Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

‘AM WAL KHASH FI ULUMUL QUR’AN

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul quran 3

Disusun Oleh :

1. Siti Amelia Putri 21120054


2. Jaoharotun Nabilah 21120066
3. Nurlaeli 21120071
4. Syifa Nanda Haswin khairunnisa 21120076

Dosen Pengampu : Dra. Nur Izzah M.A

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023 M

i
‫بسم هلﻼ ال ّرحمن ال ّرحيم‬
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya dan dengan berkah dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dan Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, Baginda
Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wasallam juga kepada keluarga,sahabat dan
pengikutnya hingga akhir zaman. Beliaulah yang telah mengeluarkan kita dari gelapnya
zaman jahiliyyah menuju zaman yang terang benderang.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu kami, dan juga
teman-teman kami yang sudah memberikan dorongan dan bantuan kepada kami. Dan tidak
lupa pula kepada rekan satu kelompok yang sudah berkerja sama dalam pembuatan
makalah ini sehingga bisa menyelesaikan makalah ini yang menjelaskan tentang “’am wal
khash”. Semoga makalah yang kami tulis bisa dimengerti dan bisa memberi manfaat
kepada kami dan teman-teman semua.
Kami mohon maaf sebesar-besarnya jika pada makalah yang kami susun terdapat
banyak kesalahan, baik dalam penyusunan, penulisan, atau isi dari makalah ini. Kami
berharap agar memberikan kritik dan masukan yang positif serta saran-saran yang
membangun untuk menjadi acuan kepada kami agar bisa lebih baik lagi pada masa yang
akan datang. Kami berharap semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini bisa
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin

Tangerang selatan,24 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Definisi Dan penjelasan ‘Am Dan Khash ............................................................................ 2
B. Ciri-Ciri dan Perbedaan ‘am dan khash ............................................................................... 4
C. Contoh-Contoh Ayat ‘am dan Khash dalam Al-Qur’an ...................................................... 6
BAB III........................................................................................................................................... 9
PENUTUP...................................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Konteks Syar’iyyah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan dua
sumber hukum yang redaksinya menetapkan hukum syar’i. Dalam menggali nilai-nilai
hukum pada sumber tersebut, tidak sepatutnya seseorang langsung menukil darinya tanpa
terlebih dahulu menimbangnya.
Ada beberapa pengklasifikasian lafazh yang ada di dalam nash syar’i yang
selayaknya ditafsirkan terlebih dahulu. Konteks Al-Qur’an dan Al-Hadis tersebut bisa
berupa lafadz umum atau khusus. Lafadz yang umum atau al-‘am, ketetapan hukumnya
harus diartikan kepada semua satuannya secara pasti bila disana tidak ada dalil yang
mengkhususkannya. Jika terdapat dalil yang mengkhususkan maka mengenai arahan
hukumnya apakah qoth’iy atau dzonny. Al-Qur’an dan Al-Hadis juga ada yang berupa
lafadz khusus (khash), maka hukum bisa ditetapkan secara pasti selama tidak ada dalil yang
memindahkan dan menghendaki arti yang lain. Dalam lafadz khash ini terdapat lafadz
mutlak yang dapat menetapkan hukum secara absolute dengan catatan tidak ada dalil yang
mengikatnya. Jika lafadz itu berbentuk perintah (‘amar), maka obyek yang
diperintahkannya wajib, atau berbentuk larangan (nahi) maka obyek yang dilarang itu
haram. Pada makalah ini selanjutnya, penulis akan membahas beberapa hal berkenaan
dengan lafazh yang ‘am dan Khash. Diharapkan dengan mengkaji hal ini seseorang tidak
lagi gegabah dalam menarik sebuah nash sebagai sebuah landasan dalam berbuat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari 'am dan khash
2. penjelasan, ciri-cirinya dan perbedaan
3. contoh-contoh ayatnya dalam al quran
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu ‘am dan khash
2. Memahami penjelasan serta perbedaan dari keduanya
3. Dapat mengidentifikasi ayat-ayatnya dalam Al-Quran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan penjelasan ‘Am Dan Khash


1) Definisi dan penjelasan‘Am
‘Am dalam pengertian kebahasaan berarti menyeluruh. Dalam pandangan Ulama
Ushul Fiqih, yang dimaksud dengan istilah ‘Am adalah kata yang memuat seluruh bagian
dari kandungan lafazh, sesuai dengan pengertian kebahasaan tanpa pengecualian oleh kata
lain ‘Am adalah lafaz yang menghabiskan atau mencakup segala apa yang pantas baginya
tanpa ada pembatasan.1 Para ulama membagi ‘Am menjadi tiga kategori 2 yaitu:
Hadi.Saeful.2011.Ushul Fiqih, Yogyakarta;Sabda Media.
a) Al-‘Am al-Istighraqy
Yakni yang mencakup segala sesuatu yang dapat dicakupnya tanpa kecuali,
sehingga semua disentuh olehnya. Misalnya, ketentuan tentang kewajiban wanita yang
bercerai untuk melaksanakan ‘iddah (masa tunggu) selama tiga quru’ (suci/haid).
Ketentuan ini berlaku untuk segala jenis perceraian, kecuali jika ada petunjuk lain yang
mengecualikan salah satu bentuknya3. Contoh lain misalnya kata an-Nas/manusia dalam
firman Allah SWT:

٢١ َ‫ٱعبُد ُواْ َربﱠ ُك ُم ٱلﱠذِي َخلَقَ ُك ۡم َوٱلﱠذِينَ ِمن قَ ۡب ِل ُك ۡم لَعَلﱠ ُك ۡم تَتﱠقُون‬ ُ ‫ٰ ٓيَأَيﱡ َها ٱلنﱠ‬
ۡ ‫اس‬

Artinya: “Wahai (seluruh) manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah


menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa (terhindar dari
aneka bencana).” (QS. al-Baqarah: 21)
b) Al-‘Am al-Majmu’iy

1
Dr. Hakimah Hafizi, Mukhtalif Hadits, (Mesir:2013) hlm.70.
2
Beak.Muhammad Al-Khudhori..Ushul Fiqih, Pekalongan; Raja Murah 1986
3
Karim Syafi’i, Fiqih-Ushul Fiqih, Bandung, Pustaka Setia, 1997

2
Yakni yang tidak mencakup keseluruhan bagian-bagiannya satu demi satu, tetapi
secara umum saja. Misalnya kewajiban mempercayai nabi-nabi yang diutus Allah. Jumlah
mereka banyak, namun dua puluh lima nabi yang disebut nama-namanya dalam al-Qur’an
sudah dinilai cukup mewakili seluruh nabi yang banyak sekali itu 4.
c) Al-‘Am al-Badaly
Yakni yang diwakili oleh seorang saja dari anggota yang dicakup oleh lafazh itu.
Misalnya, perintah untuk bernafkah kepada fakir miskin. Memberi seorang saja dari siapa
pun yang berstatus fakir miskin, sudah cukup. Yang dimaksud dengan kata umum ( ‫)العام‬
adalah sebuah lafaz atau kata yang bisa mencakup keseluruhan (tanpa batas) . ‘Am di tinjau
dari segi bahasa berarti umum dan merata. Dalam ushul fiqih, ‘am adalah lafadh yang
menunjukkan dua atau lebih yang tidak terbatas. Ada pula yang mengartikan ‘am sebagai
lafadh yang mencakup bawahannya. Sederhananya ‘am adalah lafadh dalam al-Quran yang
mencakup dua perkara atau lebih. Lafadh tersebut mencakup bawahannya. Misalnya pada
kata an-Nas yang berarti manusia. makanya lafadh an-Nas mencakup semua manusia tanpa
terkecuali.5
2) Definisi dan penjelasan Khash
Khas adalah lawan dari lafadh ‘am .Adapun pengertian khas secara bahasa adalah,
kata khas merupakan bentuk kata subjek atau “Isim Fail” yang berasal dari kata kerja,
ّ ِ َ ‫ خا‬,ً‫َصيصا‬
‫ص‬ ِ ‫ يُخ‬,‫ص‬ ّ ِ ‫ ي ُْخ‬,‫ص‬
ُ ‫ص‬ َ ‫ص‬
َ ‫ َح‬. Arti dari kata khas adalah “yang mengkususkan atau
menentukan”. Dalam Lisanul Arab dijelaskan, ‫ أفرده به من دون غيره‬:‫ وخصصه واختصه‬artinya,
menyendirikan tanpa (memasukkan) yang lain. 6
Sedangkan menurut istilah ialah suatu suatu lafadz yang menunjukan arti tunggal
yang menggunakan bentuk mufrad, baik pengertian itu menunjuk pada jenis ‫ إنسان‬atau
menunjuk macam ‫ رجل‬atau juga menunjuk arti perorangan ‫ خالد‬ataupun isim jumlah ‫ﺛالﺜﺔ‬.
setiap lafaz yang menunjukkan arti tunggal itulah lafaz khas. Dan menurut kesepakatan
para ulama bahwa setiap lafaz yang khas, menunjukkan pengertian yang qath’iy yang tidak
mengandung adanya kemungkinan kemungkinan yang lain. Jika lafaz itu berbentuk

4
Al-Qattan.Manna’ Khalil.2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor Litera Antar Nusa.
5
Bakry. Bakrey.1996.Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada.
6
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 236

3
perintah maka memberi pengertian mewajibkan yang diperintahkan itu, selama tidak
terdapat dalil yang memalingkan perintah itu dari kewajiban.

Dapat disimpulkan bahwa Âm menurut bahasa ialah cakupan sesuatu baik lafaz
atau selainnya. Sedangkan menurut istilah ialah lafaz yang menunjukkan pada jumlah yang
banyak dan satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna yang berlaku.
Adapun yang dimaksud dengan satu makna yang berlaku yaitu lafaz yang tidak
mengandung arti lain yang bisa menggantikan makna tersebut.

Khas menurut bahasa ialah lawan daripada ‘âm. Sedangkan menurut istilah ialah
suatu lafaz yang menunjukkan arti tunggal yang menggunakan bentuk mufrad, baik
pengertian itu menunjuk pada jenis menunjuk macam atau juga menunjuk arti perorangan
ataupun isim jumlah². Singkatnya bahwa setiap lafaz yang menunjukkan arti tunggal itulah
lafaz khâs. Dan menurut kesepakatan para ulama bahwa setiap lafaz yang khâs,
menunjukkan pengertian yang qath’iy yang tidak mengandung adanya
kemungkinankemungkinan yang lain. Jika lafaz itu berbentuk perintah maka memberi
pengertian mewajibkan yang diperintahkan itu, selama tidak terdapat dalil yang
memalingkan perintah itu dari kewajiban.

3) Ciri-Ciri Dan Perbedaan ‘Am Dan Khash


1) Ciri ciri Am antara lain 7.
a) Lafaz jamak, seperti: kullu, jamî:
Misalnya.
ِ ‫ َخلَقَ لَ ُكم ﱠما فِى ْٱﻷ َ ْر‬dan ‫ان‬
‫ض َج ِميعًا‬ ٍ َ‫ُك ﱡل َم ْن َعلَ ْي َها ف‬
Dari sekian lafaz jamak tersebut, lafaz kullu-lah yang paling umum.
b) Orang(satu, dua, atau banyak) pria maupun wanita: ‫ التى‬،‫الذين‬
Contoh:
ٓ ‫ف لﱠ ُك َما‬ ْ ‫َوالﱠذ‬
ٍ ّ ُ ‫ِي قَا َل ِل َوا ِلدَ ْي ِه ا‬
Artinya: Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, “Ah.” (Al Ahqaf: 17)
Dari ayat ini kata _orang yang_ dimaksudkan kepada am(umum) untuk semua
orang tanpa terkecuali

7
Muhammad bin Alawi AlMaliki Alhasni, Zubdah Al Itqon Fi Ulumil Quran, 1999

4
c) Kata ‫ من‬،‫ ما‬،‫( اي‬apapun, siapapun, apa, barangsiapa dan sebagainya)
Misal:
‫س ۤ ْو ًءا يﱡجْ زَ بِ ٖ ۙه‬
ُ ‫َم ْن يﱠ ْع َم ْل‬
Artinya: *Barangsiapa* mengerjakan kejahatan,akan dibalas sesuai dengan
kejahatan itu..(Annisa: 123)
Dalam ayat ini pada barangsiapa itu dimaksudkan umum atau untuk siapa saja
d) Bentuk jamak yang berkedudukan mudhof ilaih.
Misal:
‫ص ْي ُك ُم ﱣ ُ فِ ْٓي ا َ ْو َﻻ ِد ُك ْم‬
ِ ‫ي ُْو‬
Artinya: Allah mensyariatkan kepada *kalian* tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu(Annisa: 11)
e) Isim al jinsi yang berada dalam struktur idhafah.
Misal:
ٌ‫ص ْي َب ُه ْم ِفتْنَﺔ‬
ِ ُ ‫فَ ْل َيحْ ذَ ِر الﱠ ِذيْنَ يُخَا ِلفُ ْونَ َع ْن اَ ْم ِر ٖ ٓه ا َ ْن ت‬
Artinya: maka hendaklah orang-orang yang menyalahi *aturanNya* takut akan
ditimpa cobaan(Annur: 61)
Yakni setiap aturan Allah
f) . Isim yang di Ma'rifatkan oleh ‫ال‬
Misal:
‫َوأ َ َح ﱠل ٱ ﱠ ُ ْٱلبَ ْي َع‬
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli(Albaqarah: 275)
Yakni: semua macam jual beli.
g) .Isim nakirah dalam konteks negatif atau dalam konteks larangan seperti:
ٍ ّ ُ ‫فَ َﻼ تَقُ ْل لﱠ ُه َما ٓ ا‬
‫ف‬
Artinya:
Maka janganlah sekali kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" (Al
Isra: 23

2) Adapun ciri ciri dari Khas Antara lain sebagai Berikut

5
a) menggunakan bentuk mufrad, baik pengertian itu menunjuk pada jenis ‫إنسان‬ataupun
‫ رجل‬ataupun juga menunjuk arti
b) Menunjukan perorangan ataupun
c) Menujukan jumlah
d) Adapun ulama bersepakat khas setiap lafaz yang khâs, menunjukkannpengertian
yang qath’iy yang tidak mengandung adanya kemungkinankemungkinan yang lain.
Jika lafaz itu berbentuk perintah maka memberi pengertian mewajibkan yang
diperintahkan itu, selama tidak terdapat dalil yang memalingkan perintah itu dari
kewajiban.
Misal:
‫ار َكعُ ْوا َم َع ﱣ‬
َ‫الر ِك ِعيْن‬ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا ﱠ‬
ْ ‫الز ٰكوةَ َو‬ ‫َواَقِ ْي ُموا ال ﱠ‬
Ayat tersebut secara tegas menunjukkan adanya perintah wajib melaksanakan
shalat dan perintah mengeluarkan zakat dan perintah tersebut bersifat khusus.
3) Perbedaan Am dan Khas
Kalau Lafazh yang umum (‘am) ialah yang menunjukan pada jumlah yang banyak
dan satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna yang berlaku.
Sedangkan khâs lafaz yang menunjukkan arti tunggal, baik menunjuk jenis, macam,
nama, atau isim jumlah yang pasti, dan menutup kemungkinan yang lainnya.
4) Contoh-Contoh Ayat ‘am dan Khash dalam Al-Qur’an
1) Contoh Ayat ‘Am

‫ﱠ ِ ِر ْز ق ُ هَ ا َو ي َ ع ْ ل َ م ُ مُ سْ ت َق َ ﱠر ه َا َو مُ سْ ت َْو د َ عَ هَ ا ۚ ك ُ ﱞل ف ِ ي‬ ِ ‫اﻷ َ ْر‬


‫ض إ ِ ﱠﻻ ع َ ل َ ى‬ ْ ‫َو َم ا ِم ْن د َ ا ب ﱠ ﺔٍ ف ِ ي‬
‫ِك ت َا ب ٍ مُ ب ِ ي ٍن‬

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Lafadz ini menunjukan kekuasaan Allah dalam memberikan rezeki tidak terbatas
dan berlaku untuk seluruh makhluk hidup di bumi tanpa terkecuali.
Adapun lafadz ‘amm yang dibarengi dengan qorinah yang dapat meniadakan
ketetapan al-‘amm kepada keumumannya, dan dapat menjelaskan bahwa yang
dimaksud daripadanya ialah sebagian satuannya. Seperti firman Allah :

6
َ‫ع اِلَ ْي ِه َس ِب ْيﻼ‬ ِ ‫اس ِح ﱡج ْالبَ ْي‬
َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ ‫َو ِ َعلَى النﱠ‬

mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
lafadz ‫ع‬ َ َ ‫ َم ِن ا ْست‬adalah badal dari ‫اس‬
َ ‫طا‬ ِ ‫النﱠ‬. maka kewajiban haji hanya khusus bagi
mereka yang mampu
2) Contoh Ayat khash
Ayat-ayat Alquran yang mempunyai arti khusus Banyak contoh ayat Alquran yang
mempunyai arti khusus bahkan jumlahnya lebih banyak daripada ayat yang dihapus
(mansukh), sebab tidak ada satu lafaz pun dalam Alquran yang mempunyai arti umum
kecuali telah ditakhsis (diberi arti khusus). ayat yang ditakhsis oleh ayat Alquran yang
lain contoh nya :
ُ ‫ت عَ ل َ ي ْ ك ُ مُ ال ْ َم ي ْ ت َﺔ ُ َو ال د ﱠ م‬
ْ ‫ح ِّر َم‬
ُ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah
Keharaman memeakan bangkai pada ayat di atas di takhsis (dikhususkan) untuk
bangkai ikan pada ayat
ِ ‫أ ُ ِح ﱠل ل َ ك ُ مْ صَ ي ْ د ُ ال ْ ب َ ْح ِر َو ط َ ع َ ا ُم ه ُ َم ت َا ع ًا ل َ ك ُ مْ َو ل ِ ل س ﱠ ي ﱠا َر ة‬
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan…
Sedangkan keharaman memakan darah di takhsis oleh darah yang keras (hati) pada
ayat :
‫…أ َ ْو د َ ًم ا َم سْ ف ُ و ًح ا‬
“atau darah yang mengalir”
3) Contoh ayat Al-Quran yang di takhsis oleh hadits
‫َوأ َ َح ﱠل ٱ ﱠ ُ ْٱل َبيْع‬
“…dan Allah telah menghalalkan jual beli…”
Ayat ini ditakhsis oleh macam-macam jual beli yang rusak yang banyak dijelaskan
dalam hadits-hadits nabi, salah satu contohnya :
َ ‫إِ ﱠن ﱠ َ َح ﱠر َم ْالخ َْم َر َوﺛ َ َمنَ َها َو َح ﱠر َم ْال َم ْيتَﺔَ َوﺛَ َمنَ َها َو َح ﱠر َم ْال ِخ ْن ِز‬
ُ‫ير َوﺛ َ َم َنه‬
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan khamer dan hasil penjualannya,
mengharamkan bangkai dan hasil penjualannya, mengharamkan babi dan hasil
penjualannya. [HR Abu Dâwud, no. 3485, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

7
4) Ayat Al-quran yang memiliki arti khusus bagi hadits
ْ‫ت ل ِ ل ْ ف ُ ق َ َر ا ِء َو ال ْ َم س َ ا ِك ي ِن َو ال ْ ع َ ا ِم ل ِ ي َن ع َ ل َ ي ْ هَ ا َو ال ْ ُم َؤ ل ﱠ ف َ ﺔِ ق ُ ل ُ و ب ُ هُ م‬
ُ ‫ص د َق َ ا‬
‫إ ِ ن ﱠ َم ا ال ﱠ‬
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
Ayat ini memberikan arti khusus bagi sabda nabi yang bersifat umum pada hadits :

ٍ ‫ي ُم ْكت َ ِس‬
‫ب‬ ٍّ ‫ي َوﻻَ ِلقَ ِو‬ ‫طيت ُ ُك َما َوﻻَ َح ﱠ‬
ٍّ ِ‫ظ فِي َها ِلغَن‬ َ ‫إِ ْن ِشئْت ُ َما أ َ ْع‬

sahih Jika kalian menginginkannya (akan kuberikan). Akan tetapi, sesungguhnya


tidak ada bagian dari zakat untuk seorang yang kaya, tidak pula untuk seorang yang
berfisik kuat, serta punya profesi yang mencukupinya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-
Nasa’i, ad-Daraquthni, al-Baihaqi, dan lainnya; dinyatakan bagus sanadnya oleh
Ahmad, dinilai oleh an-Nawawi dalam al-Majmu’ [6/170] dan al-Albani dalam Irwa’ al-
Ghalil no. 876)

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian makalh di atas dapat disimpulkan bahwa, Âm menurut bahasa ialah
cakupan sesuatu baik lafaz atau selainnya. Sedangkan menurut istilah ialah lafaz yang
menunjukkan pada jumlah yang banyak dan satuan yang termasuk dalam
pengertiannya dalam satu makna yang berlaku. Adapun yang dimaksud dengan satu
makna yang berlaku yaitu lafaz yang tidak mengandung arti lain yang bisa
menggantikan makna tersebut .
Khas menurut bahasa ialah lawan daripada ‘âm. Sedangkan menurut istilah ialah
suatu lafaz yang menunjukkan arti tunggal yang menggunakan bentuk mufrad, baik
pengertian itu menunjuk pada jenis menunjuk macam atau juga menunjuk arti
perorangan ataupun isim jumlah². Singkatnya bahwa setiap lafaz yang menunjukkan
arti tunggal itulah lafaz khâs. Dan menurut kesepakatan para ulama bahwa setiap lafaz
yang khâs, menunjukkan pengertian yang qath’iy yang tidak mengandung adanya
kemungkinankemungkinan yang lain. Jika lafaz itu berbentuk perintah maka memberi
pengertian mewajibkan yang diperintahkan itu, selama tidak terdapat dalil yang
memalingkan perintah itu dari kewajiban.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan.Manna’ Khalil.2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor Litera Antar Nusa.


Bakry. Bakrey.1996.Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada.
Beak.Muhammad Al-Khudhori.1986.Ushul Fiqih, Pekalongan; Raja Murah
Dr. Hakimah Hafizi, Mukhtalif Hadits, (Mesir:2013) hlm.70.
Effendi Satria Zein. M.2005.Ushul Fiqh, Jakarta; Prenada Media.
Hadi.Saeful.2011.Ushul Fiqih, Yogyakarta;Sabda Media.
Karim Syafi’i, Fiqih-Ushul Fiqih, Bandung, Pustaka Setia, 1997
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), h. 236
Muhammad bin Alawi AlMaliki Alhasni, Zubdah Al Itqon Fi Ulumil Quran, 1999

10

Anda mungkin juga menyukai