Anda di halaman 1dari 29

BAHASA ARAB II

FAROID, M.Pd.I
NAAT
Na’at (bisa juga disebut kata sifat) ialah sesuatu yang disebutkan setelah isim (kata
benda) untuk
menjelaskan gambaran keadaan atau keadaan yang berhubungan dengan isim
tersebut. Adapun Man’ut adalah isim yang disifati.
Contoh dalam bahasa Indonesia;
“Seorang siswa yang rajin telah datang”
Kata Seorang siswa adalah Man’ut atau yang disifati.
Sedangkan kata yang rajin adalah kata sifatnya atau Na’at.
Mari langsung kita liat contohnya dalam bahasa Arab:

‫ ال ُم ْجتَ ِه ُد‬ ‫ َجا َء التِ ْل ِم ْي ُد‬   “


Seorang siswa yang rajin telah datang”
Kata ‫ التِ ْل ِم ْي ُد‬adalah merupakan Man’ut (yang disifati), sedangkan  ‫ ال ُمجْ تَ ِه ُد‬adalah
Na’at nya atau yang menyifati.
HUKUM NAAT MAN’UT
Dalam bahasa Arab semua tata bahasa ada aturannya, balegitu juga dengan
pembahasan na’at dan man’ut yang kita bahas di atas.
Keduanya adalah sama seperti kembaran atau sepasang kata  yang harus sama dalam
empat hal, yaitu:
a. status i’rabnya.
Misalnya:
 ‫ رأيت األ ِمي َْر العاد َل‬ 
‘saya melihat seorang pemimpin yang adil itu’
Antara Na’at dan Man’ut sama-sama manshub (dibaca nashob dengan tanda nashob
fathah).

 ‫ذهبت إلَى ال َمس ِْج ِد ال َكبِي ِْر‬ 


ُ
‘saya pergi ke masjid yang besar itu’
Keduanya juga sama-sama majrur (dibaca her dengan tanda jer kasroh, karena ada huruf
jer sebelumnya)
lanjutan
b. gendernya (mudzakkar-mu’annats atau laki-laki-perempuan).
Misalnya :
‫‘ حضر الطالب الناجح‬
seorang siswa yang rajin itu telah hadir‘
Kata‫ الطالب‬adalah mudzakkar (isim yang menunjukan arti laki laki) begitu juga dengan Na’at nya
keduanya sama-sama mudzakkar
 ‫‘ حضرت الطالبة الناجحة‬
Seorang siswi yang rajin itu telah hadir’
Antara Na’at dan Man’ut  di atas juga sama-sama mu’annats (isim yang menunjukan arti
perempuan).
c. ‘adadnya (jumlahnya) baik isim mufrad(satu), isim mutsanna (dua) dan jamak (plural/banyak).
Contohnya :
‫ جاء الطالب الناجح‬sama-sama mufrad (berarti satu)
‫ جاء الطالبان الناجحان‬sama-sama bentuk dua (mutsanna) yaitu ‘dua siswa yang rajin’
 ‫ جاء الطالب الناجحون‬sama-sama berbentuk jamak. Yaitu ‘para siswa yang rajin’.
lanjutan
d. makrifat dan nakirahnya (Umum dan Khusus),
Misalnya :
‫‘ جاء طالبٌ ناج ٌح‬
seseorang siswa yang rajin telah tiba’
sama-sama nakirah (ditandai dengan dibaca tanwin) maka
keduanya menunjukan arti yang masih umum.
 ‫‘ جاء الطالبُ الناج ُح‬
siswa yang rajin itu sudah datang’
sama-sama makrifah (menunjukan arti khusus)
BENTUK NAAT
Selain itu na’at ditinjau dari bentuknya juga terbagi menjadi tiga, yaitu na’at mufrad (berbentuk
satu), jumlah (berbentuk kalimat) dan syibh al-jumlah (berbentuk menyerupai kalimat)

- Contoh dari na’at mufrad yaitu:


ٌ
 ٌ‫حيوان مفترس‬ ‫األسد‬
singa adalah hewan yang buas.
Kata‫مفترس‬
ٌ adalah Na’at mufrad karena hanya terdiri dari satu kata saja.

- Adapun syarat na’at jumlah dan syibhul-jumlah adalah man’utnya (yang disifatinya) harus


berupa nakirah (isim yang menunjukan arti umum).
Contohnya:
ٌ
‫يفترس‬ ‫حيوان‬ ‫األسد‬
‘singa adalah hewan yang bersifat buas‘
Kata‫ يفترس‬adalah Na’at yang berupa fi’il mudhore (fi’il yang menunjukan arti sedang atau akan),
yang otomatis dia adalah sebuah kalimat karena fi’il didalamnya sudah ada kata kerja (predikat)
dan juga subjek.
lanjutan
 ‫شوارعها واسعة‬ ‫القاهرة مدينة‬
‘Qoiro adalah sebuah kota yang jalanannya luas‘
Contoh kedua di atas sudah cukup jelas ya, karena yang digaris
bawahi di atas adalah Na’at jumlah (Na’at yang berupa kalimat).

Adapun contoh dari na’at syibhul-jumlah adalah:


 ‫عند بكائه‬ ً‫أبصرت طفال‬
ُ
‘saya melihat seorang balita ketika ia sedang menangis‘
Kata  ‫ عند بكائه‬  adalah merupakan Syibhul-jumlah atau yang
menyerupai kalimat, karena ia sebenarnya adalah rangkaian kata
penjelas yang tidak memiliki susunan predikat dan subjek yang
tidak utuh.
lanjutan
Apakah anda tahu perbedaan kedua kalimat di bawah ini?
1. (nakirah) ‫جاء أستا ٌذ يفرح‬
2.  (makrifah) ‫جاء األستا ُذ يفرح‬
Perbedaannya adalah:
Kalimat yang pertama memiliki arti “guru yang
bergembira telah datang”
dan kalimat kedua berarti “guru itu datang dengan
gembira”. Sudah jelas bukan perbedaan diantara
keduanya?
lanjutan
Kalimat yang pertama, pada kalimat ‫ يفرح‬ 
(yafrah) menjadi na’at atau sifat seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya, karena diawali dengan kata-kata yang nakirah
(bermakna umum) yaitu ‫أستا ٌذ‬
Sedangkan yafrah pada kalimat terakhir menjadi khal ‫ ) ) حال‬atau
menerangkan tentang keadaan guru tersebut ketika datang.
karena diawali dengan kata-kata yang makrifah (bermakna
khusus) yaitu ‫( األستا ُذ‬tanda makrifatnya adalah terdapat Alif dan
lam di awal kata).
Kalau masih bingung, silahkan dirasa-rasa saja perbedaannya
dari terjemahannya.
CONTOH NAAT MAN’UT
Menurut bahasa Na’at adalah menerangkan suatu sifat.
Sedangkan menurut istilah Na’at adalah isim tabi’yang menerangkan sifat dari
lafadz yang diikutinya.semisal contohnya:
Budi anak yang rajin = kata rajin pada contoh ini
dinamakan Na’at sedangkan Budi dinamakan man’ut.
Contoh: 
‫المهذب‬
ُ ‫جاء الرج ُل‬
Artinya Laki-Laki yang baik itu telah datang.
‫ جاء‬adalah fiil madhi yang bertemu dengan dhomir rofa’ hukumnya adalah mabni
sukun.
‫ الرج ُل‬adalah Fa’il, I’robnya adalah marfu’ dengan dhammah. Dan juga
sebagai Man’ut.
ُ ‫المهذب‬ adalah na’at I’robnya adalah marfu’ dengan dhammah karna
mengikuti man’ut.
lanjutan
Na’at mengikuti man’ut dalam beberapa hal:
1.Dalam hal I’rob
    Yaitu I’rob Rofa’ irob Nasob dan irob Jar
2.Dalam Mufrod, Tasniah dan Jama’.
3.Didalam muzdakar dan muannas.
4.Didalam ma’rifat dan nakiroh.
lanjutan
Contohnya:
I’Rob (berubahnya akhir kalimah karna berbeda bedanya amil
yang masuk)

Rofa’: ‫ﺠﺍﺀ ﺰﯾﺫ ﻜﺭﯾﻢ‬


 ‫ﺠﺍﺀ‬   adalah fiil madi mabniyun alal fathi.
 ‫ﺯﻳﺫ‬     adalah man’ut dirofa’ karna menjadi fail tandanya adalah
dhommah.
 ‫ﻛﺭﻳﻢ‬  adalah na’at dirofa’ karna mengikuti man’ut
lanjutan
Nasob :‫ﺭﺍﯾﺖ ﺯﯾﺫﺍ ﻋﺍﻟﻤﺍ‬
‫ ﺭﺍﻳﺕ‬    adalah fiil madi mabni sukun karna bertemu dengan
domir rofa.
‫ﺯﻳﺫﺍ‬        adalah man’ut dinasob karna menjadi maf;ul bih
tandanya adalah fatha
‫ﻋﺍﳌﺍ‬    adalah na’at dinasob karna mengikuti man’ut.

Jar : ‫مهذب‬
ِ ‫رجل ال‬ ِ ‫سلمتعلى ال‬
‫ سلمت‬      adalah fiil madi .
‫الرجل‬
ِ ‫ على‬  adalah man’ut dijar karna kemasukan huruf jar yaitu
‘ala;
‫ب‬
ِ ‫ المهذ‬     adalah na’at dijar karna mengikuti man’ut.
lanjutan
ْ َ‫ال ُم َد ِّر ُس ال َج ِد ْي ُد ِ في الف‬
Mufrad : ‫ص ِل‬
Guru baru didalam kelas

Mutsanna : ‫جديدان‬
ِ ‫بان‬
ِ ‫هذان طال‬
ِ
Ini dua murid baru

Jama’ : ‫طالبجد ٌد‬


ٌ ‫هؤالء‬
Mereka murid-murid baru
DEFINISI IDHAFAH
Idhafat adalah penyandaran antara dua Isim yang melahirkan suatu
hukum wajib Jar untuk Isim yang kedua dengan syarat Isim pertama
harus Nakirah dan Isim keduanya boleh makrifat atau nakirah.

Contoh:
‫ب المدرس ِة يَتَ َعلّ ُم ْو َن ال ُّل َغةَ العربيّةَ بِ ِج ِّد ٍي َو نشا ٍط‬
ُ َ ‫طُاّل‬
Para Siswa Sekolah sedang mempelajari bahasa arab dengan giat dan
bersungguh.

Contoh cara meng’Irabnya:


‫ مبتدأ مرفوع وعالمته ض ّمة ألنه جمع التكسير وهو مضاف‬: ‫طاّل ب‬
‫ مضاف اليه مجرور وعالمة جره كسرة‬: ‫المدرسة‬
TUJUAN/FUNGSI IDHAFAH
- MERINGKAS
Contoh:

‫أَنَا فِى ُغرْ فَ ِة النَ ْوم‬


Aku berada di kamar tidur

Pada contoh di atas struktur kalimatnya lebih ringkas, padat dan


tidak bertele-tele apabila dibandingkan dengan kalimat berikut:

‫أَنَا فِى ال َمكا َ ِن الَّ ِذي أَنَا ُم فِيْه‬


lanjutan
- MENGKHUSUSKAN
Makna dari kalimat Idhafat akan lebih khusus ketika Mudhaf Ilaih makrifat
dengan alim lam ‫”) ا(ل‬
Contoh:

ِ ‫َح ِد ْيقَةُ ال َحيَ َونَا‬


‫ت‬

kata ‫ حديقة‬masih memiliki arti umum, lalu setelah disandarkan kepada kata
‫ الحيوانات‬menjadi bermakna khusus
Namun apabila mudhaf ilaihnya nakirah bertanwin, secara makna masih umum.
Contoh:

‫ت‬
ٍ ‫ حديقة حيونا‬/ ‫حيوان‬
ٍ ُ‫حديقة‬
SYARAT IDHAFAH
- Membuang‫ ال التعريف‬Alif Lam Makrifat dari Isim
pertama (Mudhaf)
Contoh:
‫ خالد = كتابُ خال ٍد‬+ ‫الكتاب‬

- Membuang Tanwin dari Isim pertama (Mudhaf)


Contoh:
‫ خال ٌد = كتابُ خال ٍد‬+ ٌ‫كتاب‬
lanjutan
Membuang Huruf Nun ‫ ن‬dari isim pertama apabila dari
bentuk Mutsana dan Jamak
Contoh:
ٍ ‫ ِع ْل ٌم = طَالِبَا‬+ ‫طالبان‬
‫علم‬
‫علم‬ ُ
ٍ ْ ‫رأيت طالبَي‬ = ‫ ِع ْل ٌم‬+ ‫رأيت طالبَي ِْن‬
ُ
ٍ ْ‫ ِع ْل ٌم = طَالِبُو‬+ َ‫طَالِب ُْون‬
‫علم‬
ٍ ‫رأيت طَالِبِي‬
‫علم‬ ُ = ‫ ِع ْل ٌم‬+ َ‫رأيت طال ِبيْن‬
ُ

Huruf Nun dibuang dari Mutsana dan Jamak apabila 


dijadikan Mudhof, baik dalam keadaan Rafa atau Nashab
PEMBAGIAN IDHAFAH
- Maknawiyah
Idhafat maknawiyah ialah Idhafat yang melahirkan makna ‫ ) )ل‬kepunyaan,‫ ) )من‬terbuat dari,
dan‫ ) ) فى‬di dalam.
Jika kedua Isim sudah menyatu menjadi Mudhaf dan Mudhaf Ilaih (Idhofat) , maka di
dalamnya akan tersirat  ketiga makna di atas. ini disebut dengan Idhofat Maknawiyah.

Contoh bermakna kepemilikan‫ َه َذا ِكتَابِى‬Ini buku Saya.


Artinya, buku ini kepunyaan saya
Asal susunan sebelum disatukan seperti ini‫اب لى‬ ِ ٌ َ‫َه َذا ِكت‬

Contoh bermakna (dari) ‫رير‬ٍ ‫وبح‬ ُ ‫ هذا ث‬Ini Baju Sutra.


Artinya, baju ini terbuat dari sutra

Contoh bermakna (di)‫يوم َصافِي‬ِ ‫ ج ُّو ال‬Cuaca hari ini cerah.


Artinya, cuaca di hari ini cerah
lanjutan
- Lafdiyah
Berbeda dengan Maknawiyah yang di dalamnya terdapat siratan ketiga makna di
atas, untuk Lafdziyah tidak terdapat pengkhususan dari segi makna.
Terjadinya penyandaran hanyalah untuk tujuan takhfif lafadz (meringankan lafadz),
baik dengan tanwin atau membuang huruf Nun Mutsana dan Jama’.
Perhatikan contoh:
‫ٰه َذا ال َّر ُج ُل طَالِبُ ع ٍلم‬
‫َخال ٌد َو َز ْي ٌد هُ َما طَالِبَا ِع ْلم‬
‫َخال ٌد َو َز ْي ٌد َوإِب َْر ِه ْي ُم هُ ْم طَالِبُ ُو ع ٍلم‬

Perhatikan kata‫علم‬
ٍ dia adalah Mudhof Ilaih, menurut lidah orang Arab lebih ringan
diucapkan dibanding apabila susunanya bukan Idhafat, Misalkan:

‫هذا الرجل طالبٌ عل ًما‬


HUKUM I’RAB MUDHOF & MUDHOF ILAIH
Mudhaf di’Irab sesuai posisi dia di dalam susunan kalimat, bisa
menjadi apapun seperti Mubtada‘, Khobar, Fa’il, Maful Bih dan lainya.
Adapun untuk ‘Irab Mudhof Ilaih, selamanya wajib Majrur, tanda
majrurnya bermacam-macam tergantung bentuk Isimnya.
Mufrad dan Jamak Muannats Salim tandanya dengan kasrah,
Mutsana dan Jamak dan Isim Lima tandanya dengan Iya. Bisa
dipelajari dalam pasal Alamatul’Irab Contoh:
‫اض ال َجنّ ِة‬ ُ َ‫( ِري‬Taman Syurga)
‫الصالِ ِحي َْن‬
َ ُ‫( ِريَاض‬Taman Orang2 Sholih)
‫ك‬ َ ‫( اب ُْن أ َِخ ْي‬Anak SaudaraMu)
ِ ُ‫ ُم َوافَقَة‬/ ‫ق‬
‫الجهَتَي ِْن‬ ُ ‫( اتِّفَا‬Koalisi dua kubu)
HUKUM MEMBUANG MUDHOF
- Mudhaf Ilaih boleh mengganti posisi Mudhof yang dibuang dan ‘irabnya Mudlof Ilaih tersebut sesuai
dengan kedudukan Mudhaf yang dibuang, baik menjadi Fa’il, Maful Bih dan lainya dengan Syarat:
Dalam susunan idhafat tersebut mesti terdapat qarinah (indikasi) makna yang tersirat yang
menunjukan bahwa mudhaf telah dibuang.

Contoh dalam AlQuran:


َ‫ َو َجا َء َربُّك‬: ‫قوله‬
َ‫ َواسْأ َ ِل ْالقَرْ يَة‬: ‫قوله‬
Mudhof dalam kedua Ayat diatas telah dibuang dan posisinya ditempati Mudhof Ilaih. Lalu irab mudhaf
ilaih sama dengan ‘irabnya mudhaf sebelum dibuang.
Perkiraanya:
َ‫ َو َجا َء أم ُر َربِّك‬: ‫قوله‬
‫أهل ْالقَرْ يَ ِة‬
َ ‫ َواسْأَل‬: ‫قوله‬
Contoh ‘Irab  setelah dibuang:
‫ حل محله مضاف اليه وعالمته الضمة ألنه اسم مفرد‬،‫ فاعل مرفوع‬: َ‫َربُّك‬
‫ حل محله مضاف اليه وعالمته الفتحة ألنه اسم مفرد‬،‫ مفعول به منصوب‬: َ‫ْالقَرْ يَة‬
lanjutan
- Membuang Mudhaf dan ‘irab mudhaf ilaih tetap majrur (mudhaf ilaih tidak
mengganti posisi mudhaf)
 Adakalanya mudhaf Ilaih tetap Jar sebagaimana posisinya seperti ketika sebelum
Mudhaf dibuang dengan syarat :
Mudhaf yang terbuang mesti mumatsil ( sama ) dengan mudhaf yang menjadi ma’thuf
alaih

Contoh dalam Syair:


‫بالليل نَا َرا‬
ِ ‫ونار تَ َوقَّ ُد‬
ٍ # ً‫ين ا ْم َرأ‬ ٍ ‫أَ ُك َّل ا ْم ِر‬
َ ِ‫ئ تَحْ َسب‬
Lihat kata ‫ار‬
ٍ ‫ ن‬tetap Jar dengan kasrah meskipun mudhafnya sudah dibuang dengan
perkiraan:
ٍ ‫وك َّل‬
‫نار‬
Hal ini terjadi setelah melihat susunan kalimat yang pertama yaitu lafadz (‫ ) َأ ُك َّل ا ْم ِر ٍئ‬yang
merupakan indikasi bahwa lafadz Mudhaf yang dibuang pada susunan idhafat kedua
adalah dari lafadz yang sama yaitu kata (‫) كل‬
HUKUM MEMBUANG MUDHOF ILAIH

- Terkadang Mudhaf Ilaih dibuang dan menetapkan hukum Mudhof seperti masa
ketika masih berduaan dengan Mudhaf Ilaih dengan syarat:
Mesti memiliki dua rangkaian kalimat Idhafat yang dihubungkan oleh Athof,
dimana setiap Mudhaf dalam kedua kalimat tersebut diidhafatkan kepada
lafadz Mudhaf Ilah yang sama.
Perhatikan contoh berikut:
‫ورجْ َل َمن قَالَها‬
ِ ‫ط َع هللاُ يَ َد‬َ َ‫ق‬
Pada contoh di atas terdapat dua susunan kalimat yang dihubungkan dengan
َ ُ ‫ ) ) َ قطَ َع‬dan ‫) )رجلمن قاله‬, Mudhaf pada kalimat pertama
Wawu ‘Athaf yaitu‫هللا ي َد‬
diidhafatkan kepada lafadz yang sama dengan Mudhaf Ilah pada kalimat kedua
yaitu‫ من‬, Artinya Mudhaf Ilah pada kalimat pertama dibuang.
Perkiraan:
‫ورجْ َل َم ْن قَالَها‬ َ َ‫ق‬
ِ ‫ط َع هللاُ يَ َد َم ْن‬
MUDHOF ILAIH BERUPA DHOMIR

Mudhaf hanya boleh dari jenis Isim dzahir,


sedangkan mudhof Ilaih boleh dan bahkan banyak
dijumpai dari jenis dhomir.

Contoh:
‫خالد كتابه جديد‬
‫ ضمير متصل مبنى فى محل جر مضاف اليه‬: ‫ الهاء‬: ‫كتابه‬
HUKUM HAROKAT ‫ بعد‬/‫قبل‬
Pembahasan lengkap sudah dibahas pada materi dzharaf (Maf’ul Fih). Di sini
akan dibahas sekilas karena kedua hukum Qabla dan Ba’da tidak terlepas dari
kaidah Idhafat.
Kata ‫غ ْ َي ُر‬ hukumnya Mabni jika Mudhof Ilaihnya dibuang, begitu juga dengan
lafadh ‫دون‬ ُ  , ‫ اَ َّو ُل‬ , ‫ َحس ُْب‬ , ‫ َ ْبع ُد‬ , ‫ق ْ َُبل‬ , Kata arah enam ‫ ِج َه ُاتال ِّستَّ ُة‬ )) Dan ُ‫عل‬ itu
َ berlaku
seperti ُ‫َغ ْير‬
Contoh:
َ ُ‫ ْال ُم ْؤ ِمن‬ ‫ين هَّلِل ِ األ ْم ُر ِم ْن قَ ْب ُل َو ِم ْن بَ ْع ُد َويَ ْو َمئِ ٍذ يَ ْف َر ُح‬
‫ون‬ َ ِ‫فِي بِضْ ِع ِسن‬
Dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah
(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman kedua lafadz ‫ َ قب ُْل َو ِم ْن َ ْبع ُد‬didahului
Huruf Jar seharusnya Kasrah, kenapa dhammah ? karena disebabkan adanya
Mudhaf Ilaih yang dibuang  yang mengharuskan dia ber’irab Mabni
Dhammah.
Perkiraanya:
‫ او الغلب وغيرهما‬,‫ هَّلِل ِ األ ْم ُر ِمن قَب ِْل ذلك‬:‫تقديره‬
FAIDAH DIBALIK MEMBUANG MUDHOF/ MUDHOF ILAIH

- Al Ittisa’ fil Ma’na


Makna satu kata dalam Ayat Al-Qur’an sungguh sangat luar biasa, ini menunjukkan bahwa bahasa
Arab mempunyai keaneka ragaman arti dan makna yang sangat dalam. Sebabnya, apabila suatu
kalimat tidak bisa lagi dipahami secara haqiqi, maka akan merujuk kaidah majaz agar maknanya bisa
difahami.

Contoh:
َ َ‫ واسأ ِل القَريةَ الَّتِي ُكنَّا فِيها َو ْال ِعي َر الَّتِي أَ ْقبَ ْلنَا فِيهَا ۖ َوإِنَّا ل‬: ‫قوله تعالى‬
َ ُ‫صا ِدق‬
٨٢ ‫ يوسف‬. ‫ون‬
Tanyakan kepada desa yang tadi kita datangi! (QS. Yusuf: 82)

Dalam ayat di atas, yang disebutkan adalah tempat (desa), namun yang dimaksud adalah
penduduknya.
Dalam Ilmu Balaghah ini dibahas dalam pasal majaz mursal  almahaliyah
‫ِذ ْك ُر ْال َم َحا ِل َوإِ َرا َدةُ ْال َحا ِل‬
Menyebutkan tempat dan yang dimaksud adalah hal atau yang ada di tempat itu.
Tanya kampung dan semua isinya, penduduknya, hewan ternak, tanaman, benda mati dll. Bahwa
kamu itu termasuk orang-orang yang benar
‫و اهلل اعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai