Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEKILAS TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat dan Pengantar Profesi
Dosen Pengampu: Dr. Rio Kurniawan, Spd.I, M.S.I., M.Pd.

Disusun oleh:

Dhea Hana Kusuma (206121313)

Arnia Amarita (206121329)

Mila Alimah Khifatul Umah (206121334)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
2020/2021

i|Page
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah kami yang membahas
tentang “Filsafat Pendidikan” ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tak lepas dari
bantuan dan tuntutan Allah SWT , bimbingan Dr. Rio Kurniawan, Spd.I, M.S.I.,
M.Pd. selaku dosen pengampu dalam Mata Kuliah Filsafat dan Pengantar
Profesi ini, serta bantuan dari kawan-kawan seperjuangan. Untuk itu, dalam
kesempatan kali ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih jauh
dari kata sempurna. Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Walaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Hormat kami,

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………...……………………………….…….......i

KATA PENGANTAR……...………………..…………………..………...……..ii

DAFTAR ISI………………..………………………………...............................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………..……………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…..…………………….…………………….......................1
C. Tujuan…………………….……………………………….………...………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan………………………………………....………………2
B. Aliran/ Mazhab Filsafat Pendidikan………………………….……..…………3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………8

DAFTAR PUATAKA............................................................................................9

iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan (The Education philosophi of Education) adalah
bagian dari adanya penerapan ajaran ke dalam pendidikan. Filsafat pendidikan
pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-
hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas,
pengetahuan dan nilai.
Filsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-
cita itu dalam di dalam kehidupan dan dalam kepribadiaan manusia. Mendidik
ialah mewujudkan nilai-nilai yang disumbangkan filsafat, dimulai dengan
generasi muda, nilai untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam
kepribadian mereka dan melembagakan dalam kehidupan mereka
Hal-hal tersebut dapat dikemukakan untuk dijadikan pertimbangan
dalam Pendidikan dalam upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Untuk itulah lebih jelasnnya disini penulis akan membahas tentang
“Pengertian Pendidikan dan Aliran/ Mazhab Filsafat Pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Filsafat Pendidikan?
2. Apa saja Aliran/ Mazhab Filsafat Pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditarik beberapa tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari Pendidikan.
2. Mengetahui Aliran/ Mazhab Filsafat Pendidikan.

1|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat akan menentukan “mau
dibawa kemana” siswa kita. Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang
melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh
sebab itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok
masyarakat tertentu atau yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini
Dosen/Guru) akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Filsafat pendidikan pada hakekatnya adalah penerapan analisa
filsafat terhadap lapangan pendidikan. John Dewey mengatakan bahwa
filsafat adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan (Barnadib, 1990: 14-15). Pemikiran sesuai cabang-
cabang filsafat turut mempengaruhi pelaksanaan pendidikan.
Falsafah yang dianut oleh suatu Negara bagaimanapun akan
mewarnai tujuan pendidikan di negara tersebut. Dengan demikian, tujuan
pendidikan suatu negara akan berbeda dengan negara lainnya, disesuaikan
dengan falsafah yang dianut oleh negara-negara tersebut. Tujuan
pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehemsif
mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan itu memuat pernyataan-
pernyataan (statement) mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki oleh siswa selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang
dianut. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara
filsafat yang dianut dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan. Falsafah
yang dianut oleh suatu Negara bagaimanapun akan mewarnai tujuan
pendidikan di negara tersebut.1

1
Kristiawan, Muhammad. 2016. “Filsafat Pendidikan, The Choice is Yours”,
https://www.researchgate.net/publication/316100284, diakses pada 08 September
pukul 17.14 WIB.

2|Page
B. Aliran/ Mazhab Filsafat Pendidikan
Dalam Filsafat terdapat berbagai madzhab, aliran-aliran seperti
progresvisme, esensialisme, perennialisme, rekontruksionalisme, dan
ekstensialisme. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedang filsafat beraneka ragam alirannya. Maka dalam filsafat pendidikan
pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak
aliran dalam filsafat itu sendiri.2
1. Aliran Progressivisme
Aliran progresivisme adalah suatu aliran, filsafat pendidikan
yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20 ini. Pengaruh itu terasa di
seluruh dunia, terlebih- lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan
di dalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran
progressivisme ini.3
A. Sifat-sifat aliran progressivisme
Sifat-sifat umum aliran progressivisme dapat
diklasifikasikan dalam dua kelompok: (a) sifat-sifat negatif, dan (b)
sifat-sifat posif. Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa,
progressivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala
bentuk, seperti halnya terdapat dalam agama, politik, etika dan
epistemologi positif dalam arti, bahwa progressivisme menaruh
kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-
kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari alam sejak ia lahir -
man's natural powers. Terutama yang dimaksud ialah kekuatan-
kekuatan manusia untuk terus-menerus melawan dan mengatasi

2
Agustini, Dewi. 2016. “Artikel Filsafat Pendidikan”,
http://dewiagustini97.blogspot.com/2016/11/artikel-filsafat-
pendidikan.html?m=1, diakses pada 16 September pukul 20.30 WIB.
3
Theodore Brameld, The Pattern of Educational Philosophy, The Mac. Milian Company,
New York, 1956.

3|Page
kekuatan-kekuatan, takhayu1-takhayul dan kegawatan- kegawatan
yang timbul dari lingkung hidup yang selamanya mengancam. 4
B. Keyakinan-keyakinan progressivisme tentang pendidikan
Istilah progressivisme dalam bagian ini akan dipakai dalam
hubungannya dengan pendidikan, dan menunjukkan sekelompok
keyakinan-keyakinan yang tersusun secara harmonic dan sistematis
dalam hal mendidik. Keyakinan-keyakinan mana didasarkan pada
sekelompok keyakinan-keyakinan filsafat yang lazim disebut orang
pragmatisme, instrumentalisme dan eksperimentalisme.
2. Aliran Esensialisme
Esensialisme muncul pada zaman Renaissans, dengan ciri-ciri
utamanya yang berbeda dengan progressivisme. Perbedaan ini
terutama dalam memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang
penuh fleksibelitas, di mana serba terbuka untuk perubahan, toleran
dan tidak ada keterikatan dengan doktrin tertentu. Bagi esensialisme,
pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan
kurang terarah.5
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan
semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran
kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah per-
kembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola
kurikulum,seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya.6 Sehingga
peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi
sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan social yang ada di
masyarakat.

4
Joe Park, Selected Readings in the Philosophy of Education, New York, Mackn
Publishing Co, Inc. 1974), h.
5
Ibid., h. 84
6
Muhammad Noor Syam, op. cit., hal. 153.

4|Page
3. Aliran Perennialisme
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford
Advanced learner's Dictionary of Current English diartikan sebagai
"continuing throughout the whole year" atau "Lasting for a very long
time". Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran
perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada
nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perennialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman
modem telah menimbulkan banyak krisis di berbagai bidang
kehidupan umat manusia. Untuk mengatasi krisis ini perennialisme
memberikan jalan keluar berupa "kembali kepada kebudayaan masa
lampau7 regressive road to culture. Oleh sebab itu perennialisme
memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan
keadaan manusia zaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau
yang dianggap cukup ideal dan yang telah terpuji ketangguhannya.
Sikap kembali pada masa lampau bukanlah berarti nostalgia- sikap
yang membanggakan kesuksesan dan memulihkan kepercayaan pada
nilai- nilai asasi abad silam yang juga diperlukan dalam kehidupan
abad modern.
4. Aliran Rekonstruksionalisme
Pada dasarnya aliran rekonstruksionalisme adalah sepaham
dengan aliran perennialisme dalam hendak mengatasi krisis kehidupan
modern. Hanya saja jalan yang ditempuhnya berbeda dengan apa yang
dipakai oleh perennialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang
dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu konsensus yang paling
luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam
kehidupan manusia-restore to the original form.
Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionalisme berusaha
mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat
mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh

7
Ibid, hal. 158

5|Page
lingkungannya. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan,
rekonstruksionalisme ingin "merombak tata susunan lama, dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.8
Di sini nampak ada kesamaan dengan Dewey dalam "education as
reconstruction".
5. Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme biasa dialamatkan sebagai salah satu reaksi dari
sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir
punah akibat perang dunia kedua.9 Dengan demikian eksistensialisme
pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan
mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan
hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Sebagai aliran filsafat,
eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham
eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya
sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti
katanya, yaitu: "filsafat yang menempatkan cara wujud manusia
sebagai tema sentral".10 Maka, di sini letak kesulitan merumuskan
pengertian eksistensialisme-sebagai aliran filsafat. Bahkan para filosof
eksistensialis sendiri tidak memperoleh perumusan yang sama tentang
eksistensialisme itu perdefinisi. Secara. singkat Kierkegaard
memberikan pengertian eksistensialisme adalah suatu penolakan
terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logic atau tidak ilmiah.
Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional.11
Dengan demilkian aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki
dengan pengalaman, dan situasi sejarah yang isalami, dan tidak mau
terikat oleh hal- hal yang sifatnya abstrak serta spekulatif. Baginya,
segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang

8
Muhammad Noor Syam, op. cit., hal. 183.
9
Fernando R. Molina, The Sources of Eksistentialism As Philophys, New Jersey, Prentice-
Hall, 1969, hal. 1
10
Fuad Hassan, Kita dan Kami, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hal. 7-8.
11
Paul Roubiczek, Existentialism For and Against, Cambridge University Press, 1966,
hal.10.

6|Page
tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk
mencapai keyakinan hidupnya.

7|Page
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat merupakan perangkat
nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan
pendidikan. Filsafat pendidikan yaitu penerapan analisa filsafat terhadap
lapangan pendidikan. Tujuan pendidikan suatu negara akan berbeda
dengan negara lainnya, disesuaikan dengan falsafah yang dianut oleh
negara-negara tersebut. Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan
mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan itu memuat pernyataan-
pernyataan (statement) mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki oleh siswa selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang
dianut. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara
filsafat yang dianut dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan.
Dalam Filsafat terdapat berbagai madzhab, aliran-aliran seperti
progresvisme, esensialisme, perennialisme, rekontruksionalisme, dan
ekstensialisme. Aliran progresivisme adalah suatu aliran, filsafat
pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20 ini. Sifat-sifat
umum aliran progressivisme dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok:
(a) sifat-sifat negatif, dan (b) sifat-sifat posif. Esensialisme muncul pada
zaman Renaissans. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk
pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Aliran perennialisme mengandung
kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma
yang bersifat kekal abadi. Aliran rekonstruksionalisme adalah sepaham
dengan aliran perennialisme dalam hendak mengatasi krisis kehidupan
modern. eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat
yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan
keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.

8|Page
DAFTAR PUATAKA

Agustini, Dewi. 2016. “Artikel Filsafat Pendidikan”,

http://dewiagustini97.blogspot.com/2016/11/artikel-filsafat-

pendidikan.html?m=1, diakses pada 16 September pukul 20.30

WIB.

Fernando R. Molina, The Sources of Eksistentialism As Philophys, New

Jersey, Prentice-Hall, 1969, hal. 1

Fuad Hassan, Kita dan Kami, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hal. 7-8.

https://media.neliti.com/media/publications/273934-mazhab-filsafat-

pendidikan-dan-implikasi-0b021ba2.pdf, diakses 12 September

Ibid, hal. 158

Ibid., h. 84 bid., h. 84

Joe Park, Selected Readings in the Philosophy of Education, New York,

Mackn Publishing Co, Inc. 1974), h.

Kristiawan, Muhammad. 2016. “Filsafat Pendidikan, The Choice is

Yours”, https://www.researchgate.net/publication/316100284,

diakses pada 08 September pukul 17.14 WIB.

Muhammad Noor Syam, op. cit., hal. 153.

Muhammad Noor Syam, op. cit., hal. 183.

Paul Roubiczek, Existentialism For and Against, Cambridge University

Press, 1966, hal.10.

Theodore Brameld, The Pattern of Educational Philosophy, The Mac.

Milian Company, New York, 1956.

9|Page

Anda mungkin juga menyukai