Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KESULITAN BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dian Arif Noor Pratama, M. Pd

Oleh:

Kelompok III
Dita Ramadhani (2011101082)
Eko Wahyu Utomo (2011101126)
Fenny Arisha Putri (2011101071)
Marjuan (2011101159)
Meilina (2011101194)
Muhammad Fathurrozi (2011101028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Tim penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesulitan
Belajar”.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah


SAW yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan
yang lurus.

Tim penulis menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran guna perubahan yang
lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Akhir kata permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan
dalam makalah ini.

Samarinda, 27 Maret 2021

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
A. Definisi Kesulitan Belajar................................................................................... 3
B. Penyebab Kesulitan Dalam Belajar ..................................................................... 5
C. Cara Mengenal Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar ................................. 7
D. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa .......................................................... 8
BAB III....................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, dimulai


sejak dalam ayunan sampai liang lahat. Apa yang dipelajari dan bagaimana cara
belajarnya pada setiap fase perkembangan berbeda-beda. Banyak teori yang
membahas masalah belajar. Tiap teori bertolak dari asumsi atau anggapan dasar
tertentu tentang belajar. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila
ditemukan konsep atau pandangan serta praktek yang berbeda dari belajar.
Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang sama atau relatif sama
di antara konsep-konsep tersebut. Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman
dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun,
baik secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan
maknanya, ialah bahwa definisi mana pun konsep belajar itu selalu menunjukkan
kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktek atau pengalaman tertentu.
Dalam kasus lain yang ditemui, setiap anak adalah “unik”, tidak dapat
disamakan antara satu anak dan lainnya. Mereka mempunyai ritme
perkembangan yang berbeda-beda. Tak terbanyang jika semua anak sama.
Seorang ibu biasanya lebih peka dalam menangkap “perbedaan” dari anak-anak
yang dilahirkannya. Wajar jika kemudian ibu akan terus mencoba mencari
pendekatan yang tepat dan terbaik dalam menuntun perbedaan pada diri anak-
anaknya. Dengan memperhatikan apa yang berbeda dari tiap-tiap anaknya, orang
tua akan mengetahui bagaimana menyikapinya. Anak yang memiliki “perbedaan”
karena kekhususannya dikatakan sebagai anak berkebutuhan khusus dan harus
dibimbing sesuai dengan kekhususannya tadi. Anak berkebutuhan khusus yang
dibahas dalam buku ini adalah anak yang berkesulitan belajar.
Anak berkesulitan belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
anak luar biasa. Oleh karena itu perlu, perlu pemahaman terhadap anak

1
berkesulitan belajar ditinjau secara histories, empiris, dan teoritik. Ketiga
tinjauan ini dapat memberikan gambaran yang luas terhadap pemahaman anak
berkesulitan belajar. Persoalan anak kesulitan belajar di Indonesia merupakan
persoalan yang baru. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya
penggunaan istilah mengenai hakikat kesulitan belajar secara keliru, banyak
orang termasuk sebagian besar para guru, tidak dapat membedakan antara
kesulitan belajar dengan tunagrahita. Tanpa memahami hakikat kesulitan belajar,
akan sulit pula menentukan jumlah anak berkesulitan belajar sehingga pada
gilirannya juga sulit untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka.
Dengan memahami hakikat kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi mereka
dapat ditentukan dan strategi penanggulangannya yang efektif dan efisien dapat
dicari. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami karena dengan
pengetahuan tersebut dapat dilakukan usaha-usaha preventif maupun kuratif.
Oleh karena itu para calon guru bagi anak berkesulitan belajar perlu memahami
apa itu kesulitan belajar sebelum melakukan pengkajian yang lebih mendalam
tentang pendidikan mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja definisi kesulitan belajar?


2. Apa saja penyebab kesulitan dalam belajar?
3. Bagaimana mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar?
4. Bagaimana usaha mengatasi kesulitan belajar siswa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kesulitan belajar?


2. Untuk mengetahui apa saja penyebab kesulitan dalam belajar?
3. Untuk mengetahui bagaimana mengenal siswa yang mengalami kesulitan
belajar?
4. Untuk mengetahui bagaimana usaha mengatasi kesulitan belajar siswa?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kesulitan Belajar

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris


“Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability
diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak
sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah
learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki
nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning
differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities
lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan
perbedaan rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar
adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada
yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.1
Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985):
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau
tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan
mendengarkan , berpikir , berbicara, membaca, menulis, mengeja , atau
berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gannguan
perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut
tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab
utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau
motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena
kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Menurut Hammill (1981)
kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas
mendengarkan, bercakapcakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam
berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena

1
Yulinda Erma Suryani, “Kesulitan Belajar”, Jurnal Magistra, No. 73, h. 33

3
adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan
dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan
emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses
pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak
menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi faktor
yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.
ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning
Disabilities) dalam Lovitt, (1989) mengatakan bahwa kesulitan belajar khusus
adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis,
yang mengganggu perkembangan kemampuan mengintegrasikan dan
kemampuan bahasa verbal atau nonverbal. Individu berkesulitan belajar
memiliki inteligensi tergolong rata-rata atau di atas rata-rata dan memiliki cukup
kesempatan untuk belajar. Mereka tidak memiliki gangguan sistem sensoris.
Sedangkan NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dalam
Lerner, (2000) berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum untuk
berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung.2 Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga
karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari
dalam individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan
informasi terhadap objek yang diinderainya. Kesulitan belajar adalah kondisi
dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata,
namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan
dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori,
serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik
(Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka
pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom
multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific
learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah
emosional. Kelompok anak dengan Learning Dissability (LD) dicirikan dengan
adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Menurut Cruickshank

2
Yulinda Erma Suryani, “Kesulitan… h. 34

4
(1980) gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latarfigure, visual-motor,
visual-perceptual, pendengaran, intersensory, berpikir konseptual dan abstrak,
bahasa, sosio-emosional, body image, dan konsep diri. Dari beberapa definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan beragam gangguan
dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor
internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak. Kesulitan belajar
bukan disebabkan oleh faktor eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya,
fasilitas belajar, dan lain-lain. Tidak seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak
terlihat dengan jelas dan sering disebut “hidden handicap”. Terkadang kesulitan
ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak yang mengalami
kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever, pemalas,
atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan frustrasi, marah, depresi,
cemas, dan merasa tidak diperlukan.

B. Penyebab Kesulitan Dalam Belajar

Fenomena kesulitan belajar dapat dilihat dari menurunnya penampilan


akademik atau prestasi belajarnya. Selain itu, kesulitan belajar dapat dilihat dari
adanya atau munculnya perilaku yang tidak biasa (misbehavior) siswa seperti
suka berteriak di kelas, mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk
sekolah serta sering minggat dari sekolah.
Ahmadi menyebutkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ke dalam dua
golongan, yaitu: 3

1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor dari dalam diri anak itu sendiri yang
meliputi:
a. Faktor fisiologi, adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak
yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik,
sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak

3
Ridwan Idris, “Mengatasi Kesulitan Belajar Dengan Pendekatan Kognitif”, Jurnal Lentera Pendidikan,
No. 2, Vol. 12, Desember 2009, h. 157

5
sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena
dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti
kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gang guan gerak, serta
cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
b. Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai
perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana diketahui
bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa
aman. Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikologis ini adalah
intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110-
140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami
pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90-
110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi. 4Sedangkan anak yang memiliki IQ
dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar Untuk itu, maka orang tua, serta guru
perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya Selain
IQ, faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah
kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental
anak, dan juga tipe anak dalam belajar.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar anak lingkungan anak meliputi:
a. Faktor-faktor sosial yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh
orang tua mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian
yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup
mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain
itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak. apakah harmonis, atau

4
Ridwan Idris, “Mengatasi Kesulitan Belajar…h. 158

6
jarang bertemu, atau bahkan terpisah Hal ini tentunya juga memberi kan
pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
b. Faktor-faktor non-sosial Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah
kemudian alat alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

C. Cara Mengenal Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar

Siswa sering mengalami gejala-gejala yang tidak mestinya dan di luar


kebiasaan. Dalam hal ini biasanya guru atau orang tua menganggap siswa
tersebut mungkin malas atau bodoh dan tidak dipedulikan bahkan akan
diasingkan Keadaan ini tidak akan menyelesaikan masalah bahkan akan
menambah parah masalah yang muncul. Oleh karena itu, guru perlu mendeteksi
gejala-gejala yang ada untuk dapat memberikan solusi. Menurut Sudrajat,
kesulitan belajar dapat dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. Beberapa peri laku yang
merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:5
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang
diperolehnya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu
tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan kerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar

5
Ismail, “Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajarn Aktif Di Sekolah”, Jurnal Edukasi, No. 1, Vol. 2,
Januari 2016, h. 33-34

7
kelas tidak mau mencatat pelajaran tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan
sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah
tersinggung pemarah, tidak atau kurang gembira dalam meng, hadapi situasi
tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan
perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton mengidentifikasi siswa yang diduga menga lami


kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam
mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam
belajar apabila: 6

1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam
pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan alau mencapai prestasi semestinya, dilihat
berdasarkan ukuran tingkat kemampuan bakat, atau kecerdasan yang
dimilikinya Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan
sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini
dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature),
sehingga harus menjadi pengulang (repeater).

D. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa,


guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan "jenis penyakit" yakni
jenis kesulitan belajar siswa.

6
Ismail, “Kesulitan Belajar Siswa Dalam… h. 35

8
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemu kannya kesulitan
belajar jenis tertentu yang dialami siswa Prosedur seperti ini dikenal sebagai
"diagnostik" kesulitan belajar.7
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain
yang cukup terkenal adalah proses Weener dan Senf sebagaimana yang dikutip
Syah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3. Mewancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensia (IQ) khususnya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.

Secara umum, langkah-langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan


mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes 1Q, guru
dan orang tua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini,
yang sangat perlu dicatat ialah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar
itu ber IQ jauh dibawah normal (tuna grahita), orang tua hendaknya
mengirimkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan khusus anak-anak tuna
grahita, karena lembaga/sekolah biada tidak menyediakan tenaga pendidik dan
kemudahan belajar untuk anak-anak normal.

7
Ismail, “Kesulitan Belajar Siswa Dalam… h. 36

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan
seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti
siswa lain pada umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia
terlambat atau bahkan tidak dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan Dalam analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui
dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar,
melakukan bimbingan dan konseling belajar, dan kemudian menetapkan model
pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar. Pada dasarnya semua anak
memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang dimiliki
berbeda satu dengan yang lainnya. pada tingkat pendidikan dasar berbagai
kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang kuat, membaca, menulis, serta
berhitung. Masalah yang mungkin ada pada pada salah satu kemampuan tersebut
dapat menggangu kemampuan yang lain.Dengan demikian apa yang kita sering
lakukan baik sebagai seorang orang tua, ataupun seorang guru dengan
mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai yang rendah merupakan anak
yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita. Karena sebagaimana kita
ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami gangguan pada salah satu
kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.

B. Saran
Akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami juga menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam makalah ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Dengan segala
kekurangan dan keterbatasannya, kami ucapkan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suryani, Erma Yulinda, “Kesulitan Belajar”, Magistra No. 73 Th. XXII September
2010
Idris, Ridwan, “Mengatasi Kesulitan Belajar Dengan Pendekatan Kognitif”, Jurnal
Lentera Pendidikan, No. 2, Vol. 12, Desember 2009
Ismail, “Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajarn Aktif Di Sekolah”, Jurnal
Edukasi, No. 1, Vol. 2, Januari 2016

11

Anda mungkin juga menyukai