Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TERJEMAH

KARAKTERISTIK BAHASA SUMBER (BAHASA ARAB)

Dosen Pengampu : Yusriyah M.Pd.I

Disusun Oleh:

M. Daffa Azhar Fadhli


Resti Nuragustiani
Vevi Soraya Putri
Wenni Oktavia

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU T. A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Karakteristik
Bahasa Sumber (Bahasa Arab)" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Terjemah. Selain


itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yusriyah selaku guru Mata
Pelajaran Terjemah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik,
namun kami pun menyadari bahwa kami memiliki adanya keterbatasan sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik
dari segi teknik penulisan maupun dari isi, maka kami memohon maaf.

Kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.

Pekanbaru, Maret 2023

(Pemakalah Kelompok 5)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Pengertian Karakteristik Bahasa Arab.............................................................3
B. Karakteristik Bahasa Arab................................................................................4
BAB III................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi hidup manusia. Tanpa


bahasa manusia tidak akan menuai kehidupan.1 Bahasa berfungsi sebagai lem
perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam kegiatan
sosialisasi. Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer (mana suka),
dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Setiap bahasa adalah komunikatif bagi para penuturnya. Dilihat dari sudut
pandang ini, tidak ada bahasa yang lebih unggul daripada bahasa yang lain.
Maksudnya bahwa bahasa memiliki kesamarataan dalam statusnya, yaitu sebagai
alat komunikasi. Setiap komunikasi tentu saja menuntut kesepahaman di antara
pelaku komunikasi. Namun, pada sudut pandang yang lain, setiap bahasa
memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa yang lain.
Karakteristik ini sekaligus sebagai kekuatan yang bahkan dalam hal tertentu tak
ada tandingannya.Demikian pula bahasa Arab juga memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian karakteristik bahasa sumber (Bahasa Arab) ?


2. Apa saja karakteristik bahasa sumber (Bahasa Arab) ?

1Moh Rosyid, M.Pd., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Semarang: UPT Unnes Press,
2004), cet. 1, hlm. 43

1
2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian karakteristik bahasa sumber (Bahasa Arab)


2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik bahasa sumber (Bahasa Arab)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik Bahasa Arab

Secara etimologi, karakteristik berasal dari akar kata bahasa Inggris yaitu
character yang berarti watak, sifat, ciri. Sedangkan kata characteristic berarti
sifat yang khas atau ciri khas sesuatu. Dalam istilah bahasa Arab, kata
karakteristik dikenal dengan ‫ خص??ائص‬sebagai bentuk jamak dari ‫ خصوصيـة‬yang
diartikan dengan kekhususan atau keistimewaan. Sedangkan bahasa Arab adalah
bahasa resmi bangsa Arab.2 Maka dapat dikatakan bahwa karakteristik bahasa
Arab adalah bentuk watak dan ciri khas atau tanda-tanda khusus yang dimiliki
bahasa Arab.

Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan


unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa
lainnya, sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab
dengan bahasa lainnya.3 Karakteristik universalitas bahasa Arab antara lain dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Bahasa Arab memiliki gaya bahasa yang beragam, yang meliputi:

a) Ragam sosial atau sosiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan


stratifikasi sosial ekonomi penuturnya.
b) Ragam geografis, ragam bahasa yang menunjukan letak geografis
penutur antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga melahirkan
dialek yang beragam.

2Nur Endang Zainal, “KARAKTERISTIK BAHASA ARAB,” t.t.


3Ahmad Fuad Effendi, (2004), Metodologi Pengakaran Bahasa Arab, Malang: Misykat,

3
4

c) Ragam idiolek yaitu ragam bahasa yang menunjukan integritas


kepribadian setiap individu masyarakat (‫)لهجة فردية‬.

2. Bahasa Arab dapat diekspresikan secara lisan atau pun tulisan. Menurut
Bloomfield bahasa lisan merupakan hakikat adanya suatu bahasa. Realitas
ini dapat dipahami karena adanya bentang sejarah peradaban manusia
terlihat jelas mereka pada umumnya berbahasa lisan meskipun diantara
mereka tidak dapat menulis dan tidak mengenal lambang tulisan. Bahasa
lisan sebagai sistem verbal lebih banyak dipakai oleh manusia dalam
berkomunikasi antara satu dengan lainnya antar anggota masyarakat di
lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar penyampaian pesan lebih cepat
dipahami maknanya oleh masyarakat sasaran.4

B. Karakteristik Bahasa Arab

Bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang tidak terdapat pada bahasa-
bahasa lainnya. Kekhususannya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang
fleksibel dan mempunyai elastisitas yang tinggi.5 Bahasa Arab memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain. Dalam hal ini Utsman Amin
memaparkan karakteristik tersebut secara filosofis. Karakteristik ini dipandangnya
sebagai keunggulan bahasa Arab atas bahasa-bahasa lain di dunia. Menurutnya
karakteristik pokok bahasa Arab itu dapat dilihat dari segi: kaitan mentalistik
subjek-prediket, kehadiran individu, retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika
dan kekuatan. Selain aspek itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan
makna, kekayaan kosakata, integrasi dua kata, dan analogi. Penjelasannya akan
diurutkan sebagai berikut :

1. Kaitan mentalistik subjek-predikat.

44Fatima Rabrusun, “Karakteristik bahasa arab,” t.t.


5Ulin Nuha, M.Pd. I., Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2012), cet. 1, hlm. 42
5

Sebuah kalimat deklaratif lengkap biasanya minimal terdiri atas satu


kata pokok dan satu kata penjelas. Antara kata pokok dan kata penjelas
harus ada hubungan yang logis. Pada umumnya kedua unsur itu
dihubungkan oleh kata sarana. Namun struktur kalimath bahasa Arab tidak
memerlukan kata sarana yang menjelaskan hubungan antara subjek dan
predikat. Ada ungkapan bahasa Arab “ ‫ ”األم??ة العربي??ة واح??دة‬menetapakan
pengertian bahwa bangsa Arab itu satu. Hubungan antara bangsa Arab dan
satu bersifat mentalistik belaka dan tidak memerlukan kata sarana
penghubung untuk menjelaskan kaitan itu.

Sementara itu bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, memerlukan


kehadiran kata penghubung antara subyek dan predikat. 6 Kata penghubung
tersebut disebut kopula yang salah satunya adalah to be dengan peruntukan
subjek yang berbeda.

2. Kehadiran individu

Dalam bahasa Arab tidak ada kata kerja yang terlepas dari individu.
Individu tersebut tampil pada kata ganti dan berbagai bentuk verba melalui
berbagai struktur kata dan kalimat. Kehadirannya tidak memerlukan sarana
eksternal berupa kata atau tanda baca. Individu itu melekat dengan verba
dalam strukturnya yang asli.

Pada kata ‫ أق??رأ‬misalnya tercermin kehadiran aku, pada kata ‫تق??رأ‬


tercermin kehadiran kamu (lk), dan pada kata ‫ يقرأ‬tercermin kehadiran dia
(lk) sebagai individu. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang
membutuhkan kata secara utuh untuk menghadirkan seseorang.

3. Retorika paralel

Maksud dari retorika di sini ialah bentuk atau model berpikir untuk
menyatakan maksud yang diinginkan. Paralelisme bahasa Arab tampak

6Ibid, hlm. 59
6

dalam pemakaian kata sarana penghubung antarkata, antarfrase, antarklausa,


antarkalimat, dan antarparagraf. Kita sering mengalami kesulitan dalam
mentrasfer teks berbahasa Arab karena nashnya menumpuk dan bertemali
sehingga sulit menentukan akhir kalimat. Gejala ini banyak ditemukan pada
buku-buku klasik yang juga dikenal dengan “kitab kuning”.

Dalam menghadapi masalah tersebut, penerjemahan huruf wawu


sebagai kata sarana penghubung dapat dilakukan dengan memakai tanda
koma (,), bukan dengan memakai kata sarana dankecuali pada rincian yang
terakhir. Dengan demikian, pemadanan tidak selalu dilakukan dengan
simbol tertulis, tetapi dapat pula dengan tanda baca.

4. Keutamaan makna

Makna adalah aspek terdalam yang ada dalam bahasa. Makna inilah
sebetulnya yang menjadi acuan setiap pembicaraan. Apapun kata atau
kalimat yang diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis dapat
memberikan makna secara utuh, dan pendengar atau pembaca dapat
menangkap makna ini secara utuh pula.

Bahasa Arab sangat mementingkan unsur makna. Walaupun bahasa


Arab itu mementingkan tuturan, kepentingannya itu sebatas untuk
mengungkapkan makna agar dipahami oleh pendengar atau pembaca
sehingga menimbulkan dampak psikologis yang mendorongnya untuk
bertindak jika orang Arab membaguskan tuturan, memperindah ungkapan,
dan menghiasinya dengan aneka sarana, hal ini semata-mata untuk
mementingkan makna. Karena itu dalam tradisi akademis mereka dikenal
ungkapan, tuturan merupakan pelayan makna, majikan lebih mulia daripada
pelayan. Artinya makna lebih penting daripada tuturan. Karena bahasa Arab
sangat mengutamakan makna, implikasinya ialah banyaknya bentuk,
struktur, dan pola untuk menunjukkan makna, sifat, dan keadaan.

5. Keberadaan i’rab
7

Di antara keistimewaan bahasa Arab lainnya ialah keberadaan i’rab.


I’rab secara bahasa berarti menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan
secara istilah berarti berubahnya harakat akhir kata karena perubahan
kedudukannya dalam kalimat. Keberadaan i’rab dalam bahasa Arab sangat
urgen, karena perubahan harakat akhir merupakan tanda adanya perubahan
kedudukan, dan adanya perubahan kedudukan berarti adanya perubahan
makna. Tatkala bahasa Arab merupakan bahasa yang jelas dan terang,
kahadiran i’rab menunjang kejelasan tersebut. I’rab inilah yang menjelaskan
hubungan antarkata pada suatu kalimat dan susunan kalimat dalam kondisi
yang variatif. Bahasa yang tidak mengenal i’rab hanya mengandalkan pada
isyarat-isyarat linguistik dan gabungan kata atau hubungan antara frase dan
klausa.

I’rab adalah tanda baca yang diwujudkan dalam bentuk fathah


(penanda bunyi a), kasrah (penanda bunyi i), dhammah (penanda bunyi u),
dan sukun (penanda huruf mati). Dengan tanda inilah setiap fungsi sintaksis
di dalam sebuah kalimat menjadi jelas.

6. Kekayaan kosakata

Kosakata adalah satuan terkecil yang ikut menentukan kekuatan


bahasa. Setiap bahasa memiliki kekayaan kosakata yang tentu saja tidak
sama. Bahasa Arab menurut penelitian para ahli dikenal kaya akan kosakata,
terutama pada konsep-konsep yang berkenaan dengan kebudayaan dan
kehidupan mereka sehari-hari.

Untuk melihat kekayaan kosakata dalam bahasa Arab bisa dilihat pada
kata tentang konsep haus,  misalnya yang erat kaitannya dengan kondisi
alam orang Arab. Kata ini memiliki sejumlah kosakata yang
menggambarkan derajat kehausan seseorang. Penjelasannya seperti jika
seseorang ingin minum, maka keinginannya itu cukup diungkapkan
dengan ‫العطش‬. Jika ‫ العطش‬menguat, maka diuangkapkan dengan ‫الظم???اء‬,
8

jika ‫الظم?????اء‬ menguat lagi, maka diungkapkan dengan ‫الص?????دى‬, jika


lebih ‫الص???دى‬ kuat lagi, maka diungkapkan dengan  ‫األوام‬, jika ‫األوام‬ lebih
dahsyat lagi, maka diungkapkan dengan  ‫الهي??ام‬. Kata yang terakhir ini
menggambarkan rasa haus yang luar biasa sehingga identik dengan
datangnya kematian.

Dalam bahasa Indonesia khususnya, derajat kualitas semacam itu


biasanya diungkapkan dengan kata sarana yang menunjukkan perbandingan,
misalnya kata lebih, amat, sangat, dan lain-lain. Bukan dengan satu kata
seperti dalam bahasa Arab.

Kekayaan makna bahasa Arab tidak terbatas pada kata, tetapi


termasuk kekayaan makna huruf. Setidaknya ada lima media yang sangat
berperan memperkaya kosakata bahasa Arab. Adapun penjelasannya antara
lain:

a) Taraduf (sinonim)

Taraduf atau sinonim ialah beragam kata dalam satu makna.


Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya akan kata sinonim.
Sehingga Ibnu Faris mengatakan bahwa salah satu kekuatan bahasa
Arab terletak pada adanya sinonim. Katanya selain bahasa Arab tak
ada lagi bahasa yang sanggup mengungkapkan satu makna dalam
beragam kata. Selanjutnya Ya’qub mencatat di dalam bahasa Arab
bahwa kata‫السيف‬  (pedang) memiliki lebih dari 1000 nama, ‫األسد‬ (singa)
memilik 500 nama, ‫الثعبان‬ (ular) memiliki 200 nama, dan masih banyak
lagi yang lainnya.

b) Isytirak (homonim)

Isytirak atau homonim adalah beragam makna yang mengacu


pada satu kata. Atau satu kata yang menunjukkan pada makna banyak.
Ragam makna ini tentu diungkapkan lewat kata-kata tertentu,
9

sehingga melahirkan banyak kosakata. Ya’qub menyebutkan bahwa


kata ‫ الح???وب‬saja, melahirkan lebih dari 30 makna, antara lain:
‫اإلثم‬ (dosa), ‫البنت‬ (anak perempuan),  ‫الحاجة‬ (kebutuhan) dan lain-lain.

c) Tadhadh (antitesis-polisemi)

Tadhadh dalam istilah linguistik disebut antithetical polisemy


yaitu suatu kata yang menunjukkan makna tertentu sekaligus
kebalikannya. Jadi pada dasarnya tadhadh adalah bagian dari isytirak,
hanya saja makna dalam tadhadh adalah dua berlawanan.
Kata ‫البسل‬ misalnya, mengandung makna ‫الحالل‬ (halal)
atau  ‫الحرام‬ (haram).

d) Isytiqaq

Isytiqaq dapat diartikan sebagai pengambilan suatu kata dari


kata yang lain dengan menjaga kesesuaian makna. Dalam definisi lain
dapat dikatakan merubah bentuk suatu kata ke dalam bentuk lain
dengan menjaga keserasian makna antara keduanya. Ada dua
pendapat ulama mengenai isytiqok ini, antara lain :

1. Ulama Bashrah bahwa sumber isytiqaq adalah masdar.


2. Ulama Kufah bahwa sumber isytiqaq adalah kata kerja (fi`il).

Isytiqoq menurut ulama bahasa di bagi tiga macam, antara lain:

1. Isytiqaq shagir yang aplikasinya melalui tasrif yang kita kenal


selama ini yaitu pengembangan lafadz dari lafadz asli dengan
syarat adanya kecocokan dari segi makna, huruf dan juga
urutannya. Contohnya: ‫ ضرب – ضارب – مضروب‬.
2. Istiqaq kabir disebut juga al-qalb al-luqhawi, yaitu adanya
persamaan antara dua kata, baik dari segi lafadz maupun dari segi
10

makna, akan tetapi tidak sama dalam urutan huruf sebagai contoh :
‫ جبد – جدب‬/ ‫ حمد – مدح‬.
3. Isytiqaq akbar disebut juga al-ibdal al-liqhawi, yaitu menukar
suatu huruf yang lain. Dalam proses ini huruf yang mengalami
pertukaran tidak disyaratkan memiliki makhraj yang sama. Boleh
saja terjadi pada setiap huruf karena yang penting disini adanya
kesesuaian makna antara dua lafadz, contoh: ‫ السراط – الصراط‬.

Yang memiliki makna suatu dengan dua lafadz yang berbeda.


Isytiqaq al-Kibar atau an-naht (penyingkatan). An-Naht adalah
membuat kata baru yang ambil dari dua unsur kata yang berbeda atau
lebih tetapi tetap menunjukan pada makna yang diambil baik berupa
isim dan fi`il. Perkembangannya harus sesuai dengan kaidah (wazan)
bahasa arab yang terdapat dalam tasrif, sebagai contoh : ‫ بسمله – حمدله‬.7

e) At- Tadhadz atau Antonim

Para ahli bahasa Arab mendefinisikan antonim dengan


menggunakan satu kata untuk dua pengertian yang berlawanan seperti:
‫ البیاض – البیضاء‬,‫الموت – الحي‬.8

7. Integrasi dua kata

Yang dimaksud integrasi dua kata di sini ialah dua kata yang memiliki
makna berbeda, lalu diungkapkan dalam bentuk kata yang menunjukkan dua
(mutsanna) secara morfologis dan sudah menjadi istilah baku dalam bahasa
Arab. Dengan demikian, integrasi di sini tidak berarti menggabungkan dua
kata menjadi satu makna. Dalam prakteknya, ungkapan istilah yang
mewadahi dua makna ini terbagi dalam dua bagian.

7Ahmad Febi Febrian Fakaubun, “Karakteristik Bahasa Arab,” 2019.


8 Matsna Moh, (2009). Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab, dalam Jurnal Arabia Vol. I
Nomor 1.
11

Yang pertama ungkapan istilah diambil dari salah satu dari dua kata
yang berintegrasi, misalnya : ‫األب??وان‬ (ayah dan ibu), ‫القم??ران‬ (matahari dan
bulan) dan lain. Yang kedua ungkapan istilah diambil dari kata lain yang
kelihatannya tidak identik dengan dua kata yang berintegrasi,
misalnya, ‫الثقالن‬ (jin dan manusia), ‫الجدي??دان‬ (siang dan malam), dan lain
sebagainya.

8. Qiyas (analogi kata)

Secara umum qiyas atau analogi kata berarti membentuk kata tertentu
berdasarkan pola tertentu (wazan). Analogi kata biasanya memang ada pada
setiap bahasa. Namun bahasa Arab memiliki sistem analogi yang tidak
dimiliki oleh bahasa lain. Dalam sistem morfologi bahasa Arab dikenal
istilah tashrif, yaitu bentukan kata tertentu ke dalam bentukan-bentukan lain
berdasarkan pola-pola yang sudah baku. Proses analogi inilah yang dikenal
dengan istilah tashrif. Pola-pola itu memiliki arti dan memang
diperuntukkan untuk tujuan-tujuan tertentu, keragaman pola analogi dalam
bahasa Arab menjadikan analogi ini sebagai cirri khas bahasa ini.

Tashrif dalam bahasa Arab umumnya terbagi ke dalam dua bagian,


yaitu lughowi yang artinya perubahan kata berdasarkan kata
ganti (dhamir), dan istilahi yang artinya perubahan kata berdasarkan
jenis bentukan (shighat).

9. Dinamika dan kekuatan

Bahasa Arab ialah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan kuat.
Tanpa bermaksud melebihkan orang Arab, bagi mereka tuturan, pikiran, dan
perbuatan adalah saling melengkapi dalam kehidupan. Tuturan orang Arab
adalah pikirannya dan pikirannya merupakan awal dari tindakannya. Tiga
hal itu menjadi sebuah kekuatan bahasa yang bisa jadi hanya dimiliki oleh
bahasa ini.
12

Biasanya akar suatu kata akan melahirkan banyak kata yang lain. Ini
menunjukkan bahwa bahasa Arab dinamis, namun dibalik itu tersimpan
kekuatan yang menampakkan kekuatan bahwa bahasa Arab berdiri kokoh,
tidak mudah tergoyahkan. Dinamika dan kekuatan bahasa Arab ditopang
oleh standar yang keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan sampai saat
ini. Standar itu tiada lain Al-Qur’an. Sungguh sangat menakjubkan, bahasa
Al-Qur’an tak pernah lapuk ditelan waktu, tak lekang dimakan zaman, dan
tak pernah sekarat walau berbeda tempat. Sampai saat ini bahasa Al-Qur’an
tetap menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis didalami dari berbagai
segi dan oleh berbagai kalangan.

Contoh yang sederhana, dinamika dan kekuatan bahasa Arab,


misalnya, tercermin dari perubahan tiga huruf yaitu ‫ك‬ (kaf), ‫ل‬ (lam)
dan ‫م‬ (mim). Ketiga huruf ini dapat berubah menjadi ‫كلم‬ (berbicara),
‫كمل‬  (sempurna), ‫لكم‬ (menampar), ‫مكل‬ (menyusut), dan ‫ملك‬  (memiliki). Setiap
kata ini pun memiliki variasi makna sesuai dengan konteksnya.9

Sedangkan menurut Anggi Pandapotan Nasution karakteristik bahasa


Arab sekaligus pembeda bahasa Arab dengan bahasa lainnya itu ada
delapan. Diantaranya yaitu:

1. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab


terdapat pembedaan jenis laki-laki dan perempuan (mudzakar-
muannats) atau tunggal (mufrad), dual (mutsanna) dan plural (jama’).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia hal tersebut tidak dikaidahkan
dalam struktur kalimat. Namun bagi orang Arab, Bahasa Arab berbeda
dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab terdapat pembedaan
jenis laki-laki dan perempuan (mudzakar-muannats) atau tunggal
(mufrad), dual (mutsanna) dan plural (jama’). Sedangkan dalam
bahasa Indonesia hal tersebut tidak dikaidahkan dalam struktur

9Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah,(Bandung: Pustaka Setia, 1996), cet 5, hlm. 55
13

kalimat. Namun bagi orang Arab, pengucapan bunyi konsonan /ng/,


/ny/,/c/, /p/, /g/, serta vokal /o/, /ὀ/, /e/, /ẽ/, juga dinilai sangat sulit
karena mereka tidak mempunyai konsonan dan vokal itu. Akan tetapi
dalam banyak kasus, struktur dan gaya bahasa Arab cenderung lebih
variatif, indah dan sarat makna dibandingkan dengan bahasa lainnya.
2. Struktur kalimat deklaratif bahasa Arab tidak memerlukan adanya kata
sarana yang menjelaskan hubungan antara subjek dan predikat.
Bahasa Arab senantiasa memiliki asumsi bahwa keberadaan gagasan
di dalam benak lebih penting dan lebih benar daripada gagasan itu
dalam dunia nyata.
3. I’rab, sesuatu yang mewajibkan keberadaan akhir kata pada keadaan
tertentu, baik rofa’, nashab, jazm dan jar yang terdapat pada isim
(kata benda) dan juga fi’il (kata kerja).
4. Kata kerja dan gramatikal yang digunakan selalu berubah sesuai
dengan subyek yang berhubungan dengan kata kerja tersebut.
5. Bahasa ‘ammiyah dan fush-ha, ‘ammiyah dipergunakan dalam
interaksi jual beli atau komunikasi dalam situasi tidak formal sedang
fush-ha adalah bahasa sastra dan pembelajaran, bahasa resmi yang
dipergunakan dalam buku keislaman dan ilmu pengetahuan.
6. Bahasa Arab sangat mementingkan unsur makna. Apapun kata atau
kalimat yang diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis dapat
memberikan makna secara utuh, dan pendengar atau pembaca dapat
menangkap makna ini secara utuh pula.
7. Integrasi dua kata, yakni dua kata yang memiliki makna berbeda, lalu
diungkapkan dalam kata yang menunjukkan dua (mutsanna) secara
morfologis dan telah menjadi istilah baku dalam bahasa Arab.
8. Adanya tashrif, yaitu perubahan bentukan kata tertentu ke dalam
bentukanbentukan lain berdasarkan pola-pola yang sudah baku.10

10 Angga Nasution, “Karakteristik Bahasa Arab,” 2019.


14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa


bahasa Arab memiliki struktur tata bahasa yang unik, ia mampu mengungkapkan
suatu masalah dengan sangat jelas dan dengan kata-kata yang sangat hemat,
pembentukan frasa, kalimat dan kata-katanya sangat teliti. Dan dengan adanya
karakteristik universal bahasa Arab berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa
Arab dengan bahasa lainnya. Selain itu, karakteristik bahasa Arab ini juga
meliputi kaitan mentalistik subjek-predikat, kehadiran individu, retorika paralel,
keutamaan makna, keberadaan i’rab, kekayaan kosakata, integrasi dua kata, dan
qiyas (analogi kata).

B. Saran

Penulis berharap dengan kita memahami materi yang telah


dipaparkan, semoga kita sebagai generasi muda bisa semangat dalam mencari
ilmu pengetahuan dengan baik dan benar, agar kita bisa mengejar mimpi kita
tanpa salah arah dan menjadi penerus bangsa serta agama yang dapat
diandalkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ahmad Fuad, and Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. “‫بﺎﺒﻟا لوﻷا ﺔﻣﺪﻘﻣ‬,”
n.d.
Fakaubun, Ahmad Febi Febrian. “Karakteristik Bahasa Arab,” 2019.
Nasution, Angga. “Karakteristik Bahasa Arab,” 2019.
Rabrusun, Fatima. “Karakteristik bahasa arab,” t.t.
Zainal, Nur Endang. “KARAKTERISTIK BAHASA ARAB,” t.t.
Moh, Matsna. “Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab.”Jurnal Arabia , Vol.
I No. 1,2009.
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,(Bandung:
Pustaka Setia, 1996).
Angga Nasution, “Karakteristik Bahasa Arab,” 2019
Rosyid, Moh. “Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.” Semarang: UPT,
2004.
Nuha, Ulin. “Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab,” 2012.

16

Anda mungkin juga menyukai