Anda di halaman 1dari 18

DASAR-DASAR PENDIDIKAN

DR. SITI SYAROFAH.SPD.SH.MPD

Oleh :

1. Dita Ramadhani (2011101082)


2. Fani Ovando (2011101222)
3. Meilina (2011101194)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN SAMARINDA

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Samarinda, 08 oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
A. Latar belakang masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 2
A. Pengertian Sifat dan Hakikat Manusia ....................................................... 2
B. Wujud dan Sifat Hakikat Manusia ............................................................. 2
C. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi Pendidikannya ............ 5
D. Pandangan filosofis tentang manusia dan implikasinya terhadap pendidikan
11
BAB III ............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu


peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi
manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat
tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda
dengan hewan.
Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari
kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut
sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap
sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia
dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih
pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi
dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan
mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan
tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain
itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi
hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih
profesional.

B. Rumusan masalah

1. Apa sifat hakikat manusia itu?


2. Apa saja wujud sifat hakikat manusia?
3. Bagaimana manusia dalam pandangan ilmiah dan implikasinya
terhadap pendidikan?
4. Bagaimana pandangan filosofis tentang manusia dan implikasinya
terhadap pendidikan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan sifat dan wujud hakikat manusia


2. Menjelaskan bagaimana manusia dalam pandangan ilmiah dan
implikasinya terhadap pendidikan
3. Menjelaskan pandangan filosofis tentang manusia dan implikaisnya
terhadap pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat dan Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang


secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara
manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologisnya.Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakanmanusia
itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller
menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit)
(Drijarkara, 1962: 138) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang
keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara
gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi
sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperature lalu menjadi
es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan
dapat dijadikan manusia. Padahal kita tahu bahwa manusia mempunyai akal
dan pikiran yang dapat dijadikan sebagai perbedaan manusia dengan hewan.

B. Wujud dan Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia menjadi
delapan, yaitu :

1. Kemampuan Menyadari Diri

Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada


adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka
manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau
karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya
dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan
fisik) disekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia
dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya. Sehingga
mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan
makhluk lainnya.

2. Kemampuan Bereksistensi

Kemampuan bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri,


menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang,
melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelanggu

2
oleh tempat atau ruang ini (di sini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat
menembus ke “sana” dan ke “masa depan” ataupun “masa lampau”.
Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut
kemampuan bereksistensi. Justru karena manusia memiliki kemampuan
bereksistensi inilah maka pada diri manusia terdapat unsur kebebasan.
Dengan kata lain, adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan dikandang
dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka
bumi (Drijarkara, 1962:61-63).

Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta


didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu
keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu
serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

3. Kata Hati (Consecience Of Man)

Kata hati atau (Consecience Of Man) sering disebut hati nurani, pelita
hati, dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan
tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai
manusia. Dalam kaitan dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan
“petujuk bagi moral/perbuatan”. Realisasinya dapat ditempuh dengan
melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang
memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang
tajam.

4. Moral

Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang
singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia
sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur).
Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam
ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang
buruk atau moral yang rendah (asor) atau lazim dikatakan tidak bermoral.
Seseorang dikatakan bermoral tinggi karena ia menyatukan diri dengan
nilai-nilai yang tinngi, serta segenap perbuatannya merupakan peragaan dari
nilai-nilai yang tinggi. Moral (etika) menunjuk kepada perbuatan yang
baik/benar ataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yang jahat.

5. Tanggung Jawab

Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang


menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung
jawab. Wujud bertanggung jawab bermaam-macam yaitu tanggung jawab
kepada diri sendiri, kepada masyarakat, dan kepada Tuhan. Tanggung jawab
kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya

3
penyesalan yang mendalam. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti
menanggung tuntutan norma-norma sosial. Bertanggung jawab kepada
Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama misalnya perasaan
berdosa dan terkutuk.Tanggung jawab yaitu keberanian untuk menentukan
bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan
demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

6. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai
dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan
moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang
sesuai dengan kodrat manusia.

7. Kewajiban dan Hak

Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia.


Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah
memenuhi kewajibanDalam realitas hidup sehari-hari, umumnya
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan kewajiban
dipandang sebagai suatu beban. Tetapi ternyata kewajiban bukanlah menjadi
beban melainkan suatu keniscayaan.Realisasi hak dan kewajiban dalam
prakteknya bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jadi,
meskipun setiap warga punya hak untuk menikmati pendidikan, tetapi jika
fasilitas pendidikan yang tersedia belum memadai maka orang harus
menerima keadaan relisasinya sesuai dengan situasi dan kondisi.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.


Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi
merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya
dengan pengalaman pahit dan penderitaan.Manusia adalah mahluk yang
serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan.
Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat
dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan
hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya
sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan
memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.Kebahagiaan ini dapat
diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan, yaitu
kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam
kaitannya dengan takdir. Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan

4
penting sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan
keagamaan.

C. Pandangan Ilmiah Tentang Manusia dan Implikasi Pendidikannya

1. Antropologi Biologis/Fisik

a. Batasan

Antropologi adalah studi tentang asal-usul, perkembangan,


karakteristik jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia.
Antropologi ilmiah mencakup: antropologi biologis, antropologi sosial
budaya, arkeologi, dan linguistik. Antropologi bio-logis sering pula disebut
antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai
organisme biologis. (Beals, 1977:1).

b. Karakteristik

Manusia adalah Homo Sapiens:

1) Puncak evolusi organik dari makhluk hidup.

2) Kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup:

a) Dunia: binatang.

b) Phylum: chordata.

c) Kelas: mamalia.

d) Orde: primata.

e) Famili: hominidae.

f) Genus: homo.

g) Spesies: sapiens.

3) Ciri-ciri khas:

a) Berjalan tegak (bipedal locomotion).

b) Mempunyai otak yang besar dan kompleks.

c) Hewan yang tergeneralisasi, dapat hidup da-lam berbagai lingkungan.

d) Periode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak berdaya.

5
c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan

Konsep-konsep antropologi biologis menjadi landas-an pendidikan


(Landasan Antropologis Pendidikan).

1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.

2) Keragaman praktek pendidikan, baik dalam sejarah manusia maupun


dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu zaman.

d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan: Lahir dan


berkembangnya antropologi pendidikan.

2. Antropologi Budaya

a. Batasan

Antropologi sosial budaya mempergunakan teknik-teknik riset historis,


observasi, wawancara dalam studi orang yang hidup sekarang. (Deals, 1977:
1)

b. Karakteristik

1) Manusia adalah organisme sosiobudaya.

Budaya = seperangkat cara hidup (berpikir dan berbuat) yang diperoleh


melalui proses belajar, yang memberi ciri pada setiap keputusan
kelompok.

2) Komponen utama budaya.

a) Sebuah kelompok / masyarakat.

b) Sebuah lingkungan dalam kelompok/masyarakat.

c) Sebuah budaya material.

d) Sebuah tradisi budaya.

e) Kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia.

3) Karakteristik umum budaya.

a) Tingkah laku kultural dipelajari.

b) Tingkah laku kultural terorganisasi dalam pola-pola tingkah-laku.

c) Pola-pola budaya diajarkan orang dan berlangsung dan satu generasi


ke generasi lainnya.

6
d) Budaya mempunyai aspek material dan non material.

c. Implikasi dalam praktek pendidikan

Konsep-konsep antropologi sosio budaya menjadi landasan pendidikan


(Landasan Antropologis Pendidikan).

1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.

2) Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan sistem budaya, kesatuan


budaya regional, dan kelompok subkultur.

3) Pendidikan adalah enkulturasi (proses pemindahan budaya dari


generasi ke generasi).

d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan

1) Lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan yang dipelopori


oleh Frans Boa dan Margareth Mead.

2) Adanya kebutuhan Antropologi Filsafat Anak (pandangan tentang


hakekat khuluk atau karakteristik anak).

3. Psikologi

a. Batasan

Psikologi adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku


individu dalam keseluruhan ruang hidupnya, dari dalam kandungan sampai
balita, dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, serta masa tua.
(Woodward & Marquis, 1955: 3).

b. Karakteristik

Individu yang belajar (Callahan & Clark, him: 191-194):

1) Unik (ada perbedaan individual).

2) Banyak kesamaan daripada perbedaannya.

3) Mempunyai berbagai diri.

4) Sebuah organisme total.

5) Mempunyai kesiapan bertindak.

c. Implikasi dalam praktek pendidikan

7
1) Konsep-konsep psikologis tentang individu menjadi dasar pelaksanaan
proses kegiatan belajar-mengajar (Landasan Psikologis Pendidikan).

2) Pendidikan = individualisasi (proses pengembangan individu).

d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan

1) Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan yang dipelopori oleh


Thorndike.

2) Lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan pendidikan yang disebut


developmentalisme atau "Psychological Tendency in Education", yang
dipelopori oleh Pestalozzi, Herbart dan Froebel.

4. Sosiologi

a. Batasan

Sosiologi adalah studi tentang struktur sosial. (Read-ing, 1977:195).

b. Karakteristik Masyarakat

1) Manusia adalah animal sociale (binatang yang hidup bermasyarakat).

2) Masyarakat adalah:

a) Pengalaman kita dengan orang lain di sekitar kita (Berger &


Berger).

b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan di antara manusia,


dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi di dalam hubungan-
hubungan manusia (Ginsberg).

c) Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia (Barlett, dkk).

3) Komponen-komponen masyarakat (Ginsberg):

a) Morfologi sosial.

b) Kontrol sosial.

c) Proses sosial.

d) Patologi sosial.

4) Komponen-komponen masyarakat (Broom & Selznick):

a) Organisasi sosial.

b) Budaya.

8
c) Sosialisasi.

d) Kelompok-kelompok primer.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan

1) Konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar


penyelenggaraan pendidikan (Landasan Sosiologis Pendidikan).

2) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau sebagai lingkungan


tempat berlangsungnya pen-didikan.

3) Pendidikan = sosialisasi (proses menjadi anggota masyarakat yang


diharapkan).

d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan

1) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan, yang


dipelopori oleh Henry Suzzalo.

2) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pen-didikan kependudukan.

3) Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan,


atau sosiological ten-dency in education, yang lebih menekankan konsep
pendidikan pada proses sosialisasi dari pada individualisasi.

5. Politika (Ilmu Politik)

a. Batasan

Politika adalah studi tentang pemerintahan negara. (Broom & Selznick,


1958: 6).

b. Karakteristik pemerintahan Negara

1) Manusia sebagai animal politicon (Aristoteles), binatang yang hidup


berpolitik.

2) Bidang-bidang ilmu politik (Unesco):

a) Teori politik.

b) Lembaga-lembaga politik.

c) Partai-partai politik, keloinpok-kelompok politik, dan pendapat umum.

d) Hubungan-hubungan internasional.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan

9
1) Konsep-konsep politika menjadi. dasar penyelenggaraan pengelolaan
pendidikan makro nasional (Landasan Politikal Pendidikan).

2) Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan.

3) Pendidikan = civilisasi (proses menjadi warga negara yang


diharapkan).

d. Implikasi dalam pengembangan teori pendidikan

1) Lahir dan berkembangnya politika pendidikan/ pendidikan nasional


yang dipelopori oleh Guizot (Perancis), Fischer (Inggris), Horace Mann
dan Henry Benhard (USA), K.H. Dewantara dan Moh. Syafei
(Indonesia).

2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan in-ternasional


(Auslandpedagogik)

6. Ekonomika (Ilmu Ekonomi)

a. Batasan

Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh


kemakmuran materiil manusia. (Wi-nardi, 1989: 177).

b. Karakteristik ekonomi

1) Manusia = animal economicus, binatang yang terus berusaha


memperoleh kemakmuran ma-teriil.

2) Bidang ekonomi:

a) Konsumsi.

b) Produksi.

c) Distribusi.

d) Perrumbuhan sepanjang waktu.

3) Satuan ekonomi:

a) Ekonomi mikro.

b) Ekonomi makro.

c. Implikasi dalam Praktek Pendidikan

10
1) Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar atau landasan pendidikan
(Landasan Ekonomikal Pendidikan).

2) Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan & kegiatan pendidi-


kan.

3) Pendidikan = penanaman modal dalam sumber daya manusia atau


human investment, ditinjau dari ekonomi makro.

4) Pendidikan = profesionalisasi, ditinjau dari eko-nomi mikro.

d. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan

1) Lahir dan berkembangnya ekonomikapendidikan, yang dipelopori


secara konseptual oleh Adam Smith, Alfred Marshall, J. Alan Thomas,
Gheor Dore Schultz.

2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan pembangunan

D. Pandangan filosofis tentang manusia dan implikasinya terhadap pen-


didikan

Salah satu tema sentral filsafat pendidikan adalah pembahasan ten-


tang masalah manusia. Hai ini disebabkan karena keterlibatan manusia da-
lam proses pendidikan sangatlah jelas. Dimana dalam pendidikan, manusia
berperan sebagai subjek sekaligus objek pendidikan (Imam Barnadib,
1997:12). Sementara itu dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang
manusia sangatlah penting, As Syaibani menyatakan bahwa penentuan sikap
dan tanggapan tentang manusia sangat penting dan vital, tanpa sikap dan
tanggapan yang jelas, pendidikan akan meraba-raba (Omar, 1979:10). Apa-
bila pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka berakibat tidak baik pada
proses pendidikan itu sendiri. Persoalan yang kemudian muncul adalah cara
pandang atau konsep manusia yang digunakan untuk menentukan konsep-
konsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu atau aliran tertentu. Begitu juga
apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori atau sistem pendidi-
kan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang digunakan. Be-
berapa tinjauan filsafat tentang manusia dalam pendidikan sebagai berikut:
1. Filsafat Umum/Murni
Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam semesta dan isinya. (Beck,
1979:2).
Berdasarkan telaah filosofis, karakteristik filsafat adalah sebagai berikut:
a. Kritis, yaitu berpikir mengungkapkan dan memecahkan masalah secara
menyeluruh dan mendalam
b. Spekulatif (kontemplatif), yaitu berpikir menerobos melampaui fakta atau
data-data yang tersedia dalam rangka menemukan hal yang hakiki.
c. Fenomenologis, yaitu berpikir berawal dari gejala dan kemudian mencoba
terus

11
menguliti, mengurangi, mereduksi hal-hal yang tak penting, untuk sam-
pai pada hal yang menjadi hakikat dari gejala
d. Normatif, yaitu berpikir yang tertuju untuk mencari hal-hal yang seha-
rusnya. Obyek filsafat adalah pertanyaan umum yang terbuka/abadi, yai-
tu pertanyaan yang tidak pernah selesai dijawab sepanjang hidup manu-
sia. Obyek yang menjadi lingkup pertanyaan filsafat adalah segala sesua-
tu dalam alam semesta dengan segala isinya. Adapun cabang filsafat se-
bagai berikut:
a. Metafisika yaitu hakikat kenyataan masih terbagi lagi menjadi 4, yaitu:
ontology (hakikat kenyataan alam semesta), teologi (hakikat Tuhan),
kosmologi (hakikat alam) dan humanologi (hakikat manusia).
b. Epistimologi yaitu hakikat mengetahui dan pengetahuan, sedangkan logi-
ka yaitu menyimpulkan untuk memperoleh pengetahuan.
c. Aksiologi yaitu hakikat nilai, terbagi menjadi etika (hakikat baik dan ja-
hat) serta estetika (hakikat indah dan jelek).

Aliran-Aliran Filsafat Umum


1) Idealisme
2) Neo-Thomisme
3) Realisme

Implikasi filsafat murni dalam praktek pendidikan yaitu munculnya


konsep-konsep filsafat ilmu seperti metafisika, epistimologi dan aksiologi
yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan (landasan filosofis pen-
didkan). Implikasi berikutnya berupa munculnya sekolah percobaan seperti:
a. Kindergarten dari Froebel merupakan penerapan gagasan pendidikan ide-
alistic
b. Casa De Bambini merupakan sekolah dari Montessori yang merupakan
penerapan gagasan pendidikan naturalistik
c. Laboratory school dari J. Dewey merupakan penerapan gagasan pendidi-
kan
pragmatic/eksperimentalistik, dsb.

Implikasi filsafat murni dalam teori pendidikan sebagai berikut:


a. Munculnya filsafat pendidikan dipelopori oleh Plato
b. Lahir dan berkembangnya aliran filsafat pendidikan, seperti: idealisme
(pendidikan = pemekaran kemampuan berpikir), realisme (pendidikan =
pemekaran kemampuan berbuat dan berpengalaman), eksperimentalisme
(rekonstruksi pengalaman yang terus menerus sepanjang hidup), eksis-
tensialisme (pendidikan = perwujudan kebebasan diri sendiri).

2. Filsafat Antropologi/Antropologi Filosofis


Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakikat
manusia sebagai keseluruhan, atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filoso-
fis tentang manusia pada dasarnya adalah refleksi manusia tentang dirinya
sendiri dan manusia dapat merefleksikan tentang dirinya sendiri hanya jika
menjadi pribadi yang mengenal dirinya. Jadi tujuan utama filsafat an-
tropologi adalah mencerminkan dirinya menjadi seorang pribadi. Objek

12
kajian filsafat antropologi antara lain: masalah hubungan manusia dengan
alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Karakteristik
manusia seutuhnya bahwa satu yang terkandung di dalamnya banyak aspek
(one in many). Manusia seutuhnya adalah animal symbolicum. Karakteristik
lain:
a. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk
mengkomunikasikan pikirannya (animal sociale)
b. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk
menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang unik (animal rationale)
c. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk
menalar dan sadari sebagai pribadi yang menalar.
d. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk
mengkombinasikan unsur-unsur yang menghasilkan suatu yang kreatif.
e. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol maka
dapat mengadakan perbedaan moral.
f. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol dapat
menyadari sendiri sebagai pribadi

Implikasi filsafat antropologi dalam praktek pendidikan antara lain se-


bagai berikut:
a. Konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan
b. Pendidikan = humanisasi (proses mewujudkan kemanusiaan, atau proses
menuju tercapainya manusia seutuhnya
c. Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri secara
kooperatif

Implikasi filsafat antropologi dalam pengembangan teori pendidikan


antara lain sebagai
berikut:
a. Timbul kebutuhan studi filsafat antropologi anak yang tertuju membahas
hakikat anak (anak membawa dosa dari Adam dan hawa di surge; anak
dilahirkan sebagai tabula rasa atau tanpa pembawaan; anak dilahirkan
baik; anak dilahirkan tidak berdaya tapi penuh potensi)
b. Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogik atau ilmu mendidik
yang memadukan aspek faktual dengan aspek normative, yang dipelopori
oleh Herbart (perpaduan antara aspek filosofis yang menentukan tujuan-
tujuan pendidikan dengan aspek psikologis yang menentukan cara-cara
atau metode-metode pendidikan).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakikatnya Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok


dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan
dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan
penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk ber-
ibadah.Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Sub-
hanaha watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak
dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk men-
golah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses
pembelajaran. Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan
pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta si-
kap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indo-
nesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat In-
donesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia
Antropologi adalah studi tentang asal usul, perkembangan, karakteris-
tik jenis (spesies) manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi so-
cial budaya mempergunakan teknik-teknik riset histories, observasi, wa-
wancara dalam studio orang yang hidup sekarang. Psikologi adalah studi
tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ru-
ang hidupnya, dari dalam kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak
sampai masa dewasa, serta masa tua.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang kami susun
tersebut.
Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan
kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kamidemi mencapainya
kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami dan pada khususnya seluruh pembaca makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/sifat-dan-hakikat-manusia/

http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/pandangan-ilmiah-dan-filosofis-
tentang.html?m=1

https://www.researchgate.net/publication/338832626_IMPLIKASI_PANDANGAN_FILOS
OFIS_TENTANG_MANUSIA_DALAM_PENDIDIKAN_IMPLICATIONS_OF_PHILOSOPHICAL_
VIEWS_OF_PEOPLE_IN_EDUCATION

15

Anda mungkin juga menyukai