Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MUTHLAQ DAN MUQAYYAD


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Ulumul Qur’an III
Dosen Pengampu: Dr. Samsul Ariyadi, M.A

Disusun Oleh:
Silmi Muftia (21211796)
Sulha Khoridatun Nafisah (21211812)
Sintya Sri Kurnia (21211799)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR'AN (IIQ) JAKARTA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan
kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Muthlaq dan Muqayyad”. Shalawat beserta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepda junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Dalam menyusun makalah ini, kami telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai kemampuan penulis.
Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang
dapat digunakan sebagai referensi. Juga kami mengucapkan terima kasih
kepaada Bapak Dr. Samsul Ariyadi, M.A yang telah membimbing kami dalam
proses belajar mengajar, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak
ada gading yang tak retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tangerang, 24 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...2
A. Latar Belakang……………………………………………………….2
B. Rumusan Masalah……………………………………………………2
C. Tujuan………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………3
A. Definisi Muthlaq dan Muqayyad……………………………………..3
B. Penjelasan Muthlaq dan Muqoyyad Beserta Contoh-Contohnya di
dalam Al-Qur’an …………………………………………………….4
BAB III PENUTUP…………………………………………………………8
A. Kesimpulan…………………………………………………………..8
B. Saran…………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nash yang menjadi dalil hukum Islam baik Al-Qur’an sebagai sumber
hukum pertama maupun sunnah. Nabi SAW sebagai sumber kedua adalah
berbahasa Arab. Untuk memahaminya dengan baik membutuhkan
kemampuan memahami bahasa dan ilmu bahasa Arab dengan baik pula.
Sebagai hukum-hukum syar’i kadang disebutkan secara mutlak untuk individu
yang luas tanpa terikat dengan suatu sifat atau pun syarat. Terkadang juga
mencakup individu tersebut serta melebihi hakikatnya yang mencakup
jenisnya, seperti sifat atau syarat, kadang dengan memakai lafal muthlaq
(umum) dan kadang dengan lafal mengikat, yang termasuk kefasihan bahasa
Arab. Istilah ini dikenal dalam kitab Allah sebagai Muthlaq dan Muqoyyad-
nya Al-Qur’an.
Nash itu ada dua macam, yaitu yang berbentuk bahasa (lafdziyah) dan
yang tidak berbentuk bahasa (lafadz) adalah Al-Qur’an dan Assunnah dan
yang bukan berbentuk bahasa seperti istihsan, dan sebagainya. Untuk
membetulkan keadaan mengenai itu ada empat segi yang harus diperhatikan
salah satu di antaranya apakah lafadz itu Muthlaq dan Muqayyad yang perlu
dipermasalahkan adalah: Pertama, apa pengertian Muthlaq dan Muqayyad.
Kedua, hukum-hukum apa yang berkaitan dengan Muthlaq dan Muqayyad
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muthlaq dan Muqayyad ?
2. Bagaimana penjelasan dari Muthlaq dan Muqayyad ?
3. Apa saja contoh Muthlaq dan Muqayyad ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui serta memahami Muthlaq dan Muqayyad,
serta memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ulumul
Qur’an III.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Muthlaq dan Muqayyad

Kata muthlaq (‫ (مطلق‬berasal dari segi bahasa yang berarti


sesuatu yang dilepas/tidak terikat. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa muthlaq adalah lafadz yang menunjuk satu atau beberapa
satuan dari segi substansinya tanpa ikatan apapun.
Sedangkan Muqayyad (‫ )مقيد‬dari segi bahasa berarti ikatan yang
menghalangi sesuatu memiliki kebebasan gerak. Sedang secara isitilah
ditemukan juga banyak definisi. misalnya lafaz yang menunjuk kepada
satu atau beberapa satuan yang diberi ikatan berupa lafaz yang terpisah
darinya.1 Muqayyad yaitu Kata yang menjangkau hanya satu makna
tertentu atau tidak tertentu yang diberi ciri dengan sesuatu yang
ditambahkan ke pada hakekatnya yang lengkap tentang jenisnya.2
Muthlaq adalah lafazh yang menunjukkan kepada hakikat apa
adanya dan tidak terikat oleh apa pun. Muthlaq dengan muqayyad itu
sama dengan 'am dan khash. Para ulama berkata, "Kapan saja
ditemukan dalil muthlaq yang mengikat (menjadikannya muqayyad),
maka yang muthlaq itu ditafsirkan dengan yang muqayyad. Jika tidak
ditemukan kasus seperti itu, maka dalil yang muthlaq tidak ditafsirkan
dengan dalil yang muqayyad. Tetapi, dalil yang muthlaq itu tetap pada
kemutlakannya. Sedangkan dalil yang muqayyad tetap pada maknanya
pula. Sebab, Allah Swt menurunkan firman-Nya kepada kita dengan
bahasa Arab."3 Muthlaq yaitu Suatu lafaz yang terdapat dalam suatu
nash bentuknya muthlaq, maka hukum asalnya adalah mengamalkan
sesuai dengan kemut lakannya, kecuali jika ditemukan suatu dalil yang
mengikatnya. Oleh sebab itu, seseorang tidak berhak mengurangi
cakupan lafaz mutlak itu, kecuali ada dalil yang mengikatnya, yang
menerang kan bahwa yang dimaksudkan dari lafaz muthlaq yang
mencakup dalam jenis-jenisnya yang banyak, adalah satu lafaz
tertentu.
Secara etimologis, Ibn Faris menyatakan bahwa kata yang
terdiri atas tha, lam, dan qaf maknanya adalah "membebaskan" dan
"me lepaskan”. Dikatakan: inthalaqar rajul maksudnya ia telah pergi
1
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir., Lentera Hati: Tangerang, Hlm. 188
2
Salman Harun, Kaidah Tafsir, Qaf Media: Jakarta Selatan, Hlm. 673
3
Salman Harun, Kaidah Tafsir, Qaf Media: Jakarta Selatan, Hlm. 674

3
dengan bebasnya. Derivasinya: Athlaqtuhu ithlaqan 'Saya bebaskan ia
tanpa ikatan apa pun. Al-thalq yaitu sesuatu yang bebas sebebas
bebasnya seakan-akan tidak punya ikatan apa pun. Al-thâliq ada lah
unta yang dibiarkan lepas merumput ke mana pun. Berdasarkan
analisis di atas, al-muthlaq adalah sesuatu yang lepas tanpa ikatan.4
Kaidahnya bahwa jika Allah Swt menghukumi sesuatu dengan
suatu sifat atau syarat dan datang hukum yang lain secara muthlaq
(tidak ada sifat dan syaratnya), maka perlu ditinjau sebagai berikut:
1. Jika hukum itu tidak memiliki dasar yang dijadikan sebagai
rujukan kecuali hukum yang muqayyad itu, maka wajiblah
mengikat hukum itu dengan yang muqayyad.
2. Jika ada hukum dasar yang lainnya maka mengembalikannya
kepada salah satunya tidak lebih baik daripada yang lainnya.

B. Contoh dalam Al-Qur’an


Dari nomor satu adalah syarat adil pada saksi-saksi dalam hal rujuk,
talak, dan
wasiat, seperti pada firman Allah Ta'ala:

‫فاذا بلغن أجلهن فأمسكوهن مبعروف أو فارقوهن مبعروف وأشهدوا دوي‬


‫عدل منكم‬
"Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, rujuklah dengan
mereka secara baik atau lepaskanlah mereka secara baik dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dari kamu...." (QS.
ath-Thalaq: 2).
‫ايايها الذين أمنوا شهادة بينكم إذا حضر أحدكم املوت حني الوصية االن‬
‫دوا عدل منكم أو أخرن من غريكم إن أنتم ضربتم يف األرض فأصابتكم‬
‫مصيبة املوت حتبسوهنما من بعد الصلوة فيقسمن ابهلل ان ارتبتم ال نشرتي‬
‫به مثنا ولو كان ذا قرىب وال نكتم شهادة هللا إان إذا ملن األمثني‬

4
Salman Harun, Kaidah Tafsir, Qaf Media: Jakarta Selatan, Hlm. 676

4
“Wahai orang-orang yang beriman, persaksian di antara kamu,
apabila telah datang kepada salah seorang (di antara) kamu (tanda-
tanda) kematian, sedangkan dia akan berwasiat, adalah dua orang
yang adil di antara kamu...." (QS. al-Ma'idah: 106).
Syarat adil itu juga dimutlakkan dalam persaksian jual beli dan
yang ainnya. Allah Ta'ala berfirman:
‫واشهدوا إذا تبايعتم‬
“Ambillah saksi apabila kamu berjual beli...." (QS. al-Baqarah: 282).

‫فإذا دفعتم إليهم أمواهلم فاشهدوا عليهم‬


“Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka,
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi
mereka...." (QS. an-Nisa': 6).
Sedangkan adil merupakan syarat pada semua persaksian
tersebut. Juga, seperti pengikatan pewarisan suami istri dengan firman
Allah Ta'ala:
‫ِم ْْۢن بَ ْع ِد َو ِص َّي ٍة ي ُّ ْو ىٰص ِبِ َا ٓ َا ْو َد ْي ٍن‬
“Setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah
dibayar) utangnya...." (QS. an-Nisa': 12).

Demikian juga pemutlakan pewarisan pada ahli waris yang lainnya


setelah wasiat dan pembayaran utang.

Demikian juga syarat kafarat pembunuhan yang diikat dengan budak


yang mukmin, serta pemutlakannya pada kafarat zhihar dan sumpah.
Yang muthlaq adalah seperti yang muqayyad dalam hal sifat budak itu.
Demikian juga pengikatan membasuh tangan: (Sampai siku-siku) (QS.
Al-Ma'idah: 6) dan kemutlakannya pada tayamum.
Demikian juga pengikatan kehancuran amal perbuatan karena murtad
dengan mati dalam keadaan kafir pada firman Allah Ta'ala:
‫ومن يرتد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأوليك حبطت أعماهلم يف الدنيا‬
‫واألخرة وأولئك أصحب النار هم فيها خلدون‬
"Siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya lalu dia mati
dalam kekafiran, sia-sialah amal mereka di dunia dan akhirat. Mereka

5
itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (QS.al-Baqarah:
217).
Dan pemutlakannya pada firman Allah Ta'ala:

‫ومن يكفر ابإلميان فقد حبط عمله وهو يف األخرة من اخلسرين‬


"Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya
dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi."(QS. al-
Ma'idah:5).
Demikian pula pengikatan keharaman darah dengan darah
yang mengalir dan pemutlakannya pada selainnya.
Maka Mazhab Syafi'i menafsirkan yang muthlaq itu kepada yang
muqayyad dalam semua kasus itu.
Di antara para ulama, ada yang tidak menafsirkannya
demikian. Menurut mereka, boleh memerdekakan budak yang kafir
dalam kafarat zhihar dan sumpah, serta dalam tayamum cukup
mengusap sampai siku siku. Mereka juga berpendapat bahwa
kemurtadan itu dengan sendirinya menghancurkan amal.
Contoh dari bagian yang nomor dua adalah seperti pengikatan puasa
dengan berturut-turut dalam kafarat zhihar dan sumpah, dan peng
ikatannya dengan dipisah-pisah pada kafarat puasa karena
melaksanakan haji Tamattu.
Puasa itu dimutlakkan pada kafarat sumpah dan pada qadha' puasa
bulan Ramadhan. Maka yang mutlak itu tetap pada kemutlakannya,
seperti boleh melaksanakannya secara terpisah-pisah dan berurutan.
Tidak mungkin ditafsirkan kepada kedua-duanya secara bersamaan,
karena dua ikatan itu saling menafikan, yaitu pada pemisah-misahan
itu dan pada keberurutannya. Selain itu, juga tidak mungkin ditafsirkan
kepada salah satu dari keduanya.
Ada beberapa hal yang perlu diingat di sini.
Pertama, jika kita menafsirkan dengan mengikat yang muthlaq dengan
muqayyad, apakah itu berdasarkan makna bahasa ataukah berdasarkan
makna qiyas? Pada permasalahan ini, ada dua mazhab. Dalil dari
mazhab yang pertama bahwa termasuk kebiasaan bangsa Arab untuk
mengatakan yang muthlaq, karena cukup dengan adanya perkataan
lain yang muqayyad dan untuk meringkas serta menyingkat
pembicaraan.
Kedua, yang telah berlalu penjelasannya, yaitu jika dua hukum
itu maknanya sama, tetapi keduanya berbeda dalam hal muthlaq dan

6
muqayyad nya. Jika hukum dari sesuatu itu bermacam-macam dan
didiamkan pada beberapa di antaranya, maka tidak ada yang
mengharuskan adanya analogi kepada salah satunya. Contohnya,
perintah untuk membasuh empat anggota tubuh dalam wudhu,
sedangkan dalam tayamum hanya disebutkan dua anggota tubuh.
Maka tidak boleh dianalogikan, lalu mengusap kepala serta dua kaki
dengan debu juga.
Demikian juga dalam hal memerdekakan budak, puasa, dan
memberikan makanan dalam kafarat zhihar. Dalam kafarat
pembunuhan, hanya disebutkan dua saja, yaitu memerdekakan budak
dan berpuasa. Sementara, pemberian makanan tidak disebutkan. Maka
tidak boleh dilakukan analogi dengan mengganti puasa dengan
pemberian makanan.5

1. Contoh muthlaq terdapat padanya salah satu qayid lebih dekat


kepada muthlaq dari qayid yang lain. Firman Allah dalam QS.
al-Maidah [5]: 89 berkenaan dengan kafarat (denda) sumpah:

‫فصيام ثلثة أايم‬


“Maka (kafaratnya) berpuasalah selama tiga hari”
2. Contoh muthlaq yang tidak ada baginya salah satu qayid yang
lebih dekat kepadanya dari qayid yang lain. Firman Allah da
lam QS.al-Baqarah [2]: 184 tentang qadha puasa:
‫فعدة من أايم أخر‬
"... Yaitu beberapa hari tertentu..."
Dalam ayat ini tidak disebutkan cara puasa qadha, karena
lafazh ayat tersebut muthlaq, tidak menyebutkan apakah qadha
puasa itu berturut-turut atau tidak.6

5
Imam Jalaludin al-Suyuthi, Al-Itqan Fi ’Ulumil Qur’an 3., DIVA Press Yogyakarta, Hlm.
263
6
Salman Harun, Kaidah Tafsir, Qaf Media: Jakarta Selatan, Hlm. 681

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Muthlaq ialah lafazh yang memberikan petunjuk kepada hakikat


sesuatu tanpa ada ikatan apa-apa. Sedangkan muqayyad ialah lafazh yang
menunjukkan hakikat sesuatu yang diikatkan pada lafazh itu suatu sifat, syarat,
atau ghayyah (limit waktu).
Jika ditemukan nash yang bersifat muthlaq maka tetap dalam
maknanya yang muthlaq, meskipun pada nash lain terdapat ikatan (muqayyad)
kecuali ada nash lain yang menyatakan muqayyad dalam masalah yang sama.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini
di masa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir., Lentera Hati: Tangerang.
Salman Harun, Kaidah Tafsir, Qaf Media: Jakarta Selatan.
Imam Jalaludin al-Suyuthi, Al-Itqan Fi ’Ulumil Qur’an 3., DIVA Press Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai