Anda di halaman 1dari 12

Maharah Qiro’ah Dalam Berbagai Jenjang Pendidikan (Tingkat Dasar,

Menengah dan Perguruan Tinggi)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Implementasi Kemahiran
Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Dr. H. Agus Tricahyo, MA.

Disusun oleh :

Dinda Nadiasari 504220005

PROGAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
BAB 1
PENDAHULUAN

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Salah satu fungsi


bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat berupa langsung atau
lisan seperti menyimak dan berbicara, komunikasi dapat pula berwujud tak
langsung seperti membaca dan menulis. Oleh karena itu, bahasa harus diajarkan
kepada anak didik, hal ini harus benar-benar disadari, apalagi para guru umumnya
dan para guru bidang studi pada khususnya. Dengan perkataan lain agar para
peserta didik mempunyai kompetensi bahasa (language competition) yang baik.
Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik maka diharapkan
dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, baik.secara lisan atau tertulis. Jadi,
jelas bahwa pembelajaran bahasa menghendaki kompetensi berbahasa, atau dengan
kata lain peserta didik harus menguasai keterampilan-keterampilan berbahasa.

Keterampilan membaca merupakan salah satu dari keterampilan-


keterampilan utama yang mesti diajarakan dalam pengajaran bahasa.
Keterampilan membaca yang dalam bahasa Arab disebut mahārah al-qirā’ah,
terkait dengan dua aspek, yaitu kemampuan mengubah lambang tulis menjadi
bunyi dan menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan
lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Adapun inti dari keterampilan
membaca terletak pada aspek kedua. Namun, tidak berarti kemahiran dalam aspek
pertama tidak penting. Sebab, kemahiran dalam aspek pertama mendasari aspek
kedua.

Keterampilan membaca bahasa Arab merupakan keterampilan yang harus


dimiliki siswa dalam rangka mengembangkan kemampuan berbahasa asing, yaitu
bahasa Arab. Tujuan pengajaran membaca, sebagaimana diketahui adalah melatih
pembelajar agar terampil memahami bacaan dan mengembangkan kemampuan
membaca siswa. Metode yang digunakan harus mampu membuat siswa tertarik
dan senang dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Maharah Qira’ah


Umar Shiddiq mendefinisikan keterampilan membaca sebagai
berikut: “Pemaknaan kata-kata tertulis atau pemaknaan terhadap teks,
dengan kata lain penulis mentransformasikan pemikiran-pemikirannya
terhadap pembaca, sedangkan pembaca menterjemahkan pemikiran-
pemikiran tersebut berdasarkan pengalaman dan latar belakangnya,
baik secara budaya maupun kebahasaan”.1
Keterampilan membaca (Maharah Qiro‟ah) mengandung dua
pengertian. yang pertama, kemampuan mengubah lambang tulisan
menjadi lambang bunyi. Kedua, memahami seluruh makna yang
tertuang dalam lambang tulisan maupun dalam lambang bunyi.2
Keterampilan membaca (Maharah Qiro‟ah) adalah suatu
keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam melihat,
memahami serta memaknai apa isi yang terkandung dalam sebuah
tulisan dengan terampil dan fasih. Membaca merupakan pengetahuan
dan pikiran. Ini adalah cara pertama yang bisa digunakan untuk lebih
memperluas persepsi, mengembangkan suatu informasi serta cara
untuk memperoleh budaya. Membaca merupakan kegiatan yang dapat
menumbuhkan kreativitas serta inovasi, bahkan merupakan landasan
dalam kemajuan bangsa,
Jadi, pada hakikatnya keterampilan membaca adalah seni
komunikasi dua arah antara pembaca dan penulis. Dalam konteks
pembelajaran bahasa Arab (keterampilan membaca) pembaca mampu
melafalkan bacaannya secara jelas dan fasih serta mampu

1
Umar Shiddiq Abdullah dan Mahmud Ismail shini “al Mu‟inaat al Bashoriyah fi al
Lughah al Arobiyah (jami‟ah al malik al su‟ud, 1984) hlm. 105.
2
Sri Sudiarti, “Peningkatan Keterampilan Membaca Teks Arab Gundul Melalui Aktifitas
Membaca Intensif Berbasis Gramatikal : Studi Kasus Mahasiswa Bahasa Dan Sastra Arab IAIN
STS Jambi,” Fenomena 7, no. 1 (2015).
menterjemahkan bahkan mengembangkan maksud penulis dengan baik
dan benar.
Tujuan dari pembelajaran maharah qiro’ah sendiri secara umum
adalah untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam memahami
suatu bacaan, salah satunya dengan cara mengaitkan setiap ide pokok
dalam teks dengan pengalaman pribadi pembelajar. Selain untuk
mengasah kemampuan berbahasa, kegiatan membaca juga dapat
menambah dan memperluas wawasan pembelajar Sedangkan secara
khusus tujuan dari maharatul qiro’ah ini adalah meningkatkan
pemahaman pembelajar terhadap suatu bacaan sehingga dia mampu
membedakan antara ide pokok serta ide pendukung, mengkritisi teks
yang ia baca dan mendapatkan pesan yang terkandung di dalamnya
secara cepat dan tepat.3
Secara khusus tujuan keterampilan membaca (marhalah qiro‟ah)
terbagi sesuai dengan tiga tingkatan, tingkatan dasar (ibtidaiyah),
menengah (mutawassithoh) dan tingkat tinggi (mutaqoddimah) 15
serta tujuan dari setiap tingkatan juga berbeda. Tujuan keterampilan
membaca tingkat dasar (ibtidaiyah) yaitu Memahami kode-kode
bahasa, memahami kata dan kalimat, mengungkap pokok pikiran dan
juga bertujuan untuk mengungkapkan kandungan-kandungan bacaan
(re-telling). Sedangkan tujuan keterampilan membaca tingkat
menengah (mutawassithoh) adalah Mengungkapkan ide pokok serta
ide pendukung dan mengungkapkan kandungan-kandungan bacaan
yang beraneka ragam (re-telling). Dan yang terakhir tujuan
keterampilan membaca tingkat tinggi (mutaqoddimah) antara lain
adalah mengungkapkan ide pokok serta ide pendukung dan
menafsirkan kandungan-kandungan bacaan.

3
Ali Al-Hadid, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non-Arab (Kairo: Darul
Katib Arobi, 1966), 17.
Dalam proses pengajarannya, maharatul qiro’ah memiliki tiga
tahapan pembelajaran:4
1. Tahapan huruf; yaitu tahap mengajarkan dan mengenalkan
lambing-lambang bahasa berupa huruf terhadap pembelajar.
2. Tahapan pemahaman; melatih pembelajar dalam memahami,
manafsirkan dan menjelaskan isi dari suatu teks atau bacaan.
3. Tahap praktek; melatih pembelajar untuk membaca secara kritis
dan mampu mengungkapkan pendapatnya dalam mengatasi
beberapa problem yang ada di kehidupannya sehari-hari.

1. Maharah Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Untuk


Pendidikan Tingkat Dasar
Orientasi pembelajaran maharah qiro’ah pada tingkat
pemula adalah pengenalan huruf-huruf sebagai lambing bahasa
tulis kemudian mengubahnya menjadi bunyi.5 Pada tingkatan ini,
kompetensi yang harus dicapai siswa adalah mampu melafalkan
huruf sesuai makhrajnya, membedakan bunyi-bunyi huruf yang
mirip bentuk tulisan dan pelafalannya, dan menghubungkan
lambing bunyi dengan makna.
Pada tingkatan ini, pembelajar melalui tahap pertama
pembelajaran maharatul qiro’ah yaitu berlatih membaca dengan
lantang. Di samping itu, bacaan yang disediakan untuk pembelajar
tingkat pemula ini juga dilengkapi dengan berbagai ilustrasi untuk
membantu pemahaman belajar terhadap isi bacaan. Dan presentase
pembelajaran qiro’ah pada tingkatan ini hanya dilakukan sekitar 15%
dari semua kegiatan pembelajaran Bahasa Arab. 6 Evaluasi atau tes yang
dilakukan pada pembelajar tingkat ini pun sebaiknya hanya terdiri dari
satu atau dua kalimat sederhana saja. Menyesuaikan dengan tingkat
kemampuan memahami siswa.
4
Muhammad Habib, Prinsip Membaca dan Memahami Bacaan: Teori dan Praktek
(Yaman: Daar Umar, 2000), 16.
5
Ahmad Fuad Efendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab…, 124.
6
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim Al’arabiyah Lighairi Nathiqina Biha (Mesir, 1989),
48.
Berikut beberapa prinsip dan langkah-langkah dalam
pembelajaran qira’ah, diantaranya :
a. Cara Juz’iyyah
Guru mengajarkan terlebih dulu huruf-huruf secara
terpisah, lalu dapat mengajarkannya secara urut abjad,
menuliskan huruf-huruf yang mirip, sampai menuliskannya
dalam kata atau kalimat dalam naskah. Cara ini kurang dapat
membangkitkan perhatian siswa, karena cenderung
membutuhkan waktu lama sehinggga menjadi membosankan.
Jadi, metode ini berangkat dari huruf perhuruf, kata, baru
kemudian penulisan dalam bentuk kalimat.
b. Cara Kulliyyah
Guru mengawali pelajaran menulis dengan kalimat pendek.
Hal tersebut untuk mendorong peserta didik lebih
mencurahkan perhatiannya agar lebih terkonsentrasi.
Pembahasan huruf secara rinci melalui pemberian
contohcontoh dilakukan setelah analisis tulisan dalam bacaan
atau kalimat yang ada. Jadi, metode ini bermula pada
penguasaan simbol kalimat dalam bacaan, lalu dilakukan
pemusatan pembahasan dan analisis kata perkata yang di
dalamnya terdapat huruf baru. Huruf baru yang ada dapat
dipercontohkan penulisannya secara berulang-ulang.
Agar pembelajaran membaca menjadi pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan berikut beberapa strategi dan
aktifitas kebahasaan inovatif yang perlu dilakukan oleh guru
bahasa Arab di sekolah Islam terlebih di Madrasah Ibtidaiyah.
a) Qira’at Fahmi al-Nash, yaitu aktifitas membaca yang
diorientasikan agar siswa dapat memahami teks yang
dibaca dengan benar
b) Tahlil al-Akhtha’, yaitu aktifitas membaca teks dengan
menganalisa secara cermat teks bacaan salah yang
diberikan guru sehingga menjadi teks bacaan yang benar
sesuai kaidah tata bahasa Arab nahwu dan Sharf.
c) Al-Nahwu al-Tathbiqy, yaitu aktifitas membaca teks
berbahasa Arab yang berorientasi pada pembelajaran
nahwu aplikatif.
d) Al-Sharf al-Tathbiqy, yaitu aktifitas membaca teks
berbahasa Arab yang berorientasi pada pembelajaran sharf
aplikatif.
e) Dhabt al-I’rab, yaitu aktifitas membaca teks berbahasa
Arab yang berorientasi pada pemahaman kaidah nahwu
dan kedudukan I’rabnya.

2. Maharah Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Untuk


Pendidikan Tingkat Menengah
Pembelajar di tingkat menengah mulai berorientasi pada
tujuan membaca untuk memahami. Tidak hanya sekedar mampu
melafalkan tulisan dari teks yang dibaca, akan tetapi juga harus
mampu menyerap setiap pesan dan informasi yang terkandung di
dalamnya. Basis atau dasar dari kegiatan pembelajaran maharatul
qiro’ah di tingkat ini adalah memahami isi teks bacaan, diawali
dengan pengenalan kosakata-kosakata sulit beserta maknanya,
kemudian mendiskusikan isi teks dengan bimbingan pendidik.7
Adapun langkah penyajian yang mungkin dilakukan oleh
guru dalam menggunakan metode qirā’ah dalam keterampilan
membaca (mahārah al-qirā’ah) adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan, berkaitan dengan berbagai hal tentang materi
yang akan disajikan baik berupa apresiasi, atau tes awal
tentang materi, atau yang lainnya.

7
Hidayatul Khoiriyah, “Metode Qirā’ah Dalam Pembelajaran Keterampilan Reseptif
Berbahasa Arab Untuk Pendidikan Tingkat Menengah,” Lisanuna, 1, 10 (2020): 42.
b. Pemberian kosa kata dan istilah yang dianggap sukar. Ini
diberikan dengan definisidefinisi dan contoh-contoh dalam
kalimat.
c. Penyajian teks bacaan tertentu. Teks ini dibaca secara diam (al-
qirā’ah asshāmitah/silent reading) selama kurang lebih 10-15
menit atau disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.
Bisa juga guru menugaskan para pelajar untuk membaca teks
ini di rumah masing-masing pelajar sebelum pertemuan ini.
Cara ini lebih menghemat waktu sehingga guru dapat lebih
leluasa mengembangkan bacaan di kelas.
d. Diskusi mengenai isi bacaan. Langkah ini dapat berupa dialog
dengan bahasa pelajar.
e. Pembicaraan atau penjelasan tentang tata bahasa secara singkat
jika diperlukan untuk membantu pemahaman pelajar tentang
isi bacaan.
f. Jika guru di awal belum memberikan penjelasan kosa kata
yang dianggap sukar dan relevan dengan materi pelajaran,
maka pada langkah ini bisa dilakukan.
g. Di akhir pertemuan guru memberikan tugas kepada para
pelajar tentang isi bacaan, misalnya: membuat rangkuman
dengan bahasa pelajar, atau membuat komentar tentang isi
bacaan, atau membuat diagram, atau yang lainnya. Jika
dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas di rumah untuk
membaca teks yang akan diberikan pada pertemuan
selanjutnya.
3. Maharah Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Untuk
Pendidikan Tingkat Perguruan Tinggi
Pada tingkat perguruan tinggi atau lanjutan, pembelajaran
maharatul qiroah tidak hanya melatih pembelajar agar mampu
membaca teks yang ada di hadapannya secara fasih dan sesuai
kaidah bahasa, tetapi juga melatih pembelajar untuk memahami
dan mengambil inti sari teks yang ia baca untuk kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.8 Variasi teks yang
digunakan pun juga lebih beragam dari tingkatan dasar (pemula)
dan menengah. Di antara genre teks yang bias dipakai untuk
pembelajaran maharah qiroah tingkatan ini yaitu genre sastra,
informasi, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan membaca beberapa
jenis teks tersebut pembaca harus mampu untuk memahami setiap
informasi yang terkandung secara eksplisif.

B. Tahapan dalam pelajaran Maharah Qiro’ah


Membaca adalah salah satu tujuan yang amat penting dalam
program belajar bahasa-bahasa asing. Terkadang banyak kendala yang
terjadi pada pembelajar bahasa asing di tingkat perguruan tinggi dalam
pelajaran al-Qiraah, yaitu pada fase pra baca, saat baca dan juga pasca
baca, hal ini disebabkan kurang adanya kesiapan bagi mahasiswa
sebelum masuk kelas, walaupun pendidik telah berulang kali
memberikan semangat dan motivasi kepada mereka.
Menurut Hardly prosedur pembelajaran membaca meliputi
beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Tahap prabaca, yakni tahapan yang dilakukan peserta didik
sebelum membaca yang berupa curah pendapat tentang ide umum
dalam teks, mempelajari berbagai visualisasi dalam teks dan
prediksi tentang teks.
2. Tahap baca, yakni tahapan inti kegiatan pembelajaran membaca.
Pada tahap ini dilakukan serangkaian prosedur yaitu
a) Tahap membaca skimming dan scaning untuk menemukan inti
sari bacaan mengidentifikasi ide pokok dan penunjang, memilih
uraian terpenting yang terkandung dalam bacaan, mengisi
format isi bacaan, mencocokkan subjudul dengan paragraf isi,

8
A. Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan
Komunikatif-Interaktif (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 206.
mengisi format si bacaan dengan kata-kata kunci, dan membuat
tanggapan umum atas isi bacaan.
b) Tahap membaca teks secara intensif
c) Tahap pemahaman
3. Tahap pasca baca, yakni tahap akhir yang dilakukan untuk
membuktikan pemahamannya atas kegiatan membaca. Tahap ini
bisa diakukan melalui kegiatan integrasi membaca dengan
keterampilan berbahasa yang lain, misalnya merangkum dan
menceritakan kembali isi bacaan secara lisan
BAB III
KESIMPULAN

1. Maharah qiro’ah merupakan suatu proses memahami bacaan atau bahasa


tulis dengan melibatkan indera penglihatan (mata) sebagai perantara
utama.
Adapun Kompetensi maharah qiro’ah pada jenjang:
a. Tingkat dasar; mampu mengenali huruf-huruf sebagai lambing bahasa
tulis kemudian mengubahnya menjadi bunyi.
b. Menengah: mampu menyerap setiap pesan dan informasi yang
terkandung di dalam teks bacaan.
c. Perguruan Tinggi: mampu memahami dan mengambil inti sari teks
bacaan untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tahapan penguasaan maharatul qiro’ah meliputi; kemampuan mengenali
kosakata, kalimat, makna dari setiap kosakata dan kalimat yang dibaca,
menganalisis teks bacaan, menceritakan kembali teks bacaan dan
mengkritisi teks bacaan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan


Komunikatif-Interaktif (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 206.
Ahmad Fuad Efendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab…, 124.
Sri Sudiarti, “Peningkatan Keterampilan Membaca Teks Arab Gundul Melalui
Aktifitas Membaca Intensif Berbasis Gramatikal : Studi Kasus
Mahasiswa Bahasa Dan Sastra Arab IAIN STS Jambi,” Fenomena 7,
no. 1 (2015).
Umar Shiddiq Abdullah dan Mahmud Ismail shini “al Mu‟inaat al Bashoriyah fi
al Lughah al Arobiyah jami‟ah al malik al su‟ud, 1984
Muhammad Habib, Prinsip Membaca dan Memahami Bacaan: Teori dan Praktek
(Yaman: Daar Umar, 2000)
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim Al’arabiyah Lighairi Nathiqina Biha (Mesir,
1989).
Hidayatul Khoiriyah, “Metode Qirā’ah Dalam Pembelajaran Keterampilan
Reseptif Berbahasa Arab Untuk Pendidikan Tingkat Menengah,”
Lisanuna, 1, 10 (2020): 42.

Anda mungkin juga menyukai