Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas Dasar-Dasar Pendidikan

Dosen Pengampu:
Dr. Siti Syarofah, SPd, SH, MPd.

Disusun oleh:

KELOMPOK 9

Haidir ( 2011101044 )
Muhammad Fathurrozi ( 2011101028 )
Nur Fatimah ( 2011101013 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas izin dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa
pula kami hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN “ bertujuan


untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan.

Selama proses penyusunan makalah, kami mendapatkan bantuan dan


bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada Dosen
Pengampu Dr. Siti Syarofah, SPd, SH, MPd. Selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Pendidikan, Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, dan Kepada teman-
teman yang telah berkontribusi terhadap makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami
berharap kepada pembaca agar berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan
saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Akhirul kalam,

Wassalamualaikum wr.wb

Samarinda, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan masalah ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian aliran-aliran pendidikan ................................................................ 3
B. Aliran klasik pendidikan ................................................................................. 5
C. Gerakan baru dalam pendidikan ..................................................................... 7
D. Aliran pokok pendidikan di Indonesia............................................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
A. Kesimpulan ...........................................................................................................17
B. Saran ......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar Belakang Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan


perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam
perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan.
Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai
sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi
penerus (generasi muda).

Pemikiran- pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi


berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan
kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-
pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami
perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran
dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.

Aliran-aliran dalam pendidikan pada umumnya mengemukakan satu gagasan


atau pendapat secara umum mengenai pendidikan. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan dibahas mengenai pengantar aliaran aliran klasik dan macam-macam aliran-
aliran klasik yang nantinya agar kita dapat mengetahui dan memahami berbagai aspek
dari aliran- aliran klasik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Aliran-Aliran Dalam Pendidikan?
2. Apa saja Aliran-Aliran Klasik Dalam Pendidikan?
3. Jelaskan masing-masing Gerakan Baru Dalam Pendidikan?
4. Apa saja Aliran Pokok Pendidikan Yang Ada Di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Aliran-Aliran Dalam Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Aliran-Aliran Klasik Dalam Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui Gerakan Baru Dalam Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Aliran Pokok Pendidikan Yang Ada Di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran-Aliran Pendidikan

Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaharuan dalam dunia pendidikan1. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran pemikirn terdahulu selalu ditanggapi
dengan pro, dan kontra oleh pemikir berikutnya. Sehingga timbul pemikiran yang
baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami,
perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon
tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu Aliran
Klasik, Aliran Modern dan Aliran Pendidikan Pokok di Indonesia.

B. Aliran-Aliran Klasik Dalam Pendidikan

Dalam aliran-aliran pendidikan terdapat 2 macam aliran, yaitu Aliran Klasik, dan
Aliran Modern. Aliran-aliran Klasik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu Aliran
Empirisme, Aliran Nativisme, Aliran Konvergensi, dan Aliran Naturalisme. Yaitu
sebagai berikut:

1. Aliran Empirisme

Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan,


keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh
pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung
berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri
dari apa yang didapatkan secara langsung. Jadi segala kecakapan dan
pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan

1
Syamsuar, “Aliran-aliran yang mempengaruhi kurikulum pendidikan”, Jurnal At-Ta’dib, edisi no. 1,
Vol. V, 2013

3
pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga
dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau
anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan
anak. John Locke tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam
indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk
perkembangan jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya
yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses
penginderaan.

2. Aliran Nativisme

Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa
anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya
ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak
mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan
menjadi jahat, jika pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang
di inginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat,
yakni lingkungan yang alami.

3. Aliran Konvergensi

Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan


yang sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana teori
nativisme, teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak
lahir juga meliputi pembawaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang
dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut. William
Stern mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan dari
lingkugan yang keduanya merupakan sebagaimana dua garis yang bertemu atau
menuju pada satu titik yang disebut konvergensi. Dari beberapa uraian diatas,
teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori

4
konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungan,
atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan
semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan
anak.

4. Aliran Naturalisme

Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan


kadangkadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu.
Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki
pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan
pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan
lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika
pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan
anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi
menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh
jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan
anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak
dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh
positif terhadap perkembangan anak.

Dan Aliran-aliran Modern terbagi menjadi 5 bagian, yaitu Progresivisme,


Esensialisme, Rekonstruksionalisme, Perennialisme, dan Idealisme. Yaitu sebagai
berikut:

1. Progresivisme

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan


penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru
(teachercentered) atau bahan pelajaran (subjectcentered). Tujuan pendidikan

5
dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya
bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah
kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatankegiatan belajar
yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum). Metode
pendidikan Progresivisme antara lain:

a. Metode belajar aktif.


b. Metode memonitor kegiatan belajar.
c. Metode penelitian ilmiah
d. Pendidikan berpusat pada anak.

Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak.


Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan.
Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam
pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak,
yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas
sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai
keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang
berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan
berbeda dari orang dewasa.

2. Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang


memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilainilai yang tertanam dalam nilai
budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-
angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di
dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam

6
perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi
kegiatan-kegiatan di kelas. Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang
telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah
berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-
unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk
mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
Metode pendidikan:

a. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).


b. Peserta didik dipaksa untuk belajar.
c. Latihan mental.

Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran


akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan
ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika. Sedangkan
kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata
pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra.

3. Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi


pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang
menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran
kecil dari kehidupan sosial di masyarakat.

4. Perennialisme

Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-


nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu
pencarian dan penanaman kebenarankebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru

7
mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang
tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara
induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan.
Penguasaan pengetahuan mengenai prinsipprinsip pertama adalah modal bagi
seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan,
bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami
faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan
penyelesaian masalahnya.

5. Idealisme

Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan


jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani
dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang
ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu
angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa
yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam
menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan
mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk
mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-
hari. Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara
yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya.
Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga
kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya
membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil
yang tidak banyak bermakna. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme

8
berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau
materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.
Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan
untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.

C. Gerakan Baru Dalam Pendidikan


1. Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah


gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di
Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.

2. Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia


dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang
pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna
bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.

3. Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari


pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam
pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan
pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-
macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.

4. Pengajaran Proyek

Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar
di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan
sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan
kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif.

9
Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya
masyarakat maju.

D. Aliran Pokok Pendidikan Di Indonesia


1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa Perguruan taman siswa didirikan oleh


Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta. Selanjutnya mulai
didirikan Taman Indria (Taman kanak-kanak) dan kursus guru, selanjutnya taman
muda (Taman SD) disusul Taman Dewasa merangkap taman guru (mulo kweek
school). Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi taman madya,
Prasarjana, dan Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman siswa telah meliputi
semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Perguruan tinggi taman sisiwa
mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintahan kolonial
belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup yang bersifat
nasional dan demokratis. Ketujuh asas tersebut biasanya disebut dengan asas
1922 adalah sebagai berikut:

a. Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat


terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
b. Pengajaran harus memberikan pengetahuan yang berfaedah yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c. Pengajaran harus bersandar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat
e. Untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun
bathin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak
bantuan apapun dan dari siapun yang mengikat, baik ikatan secara lahir
mapun ikatan secara bathumum.

10
f. Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Dalam mendidik anak perlu adanya keikhlasan lahir maupun bathin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.

2. Ruang Pendidik INS Kayutanam

Mohammad Sjafe’i mendirikan Ruang Pendidik INS Kayutanam pada tanggal


31 Oktober 1926 di Kabupaten Padang Pariaman Sumater Barat. INS Kayutanam
adalah satu sekolah modern bercorak nasional yang peranannya cukup besar pada
perkembangan dunia pendidikan Indonesia, khususnya di Sumatera Barat.
Setidaknya ada 3 alasan mengapa kita memberikan perhatian khusus pada
pemikiran pendidikan Mohammad Sjafe’i, yaitu (1) tak diragukan lagi ia
termasuk salah seorang di antara sedikit tokoh pemikir besar dan praktisi di
bidang pendidikan bangsa yang telah menunjukkan reputasinya di masa lalu lewat
”ruang pendidikan INS” yang dibinanya sejak tahun 1926; (2) ia telah menanam
dan buah pendidikan yang dihasilkannya tidak hanya melahirkan orang-orang ber-
keahlian di bidangnya masingmasing, melainkan juga menelorkan generasi
terpelajar yang telah tercerahkan dan mencerahkan kesadaran kebangsaan di
zaman penjajahan; (3) buah pendidikan para pendahulu ini, pada gilirannya telah
menjadi bagian dari mata-rantai center of excellence (”pusat keunggulan”) yang
diperlukan bangsa Indonesia dalam membangun harga diri bangsa, lewat
“pendidikan yang memerdekakan”.

Pendidikan ini berkembang beriringan dengan perjuangan pendidikan


Muhammadiyah maupun Taman Siswa. Pendidikan INS Kayu Taman ini
berpengaruh secara signifikan terhadap pola pikir masyarakat pada saat itu. INS
Kayutanam pada mulanya dipimpin oleh ayah angkatnya, kemudian diambil alih
oleh Mohammad Sjafe’i. Terletak di atas lahan erfpacht seluas 18 ha, komplek

11
INS mulanya sangat sederhana. Saat pertama kali dibuka, minggu 31 Oktober
1926, yakni satu tahun setelah Sjafe’i pulang dari pendidikan di Belanda,
bangunan sekolah itu masih menggunakan rumah penduduk yang disewa, terletak
di tengah-tengah Nagari Kayutanam, tidak jauh dari stasiun kereta api. Murid
angkatan pertama berjumlah 79 orang. Mereka datang dari berbagai daerah.
Gurunya hanya Sjafe’i seorang, sehingga murid dibagi dalam 2 kelas, belajar
berganti hari. Waktu itu belum punya bangku dan meja dalam ruangan. Para
murid belajar di lantai beralas tikar, sedangkan papan tulis disandarkan pada
kursi.

Lahirnya Ruang Pendidik INS Kayutanam tidak terlepas dari upaya


Mohammad Sjafe’i mewujudkan cita-cita dari kedua orang tua angkatnya. Ia juga
didukung oleh sebuah organisasi perkumpulan buruh kereta api yang bernama
Vereeniging Bumi Poetra Staats-Spoors (VBPSS) berkedudukan di Padang yang
dipimpin oleh Abdul Rachman. Tujuan awal pendidikan Ruang Pendidik INS
Kayutanam adalah mendidik manusia supaya menjadi manusia, membimbing
anak didik kepada diri, dan bakat yang dimilikinya. Ruang Pendidik INS
Kayutanam lebih di kenal sebagai “Sekolah Ahli Tukang”, maksudnya lulusan
Ruang Pendidik INS Kayutanam ini setiap muridnya memiliki talenta dan
kemauan untuk berkarya. Seperti kata Mohammad Sjafe’i, murid yang datang ke
INS masuk dengan satu pintu dan keluar dengan banyak pintu.

Barnadib (1983) dan Raharja (2008) menjelaskan bahwa sekolah dari


Mohammad Sjafe’i sebagai bentuk reaksi dari sekolah-sekolah Pemerintah Hindia
Belanda. Sekolah ini memang kurang terkenal karena tidak mempunyai cabang
seperti sekolah-sekolah Muhammadiyah maupun Taman Siswa. Perkembangan
sekolah ini mengalami pasang surut, sesuai dengan keadaan Indonesia saat itu.
Pada bulan Desember 1948 sewaktu Belanda menyerang ke Kayutanam, seluruh
gedung INS dihanguskan, termasuk ruang pendidikan, pengajaran, dan

12
kebudayaan di Padang Panjang. INS bangkit lagi pada bulan Mei 1950, dengan 30
murid.

Menurut Fhadilla (2014) pada awal berdiri nama perguruan ini memakai
bahasa Belanda yakni Indonesisch Nederlandsch School dengan kependekan INS.
Maksud nama ini menggunakan bahasa Belanda dikarenakan sewaktu berdiri
negara Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda agar tidak menimbulkan
rasa curiga terhadap sekolah yang didirikan oleh Mohammad Sjafe’i. Sebelumnya
sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda dalam pemberian nama
selalu mendahulukan kata Hollandsch baru setelah itu kata Indonesisch. Pada
masa pendudukan Jepang, kependekan dari INS berganti arti yakni Indonesia
Nippon School. Penamaan ini bertujuan sebagai pelindung diri atas kekejaman
tentara Jepang. Pada periode kemerdekaan Indonesia, kependekan dari INS
berubah menjadi Indonesia National School, nama ini sesuai dengan kondisi
daerah Kayutanam saat itu. Pada tahun 1972 dalam rapat Munas di Jakarta, atas
usulan dari Prof. Dr. Deliar Noer mengusulkan agar kepanjangan dari INS diganti
menjadi Institut Nasional Sjafe’i dan masyarakat Kayutanam sendiri menyebut
sekolah ini dengan sebutan “INS Kayutanam”. Pada tahun 1975 Ruang Pendidik
SMA INS Kayutanam memakai kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan
kurikulum Mohammad Sjafe’i.

Mohammad Sjafe’i terkenal dengan falsafahnya “Alam Takambang Jadi


Guru” yang menekan pada keseimbangan otak, hati dan tangan. Beberapa
ungkapan lain yang bermuatan falsafah pendidikan dari tokoh ini antara lain
adalah: “Jangan minta buah mangga kepada pohon rambutan, tapi jadikanlah
setiap pohon menghasilkan buah yang manis”; “Salah satu alat besar yang bisa
mengubah keadaan kita dan menolong mengejar ketinggalan-ketinggalan adalah
Pendidikan yang bersifat aktif positif dan belajar menurut bakat”; “Barang siapa
yang mengeluh, ia kalah”; “Bangsa Indonesia tak dapat tidak akan mendapat
manfaat yang sangat besar apabila juga berpikir kritis dan logis”; “Pelajaran

13
pekerjaan tangan tidak hanya mengenai ketrampilan saja, banyak lagi
sangkutannya dengan perkembangan jiwa si pelajar”, “Jadilah engkau, menjadi
engkau”, dan lain-lain. Kiranya kutipan-kutipan itu dapat menggambarkan
pendekatannya dalam melaksanakan upaya pendidikan. Dapat pula dikatakan
bahwa Mohammad Sjafe’i telah lebih dahulu menerapkan pendekatan pendidikan
yang jauh di kemudian hari dirumuskan orang sebagai “student-centered
learning”.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran pemikirn terdahulu selalu ditanggapi
dengan pro, dan kontra oleh pemikir berikutnya. Dalam dunia pendidikan setidaknya
terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu Aliran Klasik, Aliran Modern dan Aliran
Pendidikan Pokok di Indonesia.

Dalam aliran-aliran pendidikan terdapat 2 macam aliran, yaitu Aliran Klasik, dan
Aliran Modern. Aliran-aliran Klasik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu Aliran
Empirisme, Aliran Nativisme, Aliran Konvergensi, dan Aliran Naturalisme. Dan
Aliran-aliran Modern terbagi menjadi 5 bagian, yaitu Progresivisme, Esensialisme,
Rekonstruksionalisme, Perennialisme, dan Idealisme.

Gerakan Baru dalam Pendidikan ada 4 macam, yaitu Pengajaran Alam Sekitar,
Pengajaran Pusat Perhatian, Sekolah Kerja, dan Pengajaran Proyek.

Pada dasarnya Aliran Pokok Pendidikan mempunyai kesamaan ialah


pemberdayaan individu. Di Indonesia, ada terdapat 2 aliran pokok pendidikan yang
dominan memberi warna dalam praktik pendidikan yaitu aliran perguruan taman
siswa oleh Ki Hadjar Dewantara dan aliran pendidikan INS Kayu Taman yang
didirikan oleh muhammad syafii. Kajian tentang berbagai aliran pendidikan itu akan
memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan, yang
pada gilirannya kelak dapat memberikan kontribusi terhadap dinamika pendidikan.

15
B. Saran

Dalam proses belajar dan mengajar pendidik harus memilih aliran yang sesuai
dengan karakter siswanya agar kesuksesan dapat tercapai dengan baik dan terbentuk
hubungan yang interaktif antara pendidik dan peserta didik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuar, “Aliran-aliran yang mempengaruhi kurikulum pendidikan”, Jurnal


At-Ta’dib, edisi no. 1, Vol. V, 2013

17

Anda mungkin juga menyukai