Anda di halaman 1dari 16

“ DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN DI INDONESIA ”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : Wawan Hermawan, M.PD

DISUSUN OLEH :

1. AMALIA ROHMATIN NAZILI (52106130002)

2. MULIA PUTRI KHASANAH (52106130008)

3. RAFIKA DINI (52106130010)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT

1
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN DI
INDONESIA ” Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen Wawan Hermawan,
M.PDM. Hum,, pada bidang studi/mata kuliah Filsaat pendidikan di Universitas Islam
Majapahit. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Dasar Filsaat Pendidikan Di Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak Wawan Hermawan, M.PD,, selaku dosen mata kuliah filsafat
pendidikan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 03 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filsafat Pendidikan ………………………………………………………………...6
2.2 Pancasila sebagai dasar aliran filsafat di Indonesia.............................................. 6
A. Filsafat Pancasila ................................................................................................ 6
B. Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia …………………….8
C. Pelaksananaan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan Berkarakter di Negara
Indonesia ………………………………………………………………………. 10
2.3 Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia…………………………. 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................15
3.2 Saran .........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dasar pendidikan merupakan suatu Asas atau pondasi untuk mengembangkan dalam
bidang pendidikan dan menjadikan pembinaan kepribadiaan. Apabila asas tersebut kokoh
maka bangunan yang mau dibangun akan kokoh juga dan asas tersebut berfungsi sebagai
sumber peraturan yang akan digunakan serta sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah
pelaksanaan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai berbagai macam
kebudayaan yang telah menduduki status tinggi dalam filsafat sebagai ideologi bangsa dan
Negara yang memenuhi seluruh aspek kehidupan social, politik, ekonomi, pendidikan dan
kebudayaan serta mempunyai ajaran ajaran filsafatnya tersendiri bagi setiap bangsa dan
Negara. Eksistensi suatu bangsa adalah eksistensi dengan ideology atau dengan filsafat hidup
yang mempunyai nilai-nilai hukum dan moral yang hanya dapat ditempuh melalui jalan
pendidikan. Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah menjalankan prinsip prinsip yang
terkandung dalam nilai pancasila dengan melaksanakan aktivitas pendidikan. Untuk
menjamin pendidikan itu benar dan prosesnya efektif dibutuhkan landasan-landasan filosofis
dan ilmiah sebagai asas normative dan pedoman pelaksanaan pembinaan.

Dalam pengertiannya Filsafat berasal dari bahasa yunani “philosophia” yang secara lazim
diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos”
(pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti
cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat
bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari
filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya
bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Sedangkan
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

4
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ilmu dan
pengetahuan merupakan hakekat dari bidang ilmu pendidikan sedangkan filsafat pendidikan
merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan
pendidikan. Karena Filsafat pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-
pendidik dan filosof untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam dan mengubah proses
pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan
didalamnya. Keberadaan filsafat bagi ilmu pengetahuan bukan bersifat insidentil, melainkan
filsafat itu merupakan teori umum dan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa itu Filsafat Pendidikan ?
2. Apa itu Fisafat Pancasila ?
3. Bagaimana Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia ?
4. Bagaimana Pelaksananaan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan Berkarakter di
Negara Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Mengerti Makna Filsafat Pendidikn.
2. Mengerti Fisafat Pancasila.
3. Mengetahui Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia.
4. Mengeahui Pelaksananaan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan Berkarakter di
Negara Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Filsafat akan menentukan “mau dibawa kemana” siswa kita. Filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh sebab itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat
tertentu atau yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini Dosen/Guru) akan sangat
mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Falsafah yang dianut oleh suatu Negara
bagaimanapun akan mewarnai tujuan pendidikan di negara tersebut. Dengan demikian, tujuan
pendidikan suatu negara akan berbeda dengan negara lainnya, disesuaikan dengan falsafah
yang dianut oleh negara-negara tersebut. Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan
rumusan yang komprehemsif mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan itu memuat
pernyataan-pernyataan (statement) mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa selaras dengan sistem nilai dan falsafah yang dianut. Hal ini menunjukkan
adanya keterkaitan yang sangat erat antara filsafat yang dianut dengan tujuan pendidikan
yang dirumuskan.

Filsafat pendidikan pada hakekatnya adalah penerapan analisa filsafat terhadap lapangan
pendidikan. John Dewey mengatakan bahwa filsafat adalah teori umum dari pendidikan,
landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan (Barnadib, 1990: 14-15). Pemikiran
sesuai cabang-cabang filsafat turut mempengaruhi pelaksanaan pendidikan. Metafisika
merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat: hakikat dunia, hakikat manusia termasuk
hakikat anak. Anak adalah manusia yang terdiri dari jasmani atau rohani atau keduanya.
Metafisika memiliki implikasi penting untuk pendidikan karena kurikulum sekolah
berdasarkan apa yang kita ketahui mengenai realita (Sadullah, 2007: 76-77). Kenyataannya
apa yang harus diajarkan di sekolah, selalu memiliki pandangan mengenai realita.

2.2 Pancasila sebagai dasar aliran filsafat pendidikan di Indonesia


A. Filsafat Pancasila

Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi dalam
kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai Negara Indonesia tapi juga alat
pemersatu bangsa, kepribadiab bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber dari segala sumber
hokum dan sumber ilmu pengetahuan di Indonesia. Filsafat adalah berpikir secara mendalam

6
dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. Filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat. Apabila kita hubungkan fungsi Pancasila
dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, sistem
pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas
Pancasila. Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa
Indonesia yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia. Pendidikan karakter memang
seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Agar tercipta manusia
Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan sosial, memenuhi
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup filsafat pendidikan Pancasila yang
mempunyai ciri, yaitu integral, etis, dan reigius.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the
faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu system. Sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila
mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Dalam filsafat
Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praktis.
1) Nilai Dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,
sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari
Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
2) Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga
negara.
3) Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai
ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar
hidup dalam masyarakat.
7
Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang
mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan berkeadilan
sosial. Pengakuan, penerimaan dan penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas
sebagai manusia Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem
filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, dan sebagainya.
Perbedaannya terletak pada Pancasila berusaha mengakomodasi dan menggabungkan dengan
mengambil isi dari aliran-aliran filsafat tersebut, baik secara keseluruhan maupun sebagian-
sebagian, sehingga filsafat Pancasila berbeda dengan aliran-aliran tersebut dan ini menjadi
satu ciri khas ke-Indonesia-an dari aliran filsafat pendidikan di Indonesia.

B. Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia.


Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam praktik
pendidikan yang universal banyak ditemukan beragam komunitas dari manusia yang
memberikan makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia pendidikan di tekankan
pada penguasaan landasan terbentuknya masyarakat meritorik, artinya memberikan waktu
jam pelajaran yang luas dalam penguasaan mata pelajaran tertentu.
Pendidikan berdasarkan terminologi merupakan terjemahan dari istilah Pedagogi. Istilah
ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Paidos dan agoo. Paidos artinya budak dan agoo artinya
membimbing. Pedagogie dapat diartikan sebagai bdak yang mengantarkan anak majikan
untuk belajar. (Jumali, dkk, 2004: 19)menjelaskan bahwa hakikat pendidikan adalah kegiatan
yang melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, administrasi yang secara simultan
memproses peserta didik menjadi lebih lebih bertambah pengetahuan, skill, dan nilai
kepribadiannya dalam suatu keteraturan kalender akademik.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung
pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Ada dua
pandanagan yang menurut (Jumali, dkk , 2004:54), perlu dipertimbangkan dalam menetukan
landasan filosofis dalam pendidikan nasional Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia
Indonesia. Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:

8
a. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya
b. Makhluk individu dengan segalahal dan kewajibannya
c. Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang
pluralistik baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup dan segi kemajuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa
berkembang dengan segala tantangannya.
Kedua, Pandangantentang pendidikan nasional itu sendiri. Dalam pandangan filosofis
pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosila yang selalu berinteraksi dengan
kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Indonesia adalah
negara yang berdasarkan padaPancasila dan Undang- Undang dasar 1945 yang di
dalamnya diatur bahwa pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah
sebagai satu sistem pengajaran nasional. Aristoteles mengatakan, bahwa tujuan pendidikan
sama dengan tujuan didirikannya suatu negara (Rapar, 1988). Demikian juga dengan
Indonesia. Pendidikan selain sebagai sarana tranfer ilmu pengetahuan, sosial budaya juga
merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi selanjutnya.
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi suatu bangsa yang
dianutnya. Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi
dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berfikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran, filsafat pendidikan adalah
pemikiran yang mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat, apabila kita
hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan,
bahwa Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari.
Karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia wajarapabila dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara
melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu
keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu, inilah dasar pikiran mengapa filsafat
pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasioanl dan sistem filsafat pendidikan
Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pnacasila. Dengan memperhatikan fungsi
pendidikan dalam membangun potensi bangsa, khususnya dalam melestarikan kebudayaan
dan kepribadian bangsa yang ada padaakhirnya menentukan eksistensi dan martabat
bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila seyogyanya
terbina secar optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian bangsa. Filsafat

9
pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional,
tiada sistem pendidikan nasioanal tanpa filsafat pendidikan.

C. Pelaksanaan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Berkarakter di Negara Indonesia.


Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.
Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan
kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Dari pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan karakter merupakan suatu
proses penanaman perilaku yang didasarkan pada budi pekerti yang baik sesuai dengan
kepribadian luhur bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Menurut T.
Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.
Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu,
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat
dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai,
yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pancasila sebagai sistem filsafat bisa dilihat dari pendekatan ontologis, epistemologis,
maupun aksiologis. Diktat “Filsafat Pancasila” (Danumihardja, 2011) menyebutkan secara
ontologis berdasar pada pemikiran tentang negara, bangsa, masyarakat, dan manusia.
Secara epistemologis berdasar sebagai suatu pengetahuan intern struktur logis dan
konsisten implementasinya. Secara aksiologis bedasar pada yang terkandung di dalamnya,
hirarki dan struktur nilai, di dalamnya konsep etika yang terkandung. Dasar ontologis
Pancasila sebagai sistem filsafat bisa diinterpretasi bahwa adanya negara perlu dukungan
warga negara. Kualitas negara sangat bergantung pada kualitas warga negara. Kualitas

10
warga negara sangat erat berkaitan dengan pendidikan. Hubungan ini juga menjadi timbal-
balik, karena landasan pendidikan haruslah mengacu pada landasan negara. Esensi
landasan negara harus benarbenar memperkuat landasan pendidikan untuk mencapai
tujuan bersama adanya keserasian hubungan antara negara dengan warga negara.
Demokrasi Pancasila menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk masyarakat, negara dan masyarakat bangsa ( Arbi, 1998 ). Orientasi hidup kita
adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai ciri - ciri tertentu. Ciri - ciri kemanusiaan
yang kelihatan dari Pancasila ialah integral, etis dan religius ( Soeyatni Poeposwardoyo,
1989 ).
Filsafat pendidikan Pancasila mengimplikasikan ciri-ciri tersebut.
1. Integral
Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah kemanusiaan yang integral, yakni
mengakui manusia seutuhnya. Manusia diakui sebagai suatu keutuhan jiwa dan raga,
keutuhan antara manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Kedua hal itu sebenarnya
adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia. Hakekat manusia yang seperti inilah
yang merupakan hakekat subjek didik.
2. Etis
Pancasila Merupakan Kualifikasi etis. Pancasila mengakui keunikan subjektivitas
manusia, ini berarti menjungjung tinggi kebebasan, namun tidak dari segalanya seperti
liberalisme. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung jawab.
3. Religius
Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat pada hakekat manusia, maka
pandangan kemanusiaan Pancasila adalah faham kemanusiaan religius. Religius
menunjukan kecendrungan dasar dan potensi itu. Pancasila mengakui Tuhan sebagai
pencipta serta sumberkeberadaan dan menghargai religius dalam masyarakat sebagai yang
bermakna. Kebebasan agama adalah satu hak yang paling asasi diantara hak - hak asasi
manusia, karena kebebasan agama itu langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan agama bukan pemberian negara atau
pemberian perorangan atau golongan. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk agama tertentu.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat dimakanai bahwa pendidkan karakter di
Indonesia merupakan hasil dari penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa Indonesia
yang sesuai dengan kultur kita bangsa Indonesia yang memeiliki adat ketimuran.

11
Pendidikan karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yag terkandung dalam
Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup
secara individu dan sosial, memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik
serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup
filsafat pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri yaitu integral, etis dan reigius.
Seorang pendidik haruslah sadar akan pentingnya pendidikan karakter. Salah satu cara
untuk menerapkan pendidikan karakter adalah dengan melaksanakan nilai-nilai Pancasila.
Dibawah ini ada beberapa point yang harus dilakukan oleh pendidik dalam melaksanakan
nilai-nilai pancasila.
1. Harus memahami nilai-nilai pancasila tersebut.
2. Menjadikan pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan setelah alquran dan
sunnah.
3. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik dengan
baik.
Dengan melaksanakan tiga point diatas, diharapkan cita-cita bangsa yang ingin
melaksanakan pendidikan berkarakter sesuai falsafah pancasila akan terwujud. Karena
bagaimanapun juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang
setiap waktu, sehingga tidak mungkin rasanya menghambat perkembangan itu, sehingga
satusatunya jalan dalam menerapkan pendidikan berkarakter adalah dengan melaksanakan
pointpoint diatas.

2.3 Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia


Pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian terhadap
perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul disana-sini belum terkoordinasi menjadi
suatu perhatian besar untuk segera mewujudkanya. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari
kesimpangsiuran pandangan para pendidik  terhadap pendidikan itu sendiri.
Suatu hasil penelitian yang berkaitan dengan hal di atas yang dilakukan oleh
Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa PGSD, SI, S2, dan
S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penelitian
itu menemukan hal-hal sebagai berikut :
1) Lebih dari separoh responden menginginkan penegasan kembali pengertian
pendidikan dan pengajaran.

12
2) Hampir separoh responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu
pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli pendidikan
menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
3) Para mahasiswa dan dosen berpendapat pendidikan adalah ilmu mandiri, sementara
itu hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah ilmu terapan.
4) Semua responden menyatakan kurang mengenal struktur ilmu pendidikan.
5) Karena keragaman pandangan di atas membuat responden terpecah menjadi sebagian
mendukung pernyataan bahwa “guru tidak mendidik melainkan mengajar” dan
sebagian lagi menolak.
Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik sejumlah masalah berkaitan
dengan ilmu pendidikan, yaitu :
1) Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.
2) Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan.
3) Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
4) Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
5) Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.
6) Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
Keenam masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya
pendidikan sebagai ilmu belum ditangani.  Mulai dari pengertian, apakah sebagai ilmu
dasar atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan penerapannya pada para calon
guru dan guru-guru masih belum jelas. Kondisi ilmu pendidikan seperti ini terjadi
karena memang ilmu itu belum digali dan dikembangkan.
Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid,
terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang khusus
membahas pendidikan yang tepat diterapkan dibumi Indonesia . Dengan kata lain,
untuk menemukan teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih
dahulu rumusan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia pula.
Bagaimana kiat untuk meningkatkan kegiatan usaha merumuskan  filsafat
pendidikan Indonesia ini, yang kini baru dalam tahap perhatian yang bersifat
sporadic ? Tampaknya kiat itu perlu disesuaikan dengan kebiasaan bangsa Indonesia
saat ini. Sesuatu akan terjadi secara relative lebih mudah bila gagasan itu bersumber
dari dan disepakati atau disetujui oleh pemerintah. Filsafat pendidikan akan lebih
mudah mendapat jalan dalam perkembanganya manakala pemrakarsa dapat menggugah
hati pemerintah untuk menyetujuinya.

13
Upaya mendorong pemerintah untuk memberi syarat akan pentingnya
merumuskan filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah
pernah dilakukan menjelang sidang  umum MPR (kompas, 27 Nopember 1992),
sebagai satu sumbangan untuk bahan sidang umum itu. Namun GBHN 1993 sebagai
produk sidang itu, tidak mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori
pendidikan itu. Hal ini menunjukkan kemauan politik pemerintah kearah itu belum ada.
Mudah-mudahan di waktu-waktu yang akan datang kemauan itu akan muncul.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideolgi suatu bangsa yang
dianutnya. Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi
dalam hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Indonesia. Pancasila juga merupakan sebuah
filsafat karna pancasila merupakan acuan inteektual konitif bagi cara berpikir bangsa, yang
dalam usaha keilmuwan dapat terbangun kedalam system filsafat yang kredibel. Nilai
Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan
pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Cita dan karsa bangsa
Indonesia diusahakan secara melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl yang bertumpu
dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu, inilah dasar pikiran
mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasioanl dan sistem filsafat
pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pnacasila.

3.2 Saran

Memahami serta menerapka nilai-nilai pancaila dalam pendidikan sebaiknya


atau bahkan hal yang wajib kita lakukan sebagai pelajar maupun pendidik. Dengan
melaksanakan hal tersebut, diharapkan cita-cita bangsa yang ingin melaksanakan
pendidikan berkarakter sesuai falsafah pancasila akan terwujud.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai