Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AL-HAQIQATU WAL MAJAZ

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terinstruktur Dalam Mata Kuliah

ilmu bayan dan bad’

OLEH :

KELOMPOK 1

MUHARDELI MELIANA 2218031

PUTRI DIANA 2218036

SUKMA AYNI PUTRI 2218022

DOSEN PENGAMPU : ABDURRAHMAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BUKITTINGGI

2020
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhana wa Ta’ala yang telah
memberikan kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa keberhasilan menyusun makalah ini tidak lepas dari bimbingan,
motivasi serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada
ustadz Abdurrahman.

Shalawat beriring salam senantiasa kita hadiahkan kepada junjungan alam


Nabi besar Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam yang telah membawa kita dari
alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang yang disinari dengan
akhlak yang mulia, yang semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak.
Aamiin.

Adapun pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Ilmu Bayan
wal Badi’ dengan judul “Al haqiqotu wal majaz”. Kami menyadari masih banyak
keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Taram, 13 Oktober 2020

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Ilmu Bayan merupakan bagian dari ilmu Balaghoh yaitu yang


mempelajari tentang cara atau metode pengungkapan bahasa yang indah dan
ungkapan yang fasih sesuai dengan tempat dan keadaan lawan bicara.
Sehingga seseorang sampai pada tujuan yang hendak dicapai.

Ilmu bayan dapat diungkapkan dengan tiga macam bentuk yaitu


tasybih atau kata perbandingan, majaz atau kata yang digunakan dengan
makna pragmatik atau atau bukan untuk makna hakiki, tetapi ada makna yang
tersirat. Kinayah merupakan sindiran atau simbol menampilkan kata yang
tidak fulgar, lebih mengedepankan makna yang emplisit.

Karna itulah mempelajari tentang al haqiqatu wal majaz sangat lah


penting dalam kajian balaghah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian haqiqah dan majaz ?


2. Apa saja jenis-jenis dari majaz?
3. Apakah majaz dalam bahasa arab sam dengan majaz dalam bahasa
indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar kita mengetahui apa pengertian haqiqah dan majaz


2. Agar kita mengetahui apa saja jenis-jenis dari majaz
3. Agar kita mengetahui apakah majaz dalam bahasa arab sam dengan majaz
dalam bahasa indonesia
A. Pengertian Al Haqiqoh Wal Majaz

‫الحقيقة اللغوية هي الكالمة المستعملية فى المعن الذي وضعت له‬

Hakikat yaitu kata yang dipakai untuk menunjukan arti yang tertentu
(makna asli). Contoh: kata ‫ أسد‬pada kalimat (‫( )رأيت أسدا في غابة‬saya melihat
singa dihutan). Maka singa dalam kalimat ini adalah asli pada lafaz ‫أسد‬

‫الحقيقة العقلية بأن أسند اللفظ إلى ماحقه أن يسند إليه او أستاذ الفعل إلى تيئ‬

Yaitu menyandarkan lafaz yang sebenarnya, atau menyandarkan fi’il


pada fa’il. Contoh:

‫أنضج هللا الثمر‬

( Allah yang menjadikan buah itu matang).

Lafaz ‫ انضج‬disandarkan kepada Allah, karena ‫ انضج‬adalah fi’il. Sedangkan ‫هللا‬


adalah fa’Il.

‫الكامة الستعملة في غيراؼلمعن التى وضعت له لعال قة‬

‫بٌن اؼبعن االوؿ والثاف مع قرينة ـ نعة من اذادة اؼبعن‬


‫االضل‬

Majaz yaitu kata yang dipakai bukan pada makna yang seharusnya
diletakkan untuk kalimat itu. Karena adanya hubungan antara makna yang
pertama dan yang kedua yang disertai dengan tanda atau petenjuk yang
mencegah menggunakan makna aslinya.

Contoh:

‫رأيت أسدا على فرس‬

( Saya melihat di atas kuda).

Lafaz ‫ أسد‬dalam kalimat majaz ini tidak asli, yaitu orang yang berani.
Petunjuk yang mencegah dari makna aslinya ‫ على فرس‬,karena sebenarnya tidak
mungkin berada di atas kuda. Hubungan antar singa dengan orang yang berani
adalah karena keduanya sama-sama berani.
‫ا العقلى هو اسناد الفعل او ما فى معناه إلى غير ماحقه أن يسند إليه لعالقة عن أنتكون االسناد‬
‫إلى ماهوكه‬

Yaitu menyandarkan fi’il atau yang menunjukan makna pada suatu


yang bukan haknya untuk disandarkan dan diisnatkan, yang demikian ini
karena adanya alaqoh antara yang hakiki dan majaz, serta qorinah yang
mencegah kita untuk memahami isnad yang hakiki.

Contoh:

‫بنى ورير التربية والتعليم المدارس‬

(Menteri pendidikan dan Kebudayaan membangun sekolah.).

Isnad ‫ بــنى‬kepada ‫ ورير‬fa’ilnya tidak pada makna yang sebenarnya,


karena tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab yang membangun adalah para
pekerja. Jadi, dalam contoh ini adalah majaz.

B. Macam-Macam Majaz

Majas pada garis besarnya ada dua jenis, yaitu: majaz lughowi dan majas aqli.
Majaz lughowi adalah majaz yang ‘alaqahnya ditinjau dari aspek bahasa. Sedangkan
majaz ‘aqli adalah penisbatan suatu kata fi’il (kata kerja) kepada fa’il yang tidak
sebenarnya.

1. Majaz lughowi adalah salah satu jenis majaz yang ‘illahnya di dasarkan pada
aspek bahasa. Majaz ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu: majaz isti’arah dan majaz
mursal.

• Majaz Mursal

Majaz mursal ialah majaz yang ‘alaqahnya ghair musyabbahah (tidak saling
menyerupai). ‘Alaqah antara musta’ar minhu-nya dalam bentuk hal-hal berikut ini:

a. Sababiyyah (‫ )سببية‬Sababiyyah adalah salah satu indikator majaz mursal. Pada


majaz ini indikatornya adalah: ‫ إطالق السبب وإرادة المسبب‬Artinya: “Menyebutkan sebab
sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah sesuatu yang disebabkan.” Contoh: ‫عظمت يد‬
‫ فالن عندى‬Artinya: “Sesungguhnya besar tangan si Fulan di sisiku.” Pada ungkapan
majaz tersebut yang disebut adalah kata” ‫“ يد‬, sedangkan yang dimaksud adalah “‫”النعم‬
yakni nikmat yang disebabkan oleh tangan.

b. Musababiyah(‫ )المســــببية‬Indikator kedua untuk majaz mursal adalah


musababiyah. Pengertian musababiyah adalah: ‫ إطالق المســبب وإرادة الســبب‬Artinya: “
Menyebutkan sesuatu yang disebabkan, sedangkan yang dimaksud adalah sebabnya.”
Contoh: ‫ أمطرت السماء نباتا‬Artinya: “ Langit mengucurkan tanaman.” Pada ungkapan
majaz di atas disebutkan akibatnya yaitu “‫”نباتا‬. Sedangkan yang dimaksudkannya
adalah “‫”الماء‬

. c. Juziyyah (‫ )جزئية‬Konsep juzziyah sebagai indicator majaz mursal adalah:


‫ إطالق الجــزء وإرادة الكل‬Artinya: ”Menyebutkan bagian dari sesuatu, sedangkan yang
dimaksudkannya adalah keseluruhannya.” Contoh: ‫ أرسلت العيون لتطلع أحوال العدو‬Artinya:
“Saya mengirim mata-mata untuk mengamati keadaan musuh.” Istilah juziyyah
dalam linguistic umum disebut majaz pars prototo.

d. Kuliyyah (‫ )كلية‬Kuliyyah sebagai indicator majaz mursal dalam ilmu balaghoh


di definisikan sebagai: ‫ إطالق الكــــل وإرادة الجــــزء‬Artinya: “Menyebutkan sesuatu
keseluruhannya sedangkan yang dimaksudkannya adalah sebagiannya.” Majaz mursal
jenis ini dalam linguistic umum disebut dengan istilah majaz Tootem Proparte.

e. I’tibaru ma Kaana (‫ )اعتبار ما كان‬I’tibaru ma kaana sebagai salah satu indicator


majaz mursal adalah menyebutkan sesuatu yang telah terjadi, sedangkan yang
dimaksudkannya adalah yang akan terjadi atau yang belum terjadi. Contoh: ‫واتوا اليتامى‬
‫ “ أموالهم‬Dan berikanlah kepada anak yatim harta benda mereka.” Pada potongan ayat
di atas terdapat kata “‫( ”اليتــامى‬anak yatim ). Maksud yang sebenarnya adalah
“Berikanlah harta itu kepada anak yatim ketika mereka sudah dewasa” . Disebutkan
kata “‫ ”اليتامى‬yaitu keadaan masa yang sudah lalu, tetapi yang dimaksud adalah masa
berikutnya yaitu ketika anak itu sudah dewasa. Karena selama masa kecil (anak yatim
) tidak boleh menguasai harta benda itu.
f. I’tabaru ma yakunu(‫ )اعتبار ما يكون‬I’tabaru mayakunu adalah salah satu indicator
majaz mursal yang bentuknya berupa menyebutkan sesuatu dengan keadaan yang
akan terjadi, sedangkan yang dimaksudkannya adalah keadaan sebelumnya.(‫اطالق‬
‫ )مايكون وإرادة ماكــان‬Contoh: ‫“ ودخــل معــه السـجن فتيــان قـال أحــدهما إني أرانى أعصــر خمـرا‬Kedua
pemuda itu masuk kedalam penjara. Salah seorang dari mereka berkata, aku melihat
dalam mimpi bahwa aku memeras arak.”

g. Mahaliyyah(‫ )محلية‬Mahaliyyah sebagai indicator majaz mursal adalah


menyebutkan tempat sesuatu, sedangkan yang dimasudkannya adalah yang
menempatinya. (‫ )إطالق المحل وإرادة الحال‬Contoh: ‫ قـرر المجلس ذلك‬Artinya: “Majlis telah
memutuskan demikian.” Secara leterlek yang memutuskan adalah majlis, sedangkan
yang dimaksudkannya adalah orang-orang yang menempati majlis.

h. Haliyyah (‫ )حالية‬Haliyah sebagai indikakor majaz mursal adalah menyebutkan


keadaan sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang menempatinya. (‫إطالق‬
‫ )الحال إرادة المحل‬Contoh: ‫وأما الذين ابيضت وجوههم ففى رحمة هللا هم فيها خالدون‬. Artinya: “Dan
orang-orang yang wajahnya putih, mereka ada di dalam rahmat Allah. Mereka kekal
di dalamnya.” (QS. Ali Imron: 107) Pada ayat di atas terdapat ungkapan “‫”ففى رحمة‬,
sedangkan yang dimaksudkannya adalah tempatnya, yaitu syurga yang didalamnya
ada rahmat.

i. Aliyah (‫ )ألية‬Aliyah sebagai salah satu indicator majaz mursal adalah apabila
disebutkan alatnya, sedangkan yang dimaksudkannya adalah sesuatu yang dihasilkan
oleh alat tersebut. Contoh: ‫ ووهبنالهم من رحمتنا وجعلنا لهم لسان صدق عليا‬Artinya: “Dan kami
anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka
buat tutur yang baik dan mulia.” (QS. Maryam: 50)Pada ayat di atas terdapat
ungkapan “‫”لسان صدق‬. Secara leksikal ungkapan tersebut bermakna “lisan yang jujur”.
Sedangkan maksudnya adalah bahasa yang jujur atau baik. Penggunaan alat ‫لســان‬
untuk maksud ‫ اللغة‬dinamakan majaz mursal.

• Majaz Isti’aroh Adalah : Majaz yang keterkaitan makna Aslinya dengan makna
yang digunakan, itu ada keserupaan. Seperti Firman Allah SWT :
‫ﺕـ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨُّﻮْ ِﺭ‬ ُّ ‫ﺎﺱ ِﻣ َـﻦ‬
ِ ‫ﺍﻟﻈﻠُ َﻤﺎ‬ ‫ﺝ ﺍﻟﻨَّ َـ‬
‫ﺘﺨ ِﺮ َـ‬ ‫َﺎﺏ ﺃ ْﻧ َﺰ ْﻟﻨَﺎﻩُـ ﺇﻟَ ْﻴ َـ‬
ْ ِ‫ﻚ ﻟ‬ ‫“ ِﻛﺘ ٌـ‬Ini adalah Kitab yang telah Kami
turunkan kepadamu supaya engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan
(Kesesatan) menuju Cahaya (Hidayah) .( S. Ibrahim : 1)

2. Majaz ‘Aqli

Majaz aqli adalah menyandarkan fi’il (kata kerja) atau yang semakna dengannya
kepada yang bukan seharusnya karena ada ‘alaqah (hubungan) serta adanya Qorinah
yang mencegah dari penyandaran yang sebenarnya. Penyandaran fi’il atau yang
semakna dengannya dilakukan kepada sebabnya, waktunya, tempatnya, masdarnya,
mabni fa’il kepada maf’ul, dan mabni maf’ul kepada fa’il. Berikut contoh-contoh
yang mengandung majaz aqli.

a. Penyandaran fi’il kepada sebab Contoh: 1 . ‫بنى عمـرو ابن العـاص مدينـةـ فصـطاط‬
Artinya: “Amr bin Ash membangun kota Fushat.” 2. ‫ وقد كان‬# ‫ويمشى به العكاز في الدير تائبا‬
‫ يــأبى مشــيى أشــقر أجــرد‬Artinya : “Tongkat yang bermata lembing itu berjalan-jalan
dirumah pendeta bersamanya untuk berobat. Padahal semula ia tidak rela melihat
larinya kuda blonde yang pendek larinya.” Pada kedua contoh diatas terdapat
ungkapan majaz aqli. Pada contoh pertama, terjadi penisbatn kata kerja “‫ ”بنى‬kepada
‫عمــرو ابن العــاص‬, yang bukan sebenarnya. Yang membangun kota Fusthath yang
sebenarnya adalah para insinyur dan para pekerja. Namun demikian, Amr bin Ash
adalah orang yang memerintahkan pembangunan kota tersebut. ‘Alaqoh antara
musnad dan musnad ilaihnya adalah sababiyah. Demikian juda penisbatan jalan
kepada tongkat termasuk kategori majaz aqli.

b. Penisbatan kepada waktu Contoh : ‫ نهار الزاهد صائم و ليله قائم‬Artinya: “Seorang
Zahid itu siangnya berpuasa, sedangkan malamnya shalat.” Pada contoh diatas shaum
dinisbatkan kepada siang, dan shalat malam dinisbatkan pada malam. Ini juga
sebenarnya penisbatan yang tidak tepat. Namun demikian antara hal-hal tersebut
terdapat ‘alaqoh, yaitu penisbatan pada waktu.
c. Penisbatan kepada tempat ‫ ازدحمت شوارع القاهرة‬Artinya: “Jalan-jalan di Kairo
padat.”

d. Penisbatan kepada masdar ‫ ج ّد ج ّد ك و ك ّد ك ّدك‬Artinya: “Bersungguhsungguhlah


dan bersusah payahlah.”

e. Mabni maf’ul disandarkan kepada isim fa’il ‫ حجابــا مســتورا‬Artinya: “Suatu


dinding yang tertutup.” f. Mabni fa’il kepada isim maf’ul ّ ‫ إنه كان وعده مأتيـا‬Artinya:
“Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.”

C. MAJAZ ARAB DAN INDONESIA

A. Persamaan dan Perbedaan Bentuk Majaz dalam Arab – Indonesia


Secara umum, majaz dalam bahasa Arab dan Majas dalam bahasa Indonesia
memiliki kesamaan dalam makna secara umum, dimana gaya bahasa tindak tutur
yang dijadikan pijakan dalam mengolah perkataan dengan maksud tertentu.
Penggunaan istilah majaz pada mulanya merupakan pernyataan singkat yang
dilakukan oleh masyarakat pengguna bahasa untuk memperpadat makna ungkapan
dengan penuturan yang singkat dengan fokus utama pemaknaan pada kandungan al-
Qur’an al-Karim yang memperkuat posisi majaz dalam bahasa Sastra Arab.
Dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah majas yang merupakan gaya
bahasa murni yang dituturkan oleh masyarakat Indonesia dengan maksud
mengungkapkan sebuah makna yang luas dengan menggunakan tuturan yang singkat
dan padat untuk lebih memberikan kesan yang sangat dalam. Beberapa persamaan
dan perbedaan latar belakang munculnya majaz dan majas antara kedua bahasa
tersebut, maka sebagian pembagian pada dua bahasa tersebut ada yang pada dasarnya
sama, namun juga sebagian tidak terdapat persamaan. Persamaan makna dan
ungkapan antara dua bahasa tersebut akan berimplikasi pada kemudahan dalam
memahami ilmu bayan tersebut karena berkaitan langsung dengan keadaan
mahasiswa.
Pengkajian Majaz dalam Ilmu Bayan, terdapat banyak perbedaan antara majaz
Arab dengan Majas Indonesia khususnya baik dari penentuan garis besar pembagian
wilayah majaz maupun bagian-bagian yang secara terpisah ada dalam pembahasan
tema lain seperti halnya dalam kaidah Nahwiyah dan juga dalam pembahasan Ilmu
Ma’ani dan Badi’. Demikian juga dalam majas bahasa Indonesia yang membaginya
menjadi 4 yaitu majas perbandingan, sindiran, penegasan dan pertentangan.
Adapun dalam bahasa Arab, Majaz termasuk bagian dari Ilmu Bayan yang
menjadi salah satu macam dari beberapa macam seperti Tasybih (yang merupakan
fondasi terbentuknya majaz) dan kinayah. Tiga pembahasan ilmu Bayan ini secara
umum hanya mempersoalkan wilayah makna Hakiki dan Majazi. Seperti halnya
Tasybih (Persamaan) yang mempertemukan dan mengantarkan dua Tharaf (pihak)
antara makna hakiki (musyabbah) dengan makna Majazi (musyabbah bihi) dan boleh
juga sebaliknya. Sedangkan majaz membuang salah satu dari dua tharaf di atas yang
mengandung Alaqah (kaitan) yang dapat dipertemukan dengan makna hakiki dan
kinayah yang berisi pengungkapan hakiki yang dimaksudkan adalah makna lain atau
hakiki dan adakalanya berfungsi untuk menyindir dan lain sebagainya.
Persamaan majaz Arab dan majas Indonesia yang terkandung dalam pembahasan
yang sama sebagaimana hasil studi dokumen terhadap berbagai literatur adalah
sebagai berikut:

No Bahasa Arab Bahasa Indonesia Perbandingan


Tasybih merupakan Metafora adalah majas Keduanya
gaya bahasa yang yang berisi perbandingan memiliki
mempersamakan sesuatu antara satu hal dengan kesamaan dalam
(Musyabbah) dengan lainnya tanpa pembahasan,
yang lain (Musyabbah menggunakan ungkapan namun tidak sama
Bih) yang memiliki seperti, bagaikan dan dalam
kesamaan dalam suatu lainnya. kategorisasi.
Simile adalah majas yang
hal (Wajh Syibih). Dalam bahasa
berisi perbandingan secara
Contoh: Arab, Tasybih
eksplisit dengan
Ilmu itu bagaikan berdiri sendiri dan
menggunakan perantara
cahaya hidayahnya. tidak termasuk
kata seperti, layaknya dan
dalam majaz,
lain sebagainya. Contoh: namun Tasybih
Dan ia pun bercerita, menjadi fondasi
betapa dia selalu pembentukan
memimpikan hidupnya majaz. Sedangkan
mengalir seperti sebuah Metafora, Simile
bossanova. dan Hiperbola
termasuk bagian
majas dalam
bahasa Indonesia.
Hiperbola adalah majas
yang berisi ungkapan yang
melebih-lebihkan
kenyataan yang ada
sehingga tampak tidak
masuk akal. Contoh:
Ombak setinggi gunung
menghantam rumah-rumah
dan menghanyutkan ribuan
manusia

Pembahasan Tasybih sebagaimana di atas, tergolong dalam pembahasan besar


yang sebenarnya tidak termasuk majaz dalam bahasa Arab. Namun dalam bahasa
Indonesia termasuk bagian dari majas yang memang dikategorikan dalam majas
perbandingan. Dalam gaya bahasa Arab khususnya ilmu Bayan membedakan antara
Perbandingan yang disebut Tasybih dengan ungkapan makna majazi yang memiliki
Qorinah yang disebut Majas, sehingga dalam hal ini dibedakan antara keduanya.
Sementara itu dalam bahasa Indonesia hanya dibedakan menurut kategori sifatnya aja
namun semua masih tergolong dalam gaya bahasa Majas. Majas Metafora, Simile dan
Hiperbola pada dasarnya memberikan kesan lebih dengan membandingkan satu hal
dengan lainnya untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan sampai kepada
yang dimaksud.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hakikat yaitu kata yang dipakai untuk menunjukan arti yang tertentu
(makna asli). Contoh: kata ‫ أسد‬pada kalimat (‫( )رأيت أسدا في غابة‬saya melihat
singa dihutan). Maka singa dalam kalimat ini adalah asli pada lafaz ‫أسد‬

Majaz yaitu kata yang dipakai bukan pada makna yang seharusnya
diletakkan untuk kalimat itu. Karena adanya hubungan antara makna yang
pertama dan yang kedua yang disertai dengan tanda atau petenjuk yang
mencegah menggunakan makna aslinya.

B. SARAN
Melalui makalah yang sudah selesai kami tulis ini, semoga bermanfaat
untuk pembaca. Kami juga mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bek Dayyab, Hifni, dkk. 2007. “Kaidah Tata Bahasa Arab (Nahwu, Shorof,
Balaghah, Bayan, Ma’ani, Bade’)”. Jakarta: Darul Ulum Press.

Sagala, Rumadani. 2016. Balaghah. Lampung

Zaenuddin, Mamat, dan Nurbayan, Yayan. 2007. “Pengantar Ilmu Balaghah”.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai