1. Status i’rabnya.
Misalnya:
Kata adalah mudzakkar (isim yang menunjukan arti laki laki) begitu juga
dengan Na’at nya keduanya sama-sama mudzakkar
C. Bentuk Na’at
Selain itu na’at ditinjau dari bentuknya juga terbagi menjadi tiga, yaitu na’at mufrad
(berbentuk satu), jumlah (berbentuk kalimat) dan syibh al-jumlah (berbentuk menyerupai
kalimat).
Contoh dari na’at mufrad yaitu:
Kata adalah Na’at mufrad karena hanya terdiri dari satu kata saja.
Adapun syarat na’at jumlah dan syibhul-jumlah adalah man’utnya (yang disifatinya)
harus berupa nakirah (isim yang menunjukan arti umum).
Contohnya:
1. (nakirah)
2. (makrifah)
Perbedaannya adalah:
Kalimat yang pertama memiliki arti “guru yang bergembira telah datang” dan
kalimat kedua berarti “guru itu datang dengan gembira”.
Kalimat yang pertama, pada kalimat (yafrah) menjadi na’at atau sifat
seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya, karena diawali dengan kata-kata
yang nakirah (bermakna umum) yaitu .
a) Rofa’:
b) Nasob :
: adalah fiil madi mabni sukun karna bertemu dengan domir rofa.
: adalah man’ut dinasob karna menjadi maf;ul bih tandanya adalah fatha
c) Jar :
: adalah fiil madi .
Idhafah bisa disamakan dengan konsep frasa atau kata majemuk dalam bahasa Indonesia.
Namun, tentunya konsep ini tidak sama persis.
A. Pengertian Idhafah
Artinya:
“Idhafah adalah penyandaran yang membatasi di antara dua kata yang mana kata kedua wajib jar
selamanya.”
Bisa juga didefinisikan:
Artinya:
“Mengumpulkan isim dengan isim yang lain dengan tujuan mengkhususkan atau
mendefinitifkan.”
Dari kedua definisi idhafah dapat disimpulkan bahwa idhafah adalah kumpulan dua isim
atau lebih dengan tujuan mengkhususkan makna. Kata yang pertama disebut mudhaf dan kata
yang kedua disebut mudhaf ilaih. Mudhaf ilaih selalu ber’irab jar. Sedangkan ‘irab mudhaf
tergantung kedudukannya dalam kalimat.
Kata disebut dengan mudhaf dan kata dan disebut dengan mudhaf ilaih.
Syarat mudhaf:
• Tidak ada alif lam.
Adapun alasan tidak boleh ada alif lam karena akan dianggap seperti na’at man’ut.
• Membuang tanwin
Mudhaf tidak boleh ada alif lam dan tanwin. Alasan mengapa mudhaf tidak boleh ada
tanwin karena tanwin itu menunjukkan nakirah sedangkan mudhaf adalah ma’rifah.
Contoh: Asalnya :
B. Pembagian idhafah
Idhafah terbagi menjadi dua macam, yakni idhafah mahdhah dan idhafah ghair mahdhah.
Idhafah mahdhah disebut juga idhafah ma’nawi dan idhafah ghair mahdhah disebut dengan
idhafah lafdzi.
1. Idhafah mahdhah/ma’nawiyah
Idhafah mahdhah atau disebut juga idhafah ma’nawi dan idhafah haqiqi adalah apabila:
a. Idhafah yang menyisipkan makna huruf jar yang tiga:
• Makna dari
Apabila mudhaf merupakan bagian atau jenis dari mudhaf ilaih.
Contoh :
• Makna milik/untuk () ِل
Apabila mudhaf merupakan sesuatu yang dikuasai oleh mudhaf ilaih atau yang
diperuntukan untuk mudhaf ilaih.
Contoh :
• Makna di ()فِ ْي
Apabila mudhaf berada di tempat atau waktu mudhaf ilaih.
Contoh :
b. Idhafah mashdar terhadap ma’mulnya.
b. Naibul fa’il
Apabila sifatnya terdiri dari isim maf’ul. Contoh:
c. Maf’ul
Apabila sifatnya terdiri dari isim fa’il. Contoh :
C. Makna Idhafah
Adapun perbedaannya dalam hal makna dari idhafah mahdhah dan ghair mahdhah adalah:
• Tahshish (mengkhususkan)
Makna pada idhafah ma’nawiyah apabila mudhaf ilaihnya terdiri dari isim nakirah.
Contoh :
• Ta’rif (menjelaskan)
Makna pada idhafah ma’nawiyah apabila mudhaf ilaihnya terdiri dari isim ma’rifah.
Contoh :
• Takhfif (meringankan bacaan).
Tujuan idhafah lafzhiyah adalah bukan untuk takhshish ataupun ta’rif, melainkan
berfungsi sebagai takhfif (meringankan bacaan). Sehingga disebut dengan ghairu
mahdhah (tidak wajib).
Contoh :
Lebih ringan bacaannya dari pada:
Tambahan:
1. Untuk idhafah ma’nawiyah, mudhofnya tidak boleh diberi ( )الsecara mutlak.
2. Untuk idhafah lafdziyah, mudhafnya boleh diberi ( )الdengan syarat, yaitu :
Contoh :