ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas Dasar-Dasar Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Siti Syarofah, SPd, SH, MPd.
Disusun oleh:
KELOMPOK 9
Haidir ( 2011101044 )
Muhammad Fathurrozi ( 2011101028 )
Nur Fatimah ( 2011101013 )
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas izin dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa
pula kami hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami
berharap kepada pembaca agar berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan
saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Akhirul kalam,
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Aliran-Aliran Dalam Pendidikan?
2. Apa saja Aliran-Aliran Klasik Dalam Pendidikan?
3. Jelaskan masing-masing Gerakan Baru Dalam Pendidikan?
4. Apa saja Aliran Pokok Pendidikan Yang Ada Di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Aliran-Aliran Dalam Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Aliran-Aliran Klasik Dalam Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui Gerakan Baru Dalam Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Aliran Pokok Pendidikan Yang Ada Di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam aliran-aliran pendidikan terdapat 2 macam aliran, yaitu Aliran Klasik, dan
Aliran Modern. Aliran-aliran Klasik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu Aliran
Empirisme, Aliran Nativisme, Aliran Konvergensi, dan Aliran Naturalisme. Yaitu
sebagai berikut:
1. Aliran Empirisme
1
Syamsuar, “Aliran-aliran yang mempengaruhi kurikulum pendidikan”, Jurnal At-Ta’dib, edisi no. 1,
Vol. V, 2013
3
pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga
dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau
anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan
anak. John Locke tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam
indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk
perkembangan jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya
yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses
penginderaan.
2. Aliran Nativisme
Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa
anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya
ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak
mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan
menjadi jahat, jika pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang
di inginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat,
yakni lingkungan yang alami.
3. Aliran Konvergensi
4
konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungan,
atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan
semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan
anak.
4. Aliran Naturalisme
1. Progresivisme
5
dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya
bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah
kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatankegiatan belajar
yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum). Metode
pendidikan Progresivisme antara lain:
2. Esensialisme
6
perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi
kegiatan-kegiatan di kelas. Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang
telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah
berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-
unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk
mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
Metode pendidikan:
3. Rekonstruksionalisme
4. Perennialisme
7
mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang
tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara
induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan.
Penguasaan pengetahuan mengenai prinsipprinsip pertama adalah modal bagi
seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan,
bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami
faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan
penyelesaian masalahnya.
5. Idealisme
8
berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau
materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.
Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan
untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
3. Sekolah Kerja
4. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar
di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan
sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan
kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif.
9
Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya
masyarakat maju.
10
f. Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Dalam mendidik anak perlu adanya keikhlasan lahir maupun bathin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.
11
INS mulanya sangat sederhana. Saat pertama kali dibuka, minggu 31 Oktober
1926, yakni satu tahun setelah Sjafe’i pulang dari pendidikan di Belanda,
bangunan sekolah itu masih menggunakan rumah penduduk yang disewa, terletak
di tengah-tengah Nagari Kayutanam, tidak jauh dari stasiun kereta api. Murid
angkatan pertama berjumlah 79 orang. Mereka datang dari berbagai daerah.
Gurunya hanya Sjafe’i seorang, sehingga murid dibagi dalam 2 kelas, belajar
berganti hari. Waktu itu belum punya bangku dan meja dalam ruangan. Para
murid belajar di lantai beralas tikar, sedangkan papan tulis disandarkan pada
kursi.
12
kebudayaan di Padang Panjang. INS bangkit lagi pada bulan Mei 1950, dengan 30
murid.
Menurut Fhadilla (2014) pada awal berdiri nama perguruan ini memakai
bahasa Belanda yakni Indonesisch Nederlandsch School dengan kependekan INS.
Maksud nama ini menggunakan bahasa Belanda dikarenakan sewaktu berdiri
negara Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda agar tidak menimbulkan
rasa curiga terhadap sekolah yang didirikan oleh Mohammad Sjafe’i. Sebelumnya
sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda dalam pemberian nama
selalu mendahulukan kata Hollandsch baru setelah itu kata Indonesisch. Pada
masa pendudukan Jepang, kependekan dari INS berganti arti yakni Indonesia
Nippon School. Penamaan ini bertujuan sebagai pelindung diri atas kekejaman
tentara Jepang. Pada periode kemerdekaan Indonesia, kependekan dari INS
berubah menjadi Indonesia National School, nama ini sesuai dengan kondisi
daerah Kayutanam saat itu. Pada tahun 1972 dalam rapat Munas di Jakarta, atas
usulan dari Prof. Dr. Deliar Noer mengusulkan agar kepanjangan dari INS diganti
menjadi Institut Nasional Sjafe’i dan masyarakat Kayutanam sendiri menyebut
sekolah ini dengan sebutan “INS Kayutanam”. Pada tahun 1975 Ruang Pendidik
SMA INS Kayutanam memakai kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan
kurikulum Mohammad Sjafe’i.
13
pekerjaan tangan tidak hanya mengenai ketrampilan saja, banyak lagi
sangkutannya dengan perkembangan jiwa si pelajar”, “Jadilah engkau, menjadi
engkau”, dan lain-lain. Kiranya kutipan-kutipan itu dapat menggambarkan
pendekatannya dalam melaksanakan upaya pendidikan. Dapat pula dikatakan
bahwa Mohammad Sjafe’i telah lebih dahulu menerapkan pendekatan pendidikan
yang jauh di kemudian hari dirumuskan orang sebagai “student-centered
learning”.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam aliran-aliran pendidikan terdapat 2 macam aliran, yaitu Aliran Klasik, dan
Aliran Modern. Aliran-aliran Klasik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu Aliran
Empirisme, Aliran Nativisme, Aliran Konvergensi, dan Aliran Naturalisme. Dan
Aliran-aliran Modern terbagi menjadi 5 bagian, yaitu Progresivisme, Esensialisme,
Rekonstruksionalisme, Perennialisme, dan Idealisme.
Gerakan Baru dalam Pendidikan ada 4 macam, yaitu Pengajaran Alam Sekitar,
Pengajaran Pusat Perhatian, Sekolah Kerja, dan Pengajaran Proyek.
15
B. Saran
Dalam proses belajar dan mengajar pendidik harus memilih aliran yang sesuai
dengan karakter siswanya agar kesuksesan dapat tercapai dengan baik dan terbentuk
hubungan yang interaktif antara pendidik dan peserta didik.
16
DAFTAR PUSTAKA
17