Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
“PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN”
Dosen pengampu : Dr. Dina Ampera, M.Pd
Nur Basuki, S.Pd., M.Pd., M.Pd.T

Disusun Oleh :

Amanda Tiyanti (5203143013)


Winanda Nova Aprilya Br Hutasoit (5203143017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat dan kemudahan
kepada kami dalam mengerjakan makalah ini dengan tepat waktu dan telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani baik akal maupun pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Peranan Filsafat Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan dengan dosen pengampu Ibu Dr. Dina Ampera, M.Pd dan Bapak Nur
Basuki, S.Pd., M.Pd., M.Pd.T.
Kemudian daripada itu, kami sadar akan banyaknya kekurangan dan kesalahan di dalam makalah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dina Ampera, M.Pd dan Bapak Nur Basuki,
S.Pd., M.Pd., M.Pd.T selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terkhusus bagi pembaca, dan apabila terdapat kesalahan kata ataupun kalimat kami
mohon maaf.

September 2020

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan ............................................................................. 3


2.2 Peranan Filsafat Pendidikan ................................................................................. 3
2.3 Aliran Filsafat Pendidikan .................................................................................... 4
2.3.1 Aliran Empirisme ......................................................................................... 4
2.3.2 Nativisme dan Naturalisme ........................................................................... 4
2.3.3 Teori Konvergensi ........................................................................................ 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 7

3.2 Saran .................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan
kehidupanya. Di antara permasalahan yang dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan
yang ada di lingkungan pendidikan.
Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan
landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat
dalam pengalaman pendidikan.
Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Karena itu filsafat dan pedidikan memiliki
hubungan hakiki dan timbal balik, filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan
memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerlukan jawaban
secara filosofis.
Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali
lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah.
Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya, apa itu, dari mana itu,
hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya
akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun
Barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “bilakah
permulaan yang ada ini, dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi, apakah yang
terakhir sekali bertahan di dalam ini” (Rifai, 1994: 67). Akan tetapi mereka akan berusaha
untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu
Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.
Dari uraian di atas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari
sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu
pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi
kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama
membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Kira-
kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya Zarathusthra, dari keluarga Sapitama,
yang lahir di tepi sebuah sungai, yang ditolong oleh Ahura Mazda dalam masa pemerintahan
raja-raja Akhamania (550-530 SM). Timur jauh yang termasuk dalam wilayah Timur jauh
ialah Cina India dan jepang. Di India berkembang filsafat Spiritualisme, Hinduisme, dan
Buddhisme. Sedangkan di Jepang berkembang Shintoisme. Begitu juga di Cina berkembang,
Taoisme, dan Komfusianism.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Filsafat Pendidikan
2. Peranan Filsafat Pendidikan
3. Pengertian Aliran Empirisme

1
4. Pengertian Nativisme dan Naturalisme
5. Teori Konvergensi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar Mahasiswa mampu memahami
konsep ilmu pendidikan, peranan filsafat dalam perencanaan program pendidikan, dan
penerapan filsafat pendidikan di sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan adalah ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan
dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisis secara kritis struktur dan
manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan
pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta
didik dalam pembelajaran.Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan
yang menyentuh aspek pengalaman.

2.2 Peranan Filsafat Pendidikan


Filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan
dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya
dengan menggunakan metode ilmiah lainnya.
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan maka di dalamnya terjadi proses pendidikan atau proses
belajar yang akan memberikan pengertian. Proses tersebut akan membawa pengaruh terhadap
perkembangan jiwa seorang anak didik atau peserta didik, dan subjek didik ke arah yang lebih
dinamis, baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual maupun fisik menuju
kedewasaan dan kematangan.
Tujuan akhir pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan semua potensi manusia
secara teratur dan terwujud. Apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan.
Untuk memberikan makna yang lebih jelas dan tegas tentang kedewasaan dan kematangan
yang ingin dituju dalam pendidikan, maka masalah ini merupakan bidang garapan yang akan
dirumuskan oleh filsafat pendidikan.
Untuk memahami bagaimana peranan filsafat pendidikan lebih jauh, dapat kita ketahui
melalui peranan antara filsafat dan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dan diubah yang
artinya filsafat menetapkan ide-ide dan idealisme, sedangkan pendidikan adalah suatu usaha
yang sengaja dan terencana, untuk merealisasikan ide-ide itu menjadi kenyataan. Hal tersebut
sebagaimana tersimpul dalam pikiran Kilpatrick yang dikemukakan dalam bukunya
Philosophy of Education sebagai berikut:
Philosophy of education, we may add, is the study of camparative effects (1) of rival
philosophies on the life process and (2) of alternative educative process on character
building; both under taken in order to find what management of education is likely to build of
the most constructive character in young and old.
Adapula pandangan killpatrick yang mudah dipahami tentang peranan dan fungsi filsafat
adalah sebagai berikut :

3
1. Menyelidiki perbandingan pengaruh Filsafat-ilsafat yang bersaing di dalam proses
kehidupan.
2. Kemungkinan proses-proses pendidikan dan pembinaan watak keduanya, mengusahakan
untuk menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang
paling konstruktif bagi golongan muda dan tua.

2.3 Aliran Filsafat Pendidikan


Adapun aliran-aliran yang berpengaruh dan beberapa ide filsafat dalam pendidikan antara
lain tersimpul dalam beberapa pandangan sebagai berikut ini
2.3.1 Aliran Empirisme
Kata empirisme berasal dan kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh aliran ini adalah
John Locke (1632-1704), seorang filosofi bangsa Inggris. Ia berpendapat bahwa anak lahir di
dunia ini sebagai kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di
atasnya. Sehingga, aliran ini disebut juga dengan nama aliran tabula rasa. Kertas kosong atau
meja berlapis lilin itu dapat ditulisi sekehendak hati penulisnya.
Menurut teori ini, kepribadian didasarkan pada lingkungan pendidikan yang didapatnya, atau
perkembangan jiwa seseorang semata-mata bergantung pada pendidikan.
Dunia luar pada umumnya disebut lingkungan, baik lingkungan hidup maupun lingkungan
mati. Lingkungan hidup seperti manusia, hewan, dan tanaman, sedangkan lingkungan mati
meliputi benda-benda mati. Dan, setiap lingkungan mempunyai situasi tersendiri. Ada situasi
ekonomi, sosial, kebudayaan, dan keagamaan. Dan, pendidikan dengan segala aktivitasnya
merupakan salah satu lingkungan anak didik.
2.3.2 Nativisme dan Naturalisme
a). Nativisme
Aliran ini adalah penganut salah satu ajaran filsafat idealisme. Tokohnya Arthur
Shopenhauer (1788-1860), yang berpandangan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrat
dan kelahiran, tidak mendapatkan pengaruh dari alam sekitar atau pendidikan sekalipun, dan
itulah yang disebut kepribadian manusia. Potensi-potensi pembawaan yang bersifat kodrati
sebagai pribadi seseorang, bukan hasil pendidikan. Tanpa potensi-potensi heriditas yang baik,
tidak mungkin seseorang mendapatkan taraf yang dikehendaki, meskipun mendapatkan
pendidikan yang maksimal. Kemungkinan, seorang anak yang mempunyai potensi heriditas
rendah akan tetap rendah, walaupun ia sudah dewasa dan terdidik.
Contohnya Yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik. Hal itu tidak
akan diubah oleh ketentuan pendidikan, karena potensi itu bersifat kodrati. Pendidikan tidak
sesuai dengan bakat dan potensi anak didik, juga tidak akan berguna bagi perkembangan anak.
b).Naturalisme
Pandangan aliran ini hampir sama dengan nativisme, karena pandangan ini sering
mengemukakan teori yang ganjil tentang kemungkinan manusia dapat di didik. Tokohnya
adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang ilsuf bangsa Prancis, yang
mengemukakan pendapat dalam bukunya yang berjudul Emile, bahwa semua dalam keadaan
baik pada waktu datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan
manusia. Dari pendapat Rosseau tersebut, dapat diketahui bahwa semua manusia yang baru

4
lahir mempunyai pembawaan yang baik, namun pembawaan yang baik menjadi rusak oleh
tangan manusia sendiri. Artinya, pendidikan akan dapat merusak pembawaan anak yang baik,
karena aliran ini tidak memandang perlu adanya pendidikan bagi pengembangan bakat dan
kemampuan anak.
Dari kedua pandangan tersebut, jelas bahwa pendidikan yang pesimis dapat berjalan dengan
pandangan optimis alamiah. Yakni, membiarkan anak terdidik secara alami sesuai dengan
hukum perkembangan dalam proses yang berlangsung sewajarnya. Sehingga, bukan orangtua
maupun guru yang akan memimpin dan membimbing seseorang ke arah kedewasaan, berdiri
sendiri, dan bertanggung jawab, melainkan tergantung kepada alam, hidup, dan pengalaman
mereka dalam kehidupan.
2.3.3 Teori Konvergensi
Teori atau aliran konvergensi ini ingin mengompromikan dua macam aliran yang ekstrem,
yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme. Tokoh aliran ini lalah William Stern (1871–
1938), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa pembawaan dan
lingkungan sama pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan
anak didik.
Hasil perkembangan dan pendidikan anak tergantung kepada besar kecilnya pembawaan
serta situasi lingkungannya. Walaupun dalam keadaan pembawaan yang sama, pengaruh
lingkungan pada manusia dapat dibuktikan. Kemampuan dua orang anak kembar, yang ketika
lahir sudah dapat ditentukan oleh dokter bahwa pembawaan mereka sama, tetapi jika
dibesarkan dalam lingkungan yang berlainan mereka akan berlainan pula perkembangan
jiwanya. Jadi, dari pandangan teori konvergensi ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu
adalah
a) Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.
b) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk.
c) Hasil pendidikan tergantung kepada pembawaan dan lingkungan.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai peranan dan fungsi filsafat pendidikan bagi para
pendidik yaitu sebagai berikut

o Fungsi Spekulatif Untuk melaksanakan fungsi spekulatif ini, maka filsafat pendidikan
berusaha melakukan hal berikut:
1) Menarik kesimpulan atau merangkum berbagai persoalan pendidikan ke dalam suatu
gambaran pokok atau aksioma, melalui proses abstrak dan generalisasi. Atau menurut
Brubacher, seperti dalam fungsi ini educational philosophy makes an endeavor to be
sinoptic.
2) Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan, dan faktor-faktor lain yang
memengaruhi pendidikan.

o Fungsi Normatif Selanjutnya menurut Brubacher, dalam fungsi ini filsafat pendidikan
diharapkan mempunyai tanggung jawab terhadap formulasi tujuan, norma, atau standar

5
untuk mengarahkan proses pendidikan. Dan, norma yang disesuaikan dengan kenyataan
yang telah dipertimbangkan, baik secara normatif maupun menurut kenyataan ilmiah.

o Fungsi Kritik ,inilah beberapa fungsi kritik yang terdapat filsafat pendidikan yakni sebagai
beikut:
1) Menguji dasar-dasar pemikiran logis.
2) Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar-benar harus baku dan jelas.
3) Memerlukan bukti yaitu bukti yang dapat diterima untuk menguatkan atau menyangkal
ungkapan-ungkapan fakta tentang pendidikan.

o Fungsi Teori bagi Praktik yaitu dengan adanya Konsep, ide, analisis, dan kesimpulan-
kesimpulan yang terdapat dalam filsafat pendidikan berfungsi sebagai teori.Sedangkan,
filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktik dan tampak bahwa filsafat
dan ilmu pendidikan dipandang sebagai bidang-bidang ilmu yang saling melengkapi .

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan
dan pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan.
Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran.Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh
aspek pengalaman.
Adapula pandangan killpatrick yang mudah dipahami tentang peranan dan fungsi filsafat
adalah sebagai berikut :
1. Menyelidiki perbandingan pengaruh filsafat-filsafat yang bersaing di dalam proses
kehidupan.
2. Kemungkinan proses-proses pendidikan dan pembinaan watak keduanya, mengusahakan
untuk menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang
paling konstruktif bagi golongan muda dan tua.
Menurut aliran empirisme, kepribadian didasarkan pada lingkungan pendidikan yang
didapatnya, atau perkembangan jiwa seseorang semata-mata bergantung pada pendidikan.
Menurut pandangan nativisme dan naturalisme, jelas bahwa pendidikan yang pesimis dapat
berjalan dengan pandangan optimis alamiah. Yakni, membiarkan anak terdidik secara alami
sesuai dengan hukum perkembangan dalam proses yang berlangsung sewajarnya. Sehingga,
bukan orangtua maupun guru yang akan memimpin dan membimbing seseorang ke arah
kedewasaan, berdiri sendiri, dan bertanggung jawab, melainkan tergantung kepada alam,
hidup, dan pengalaman mereka dalam kehidupan.
Menurut pandangan teori konvergensi dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah
a) Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.
b) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk.
c) Hasil pendidikan tergantung kepada pembawaan dan lingkungan.

3.2 Saran
Di dalam makalah kami mengenai Peranan Filsafat Pendidikan ini kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun penulisan yang tidak sesuai
dengan sistem penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu kepada pembaca agar dapat mengkritik
dan memberikan saran yang membangun makalah kami.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Muhammad.2015.Filsafat Pendidikan.Jakarta:PrenadaMedia
Amka,H.2019.Filsafat Pendidikan.Sidoarjo:NizamiaLearningCenter

Anda mungkin juga menyukai