A. Pendahuluan
Dalam kajian ilmu nahwu terdapat satu topik tentang maf’ul (objek).
Maf’ul ini bermacam-macam, yaitu maf’ul bih, maf’ul fih, maf’ul ma’ah,
maf’ul muthlaq, dan maf’ul li ajlih. Dalam kajian ini hanya akan
memfokuskan pada masalah maf’ul li ajlih. Masalah yang akan dikaji
tentang maf’ul li ajlih ini :
1. Apakah pengertian al-maf’ul li ajlih ?
2. Bagaimana persyaratan al-maf’ul li ajlih ?
3. Apakah semua mashdar tepat menjadi al-maf’ul li Ajlih ?
4. Apakah semua fi’il dapat menjadi Amil al-Maf’ul li Ajlih ?
5. Bagaimana hukum al-maf’ul li ajlih dari segi i’rab ?
6. Bagaimana hukum al-maf’ul li ajlih dari segi posisinya dalam struktur
kalimat ?
B. Pembahasah
1. Pengertian
1
)املفعول من أجهلdan al-maf’ul lah ( املفعول
disebut juga al-Maf’ul min ajlih (
)هل, yang merupakan jawaban dari pertanyaan ( ملlima : mengapa ?) atau ملاذا
(limadza: karena apa ?)1
2. Persyaratan
Contoh :
أقرأ حبا يف القراءة
Aku membaca karena hoby pada bacaan.
1
Lihat juga Fathu Rabbi al-Bariyyah fi Syarhi Nazhmi al-Ajrumiyyah, hlm. 609
2
(ana aqra’u : aku membaca) dan ( أان أحبana uhibbu : aku berhoby).
Contoh dalam al-Qur’an :
ِ َ ات
)562 :اّلل (البقرة ِ يُ ْن ِف ُقون أ ْمواله ُُم ابْ ِتغاء م ْرض
“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridaan Allah” (QS. 2 : 265)
3
( إكرامikram : penghormatan) merupakan mashdar yang menjelaskan sebab,
waktu dan terjadinya perbuatan sama, tetapi subjek (sarra : senang) adalah
( اتءta’ al-mutakallim : ta’ pronomina persona orang I), sedangkan subjek
dalam arti subjek maknawi, untuk ( إكرامikram : penghormatan) adalah
6
4. Al-‘Amilu fi al-Maf’uli li Ajlih (yang Memfungsikan Maf’ul li
Ajlih)
7
5.1. Hukum asal maf’ul li ajlih adalah nashab, dan wajib nashab
apabila mujarrad (tidak terdapat) أل (al) ( التعريفat-ta’rif :
devinitif) dan ( اإلضافةal-idhafah : konstruksi genitif). Contoh:
وقفت للمعمل إجالال
Aku berhenti untuk (karena) menghormati guru
سافرت رغبة يف الاس تجامم
Aku bepergian untuk (karena) kegemaran rekreasi
ِّ رض ُب ع ْن ُ ُك
)2 :اذل ْكر ص ْف ًحا (الزخرف ِ ْ أفن
“Maka apakah Kami akan berhenti
untuk menurunkan peringatan (Al Qur'an) kepadamu?”
(QS. Az-Zukhruf, 43 : 5)
َ وال ت ُ ْم ِس ُكوه
)532 :ُن ِِض ًارا ِلت ْعت ُدوا (البقرة
“Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudaratan,
karena dengan demikian kamu menganiaya mereka.”
(QS. Al-Baqarah :, 2 : 231)
8
5.2. Dalam kondisi mu’arrif dengan أل (al) ( التعريفat-ta’rif :
devinitif) dan penisbahannya, maka hukumnya majrur apabila
mendapat awalan (prefiks) huruf (partikel) jar. Contoh :
Tetapi boleh juga nashab apabila tidak terdapat huruf (partikel) jar,
sehingga tuturannya :
ذهبنا إىل الريف الاس تجامم
Kami pergi ke pedesaan untuk rekreasi
5.3. Dalam kondisi mudhaf (konstruksi genitif); dalam hal ini boleh
nashab dan boleh jar. Contoh :
Boleh dituturkan :
تأىن املتسابق يف تالوته خلش ية الوقوع يف اخلطأ
Peserta lomba pelan-pelan penuh kecermatan dalam bacaannya
karena takut mengalami kesalahan
ِ َ ل ْو أ ْنزلْنا هذا الْ ُق ْرآن عل جبل لرأيْت ُه خ ِاش ًعا ُمتص ِّدعًا ِم ْن خ ْش ي ِة
اّلل
)52 :(احلرش
9
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena
takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat
untuk manusia supaya mereka berpikir.”(QS. Al-Hasyr, 59 : 21)
ِ َ ات
)562 :اّلل (البقرة ِ يُ ْن ِف ُقون أ ْمواله ُُم ابْ ِتغاء م ْرض
“orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridaan Allah.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 265)
Boleh dituturkan :
10
لطلب الاستشفاء سافرت إىل مرص
Untuk (karena) mencari pengobatan, aku pergi ke Mesir
11
ي أ َُّيا َ ِاذلين آمنُوا إ ِْن جاء ُ ْك ف ِاس مق بِنبإ فتبيَنُوا أ ْن ت ُِصي ُبوا ق ْو ًما ِِبهال
)6 :(احلجرات
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, karena kamu
takut menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya” (QS. Al-Hujurat, 49 : 6)
وال ْجته ُروا ُهل ِابلْق ْو ِل كجهْ ِر ب ْع ِض ُ ْك ِلب ْعض أ ْن ْحتبط أ ْْعالُ ُ ْك
)5 :(احلجرات
“dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras
sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap
sebahagian yang lain, karena kamu takut hapus (pahala) amalanmu”
(QS. Al-Hujurat, 49 : 2)
C. Kesimpulan
12
REFERENSI :
Ahmad bin Umar al-Hazimi, Fathu Rabbi al-Bariyyah fi Syarhi Nazhmi al-
Ajrumiyyah
An-Nahwu al-Wafi
At-Tahrir wa at-Tanwir
13