Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KAIDAH NAAT DAN IDHOFAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Bahasa Arab II

Dosen Pengampu : Khoeri Amin, S.Sos, M.M. Pd

Disusun Oleh :

Citra Novianti

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KARAWANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin dengan memanjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat

serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita yakni Nabi

Muhammad Saw yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir nanti

Aamiin.

Atas curahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah yang berjudul “

Kaidah Na’at dan Idhofah” ini dapat terselesaikan, saya selaku penulis menyadari

bahwa masih terdapat banyak kekurangan, walaupun begitu saya berharap dengan

terbentuknya makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu kita semua.

Dengan berbagai pembahsan di mulai dari pengertian Na’at dan Idhofah

serta pembahasan lainnya yang lebih mendalam, semoga makalah ini bisa

membawa manfaat untuk saya sendiri dan umumnya untuk kita semua. Atas segala

perhatian saya memohon kritik dan saran yang membangun agar kedepannya saya

dapat memperbaiki segala kekurangannya.

Pabuaran, 27 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. NA’AT ............................................................................................................3

1. Pengertian ........................................................................................ 3

2. Pembagian Na’at ............................................................................. 4

3. Hukum Na’at dan Man’ut .............................................................. 10

4. Bentuk Na’at.................................................................................. 12

B. IDHOFAH ....................................................................................................14

1. Pengertian ...................................................................................... 14

2. Macam-macam Mudhof ‘ilaih ....................................................... 19

3. Syarat-syarat Mudhaf dan Mudhaf ‘ilaih ...................................... 21

BAB III PENUTUP............................................................................................... 23

Kesimpulan........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran yang sangat penting. Terlebih bagi umat islam

di muka bumi. Hal ini di sebabkan karna Bahasa Arab merupakan Bahasa ilmu

pengetahuan, baik ilmu-ilmu keagamaan baik tafsir, hadist, fiqih, tauhid, dan

lain sebagainya juga menggunaksn Bahasa Arab.

Dengan berbagai pengetahuan dan ilmu dalam Bahasa Arab salah

satunya kaidah Na’at dan Idhofah dan pembahsannya mengenai pengertian,

pembagain dan lain sebagainya, begitupun dengan kaidah idhofah berbagai

pembahasan insyaallah akan di bahas dalam makalah ini, mengenai

pembahasan ilmu Bahasa Arab sering kali kita merasa kesulitan untuk

memahami dan dengan terbentuknya makalah ini semoga dapat memudahkan

kita untuk belajar Bahasa Arab lebih mendalam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Na’at ?

2. Apa pengertian Idhofah ?

3. Pembahasan apa saja yang terdapat di kaidah Na’at ?

4. Pembahasan apa saja yang terdapat di kaidah Idhofah ?

1
C. Tujuan

1. Agar kita memahami makna Na’at.

2. Agar kita memahami makna Idhofah.

3. Agar kita mengetahi tentang berbagai ilmu yang di bahas dalam kaidah

Na’at.

4. Agar kita mengetahi tentang berbagai ilmu yang di bahas dalam kaidah

Idhofah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. NA’AT

1. Pengertian

Na’at adalah kata atau kalimat yang menunjukkan makna sifat kata

sebelumnya. Na’at kadang disebut juga dengan sifat. Kata yang disifati

disebut dengan maushuf atau man’ut. Na’at mengikuti man’utnya dalam hal

i’rab (rafa’, nashab dan khafadh), nau’ (mudzakkar dan muannats), ‘adad

(mufrad, mutsanna dan jama’) dan ta’yin (nakirah dan ma’rifah).

Na’at (bisa juga disebut kata sifat) ialah sesuatu yang disebutkan

setelah isim (kata benda) untuk menjelaskan gambaran keadaan atau

keadaan yang berhubungan dengan isim tersebut. Adapun Man'ut adalah

isim yang disifati.

Na’at merupakan salah satu dari isim tawabi’. Isim tawabi’ adalah

isim yang mengikuti i’rab kata sebelumnya yang di sebut dengan matbu’.

Matbu' dalam yang setelahnya na'at disebut dengan man'ut.

Contoh dalam bahasa Indonesia;

“Seorang siswa yang rajin telah datang” Kata Seorang siswa adalah Man’ut

atau yang disifati. Sedangkan kata yang rajin adalah kata sifatnya atau

Na’at. Mari langsung kita liat contohnya dalam bahasa Arab :


ُ ْ َ َ
ُ‫اء ال ِتل ِم ْي ُُد امل ْج َت ِه ُد‬
ُ‫ج‬
“Seorang siswa yang rajin telah datang”

Kata ‫ التِ ْل ِميْد‬adalah merupakan Man’ut (yang disifati), sedangkan ‫المجْ ت َ ِهد‬

adalah Na’at nya atau yang menyifati.

3
2. Pembagian Na’at

Contoh na’at:

ُ َ ْ ُ َّ َ َ
‫اضل‬ ِ ‫جاء الطا ِلب ال‬
‫ف‬
ْ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َّ َّ
‫اضلت ْي ِن في ال َمد َر َس ِة‬ ِ ‫ِإن الطا ِلبتي ِن الف‬
ً َ ْ َ ْ َ
‫فاص ِب ْر صب ًرا ج ِم ْيلا‬
Bila kita perhatikan secara saksama, kata yang berwarna merah merupakan

sifat dari kata sebelumnya. I’rab, nau’ adad, dan ta’yinnya selalu mengikuti

man’utnya.

Na’at dalam dibagi menjadi dua macam, yakni na’at haqiqi dan na’at sababi.

a. Na’at Haqiqi

Na’at haqiqi adalah kata yang menunjukkan makna sifat pada diri

matbu’nya. Contoh na’at haqiqi:


ً ْ َ
ُ‫ص ْب ًراُ َج ِم ْيل‬
َ ُ‫اصب ُْر‬
ِ ‫ف‬

Kata (‫ ) َج ِمي ًْل‬merupakan sifat bagi kata (‫صب ًْرا‬


َ ) yang merupakan

matbu’nya atau isim yang diikuti. Dalam na’at haqiqi, na’atnya boleh

berupa mufrad, sibhul jumlah atau jumlah.

a) Na’at mufrad, yang dimaksud mufrad adalah hanya berupa satu kata

saja. Na’at mufrad bisa berupa :

1) Isim fa’il

Isim fa’il adalah isim yang menujukkan pelaku dari suatu

perbuatan atau sesuatu yang menyebabkan suatu peristiwa.

Wazan isim fa’il dari fi’il tsulasti mujarrad adalah (ٌ‫)فَاعِل‬.

Contoh :

4
َ َ َ
ٌ‫ٌقا ِئل‬-ٌٌ‫كا ِتبٌ ٌ–ٌق ِارئ‬

Sedangkan wazan isim fa’il selain tsulatsi mujarrad adalah

mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan

mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat

dhammah dan dikasrahkan huruf kedua terakhir.

Contoh:
ْ ْ
ٌ‫ٌ ُم ْس َتغ ِفر‬-ٌٌ‫ُمك ِرمٌ ٌ–ٌ ُم َح ِسن‬

Ketiga isim fa’il di atas diambil dari fi’il mudhari’ berikut:


ْ ْ َ ُ َ ُ ُ ُْ
ٌ‫س َتغ ِف ُر‬
ٌ ‫ٌي‬-ٌ‫ن‬
ٌ ‫يك ِر ٌم ٌ–ٌيح ِس‬

Contoh na’at berupa isim fa’il:


َ ْ ٌ ُ ‫الطال‬
َّ َ َ
ٌ‫اض ُل‬
ِ ‫بٌالف‬ ِ ٌ‫اء‬ٌ‫ج‬
َ ْ ْ ُ َََ َّ
‫نٌن ْفسٌٌ َو ِاح َد ٌة‬ٌ ‫ال ِذيٌخلقك ٌمٌ ِم‬

Sifat musyabbahah dengan isim fa’il

Sifat musyabbahah dengan isim fa’il adalah isim musytaq yang

maknanya sama denga isim fa’il dan hanya terbentuk dari fi’il

tsulasti lazim. Bentuk-bentuk wazan sifat musyabbahah:

- Wazan (ٌ‫ )ف ِع َل‬Isim musyabbahah dari fi’il dengan pola (ٌ‫)ف ِع َل‬

adalah:
َ
‫ٌ َس ِلس‬-ٌ‫ٌط ِرب‬:‫ف ِعل‬
َْ َ َ
ٌ ‫ٌأك َح ٌل‬-‫ٌأ ْح َمر‬:‫أفعل‬
َ ْ ْ َ
ٌ ‫ٌ َعطشا ٌن‬-ٌ‫ٌ َسل َمان‬:‫ف ْعالن‬

- Wazan (‫)فعُل‬
َ َ
‫ٌن ِظ ْيف‬-ٌ‫ير‬
ٌ ‫ٌك ِث‬:‫فعيل‬

5
ْ َ َ
ٌ ‫ضخم‬ ٌ-ٌ‫ٌ َس ْهل‬:‫ف ْعل‬
ُ ُ ُ
ٌ ‫ٌش َجاع‬-ٌ‫ٌف َرات‬:‫فعال‬

ٌ ‫صان‬ َ ‫ٌ َح‬-ٌ‫ٌ َج َبان‬:‫َفعال‬


َ َ
ٌ ‫ٌ َبط ٌل‬-ٌ‫ٌ َح َسن‬:‫ف َعل‬
ُْ ْ ُ
ٌ ٌ‫صلب‬ ٌ-ٌ‫ٌ ُحلو‬:‫ف ْعل‬

- Wazan (‫)فَ َعل‬

Tidak banyak isim musyabbahah yang berasal dari fi’il tsulatsi

berwazan fa’ala. Shifat musyabbahah yang termasuk fi’il ini

diantaranya:
َ َ
ٌ َ ‫ط ِيبٌٌ(ط‬
ٌ)‫اب‬
َ ْ
َ ‫(ش‬
ٌ ٌ)‫اق‬ ٌٌ‫ِشيق‬
َ ‫(ش‬َ َْ َ
ٌ ٌ)‫اب‬ ٌ‫أشيب‬

Contoh na’at dari sifat musyabbahah:


َْ
‫تٌ ِك َت ًاب ٌاٌ َج ِد ْي ًدا‬
ٌ ُ ‫اشت َرْي‬
ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َّ َ
ٌ ٌ‫نٌال َف ْج ِر‬
ٌ ‫طٌاْلسو ٌِدٌ ِم‬
ٌ ِ ‫نٌالخي‬
ٌ ‫ضٌ ِم‬
ٌ ‫طٌاْلبي‬
ٌ ‫حتىٌيتبي ٌنٌلك ٌمٌالخي‬

Sighat mubalaghah isim fa’il

Shighat mubalaghah adalah isim yang menunjukkan arti isim

fa’il yang mengandung arti lebih atau sangat. Wazan-wazan

sighat mubalaghah antara lain:


َ َّ َ
‫ٌف َّتاح‬-ٌٌ‫ َعالم‬:‫ف َّعال‬
ُ َ َ :‫َف ُع ْول‬
ٌ ‫ٌشك ْو ٌر‬-ٌٌ‫ص ُب ْور‬
َ
ٌ ٌ‫ ٌ َع ِل ْيمٌ ٌ–ٌ َس ِم ْيع‬:‫ف ِع ْيل‬

6
َ
ٌ ٌ‫ٌ ِم ْق ٌَدامٌ ٌ–ٌ ِم ْعطار‬:‫ِم ْف َعال‬
َ َ
ٌ ‫ٌف ِط ٌن‬-ٌ‫ٌ َح ِذر‬:‫ف ِعل‬
َّ
ٌ ‫ٌ ِسك ْي ٌر‬-ٌٌ‫ص ِد ْيق‬: ْ
ِ ‫ِف ِعيل‬
ُ ُ
ٌ ٌ‫ٌك َّبار‬:‫ف َّعال‬
َ ُ َ
ٌ ٌ‫ ف ُار ْوق‬:‫اع ْول‬ ‫ف‬

Maka kata jika (ٌ‫عالِم‬


َ ) diartikan orang yang pintar, maka kata

(ٌ‫عالَّم‬
َ ) diartikan yang sangat pintar atau orang yang banyak

pengetahuannya.

Contoh na’at dari shighat mubalaghah:

Isim maf’ul adalah isim yang menunjukkan arti sesuatu yang

dijatuhi atau dikenai suatu pekerjaan atau perbuatan. Ada juga

yang mendefinisikan, isim maf’ul adalah isim yang diambil dari

fi’il majhul untuk menunjukkan kepada sesuatu yang menimpa

kepadanya perbuatan.

Wazan isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrad adalah (ٌ‫) َم ْف ُع ْول‬.

Contoh:

ٌ‫ٌ َمقَال‬-ٌٌ‫َمض ُْر ْوبٌ –ٌ َم ْفت ُ ْوح‬

Sedangkan wazan isim maf’ul dari fi’il selain tsulatsi mujarrad

adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan

mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat

dhammah dan difathahkan huruf kedua terakhir.

Contoh:
ْ
ٌ‫ٌ ُم ْس َتغ َفر‬-ٌ‫اف‬
ٌ ‫ض‬َ ‫ُم َك َّرمٌ ٌ–ٌ ُم‬

7
Ketiga isim fa’il di atas diambil dari fi’il mudhari’ berikut:
ُ َ
ٌ‫فٌ–ٌ َي ْس َت ْغ ِف ُر‬
ٌ ‫ُيك ِر ٌُم –ٌ ُي ِض ْي‬

Contoh na’at dari isim maf’ul:


ً ً َ َ ُ ُ
‫َوقولواٌل ُه ٌْمٌق ْو ٌلٌ َم ْع ُروف ٌا‬

ً َ ُ ٌ‫َأ ْ ٌنٌ ُي ْؤ َتى‬


ٌ ‫ص ُح ًف ٌاٌ ُمن َّش َر ٌة‬

• Isim tafdhil

Isim tafdhil adalah isim yang dibentuk dari wazan (ٌ‫ )أ َ ْفعَ ُل‬yang

berfungsi untuk menunjukkan makna lebih dari yang lain.

Contoh na’at dari isim tafdhil:

َ ‫لٌ ْاْل ْف‬


ٌ‫ض ُل‬ َّ ٌ‫َهذَاٌه ٌَُو‬
ٌُ ‫الر ُج‬

ِ َ‫لٌ ْاْلَف‬
ٌ ٌ‫اض ُل‬ ِ ٌ‫َهؤ ََُلءٌٌِهُ ٌُم‬
ٌُ ‫الر َجا‬

Isim yang diakhiri ya nisbah

Ya’ nisbah adalah ya’ bertasydid yang berada di akhir isim

yang menunjukkan makna menyandarkan kepada isim yang

ada ya’ nisabhnya.

Contoh na’at dari isim nisbah :

ُ‫اللُّغَ ٌةٌُا ْلعَ َربِيَّ ٌة‬

ٌ ُ‫سا ِنيَّ ٌة‬ ٌُ ‫ْال ُحقُ ْو‬


ِ ْ ٌ‫ق‬
َ ‫اْل ْن‬

Na’at haqiqi mufrad harus mengikuti man’utnya dalam hal

i’rab (rafa’, nashab dan khafadh), nau’ (mudzakkar dan

muannats), ‘adad (mufrad, mutsanna dan jama’) dan ta’yin

(nakirah dan ma’rifah). Namun, apabila man’utnya berupa

8
jama’ ghair aqil, maka na’atnya boleh mufrad muannats atau

jama’ muannats. Contoh:

ٌُ‫لٌا ْل َعا ِل َيات‬


ٌُ ‫ٌا ْل ِج َبا‬/ٌُ‫لٌا ْل َعا ِل َي ٌة‬
ٌُ ‫ا ْل ِج َبا‬

b. Na’at syibhul jumlah


Na’at yang berbentuk syibhul jumlah bisa berupa zharaf atau jar

majrur. Para pembaca harus teliti ketika membaca sifat dari syibhul

jumlah karena takut tertukar dengan mubtada’ khabar.

Contoh na’at syibhul jumlah:

ٌ‫ا ْل ِع ْل ٌُمٌنُ ْورٌٌفَ ْوقٌٌَنُ ْور‬

ٌِ ‫ص َالةٌٌِفِيٌا ْلبَ ْي‬


ٌ‫ت‬ َّ ‫ص َال ٌة ٌُفِيٌا ْل َمس ِْج ٌِدٌ َخيْرٌٌمِ نٌٌَال‬
َّ ‫ال‬

Syibhul jumlah pada kedua contoh di atas merupakan sifat dari kata

sebelumnya.

c. Na’at jumlah (ismiyah dan fi’liyah)

Apabila na’at berupa jumlah, maka man’utnya harus isim

nakirah. Selain itu, dalam jumlahnya harus ada dhamir yang kembali

kepada man’utnya.

Contoh na’at berupa jumlah :


َ
ٌ‫َهذاٌ َع َم ٌلٌ ُي ِف ْي ُد‬
َ َ َ َ َ
ٌ‫اءٌط ِالبٌٌأ ُب ْو ٌُهٌك ِرْيم‬ ٌ‫ج‬

1) Na’at Sababi

9
Na’at sababi adalah na’at yang menyifati isim yang ada

kaitannya dengan matbu’nya. Dalam na’at sababi, sifat yang ada

tidak menunjukkan sifat pada matbu’nya melainkan kata setelah

na’atnya. Na’at pada na’at sababi harus berupa isim mufrad dan

mengikuti matbu’nya pada hal i’rab (rafa’, nashab dan khafadh) dan

ta’yinnya (nakirah dan ma’rifah) serta mengikuti kata setelahnya

pada hal nau’ (mudzakkar dan muannats).

Contoh na’at sababi :

ُ‫لٌا ْلك َِر ْي ٌُم ٌأَب ُْو ٌه‬


ٌُ ‫الر ُج‬
َّ ٌ‫َجا ٌَء‬

ٌ ‫اضلَةٌٌأ َ ْخ َوات ُ ُه ٌْم‬ َ ٌ‫َجا ٌَء‬


ِ َ‫طا ِلب ُْونٌٌَف‬

ٌ‫ن‬ َ ٌ‫ت‬
ٌَّ ‫طا ِلبَاتٌٌُك َِريْمٌٌإِ ْخ َوانُ ُه‬ ٌْ ‫َجا َء‬

ٌ ‫َم َر ْرتٌٌُبِا ْل َم ْرأَةٌٌِا ْل َج ِم ْيلَ ٌِةٌأ ُ ُّم َها‬

Contoh di atas merupakan contoh na’at sababi. Kata yang berwarna

merah itu merupakan sifat bagi kata setelahnya, walaupun secara

lafdziyyah ikut ke kata sebelumnya.

3. Hukum Na’at dan Man’ut

Dalam bahasa Arab semua tata bahasa ada aturannya, begitu juga

dengan pembahasan na’at dan man’ut. Keduanya adalah sepasang kata yang

harus sama dalam empat hal, yaitu:

a. status i’rabnya.

Misalnya :

َ
ُ‫العادل‬ ‫األم ْي َُر‬
ِ ‫رأيت‬

10
“saya melihat seorang pemimpin yang adil itu”

Antara Na’at dan Man’ut sama-sama manshub (dibaca nashob dengan

tanda nashob fathah).


َ َ َ ُ
‫ذهبت إلى امل ْس ِج ُِد الك ِب ْي ُِر‬
ُ

“saya pergi ke masjid yang besar itu”

Keduanya juga sama-sama majrur (dibaca jer dengan tanda jer kasroh,

karena ada huruf jer sebelumnya)

b. nau’ (mudzakkar-mu’annats atau laki-laki-perempuan). Misalnya :

‫حضر الطالب الناجح‬

“seorang siswa yang rajin itu telah hadir”

Kata ‫ الطالب‬adalah mudzakkar (isim yang menunjukan arti laki laki)

begitu juga dengan Na’at nya keduanya sama-sama mudzakkar

‫حضرت الطالبة الناجحة‬

“seorang siswi yang rajin itu telah hadir”

Antara Na’at dan Man’ut di atas juga sama-sama mu’annats (isim yang

menunjukan arti perempuan).

c. ‘adadnya (jumlahnya) baik isim mufradٌٌ(satu), isim mutsanna (dua) dan

jamak (plural/banyak). Contohnya :

‫جاء الطالب الناجح‬

sama-sama mufrad (berarti satu)

‫جاء الطالبان الناجحان‬

sama-sama bentuk dua (mutsanna) yaitu ‘dua siswa yang rajin’

ُ‫جاء الطلب الناجحون‬

11
sama-sama berbentuk jamak. Yaitu ‘para siswa yang rajin’.

d. makrifat dan nakirahnya (Umum dan Khusus), Misalnya :

ُ‫‘ جاء طالبُ ناجح‬seseorang siswa yang rajin telah tiba’

sama-sama nakirah (ditandai dengan dibaca tanwin) maka keduanya

menunjukan arti yang masih umum.


ُ
ُ‫الناجح‬ ُُ
‫الطالب‬ ‫‘ جاء‬siswa yang rajin itu sudah datang’

sama-sama makrifah (menunjukan arti khusus).

4. Bentuk Na’at

Selain itu na’at ditinjau dari bentuknya juga terbagi menjadi tiga,

yaitu na’at mufrad (satu), jumlah (kalimat) dan syibh al-jumlah (menyerupai

kalimat). Contoh dari na’at mufrad yaitu :

singa adalah hewan yang buas = ُ‫األسد حيوانُ مفترس‬

Kata ‫ مفترس‬adalah Na’at mufrad karena hanya terdiri dari satu kata saja.

Adapun syarat na’at jumlah dan syibhul-jumlah adalah man’utnya (yang

disifatinya) harus berupa nakirah (isim yang menunjukan arti umum).

Contohnya : singa adalah hewan yang bersifat buas = ‫األسد حيوان يفترس‬

Kata ‫ يفترس‬adalah Na’at yang berupa fi’il mudhori (fi’il yang menunjukan

arti sedang atau akan), yang otomatis dia adalah sebuah kalimat karena fi’il

didalamnya sudah ada kata kerja (predikat) dan juga subjek.

Qoiro adalah sebuah kota yang jalanannya luas = ‫القاهرة مدينة شوارعها واسعة‬

Contoh kedua di atas sudah cukup jelas ya, karena yang digaris bawahi di

atas adalah Na’at jumlah (Na’at yang berupa kalimat).

12
Adapun contoh dari na’at syibhul-jumlah adalah:

saya melihat seorang balita ketika ia sedang menangis = ‫أبصرت طفلً عند بكائه‬

Kata ‫ عند بكائه‬adalah merupakan Syibhul-jumlah atau yang menyerupai

kalimat, karena ia sebenarnya adalah rangkaian kata penjelas yang tidak

memiliki susunan predikat dan subjek yang tidak utuh.

Apakah anda tahu perbedaan kedua kalimat di bawah ini?

1. (nakirah) ‫جاء أستاذ يفرح‬

2. (makrifah) ‫جاء األستاذ يفرح‬

Perbedaannya adalah :

Kalimat yang pertama memiliki arti “guru yang bergembira telah datang”

dan kalimat kedua berarti “guru itu datang dengan gembira”. Sudah jelas

bukan perbedaan diantara keduanya?

Kalimat yang pertama, pada kalimat ‫( يفرح‬yafrah) menjadi na’at atau sifat

seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya, karena diawali dengan kata-

kata yang nakirah (bermakna umum) yaitu ‫أستاذ‬. Sedangkan yafrah pada

kalimat terakhir menjadi khal (‫ )حال‬atau menerangkan tentang keadaan guru

tersebut ketika datang. karena diawali dengan kata-kata yang makrifah

(bermakna khusus) yaitu ‫( األستاذ‬tanda makrifatnya adalah terdapat Alif dan

lam di awal kata).

13
B. IDHOFAH

1. Pengertian

Idhafah adalah penyandaran suatu kalimat isim kepada kalimat lain

untuk menunjukkan kepada pengertian yang lebih khusus atau

penggabungan dua kalimat isim yang menyebabkan kalimat isim yang

kedua tersebut dibaca jar selamanya. Kata pertama disebut Mudhaf,

sedangkan kata yang kedua disebut Mudhaf Ilaih. Dalam susunan

kalimatnya, dikenal dengan istilah mudhaf (kata yang disandarkan) dan

mudhaf ilaih (kata yang disandari).

Al-Ustadz Aunur Rofiq Ibn Ghufran menjelaskan dalam bukunya

“Ringkasan Kaidah-kaidah Bahasa Arab”, bahwa idhofah ialah susunan dua

atau lebih isim yang menyebabkan isim kedua harus dibaca jar sebab

disambung dengan isim sebelumnya. Isim yang terletak di awal kata

dinamakan “‫“المضاف‬, di i’rabi sesuai dengan letaknya dalam jumlah

(kalimat), dapat rafa’, nashab, dan jer. di samping itu, sedangkan kata kedua

dinamakan "‫ "مضاف إليه‬yang harus dibaca jar.

Adapun Akhmad Munawari dalam bukunya “Belajar Cepat Tata Bahasa

Arab” pun menjelaskan, Idhofah ilaih adalah penyandaran sebuah kata

kepada kata lainnya sehingga memunculkan pengertian yang lebih

spesifik.definisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa idhofah ialah suatu

susunan dua atau lebih isim yang kata keduanya ( ‫ )المضاف اليه‬harus dibaca

jar sebab disambung atau disandarkan dengan kalimat isim sebelumnya

(‫ )المضاف‬, sehingga memunculkan pengertian yang lebih spesifik. Jadi di

14
dalam idhofah tersebut terdapat sebuah susunan yaitu rangkaian mudhaf

(kalimat yang di sambung) dan mudhaf ‘ilaih (kalimat yang menyambung).

Contoh : Jalan yang lurus ‫م‬


َ ُ ُ
ُ ِ ‫اط امل ْست ِق ْي‬
ُ ‫ِص َر‬

‫ص َراط‬ َ ‫]م‬, dan ‫ الم ْست َ ِقي ِْم‬menjadi Mudhof Ilaih [‫ضاف‬
ِ menjadi Mudhof [‫ضاف‬ َ ‫م‬

‫ ]إلَ ْي ِه‬Perhatikan mudhof di atas [‫]ص َراط‬,


ِ ia berharokat dhommah tanpa tanwin

dan alif lam, karena ketika suatu isim [kata benda] menjadi mudhof maka

tanwinnya harus dibuang dan tidak boleh menggunakan alif lam. Sedangkan

mudhof ilaih nya adalah [‫]الم ْست َ ِقي ِْم‬, kata tersebut berharokat kasroh, karena

sudah menjadi aturan ilmu Nahwu dalam bab i'rob bahwa semua isim yang

menjadi Mudhof ilaih maka ia harus dibaca jar [dan pada contoh di atas

tanda jarnya adalah harokat kasroh].

Secara bahasa, yang dimaksud dengan pengertian idhofah itu sendiri adalah

‫اال ْسنَاد‬
ِ atau “bersandar”, ini karena idhofh terjadi atas dua lafadz dimana

lafadz yang satu disandarkan pada lafadz yang lainnya. Sedangkan

pengertian idhofah menurut ilmu nahwu ialah sebagai berikut :


َ َ ُ ْ ُ َْْ َ َ َْ َ ْ ْ َ َ ْ
‫ب ِلثا ِن ْي ِه َم ُا َج ًّرا ا َب ًدا‬
ُ ‫ِنسبةُ تق ِيي ِديةُ بي ُن شيئي ِ ُن تو ِج‬

Artinya : nisbah taqyidiyyah (pertalian) antara dua perkara (dua isim) yang

menyebabkan isim keduanya berharakat jar.


َُ
Contoh : ‫ = غل ُُم‬Pelayan Zaid

Lafadz ‫ غ َلم‬menjadi mudhaf sedangkan lafadz ‫ زَ يْد‬menjadi mudhaf ilaih.

Idhofah sendiri memiliki tiga makna, yaitu makna min, fii, dan lam.

a. Pengertian idhofah yang memiliki makna min memiliki ciri :

15
َ ْ ْ َ ُ َ ُ َ َُْ َْ
ِ ‫اف ِال ْي ُِه ِجن ًس ُا ِلل ُمض‬
ُ‫اف‬ ُ ‫ا ُن يكو ُن املض‬

Mudhaf ilaihnya sejenis dengan mudhafnya. Contoh :


ُ َ ُ َ
)ٌ‫ = )ث ْو ُبٌخزٌ(ٌث ْوب ٌِم ْنٌخز‬Baju sutera (Baju yang terbuat dari kain sutera)
َ ‫ٌ(ٌبابٌم ْن‬
)ٌ‫ٌساج‬ َ ‫اب ٌَساج‬
ُ ‫ = ) َب‬Pintu kayu (Pintu dari kayu)
ِ
َ
َ ‫ٌحد ْيدٌ(ٌخاتمٌم ْن‬
َ َ
)ٌ‫ٌح ِد ْيد‬ ِ ِ ِ ‫ = )خا ِت ُم‬cincin besi (cincin dari besi)
Ketiga mudhaf ilaih di atas yaitu kata sutera, kayu dan besi merupakan

bahan baku (sejenis) untuk pembuatan baju, pintu dan cincin.

b. Idhafah yang memiliki makna fii memiliki ciri :


َ ْ ً َ َ ُُ ‫ض‬ َ ُ‫َا ْ ُن َي ُك ْو َ ُن امل‬
ِ ‫اف ِال ْي ُِه ظ ْرف ُا ِلل ُمض‬
ُ‫اف‬

Mudhaf ilaihnya jadi zharaf (tempat) bagi mudhaf. Contoh :


َ ‫ض‬
)‫ان‬ َ ‫(ص ْو ُمٌ َر َم‬ َ ‫ص ْو ُمٌ فىٌ َر َم‬
َ ٌ‫ضان‬ َ = Puasa ramadhan (puasa pada bulan
ِ

ramadhan)

c. Idhofh yang memiliki makna lam (kepemilikan) memiliki ciri :


َ ُ َ ُ َ َُ َْ
َ ‫اف م ْل ًك ُا ل ْل ُم‬
ُ‫اف ِال ْي ِه‬
ُِ ‫ض‬ ِ ِ ُ ‫ا ُن يك ْو ُن املض‬
Mudhafnya milik mudhaf ilaih
َ َُ
Contoh : ُ‫ = غل ُُم زْيد‬Pelayan Zaid (pelayan milik Zaid).

Untuk membuat susunan idhofah, ada syarat tertentu yang harus ada

pada mudhaf dan mudhaf ilaih. Adapun syarat mudhaf ialah terbebas

dari al ta’rif (alif dan lam yang mejadikan isim ma’rifat) dan tanwin,

sedangkan syarat mudhaf ilaih adalah harus memilih antara al ta’rif dan

tanwin.

16
Idhofah dalam ilmu nahwu adalah pertalian antara dua isim yang

menyebabkan isim kedua menjadi jar. Idhofah sendiri termasuk

kedalam isim Ma’rifat (Kata Khusus).

Apa saja Isim yang di-idhofahkan kepada isim ma’rifat yang lima?

Idhofah kepada Dhomir, Contoh :

Kata Artinya
ََ
ُ‫قل ُم ُه‬ Pulpen dia (pria)
ََ
‫قل ُم ُه َم ُا‬ Pulpen mereka beruda (pria)
ََ
‫قل ُم ُه ُْم‬ Pulpen mereka (pria)
ََ
‫قل ُم َه ُا‬ Pulpen dia (wanita)
ََ
‫قل ُم ُه َم ُا‬ Pulpen mereka dua (wanita)
ََ
ُ‫قل ُم ُهن‬ Pulpen mereka (wanita)
ََ
ُ‫قل ُم َك‬ Pulpen kamu (pria)
ُ ََ
‫قل ُمك َم ُا‬ Pulpen kalian beruda (pria)
ُ ََ
ُ‫قل ُمك ْم‬ Pulpen kalian (pria)
ََ
ُ‫قل ُم ِك‬ Pulpen kamu (wanita)
ُ ََ
‫قل ُمك َم ُا‬ Pulpen kalian dua (wanita)
ُ ََ
ُ‫قل ُمكن‬ Pulpen kalian (wanita)
ََ
ُ‫قل ِم ْي‬ Pulpen-ku
ََ
‫قل ُم َننا‬ Pulpen Kami

Idhofah kepada Isim Alam

Contoh : ُ‫م زْيد‬


َ ََ
ُُ ‫( قل‬Pulpennya Zaid)

17
Idhofah kepada Isim Isyarah
َ ُ
ِ ‫الر ُج‬
Contoh : ‫ل‬ َ ‫( أمُ هذا‬Ibunya anak laki-laki ini)

Idhofah kepada Isim Mausul


َ ََ
Contoh : ‫ح‬ ُ ُ ‫ي َي ْج ِل‬
ُ ‫س ق ِب‬ ُْ ‫( قل ُُم ال ِذ‬Pulpenya orang sedang duduk itu jelek)

Idhofah kepada Isim yang awali Alif Lam


َْ
Contoh : ‫ل‬ ُ ُ ‫( َب‬Pintu rumah)
ُ ِ ‫اب املن ِز‬

Perlu diperhatikan ketika setiap kata disandarkan kepada isim ma’rifat

yang lima (diatas) maka hal ini menjadikan kepemilikannya khusus

dan jelas.

Sebagaimana telah tertuang di dalam kitab matan Al-Ajurumiyah

‘Imrithy, yang diterjemahkan, yaitu:

‫ف ومخفوض باالضافة وتابع للمخفوض‬


ُ ‫مخفوضة بالحر‬: ‫املخفوضات ثلثة‬

Lafadz-lafadz yang di-jar-kan (dikasrohkan) dapat terdapat terbagi

menjadi tiga, yaitu :

ْ َ‫فِي الف‬
a. Lafadz yang di-jar-kan oleh huruf jar, contoh: ‫ص ِل‬

b. Lafadz yang di-jar-kan dengan idhofah, contoh: ‫ِكت َاب زَ يْد‬

c. Lafadz yang mengikuti lafadz yang di jar-kan (karena menjadi

na’at, athaf, taukid, badal)

Didalam buku Bahasa Arab berjudul “Ringkasan Kaidah-kaidah

Bahasa Arab” karangan ustadz Aunur Rofiq Ibn Ghufran disebutkan

bahwa idhofah adalah suatu susunan dua ataupun lebih isim yang damat

menyebabkan isim kedua tersebut harus dibaca jar sebab disambung

18
dengan isim yang sebelumnya. Kata pertama pada kalimat idhafah

disebut Mudhaf, sedangkan kata yang kedua disebut Mudhaf Ilaih.

Berdasarkan dari susunan kalimat pada idhafah, dikenal dengan istilah

kata yang disandarkan (mudhaf) dan kata yang menjadi sandaran/yang

disandari (mudhaf ilaih).

Disebutkan didalam terjemahan Matan Alfiah Ibnu Malik 81 mengenai

idhafah yaitu:
ُ َ ُ َ َ َ َْ َ ًَ ُ
‫ف كط ْو ُِر ِس ْي َنا‬ ْ ‫ف‬
ُ ‫اح ِذ‬ ُ ‫اب أ ْ ُو ت ْن ِو َين ُا ِمم ُا ُت ِض ْي‬
ُ ‫اإلعر‬
ِ ‫نون ُا ت ِلي‬
“Terhadap Nun yang mengiringi huruf tanda i’rob atau terhadap

Tanwin dari pada kalimah yg dijadikan Mudhaf, maka buanglah!

demikian seperti : THUURI SIINAA’ = Gunung Sinai”


َ ُ ْ َ َ ُْ َ ْ َ َ َْ ْ ْ َ ُْ ْ َ ْ َ
‫اك والل َُم خذا‬
ُ ‫صل ِ ُح إالُ ذ‬ ُ ‫والثا ِن ُي اجر ُر وانو ِم‬
‫ن أ ُو ِفي ِإذا ل ُم ي‬
“Jar-kanlah! lafazh yg kedua (Mudhof Ilaih). Dan mengiralah! makna

MIN atau FIY bilamana tidak pantas kecuali dengan mengira

demikian. Dan mengiralah! makna LAM”


َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َْ َ َ
ُ ‫ص أوُ ُال أ ْ ُو أ ْع ِط ُِه الت ْع ِرْي‬
‫ف ِبال ِذي ت ُل‬ ُ ‫ى ذي ِن‬
ُ ‫ك واخص‬ ُ ‫ِمل ُا ِسو‬
“Pada selain keduanya (selain mengira makna Min atau Fiy). Hukumi

Takhshish bagi lafazh yang pertama (Mudhaf) atau berilah ia hukum

Ta’rif sebab lafazh yg mengiringinya (Mudhaf Ilaih)”

2. Macam-macam Mudhof ‘ilaih

Syaikh Syaraffuddin Yahya al-Imrithiy menyatakan dalam kitabnya

“al-Imrithiy” yang diterjemahkan oleh ahmad sunarto menyatakan, Mudhaf

‘ilaih itu dipecah menjadi tiga, yaitu :

19
a. Ada yang menakdirkan ma’nanya fii.

b. Ada yang menakdirkan ma’nanya laam.

c. Ada yang menakdirkan ma’nanya min.

Maksudnya yaitu, Makna dari Mudhof ilaih itu bisa ditakdirkan menjadi tiga

bagian, yaitu:

• Mudhof ilaih tersebut bermakna fii/‫[ فِي‬di/keterangan tempat atau

waktu], contoh:
ّ ُ
ُ‫مكر الل ِيل‬
ُ (tipudaya malam)

atau jika diartikan secara gamblang menjadi:


ّ
ُ‫( مكرُ في الل ِيل‬tipudaya di malam hari).

• Mudhof tersebut bermakna laam [‫ ِل‬/ kepunyaan/milik], contoh:

ُُ (hambanya Ali)
ُ‫عبد َع ِل ّي‬

atau jika diartikan secara gamblang menjadi:

ُ‫( عبدُ ِل َع ِل ّي‬hamba kepunyaan [milik] Ali).

• Mudhof ilaih tersebut bermakna min/‫[ مِ ْن‬dari], contoh:


ّ ‫ثوب‬
ُ‫خز‬ ُ ُ (baju sutra)

atau jika diartikan secara gamblang menjadi:


ّ ‫( ثوبُ من‬baju dari sutra)
ُ‫خز‬

20
3. Syarat-syarat Mudhaf dan Mudhaf ‘ilaih

Di dalam buku Matan al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy yang

diterjemahkan oleh K.H. Moch. Anwar, diterangkan sebagai berikut :

“Syaratnya mudhaf merupakan hendaknya terbebas dari al ta’rif dan tanwin,

dan kriterianya mudhaf ‘ilaih merupakan hendaknya memilih antara al ta’rif

dan tanwin.”

Contoh :

ُ‫ّللا‬
ِ ‫اب‬ُ َ ‫أت ِك َت‬
ُ ُ ‫قر‬
"Saya membaca Kitab Allah [Qur'an]"
َْ
ُ‫كتاب َع ِل ُّي ِفي املك َت َب ِة‬
ُُ

"Kitab (milik) Ali di perpustakaan"

Keterangan:

Lafadz yang berwarna biru ialah ‫ف‬


ُ ‫مضا‬

Lafadz yang berwarna hijau ialah ‫ف اليه‬


ُ ‫مضا‬

Perhatikan kedua contoh di atas, Mudhof yang berwarna biru, ia tidak

memiliki alif lam dan tanpa tanwin, sedangkan untuk cara membacanya

[kedudukan i'robnya] adalah tergantung kata sebelumnya atau tergantung

kedudukan mudhof tersebut dalam kalimat. contoh pada kalimat pertama,

kata ‫َاب‬
َ ‫ ِكت‬, mudhof tersebut dibaca nashob dengan tandanya yaitu fathah,

karena ia menjadi maf'ul bih, sedangkan pada contoh kedua kata ‫كتاب‬,

mudhof tersebut dibaca rofa' dengan tandanya dhommah ia dibaca rofa'

karena ia menjadi mubtada'.

21
Adapun Mudhof ilaih yang berwarna hijau, ia harus dibaca jar [tanda jar nya

bisa dengan harokat kasroh, huruf yaa, atau harokat fathah, baca

selengkapnya di sini].

Syarat-Syarat Idhafah

Berikut ini merupakan beberapa syarat-syarat idhafah.

a. Tidak Boleh Didahului Alif Lam (‫)أ َ ْل‬

Syarat dari idhafah yang pertama adalah membuang alif lam dari

mudhof. Contoh :

Mudhof ُ‫الر ُس ْو ُل‬

ُُ
Mudhof ilaihi ‫للا‬

b. Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof

Ciri kedua adalah membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof

dalam idhofah.

Contoh:

Mudhof ُ‫ان‬ َ َ
ِ ‫ِكتاب‬
Mudhof ilaihi ‫ُم َحم ُد‬

c. Idhafah Tidak Boleh Di Tanwin

Ciri ketiga dari idhafah adalah tidak boleh ditanwin, namun hanya

berlaku pada Mudhof yang ada didalam idhafah.

Contoh :

Mudhof ُ‫َح ِق ْي ِبة‬

Mudhof ilaihi ‫ُم َحم ُد‬

22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menurut bahasa Na'at adalah menerangkan suatu sifat. Sedangkan menurut

istilah Na'at adalah isim tabi' yang menerangkan sifat dari lafadz yang

diikutinya.semisal contohnya: Budi anak yang rajin = kata rajin pada contoh ini

dinamakan Na'at sedangkan Budi dinamakan man'ut. Naat membahas tentang

pengertian, contoh, pembagian dan jenis.

Idhafah adalah penyandaran suatu kalimat isim kepada kalimat lain untuk

menunjukkan kepada pengertian yang lebih khusus atau penggabungan dua kalimat

isim yang menyebabkan kalimat isim yang kedua tersebut dibaca jar selamanya.

Kata pertama disebut Mudhaf, sedangkan kata yang kedua disebut Mudhaf Ilaih.

Idhofah membahas tentang pengertian syarat-syaratnya dan macam-macam idhofah

23
DAFTAR PUSTAKA

https://hahuwa.blogspot.com/2019/09/pengertian-naat-manut-dan-contohnya.

https://passinggrade.co.id/naat-manut/

http://arabunaa.blogspot.com/2019/07/pengertian-naat-dan-manut-dalam-

ilmu.html

https://www.jumanto.com/naat-sababi-dan-naat-haqiqi/

https://qaritsa.net/pengertian-idhofah-beserta-jenis-dan-contohnya/

https://www.pusatilmupengetahuan.com/pengertian-idhafah-dan-syarat-syaratnya/

http://arabunaa.blogspot.com/2019/10/pengertian-idhofah-dalam-ilmu-

nahwu.html?m=1Pengertian Idhafah

https://adinawas.com/pengertian-idhofah-dalam-bahasa-arab.htmlPengertian

Idhofah Dalam Bahasa Arab

24

Anda mungkin juga menyukai