Anda di halaman 1dari 9

KAANA WA AKHWATUHA

MAKALAH

Penyusun:

Firdaus Diaz NIM 21101014

Putri Wulandari NIM 21101018

PROGRAM STUDI AGAMA AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah emberikan rahmat, dan hidayah-Nya
berupa kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa
Arab tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam tak lupa tercurahkan untuk
Nabi Muhammad SAW yang membawa umat dari zaman kegelapan menuju zaman
terang benderang.

Makalah berjudul “Kaana Wa Akhwatuha” ini dituluis dapat diselesaikan dengan


bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang Kaana Wa Akhwatuha dapat
menjadi referensi untuk memahami kedudukan dan peranan hadits serta fungsi dan
bahayanya jika meinggalkan hadits dan sunnah nabi.

Kami selaku penulis menyadari bahwa penyusunan akalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan. Demi
kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kediri, 6 desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Sampul................................................................................................................................1

Kata Pengantar....................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

A. Pendahuluan.................................................................................................................4

1. Latar Belakang..........................................................................................................4

2. Masalah dan Topik Bahasan.....................................................................................4

3. Tujuan.......................................................................................................................4

B. Pembahasan..................................................................................................................5

C. Penutup.........................................................................................................................8

1. Kesimpulan...............................................................................................................8

Daftar Rujukan....................................................................................................................9

3
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu nahwu  merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita dalam 
berbahasa arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman umat
islam di dunia. Serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji kitab-kitab karangan
para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu nahwu dan shorof kalau kita
ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita gunakan untuk menuju ke sebuah
pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu  tersebut kita tidak akan dapat menuju ke
sebuah pulau tersebut, sama halnya apabila kita tidak tahu tentang ilmu  alat (nahwu
dan shorof) kita tidak akan bisa memahami al-Quran dan Hadits secara baik dan benar.
Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang sangat penting  sekali bagi kita
semua sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari konteks arab.
Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu tentang
Kaana dan Saudara-saudaranya.
2. Masalah dan Topik Bahasan
a.Apakah pengertian Kaana dan Akhwatnya?
b.
Apa saja yang termasuk Akhwatnya Kaana?
c.Bagaimanakah amalnya Kaana dan Akhwatnya?
3. Tujuan
a.Untuk Mengetahui pengertian Kaana dan Akhwatnya.
b. Untuk mengetahui macam-macam Akhwatnya Kanaa.
c.Untuk mengetahui cara mengamal Kaana dan akhwatnya.

4
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kaana Wa Akhwatuha
Bagian pertama dari nawasikh ibtida, ialah kaana dan akhwatnya. Kemudian
perlu diketahui, bahwa mubtada itu kadang-kadang dinasakh oleh fiil kaana,
zhonna, Inna beserta akhwatnya masing-masing.

Kaana dan akhwatnya merupakan salah satu dari amil nawasikh. Amil nawasikh
ialah amil baik fiil maupun huruf yang merusak susunan jumlah ismiyah.
Menurut kesepakatan ahli nahwu kaana dan saudara-saudaranya merupakan fiil,
kecuali lafadz laisa. Kebanyakan ahli nahwu berpendapat bahwa laisa adalah fiil. Akan
tetapi al farisi dan Abu Bakar ibnu Syukair mengatakan bahwa laisa adalah huruf.
2. Macam-macam dalam Kaana Wa Akhwatuha

‫زَال بَ ِر َحا‬
َ ‫ْس‬ َ ‫صا َر لَي‬ َ ‫ اَ ْم َسى َو‬ #  ‫َك َكانَ ظَ َّل بَاتَ اَضْ َحى اَصْ بَ َحا‬
‫ لِ ِش ْب ِه نَ ْف ٍي اَوْ لِنَ ْف ِي ُم ْتبَ َع ْه‬ #  ‫ك َوهَ ِذى ااْل َرْ بَ َع ْه‬
َ َ‫فَتِ َئ َوا ْنف‬
ِ ‫ َكا َ ْع ِط َما ُد ْمتَ ُم‬ #  ‫َو ِم ْث ُل َكانَ دَا َم َم ْسبُوْ قًا بِ َما‬
‫ص ْيبًا ِدرْ هَ َما‬
Menyamai kaana dalam pengamalannya lafaz zhalla, baata, adhha, ashbaha,
amsa, shara, laisa, zaala, bariha.
Fatia, infakka, empat lafaz (yang terakhir) ini disyaratkan diikuti dengan nafi atau
serupa nafi
Dan menyamai kaana yaitu lafaz daama dengan didahului maa masdariyah
dzorfiyah, seperti lafaz “A’thi maa dhumta mushiiban dirhaman”.
a. Zhalla, bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada siang
hari. Contoh:
َ ‫ظَ َّل زَ ْي ٌد‬
‫صائِ ًما‬
“siang hari zaid puasa”
b. Baata, bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada malam
hari. Contoh:
َ ‫بَاتَ زَ ْي ٌد‬
‫سا ِه ًرا‬
“malam hari zaid sahur”
c. Adh-ha, bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada
waktu dhuha. contoh:

5
‫ض َحى َز ْي ٌد َذا ِهبًا‬
ْ َ‫ا‬
“waktu dhuha zaid pergi”
d. Ashbaha, bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada
waktu pagi. Contoh:
َ ‫صبَ َح ْالبَ ْر ُد‬
‫ش ِد ْيدًا‬ ْ َ‫ا‬
“waktu shubuh dingin sekali”
e. Amsa, bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu
sore hari. Contoh:
َ ‫اَ ْم‬
‫سى زَ ْي ٌد َرا ِج ًعا‬
“sore hari zaid pulang”
f. Shara, bermakna perpindahan dari suatu keadaan ke keadaan lain.
‫صا َر زَ ْي ٌد َعاِل ًما‬
َ
“zaid menjadi orang yang alim”
g. Laisa, bermakna bukan atau tidak. Contoh:
َ ‫س َز ْي ٌد‬
‫طبِ ْيبًا‬ َ ‫لَ ْي‬
“zaid bukan dokter”
h. Ma Zaala, bermakna senantiasa atau masih. Contoh:
‫َما َزا َل زَ ْي ٌد قَائِ ًما‬
“zaid masih berdiri”
i. Ma Bariha, bermakna senantiasa atau masih. Contoh:
َ ‫َمابَ ِر َح زَ ْي ٌد‬
‫صائِ ًما‬
“zaid masih puasa”
j. Ma Fatia, bermakna senantiasa atau masih. Contoh:
ْ ‫ َمافَتِ َئ َز ْي ٌد فِى ْال َم‬ 
‫س ِج ِد‬
“zaid masih di mesjid”
k. Ma Infaka, bermakna senantiasa atau masih. Contoh:
‫َمابَ ِر َح َز ْي ٌد ُمقِ ْي ًما‬
“zaid masih bermuqim”
l. Ma Daama, bermakna tetap dan terus menerus. Contoh:
‫ص ْيبًا ِد ْر َه َما‬ ِ ‫اَع‬
ِ ‫ْط َما ُد ْمتَ ُم‬
“berilah selagi kamu masih tetap memperoleh dirham”

6
3. Cara Mengamal Kaana Wa Akhwatuha

ِ ‫ تَ ْن‬ #  ‫لخبَ ْر‬


َ َ‫صبُهُ َك َكان‬
‫سيِّدًا ُع َم ْر‬ ْ ‫ت َْرفَ ُع َكانَ ْال ُم ْبتَدَا ا‬
َ ‫س ًما َو ْا‬
Kaana merafakan mubtada sebagai isimnya, dan khabarnya di nashab-kan
olehnya seperti “Kaana sayyidan Umar”
Kaana dapat merafakan mubtada dan menashab-kan khabarnya mubtada, yang di-
rafa-kannya dinamakan sebagai isimnya, dan yang dinashab-kannya dinamakan sebagai
khabar-nya.
َ َ‫“ َكان‬umar adalah sayyid”
Seperti lafaz  ‫سيِّدًا ُع َم ْر‬
Mengenai amalnya Kaana dan akhwatnya terbagi dua macam:
1. Yang bisa beramal tanpa syarat, ialah:
َ ‫صا َر لَ ْي‬
‫س‬ َ ‫ اَ ْم‬ #  ‫صبَ َحا‬
َ ‫سى َو‬ ْ َ‫ َك َكانَ ظَ َّل بَاتَ ا‬. . . .
ْ َ‫ض َحى ا‬
1.    ‫كان‬
2.    ‫بات‬
3.    ‫ظل‬
4.    ‫اضحى‬
5.    ‫اصبح‬
6.    ‫امسى‬
7.    ‫صار‬
8.    ‫ليس‬
2. Yang bisa beramal dengan syarat sebagai berikut:
a. Didahului dengan lafadz naafi atau syibih naafi, ialah:
. . . .‫َزا َل بَ ِر َحا‬
ِ ِ‫ ل‬ #  ‫فَتِ َئ َوا ْنفَ َك َو َه ِذى ااْل َ ْربَ َع ْه‬               
‫ش ْب ِه نَ ْف ٍي اَ ْو لِنَ ْف ِي ُم ْتبَ َع ْه‬
1.    ‫زَ ال‬
2.    ‫بَ ِر َح‬
3.    ‫فَتِ َئ‬
4.    ‫ا ْنفَ َك‬
b. Didahului oleh maa masdariyah zhorfiyah, ialah:
ْ ‫َو ِم ْث ُل َكانَ دَا َم َم‬
ِ ‫ َكا َ ْع ِط َما ُد ْمتَ ُم‬ #  ‫سبُ ْوقًا بِ َما‬
َ‫ص ْيبًا ِد ْره‬
4. ‫دَا َم‬

7
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Kaana dan akhwatnya merupakan salah satu dari amil nawasikh, yaitu amil yang
dapat merusak susunan jumlah ismiyah.
b. Kaana dan akhwatnya amalnya yaitu merafakan mubtada yang menjadi isimnya, dan
menashabkan khabar mubtada yang menjadi khabarnya
c. Amalnya Kaana dan akhwatnya terbagi dua macam, yaitu:
1. Bisa beramal tanpa syarat, yaitu: Kaana, Zhalla, Baata, Adh-ha, Ashbaha, Amsa,
Shara, dan Laisa
2. Bisa beramal dengan syarat, yaitu:
a. Harus didahului dengan lafadz naafi atau syibih naafi, yaitu: Zaala, Bariha,
Fatia, dan Infaka.
b. Harus didahului oleh maa masdariyah zhorfiyah, yaitu: Daama

8
DAFTAR RUJUKAN

Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Alfiyah  Syarah Ibnu Aqil, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010.
Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif, 1972.
Shofwan, M. Sholihuddin, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik, Jombang: Darul Hikmah, 2007.

Anda mungkin juga menyukai