir dengan menambah dua bayan lain yaitu
bayan tafsir mujmal serta bayan Musytarak Fihi ada yang memisahkannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammadiyah. 2008. Ilmu Hadist. Yogyakarta: Graha Guru.


As-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. 2006. Irsyadul Fuqul. Kairo: Darus
Salam.
Idri. 2010. Studi Hadist. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Ismail, M. Syuhudi. 1999. Pengantar Ilmu Hadist. Bandung: Pustaka Setia.
Khaeruman, Badri.2010. Ulum al-Hadist. Bandung: Pustaka Setia.
Solahudin, Agus dkk. 2009. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Suprapta, Munzier. 2013. Ilmu Hadist. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.
Yasid, Abu. 2011. Hubungan simbiotik al-Qur’an dan al-Hadist dalam membentuk diktum-
diktum hukum. Ponorogo: Jurnal Tsaqofah.

11

Anda mungkin juga menyukai