Disusun Oleh :
Ni Kadek Putu Ariani
NPM : ( 231025)
PROGRAM SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
UNIVERSITAS STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA
1
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur saya pajatkan kehadirat ida sang hyang widhi wasa,karena berkat rahmat
beliau lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah Landasan Pendidikan ini dengan tepat
waktu.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber,syukur astungkare
saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang” Landasan Pendidikan “ yang
merupakan salah satu tugas matakuliah” LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN “
kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca dari penyempurnaan
makalah.Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini ,kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan akhir kata ,semoga makalah mata kuliah landasan
pendidikan ini dapat bermanfaaat .
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….………2
DAFTAR ISI………………………………………………….…………….…….3
BAB I……………………………………………………………………….…….4
PENDAHULUAN…………………………………………………………….…..4
BAB II…………………………………………………………………….…...….5
PEMBAHASAN…………………………………………………………..…..…..5
BAB III……………………………………………………………………..…….21
KESIMPULAN…………………………………………………………….…….21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain
Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya
memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan
Pancasila. Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita. pelajari,
namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap berlandaskan
Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda
untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Disamping itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil hikmah dari berbagai
aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka memperkokoh landasan. filosofis pendidikan
kita. Dengan memahami landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan
konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek
pendidikan.
Diartikan juga, pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang
dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat
dalam mewujudkan warga Negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara
memimpin dan mematuhi yang benar. Pendidikan juga diartikan bahwa pendidikan tidak
hanya menyediakan ilmu pengetahuan dan kemampuan, akan tetapi nilai, pelatihan insting,
akan membina tingkah laku dan sikap yang benar.. Pendidikan yang sejati (true education),
akan memiliki kecenderungan. terbesar dalam membentuk manusia yang beradab dan
memanusiakan. manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang berada
dalam perlindungannya.
Istilah dari filsafat berasal dari bahasa Yunani: "philosophia" yang terdiri dari dua
kata yaitu philein (cinta) dan Sophia (Kebijaksanaan). Jadi secara etimologis filsafat adalah
cinta kepada kebijaksanaan (Dagobert D. Runes, 1981).Menurut Cicero mengatakan ibu dari
semua seni" (the mother of all the arts" juga didefinisikan bahwa filsafat sebagai art vitae
seni kehidupan). Adapun secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni
sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (system teori dan pemikiran) di pihak
lain jika ditinjau secara leksikal filsafat berarti sikap hidup atau pandangan hidup. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam Kamus Besar Berbahasa Inodensia (Balai Pustaka, 1995).
1) Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segal
asesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).
2) Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
pengetahuan. Persoalan yang dibahas dalam epistemology antara lain mengenai sumber-
sumber pengetahuan, cara-cara memperoleh pengetahuan, kriteria kebenaran pengetahuan,
dsb.
5
3) Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang asas-asas, aturan-
aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar. Logika antara lain membahas
tentang bagaimana cara berpikir yang tertib agar kesimpulan-kesimpulannya benar.
4) Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai.
Aksiologi terdiri dari Erika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau
membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia, dan Estetika adalah cabang
filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat seni(art) dan
keindahan (beauty).
c. Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik,
benar, salah, cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi
ke generasi. Pada haikatnya
nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam
semesta.
d. Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang
besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh
idealisme merupakan orang- orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang
akan mengakui kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun
memberikan kritik bahkan pemikiran.
Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing atau
mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan
sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus
mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin
bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri
siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
Power (dalam uyoh,2011:102) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
idealisme sebagai berikut.
1) Tujuan pendidikan.
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2) Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau
bakatnya.
3) Peranan guru
Bekerjasama dengan alam dlam proses pengembanagn manusia, terutarna
bertangguing jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4) Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan
5) Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
1) Tujuan pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
2) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik dalah esensial untuk belajar.
Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
3) Peranan guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
4) Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5) Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode
Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut
behaviorisme.
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918.Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah
tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak
hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena
dengan himbauannya kepada guru-guru: "kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan
yang lebih cepat setelah perang dunia pertama". Banyak guru yang mendukungnya, sebab
gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan mutakhir untuk
digelarkan. Kritik terhadap Progresivisme:
1) Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang
seharusnya diketahui oleh orang terdidik.
2) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah
3) Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri
4) Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang
tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua
puluh. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-
kultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan. ketidakberesan itu.
1) Tujuan pendidikan
Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas social dan kesejahteraan umum
2) Kedudukan siswa.
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat
dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa. Siswa belajar ke
sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
3) Peranan guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya, dan
secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.
4) Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung.Keterampilan
berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial
yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
5) Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila yang dimaksud adalah
pancasila yang rumusannya termaktub dalam "Pembukaan UUD 1945". Karena Pancasila
adalah dasar negara Indonesia, implikasinya maka Pancasila juga adalah dasar pendidikan
nasional. Hal ini sejalan dengan pasal 2 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang "Sistem
Pendidikan Nasional" yang menyatakan bahwa: "Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945".
a. Epistimologi
Hakikat Pengetahuan: Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari sumber
pertama yaitu Tuhan YME. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui
keimanan/kepercayaan, berpikir, pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.
b. Aksiologis
Hakikat Nilai Sumber pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan YME. Karena
manusia adalah makhluk Tuhan, Pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat
nilai diturunkan dari Tuhan YME, masyarakat dan individu.
2.4.1 Implikasi Terhadap Pendidikan
Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional).
Tujuan Pendidikan. Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia,
pengetahun dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini ditergaskan dalam
Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003.
Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka NKRI dengan meperhatikan:
a. Peningkatan iman dan takwa
b. Peningkatan akhlak mulia
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dna minat peserta didik
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
f. Tuntutan dunia kerja
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h.Agama
i.Dinamika perkembangan global
j.Persatuan nasional dan nilai-nilai kebnagsaan.
Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur
lebih lanjut denga Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Metode Pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan
dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau
peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang
tersedia. Pengunaan metode pendidikan diharapkan memperhatikan prinsip cara belajar siswa
aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
Peranan Pendidikan dan Peserta Didik. Peran pendidik dan peserta didik tersurat
dan tersirat dalam semboyan: "ing ngarso sung tulodo" artinya pendidik harus memberikan
atau menjadi teladan bagi peserta didiknya, "ing madya mangun kurso" artinya pendidik
harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya, dan "tut wuri handayani" artinya
bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus mampu memberi kebebasan atau
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.
Orientasi Pendidikan. Pendidikan memilki dua fungsi utama yaitu, fungsi konservasi
dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi diandasi asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan,
norma, kebiasaan-kebiasaan yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap
dipertahankan. Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat (given)
dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern,melainkan semua anggota semesta
ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas.Dalam konteks ini hakikat pendidikan
seyogyanya di letakkan ada upaya-upaya untuk menggali danmengembangkan potensi para
pelajar agar mereka tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai
agen perubahan atau perajut realistis.
BAB III
KESIMPULAN
Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan
untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau seperangkat asumsi yang bersumber dari
filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Filsafat pendidikan akan menjawab tiga
pertanyaan pokok yaitu. Apakah pendidikan itu? Apa yang hendak dicapai? Dan Bagaimana
cara yang terbaik merealisasikan tujuan-tujuan itu?.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan
pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Matrealisme, Pragmatisme, Eksistensialisme,
Progresivisme, perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
Landasan filsafat pendidikan tercermin di dalam semua keputusanserta perbuatan
pelaksanaan tugas-tugas keguruan, baik instrksional maupun non instruksional atau dengan
pendekatan lain. Semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud bersifat pendidikan.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia, maka Pancasila juga merupakan dasar
pendidikan nasional yang tercantum pada pasal 2 UU RI No. 20 tahun 2003 bahwa:
"Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Rasyidin, Waini dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: UPI.
Undang-Undang:
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sumber Lain:
Purwandari, Elce. (2015). Aliran-aliran Filsafat Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://purwandarielce.blogspot.co.id [Agustus 2015]