Dosen Pengampu:
Dr. Yantoro, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam mata
pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya. Kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini kami mengucapkan terima kasih bagi segala pihak yang
Penulis
5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulis ........................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
6
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Jika dilihat dari etimologinya, essensialisme memiliki dua asal kata dalam
bahasa inggris yaitu essensial dan isme. Essensial yang memiliki arti inti atau
pokok dari sesuatu. Sedangkan isme memiliki arti aliran, paham atau mahzab.
Sedangkan menurut istilah aliran filsafat Essenssialisme merupakan sebuah aliran
dalam filsafat yang ingin manusia kembali pada kebudayaannya yang lama.
Kebudayaan manusia yang lama telah memberikan banyak kebaikan untuk umat
manusia adalah anggapan aliran esensialisme. Dalam hal pendidikan, Aliran
esensialisme memiliki pendapat jika perspektif yang sering berubah, belum
terarah dan tidak pasti, gampang goyah timbul karena pendidikan bertumpu pada
dasar pandangan yang fleksibilitas dalam segala bentuk. Maka dari itu, pendidikan
itu harus berdiri diatas pijakan value yang stabil dan sudah teruji oleh waktu yang
cukup lama serta memiliki nilai yang jelas dan sudah lolos seleksi.
Menurut Diane (2000:465-467) “tujuan esensialis dari pendidikan adalah
untuk mentransmisikan dan memelihara dasar-dasar budaya manusia yang
diperlukan.” Sekolah memiliki misi spesifik dan jelas dari mentransmisikan
keterampilan dan subjek manusia yang penting kepada kaum muda untuk
dilestarikan dan dilewati ke generasi mendatang. Sebagai pendidik profesional
yang efektif, guru harus:
1. mematuhi kurikulum keterampilan dan mata pelajaran dasar yang
didefinisikan dengan baik;
2. menanamkan inti berdasarkan nilai-nilai tradisional Barat dan Amerika
patriotisme, kerja keras, usaha, ketepatan waktu, penghormatan
terhadap otoritas, dan kesopanan;
3. mengelola ruang kelas secara efisien dan efektif sebagai bidang disiplin
dan ketertiban;
4. mempromosikan siswa berdasarkan prestasi akademik dan bukan
promosi sosial.
Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C.
Bagley adalah sebagai berikut :
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya
belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena
dorongan dari dalam diri siswa.
11
dan alam (relisme) atau masyarakat dan yang absolut (idealisme) mempunyai
peranan menentukan bagaimana seharusnya individu (peserta didik) hidup.
4. Metode
Dalam hal metode pendidikan Esensialisme menyarankan agar sekolah-
sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan
disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan
prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.
5. Peranan guru dan peserta didik
Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara
dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan
sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan perannya sebagai
pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik yang
dapat dipercaya. Dengan denikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada
guru, bukan pada peserta didik.
Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk mengatur pelajaran.
Menurut idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada kebaikan dan kebenaran
seperti yang telah ditetapkan oleh yang absolut. Sedangkan menurut realisme
belajar berarti penyesuaian diri terhadap masyarakat dan alam. Belajar berarti
menerima dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan
baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan
berikutnya (Dinn Wahyudin, 2010:4.20-4.22).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Esensi diartikan sebagai ciri tetap yang bersifat konstan, tidak bisa
berubah, kekal, dan akan selalu abadi. Sedangkan menurut istilah aliran
esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia terutama sejak zaman
renaissance. Aliran esensialisme merupakan perpaduan dari aliran idealisme dan
realisme, jadi dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme. Tokoh-
tokoh aliran esensialisme adalah William Chandler Bagley, Johann Amos
Comenius (1592-1670), John Locke (1632-1704), dan Johann Fiedrich Herbart
(1776-1841).
Pandangan pendidikan dalam aliran esensialisme prakteknya cenderung
menekankan pada pelajaran membaca, menulis, dan menghitung, karena tiga
pelajaran ini dipandang sebagai pengetahuan dasar yang begitu ditekankan dalam
esensialisme. Jadi kurikulum yang digunakan dalam aliran esensialisme
menekankan pada pemahaman melalui percobaan sains dan penguasaan ilmu-ilmu
alamiah daripada ilmu spiritual. Sedangkan peranan guru dikalangan esensialisme
berbeda dengan peranan guru menurut progresivisme yang menganggap guru
hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada
esensialisme guru menjadi otoritatif. Aliran ini menganggap sekolah seharusnya
mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak
menjadi warga Negara teladan.
Rekonstruksinisme berasal dari Bahasa Inggris yaitu reconstruct, yang
berarti menyusun kembali. rekonstruksinisme merupakan sebuah aliran atau
paham tertentu. Jadi rekonstruksinisme adalah salah satu aliran filsafat yang
berpusat pada sebuah perubahan melalui penyusunan kembali tatanan tradisional
menjadi lebih modern. Tokoh dari aliran rekonstruksinisme adalah George Count,
Harold Rugg dan John Hendrik.
Dalam pendidikan aliran rekonstruksi Kurikulum mengarah pada ilmu
pengetahuan dasar seperti sosial, politik, ekonomi dan ditambah ilmu pengatahuan
yang actual. Posisi guru dalam pendidikan dalam aliran ini tidak hanya menjalan
25
dari kurikulum yang sudah ada, tapi juga secara kritis dapat menghubungkan
materi kurikulum dengan sosial masyarakat. Sedangkan peserta didik dituntut
untuk menjadi makhluk yang aktif dan kreatif. Sedangkan tujuan dari pendidikan
aliran rekonstruksi adalah berupaya membekali siswa dengan pengetahuan sosial,
politik dan sebagainya, sehingga siswa dapat mengatasi masalah-masalah yag
terjadi dalam sosial masyarakat.
3.2 SARAN
Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dipaparkan dalam
makalah ini diharapkan para pembaca terutama bagi calon pendidik untuk dapat
mengkritisi, memahami, mendalami, dan menerapkan aliran filsafat pendidikan
yang dapat membangun pendidikan yang bermutu. Penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selaku penulis memohon kepada
pembaca supaya berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
25
26