Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

Tema”Landasan Filosofi Pendidikan”


Dosen Pengampuh : PAK SUBAGIA

Disusun Oleh :
Ni Kadek Putu Ariani
NPM : ( 231025)

PROGRAM SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
UNIVERSITAS STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA

TAHUN AJARAAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu

Puji syukur saya pajatkan kehadirat ida sang hyang widhi wasa,karena berkat rahmat
beliau lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah Landasan Pendidikan ini dengan tepat
waktu.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber,syukur astungkare
saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang” Landasan Pendidikan “ yang
merupakan salah satu tugas matakuliah” LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN “

Saya berharap makalah tentang “landsan filosofi pendidikan “


dapat menjadi referensi bagi orang -orang yang memplajarinya.selain itu, kami juga berharap
agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.penulis
menyadari bahwa makalh ini masih memerlukan penyempurnaan terutama pada bagian isi.

kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca dari penyempurnaan
makalah.Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini ,kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan akhir kata ,semoga makalah mata kuliah landasan
pendidikan ini dapat bermanfaaat .

Om Santih Santih Santih Om

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………2

DAFTAR ISI………………………………………………….…………….…….3

BAB I……………………………………………………………………….…….4

PENDAHULUAN…………………………………………………………….…..4

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………….…...4

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………….….…….4

1.3 TUJUAN PENULIS………………………………………….……….4

BAB II…………………………………………………………………….…...….5

PEMBAHASAN…………………………………………………………..…..…..5

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT…………..……...…5

2.1.1 Pengertian Pendidikan…………………………..…...………5

2.1.2 Pengertian Filsafat…………………………………...….…..5

2.1.3 Sistematik/cabang -cabang filsafat…………………..….…...5

2.2 LANDASAN FILOSOFI DAN PENDIDIKAN……………….………6

2.2.1 Struktur Landasan Filosofis Pendidikan…….………..……..7

2.3 ALIRAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN…………..….…8

2.4 PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN


NASIONAL…
…………………………………………………………………..………..18
2.4.1 Implikasi Terhadap Pendidikan…………………….………18

BAB III……………………………………………………………………..…….21

KESIMPULAN…………………………………………………………….…….21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik. adapun


alasannya antara lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka
pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang
bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan
yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang
seharusnya didalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam pendidikan. Kedua,
bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat
parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian
pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.

Di dalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain
Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya
memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan
Pancasila. Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita. pelajari,
namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap berlandaskan
Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda
untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Disamping itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil hikmah dari berbagai
aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka memperkokoh landasan. filosofis pendidikan
kita. Dengan memahami landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan
konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:


1) Bagaimana pengertian pendidikan
2) Bagaimana pengertian filsafat
3) Bagaimana landasan filosofi pendidikan
4) Bagaimana pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional

1.3 Tujuan Penulis

1. Untuk mengentahui bagaimana pengertian pendidikan


2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian filsafat
3. Untuk mengetahui bagaimana landasan filosofi pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT

2.1.1 Pengertian pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
kemajuan yang lebih baik. Secara etimologi atau asal usul kata. Kata pendidikan dalam
bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahasa latin yaitu "educatum" Kata
Education sering juga dihubungkan dengan Edurece (Latin) yang berarti dorongan.
(propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan
yang diusahakan melalui latihan Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan
yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan
mengarahkan untuk sesuatu perubahan terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik.

Diartikan juga, pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang
dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat
dalam mewujudkan warga Negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara
memimpin dan mematuhi yang benar. Pendidikan juga diartikan bahwa pendidikan tidak
hanya menyediakan ilmu pengetahuan dan kemampuan, akan tetapi nilai, pelatihan insting,
akan membina tingkah laku dan sikap yang benar.. Pendidikan yang sejati (true education),
akan memiliki kecenderungan. terbesar dalam membentuk manusia yang beradab dan
memanusiakan. manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang berada
dalam perlindungannya.

2.1.2 Pengertian Filsafat

Istilah dari filsafat berasal dari bahasa Yunani: "philosophia" yang terdiri dari dua
kata yaitu philein (cinta) dan Sophia (Kebijaksanaan). Jadi secara etimologis filsafat adalah
cinta kepada kebijaksanaan (Dagobert D. Runes, 1981).Menurut Cicero mengatakan ibu dari
semua seni" (the mother of all the arts" juga didefinisikan bahwa filsafat sebagai art vitae
seni kehidupan). Adapun secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni
sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (system teori dan pemikiran) di pihak
lain jika ditinjau secara leksikal filsafat berarti sikap hidup atau pandangan hidup. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam Kamus Besar Berbahasa Inodensia (Balai Pustaka, 1995).

2.1.3 Sistematika/Cabang-Cabang Filsafat

Secara garis besar cabang filsafat terdiri darI:

1) Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segal
asesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).

2) Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
pengetahuan. Persoalan yang dibahas dalam epistemology antara lain mengenai sumber-
sumber pengetahuan, cara-cara memperoleh pengetahuan, kriteria kebenaran pengetahuan,
dsb.

5
3) Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang asas-asas, aturan-
aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar. Logika antara lain membahas
tentang bagaimana cara berpikir yang tertib agar kesimpulan-kesimpulannya benar.

4) Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai.
Aksiologi terdiri dari Erika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau
membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia, dan Estetika adalah cabang
filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat seni(art) dan
keindahan (beauty).

2.2 LANDASAN FILOSOFI DAN PENDIDIKAN

Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan


untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau seperangkat asumsi yang bersumber dari
filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Filsafat pendidikan akan menjawab tiga
pertanyaan pokok sebagai berikut: (Ateng Sutisna, 1990)

1.Apakah pendidikan itu?


2.Apa yang hendak dicapai?
3.Bagaimana cara yang terbaik merealisasikan tujuan-tujuan itu?

Zanti Arbi (1988) menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai


berikut:
1. Menginspirasi
Memberi inspirasi kepada pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam
pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimnan
pendidikan itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan,
dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik
2. Menganalisis
Memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas
validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh
tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demikian ide-
ide yang kompleks bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan. yang jelas, dan
alatalatnya juga dapat ditentukan yang tepat.
3. Mempreskiptifkan
Upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat
pendidikan. Yang dijelaskan adalah cara-cara mengaplikasikan pendidikan yang mencakup:
proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses
perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidk, arah pendidikan yang jelas,
target-target pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-
anak.
4. Menginvestigasi
Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidik tidak dibenarkan
mengambil begitu saja suatu konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan di lapangan atau
melalui penelitian- penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar
pengetahuan saja, selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat
pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasi atau sebagai pembanding, untuk kemungkinan
sebagai bahan merevisi agar konsep pendidikan itu menjadi lebih mantap.
6
2.2.1 Struktur Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang
pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum
(Metafisika, Epistemologi, Aksiologi) yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Hal
ini dapat dipahami sebagaimana disajikan oleh Callahan and Clark (1983) dalam karyanya
"Foundations of Education", dan sebagaimana disajikan. Edward J.Power (1982) dalam
karyanya Philosophy of Education. Studies in Philosophies, Schooling and Educational
Policies.
Berdasarkan kedua sumber diatas dapat anda pahani bahwa terdapat hubungan
implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang- cabang filsafat umum terhadap gagasan-
gagasan pendidikan. Hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang
filsafat umum terdapat gagasan pendidikan tersebut dapat divisualisasikan seperti berikut ini:

IMPLIKASI KONSEP FILSAFAT UMUN


TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN

KONSEP FILSAFAT UMUM KONSEP PENDIDIKAN

-Hakikat Realitas - Tujuan Pendidikan


-Hakikat Manusia -Kurikulum Pendidikan
-Hakikat Pengetahuan -Metode Pendidikan
-Hakikat Nilai -Peranan Pendidikan
-Peserta Didik

2.3 ALIRAN LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN


Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di landasan filsafat pendidikan juga
terdapat berbagai aliran :
1.Filsafat Pendidikan Indialisme
a.Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, "Apa yang tidak
dapat dipikirkan adalah tidak nyata". Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani
Purba) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan
dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya
telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut "mind".
Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai
pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan
faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa
jiwa tidak memiliki apa-apa.
Pandangan tentang anak, kaum idealis yakin bahwa anak merupakan bagian
dari alam spiritual yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensinya.
Apabila anak mempelajari dunia alamiah, maka ia akan melibatkan atau
menganggapnya sebagai mesin yang hebat dan besar, yang berfungsi tanpa isi dan
tujuan.
7
b. Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan. pandangannya bahwa
pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena
dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari
kenyataan yang sebenarnya. Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal
belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di
luar penjelmaan material.

c. Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik,
benar, salah, cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi
ke generasi. Pada haikatnya
nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam
semesta.

d. Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang
besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh
idealisme merupakan orang- orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang
akan mengakui kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun
memberikan kritik bahkan pemikiran.
Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing atau
mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan
sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus
mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin
bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri
siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
Power (dalam uyoh,2011:102) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
idealisme sebagai berikut.

1) Tujuan pendidikan.
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2) Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau
bakatnya.
3) Peranan guru
Bekerjasama dengan alam dlam proses pengembanagn manusia, terutarna
bertangguing jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4) Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan
5) Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.

2. Filsafat pendidikan Realisme


Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani, realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu
pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai
objek pengetahuan manusia.
Power (dalam uyoh,2011:112) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Realisme
sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik dalah esensial untuk belajar.
Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
3) Peranan guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
4) Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5) Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode
Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut
behaviorisme.

3. Filsafat pendidikan Pragmatisme


Istilah pragmatism berasal dari perkataan "pragma" artinya praktik atau aku berbuat.
Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang
dilakukan.
Power (dalam uyoh,2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Pragmatisme sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup. sosila dan
pribadi.
2) Kedudukan siswa
Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks
untuk tumbuh
3) Peranan guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu
minat dan kebutuhannya.
4) Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa
yang dibawa kesekolah dapat menentukan. kurikulum.Menghilangkan
perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau
pendidikan jabatan.
5) Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)

4. Filsafat pendidikan Eksistensialisme


Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman
individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas
pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas setiap skema
rasional untuk hakikat manusia atau realitas.tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas
setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
Power (dalam uyoh,2011:140) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Eksistensialisme sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan.
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan
2) Status siswa
Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya.
Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
3) Peranan guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin. guru
pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
4) Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal Kurikulum liberal merupakan
landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan-aturan.Oleh
karena itu, di sekolah diajarkan pendidika sosial, untuk mengajar "respek"
(rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan
bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
5) Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis Metode Conditioning (SR)
merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

5. Filsafat pendidikan Progresivisme

Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918.Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah
tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak
hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena
dengan himbauannya kepada guru-guru: "kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan
yang lebih cepat setelah perang dunia pertama". Banyak guru yang mendukungnya, sebab
gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan mutakhir untuk
digelarkan. Kritik terhadap Progresivisme:

1) Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang
seharusnya diketahui oleh orang terdidik.
2) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah
3) Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri
4) Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang
tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

6. Filsafat pendidikan Perenialisme

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua
puluh. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-
kultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan. ketidakberesan itu.

Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:


1) Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan
pun ia berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah. sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk
mencapai kebijakan dan kebajikan.
Pendidikan harus sama bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula
tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.
2) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya
untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah
bebas, namun mereka harus belajar untuk memperluas pikiran dan mengontrol seleranya.
3) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan
abadi. Kurikulum diorganusasi dan ditentukan terlebih. dahulu oleh orang dewasa, dan
ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
4) Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup. Melainkan merupakan suatu persiapan
untuk hidup.
5) Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut
sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan social,
terutama politik dan ekonomi.

7. Filsafat pendidikan Esensialisme


Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Esensialisme, yang memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat
bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di
sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin.
Power (dalam uyoh,2011:165) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Esensialisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan
Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas social dan kesejahteraan umum
2) Kedudukan siswa.
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat
dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa. Siswa belajar ke
sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
3) Peranan guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya, dan
secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.
4) Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung.Keterampilan
berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial
yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
5) Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.

8. Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme


Rekonstruksionalisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.Gerakan ini
lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan
diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Power (dalam uyoh,2011:171) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Rekonstruksionalisme sebagai berikut:
1) Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial Misi sekolah adalah untuk meningkatkan
rekonstruksi sosial
2) Tujuan pendidikan.
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal Transmisi
budaya adalah budaya esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya
harus mengenal fakta budaya yang majemuk. tersebut
3) Kedudukan siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat
diterima semua latar belakang budaya
4) Peranan guru
Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya,
baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
5) Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh
budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan
berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
6) Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan. (learning
by doing)

2.4 PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila yang dimaksud adalah
pancasila yang rumusannya termaktub dalam "Pembukaan UUD 1945". Karena Pancasila
adalah dasar negara Indonesia, implikasinya maka Pancasila juga adalah dasar pendidikan
nasional. Hal ini sejalan dengan pasal 2 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang "Sistem
Pendidikan Nasional" yang menyatakan bahwa: "Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945".

a. Epistimologi
Hakikat Pengetahuan: Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari sumber
pertama yaitu Tuhan YME. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui
keimanan/kepercayaan, berpikir, pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.

b. Aksiologis
Hakikat Nilai Sumber pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan YME. Karena
manusia adalah makhluk Tuhan, Pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat
nilai diturunkan dari Tuhan YME, masyarakat dan individu.
2.4.1 Implikasi Terhadap Pendidikan
Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional).
Tujuan Pendidikan. Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia,
pengetahun dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini ditergaskan dalam
Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003.
Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka NKRI dengan meperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa
b. Peningkatan akhlak mulia
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dna minat peserta didik
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
f. Tuntutan dunia kerja
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h.Agama
i.Dinamika perkembangan global
j.Persatuan nasional dan nilai-nilai kebnagsaan.
Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur
lebih lanjut denga Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Metode Pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan
dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau
peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang
tersedia. Pengunaan metode pendidikan diharapkan memperhatikan prinsip cara belajar siswa
aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
Peranan Pendidikan dan Peserta Didik. Peran pendidik dan peserta didik tersurat
dan tersirat dalam semboyan: "ing ngarso sung tulodo" artinya pendidik harus memberikan
atau menjadi teladan bagi peserta didiknya, "ing madya mangun kurso" artinya pendidik
harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya, dan "tut wuri handayani" artinya
bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus mampu memberi kebebasan atau
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.
Orientasi Pendidikan. Pendidikan memilki dua fungsi utama yaitu, fungsi konservasi
dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi diandasi asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan,
norma, kebiasaan-kebiasaan yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap
dipertahankan. Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat (given)
dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern,melainkan semua anggota semesta
ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas.Dalam konteks ini hakikat pendidikan
seyogyanya di letakkan ada upaya-upaya untuk menggali danmengembangkan potensi para
pelajar agar mereka tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai
agen perubahan atau perajut realistis.

BAB III
KESIMPULAN
Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan
untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau seperangkat asumsi yang bersumber dari
filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Filsafat pendidikan akan menjawab tiga
pertanyaan pokok yaitu. Apakah pendidikan itu? Apa yang hendak dicapai? Dan Bagaimana
cara yang terbaik merealisasikan tujuan-tujuan itu?.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan
pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Matrealisme, Pragmatisme, Eksistensialisme,
Progresivisme, perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
Landasan filsafat pendidikan tercermin di dalam semua keputusanserta perbuatan
pelaksanaan tugas-tugas keguruan, baik instrksional maupun non instruksional atau dengan
pendekatan lain. Semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud bersifat pendidikan.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia, maka Pancasila juga merupakan dasar
pendidikan nasional yang tercantum pada pasal 2 UU RI No. 20 tahun 2003 bahwa:
"Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Rasyidin, Waini dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: UPI.

Pidarta, Made. (2013). Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Undang-Undang:
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sumber Lain:
Purwandari, Elce. (2015). Aliran-aliran Filsafat Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://purwandarielce.blogspot.co.id [Agustus 2015]

Anda mungkin juga menyukai