Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PAHAM-PAHAM ALIRAN PENDIDIKAN


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sularmi, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Hilmy Majid Sanjaya (K7121130)


2. Santi Mustika Wati (K7121257)
3. Sofiana Ayu Rachmawati (K7121269)

KELAS 1B

PROGRAM STUDI PGSD SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya
dengan judul “Paham-Paham Aliran Pendidikan”

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sularmi, M.Pd.Selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret untuk bimbingan dan
arahannya.
2. Teman-teman kelas 1B, khususnya untuk anggota kelompok 9Ilmu Pendidikan atas
bantuan dan dukungannya.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran dari dosen dan teman-teman demi kesempurnaan
makalah di masa yang akan dating. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 24 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………………………….... i

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………. ii

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………...… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………...…… 1

BAB II
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………... 2
A. Pengertian Aliran Pendidikan ………………………………………………………… 2
B. Macam-Macam Aliran Klasik Pendidikan …………………………………………… 2
1. Aliran Empirisme ……………………………………………………….................. 3
2. Aliran Nativisme………………………………………………………................... 4
3. Aliran Naturalisme ………………………………………………………................ 5
4. Aliran Konvergensi ………………………………………………………............... 6
C. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia ……………………... 7

BAB III
PENUTUP …………………………………………………………………………….……… 8
A. Kesimpulan ….……………………………………………………................................ 8
B. Saran ………………………………………………………........................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………............................ 9


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda
antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran
yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada muncul
berbagai aliran pendidikan. Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam
pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni
kemampuan memahami kaitan antara pengalaman masa lampau serta perkiraan masa
mendatang.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aliran pendidikan?
2. Apa saja macam-macam aliran klasik pendidikan?
3. Apa pengaruh aliran klasik terhadap dunia pendidikan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian aliran pendidikan
2. Menjelaskan macam-macam aliran klasik pendidikan
3. Menjelaskan pengaruh aliran klasik terhadap dunia pendidikan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aliran Pendidikan
Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir
berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru dan begitu seterusnya.
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu timbul gagasan
untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui
pendidikan. Pendidikan di dalam masyarakat senantiasa menjadi perhatian utama dalam
rangka memajukan kehidupan generasi yang sejalan dengan tuntutan, perkembangan dan
kemajuan masyarakat dari zaman ke zaman (Nadirah, 2013). Mengingat perkembangan
kehidupan dan pelaksanaan pendidikan bersifat dinamis, maka gagasan-gagasan yang muncul
pun bersifat dinamis (sesuai dengan alam pikir dan dinamika manusianya). Kondisi akhirnya
mendorong lahirnya aliran-aliran dalam pendidikan.
Aliran-aliran dalam pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik karena
pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan
deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik (menyeluruh).

B. Macam-Macam Aliran Klasik Pendidikan


1. Aliran Empirisme
Berasal dari kata empire, artinya pengalaman. Tokoh utama aliran ini ialah John Locke
(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiricism” (aliran
empirisme Inggris). Namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika
Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran
lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan)
yang relatif masih baru (Syah, 2002). Selain Locke, terdapat juga ahli pendidikan lain yang
mempunyai pandangan hampir sama, yaitu Helvatus, ahli filsafat Yunani yang berpendapat,
bahwa manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama yaitu suci dan bersih.
Pendidikan dan lingkungan yang akan membuat manusia berbeda-beda (Djumransjah, 2004).
Manusia-manusia dapat dididik apa saja (ke arah yang baik dan ke arah yang buruk)
menurut kehendak lingkungan atau pendidikan. Dalam hal ini, alamlah yang membentuknya.
Pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis, karena upaya
pendidikan hasilnya sangat optimis dapat mempengaruhi perkembangan anak, sedangkan
pembawaan tidak berpengaruh sama sekali (Suryabrata, 2002; Purwanto, 2004).
Aliran ini mengandaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia
ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor pengalaman yang berada di luar diri manusia, baik
yang sengaja di desain melalui pendidikan formal maupun pengalaman-pengalaman tidak
disengaja yang diterima melalui pendidikan informal, non formal, dan alam sekitar. Aliran
ini berpendapat bahwa pendidikanlah yang menentukan masa depan manusia, sedangkan
faktor-faktor yang berasal dari dalam, seperti bakat dan keturunan tidak mempunyai
pengaruh sama sekali dalam menentukan masa depan manusia (Setianingsih, 2008).
Menurut Mudyahardjo et al (1992) empirisme dipandang sebagai hal yang paling
produktif, karena dalam dunia pendidikan lingkunganlah yang berperan besar untuk
membentuk potensi dan pengetahuan peserta didik. Ada beberapa lingkungan yang berperan
dalam proses pendidikan, diantaranya adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dalam proses ini inderawi sepenuhnya sangat berperan dalam berlangsungnya proses
pendidikan dan menjadi hal yang nyata dalam praktek pendidikan.
Aliran empirisme berkembang luas di dunia Barat terutama Amerika Serikat. Aliran ini
dalam perkembangannya menjelma menjadi aliran/ teori belajar behaviorisme yang
dipelopori oleh William James dan Large. Banyak pula pengaruh aliran ini terhadap
pandangan tokoh pendidikan Barat lainnya, seperti Watson, Skinner, Dewey, dan sebagainya.

2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme berlawanan 180˚ dengan aliran empirisme. Nativisme berasal dari kata
nativus yang berarti kelahiran atau native yang artinya asli atau asal. Tokoh utama aliran ini
adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman (Ilyas, 1997). Dalam
artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan dalam golongan Plato, Descartes, Lomborso,
dan pengikut-pengikutnya yang lain. Nativisme berpendapat bahwa sejak lahir anak telah
memiliki/membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau
keturunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta hasil pendidikan sepenuhnya
(Nadirah, 2013).
Aliran nativisme mengesampingkan peranan lingkungan sosial, pembinaan dan
pendidikan. Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada
dalam diri manusia dan aliran ini erat kaitannya dengan aliran intuisme dalam penentuan baik
dan buruk manusia. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan
peran pembinaan dan pendidikan (Nata, 2002). Pandangan tersebut dikenal dengan
pesimisme paedagogis, karena sangat pesimis terhadap upayaupaya dan hasil pendidikan.
Aliran nativisme menolak dengan tegas adanya pengaruh eksternal. Pendidikan tidak
berpengaruh sama sekali dalam membentuk manusia menjadi baik. Pendidikan tidak
bermanfaat sama sekali. Sebaliknya, kalau kita menginginkan manusia menjadi baik, maka
yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kedua orang tuanya karena merekalah yang
mewariskan faktor-faktor bawaan kepada anak-anaknya. Nativisme jelas merupakan aliran
yang mengakui adanya daya-daya asli yang telah terbentuk sejak lahirnya manusia ke dunia.
Daya-daya tersebut ada yang dapat tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal
kemampuan manusia dan ada yang dapat tumbuh berkembang hanya sampai pada titik
tertentu sesuai dengan kemampuan individual manusia (Setianingsih, 2008). Para ahli yang
berpendirian Nativis biasanya mempertahankan kebenaran konsep ini dengan menunjukkan
berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya (Sabri, 1996).
Beberapa tokoh yang berhubungan dengan aliran nativisme adalah Rochacher, Rosear,
dan Basedow. Rochacher mengatakan bahwa manusia adalah hasil proses alam yang berjalan
menurut hukum tertentu. Manusia tidak dapat mengubah hukum-hukum tersebut. Rosear
mengatakan bahwa manusia tidak dapat dididik. Pendidik malah akan merusak
perkembangan anak. Pendidikan adalah persoalan yang membiarkan atau membebaskan
pertumbuhan anak secara kodrati. Sementara itu, Basedow mengatakan bahwa pendidikan
adalah pelanggaran atas kecenderungan berkembang yang wajar dari anak. Aliran ini juga
disebut predestinatif yang menyatakan bahwa perkembangan atas nasib manusia telah
ditentukan sebelumnya, yakni tergantung pada bawaan dan bakat yang dimilikinya.
Aliran ini masih memungkinkan adanya pendidikan. Namun, mendidik menurut aliran ini
membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya. Berhasil tidaknya perkembangan
anak tergantung kepada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki anak. Apa yang
patut dihargai dari pendidikan atau manfaat yang diberikan oleh pendidikan, tidak lebih dari
sekadar memoles permukaan peradaban dan tingkah laku sosial, sedangkan lapis yang
mendalam dan kepribadian anak, tidak perlu ditentukan.

3. Aliran Naturalisme
Natur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini ada
persamaannya dengan aliran nativisme (beberapa ahli menyebut dengan istilah “sama”,
“hampir sama” dan “senada”. Istilah natura telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-
macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari
fenomena ruang dan waktu.
Aliran Naturalisme dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau. Ia mengatakan, “Segala
sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek
manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan
mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut.
Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang
mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.
Menurut Ilyas (1997) naturalisme bependapat bahwa pada hakekatnya semua anak
manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta, tetapi
akhirnya rusak sewaktu berada di tangan manusia. Oleh karena itu, Rousseau menciptakan
konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri
menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat
bahwa jika anak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau
pendidik tidak perlu untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika
seorang anak bermain pisau, atau bermain api kemudian terbakar atau tersayat tangannya,
atau bermain air kemudian ia gatal-gatal atau masuk angin. Ini adalah bentuk hukuman alam.
Biarlah anak itu merasakan sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang
nantinya menjadi insaf dengan sendirinya.
4. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi menyatakan bahwa pembawaan tanpa dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tidak akan bisa berkembang, demikian juga sebaliknya. Potensi yang ada pada
pembawaan dari seorang anak akan berkembang ketika mendapat pendidikan dan
pengalaman dari lingkungan. Sedangkan secara psikis untuk mengetahui potensi yang ada
pada anak didik yaitu dengan cara melihat potensi yang dimunculkan pada anak tersebut.
Pembawaan yang disertai disposisi telah ada pada masing-masing individu yang
membutuhkan tempat untuk merealisasikan dan mengembangkannya. Pada dasarnya
pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan
(potensi) yang terdapat pada suatu individu dan ayang selama masa perkembangannya benar-
benar dapat direalisasikan.
Aliran konvergensi pada prinsipnya berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan
sama pentingnya. Perkembangan jiwa seseorang tergantung pada bakat sejak lahir dan
lingkungannya, khususnya pendidikan. Peran pendidikan adalah memberi pengalaman
belajar agar anak dapat berkembang secara optimal. Menurut aliran konvergensi
perkembangan pribadi merupakan hasil proses kerjasama antara potensi hereditas (internal)
dan lingkungan (eksternal). Jadi menurut aliran konvergensi: (1) pendidikan dapat diberikan
kepada semua orang, (2) pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengembangkan pembawaannya yang baik dan mencegah pembawaan
yang buruk, (3) hasil pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan (Moerdiyanto,
2011).
Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama
dengan orang tuanya itu, setelah ditelusuri ternyata waktu dan bakat orang tersebut sama
dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya. Dengan demikian, tidak semua bakat dan watak
seseorang dapat diturunkan langsung kepada anak-anaknya, tetapi mungkin kepada cucunya
atau anak-anaknya cucunya. Alhasil, bakat dan watak dapat tersembunyi sampai beberapa
generasi (Syah, 2002).
Teori konvergensi ini pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh-kembang manusia (Tirtarahardja & Sulo, 2005), meskipun masih
ada juga beberapa kritik terhadapnya. Aliran konvergensi dikritik sebagai aliran yang cocok
untuk hewan dan tumbuhan, kalau bibitnya baik dan lingkungannya baik maka hasilnya pasti
baik. Padahal bagi manusia itu belum tentu, karena masih ada faktor lain yang
mempengaruhi, yaitu pilihan atau seleksi dari yang bersangkutan.

C. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia


Awalnya pendidikan di Indonesia terutama diselenggarakan oleh keluarga dan
masyarakat, misalnya kelompok belajar/padepokan, lembaga keagamaan/pesantren, dan lain-
lain. Pendidikan oleh keluarga dan masyarakat dalam konteks ini diasosiasikan dengan
pendidikan di pondok pesantren (sistem asrama). Hal ini karena pada umumnya, pondok
pesantren adalah milik kyai atau sekelompok keluarga. Tak jarang pondok pesantren
didirikan atas prakarsa penguasa, raja-raja, atau orang kaya lain. Pondok pesantren sebagai
lembaga bagi pendidikan dan penyebaran agama Islam lahir dan berkembang semenjak
masamasa permulaan kedatangan Islam di Indonesia.
Aliran-aliran pendidikan klasik mulai di kenal di Indonesia melalui upaya-upaya
pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan kemudian disusul
oleh adanya orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Dunia pendidikan
Indonesia dikelola secara modern baru dikenal setelah kedatangan bangsa Barat, terutama
setelah pemerintah Hindia Belanda melaksanakan kebijakan baru dalam politiknya yang
dibuktikan dengan diterapkannya politik etis di Indonesia pada awal abad ke-20. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk memperbaiki taraf hidup rakyat Indonesia, salah satu cara untuk
mencapai sasaran tersebut adalah dengan memberikan pendidikan pada rakyat Indonesia.
Selain itu alasan pemerintah Hindia Belanda adalah untuk mempertahankan posisinya
sebagai penguasa dan dapat memenuhi kebutuhan dalam pemerintahnya. Selanjutnya,
menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) pasca kemerdekaan, gagasan-gagasan dari aliran-aliran
pendidikan itu masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar di berbagai
Negara di Eropa, Amerika, dan lainlain. Seperti diketahui, sistem persekolahan
diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Penjajah Belanda pada masa
itu tidak hanya menghegemoni secara langsung melalui kebijakannya namun juga melalui
buku bacaan, koran, dan sejenisnya. Seiring waktu berlalu, persebaran media cetak dan
hubungan internasional oleh pemerintahan yang terjadi dengan negaranegara di Eropa dan
Amerika kemudian menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di bidang pendidikan di
Indonesia. Salah satu organisasi massa keagaaman yang cepat merespon dan kemudian
mengembangkan sistem persekolahan itu adalah Muhammadiyah.
Semua aliran klasik pendidikan pada dasarnya telah mempengaruhi dunia pendidikan di
Indonesia. Keempat aliran klasik tersebut banyak diadopsi dalam mengatur sistem
pendidikan di sekolah-sekolah di berbagai negara termasuk Indonesia. Aliran-aliran tersebut
memiliki kecenderungan untuk mengemukakan satu faktor dominan saja dalam
mengembangkan manusia. Sebagai hasilnya, penganut aliran klasik, sebagaimana
kebanyakan sekolah formal yang ada di Indonesia, belum mampu untuk mensinergikan yang
dididik dengan lingkungannya serta memposisikan yang dididik menjadi subyek pendidik
juga, sebagaimana yang dilakukan oleh penganut aliran baru dalam pendidikan.
Menurut Pramudia (2006) dalam perkembangannya aliran-aliran tersebut telah
mengilhami pelaku pendidikan di Indonesia bahwa pendidikan berarti suatu proses
humanisasi, oleh sebab itu hak-hak asasi manusia perlu dihormati. Anak didik bukanlah robot
tetapi manusia yang harus dibantu di dalam proses pendewasaannya agar dia dapat mandiri
dan berpikir kristis. Selain itu pendidikan merupakan hak asasi manusia, oleh karena itu
pemerataan pendidikan haruslah dilaksanakan secara konsekuen.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pada
pendidikan. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek.
Macam-macam aliran pendidikan yaitu :
1. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan,
sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme menyatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing.
Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Aliran ini pun berkeyakinan
bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan sebaliknya, yang baik akan menjadi
baik.
3. Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang
diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
4. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini
berguna untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Husamah, A. R. (2015). Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai