Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang

Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan adalah pilar utama dalam pembangunan kesadaran
manusia di Indonesia akan hak-haknya sebagai manusia. Dari sanalah kesadaran mereka sebagai sebuah
bangsa terbentuk, bahwa bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang memiliki kebebasan dan dapat
menegaskan eksistensi kemanusiaannya secara utuh dan penuh. Dalam perspektif itu, pendidikan
adalah juga aktivitas pembentukan kesadaran akan pentingnya menjadi pribadi yang humanis dan
bertanggung jawab terhadap eksistensi kemanusiaan sesame manusia. Maka segala bentuk tindakan
dehumanisasi bertentangan dengan asas-asas dan tujuan pendidikan sejati. Sekolah Taman Siswa, pada
masa itu berarti ia mengesampingkan pendekatan politik akan tetapi, ternyata ia dapat mewujudkan
keinginan bangsanya, karena usaha untuk mendidik angkatan muda dalam jiwa kebangsaan Indonesia
merupakan bagian penting dari pergerakan Indonesia dan dianggap merupakan dasar perjuangan
meninggikan derajat rakyat. (Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. 2013).

Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan


pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam
menghadapi tuntutan globalisasi. Era globalisasi yang sedang terjadi saat ini dihadapkan pada tantangan
yang lebih kompleks dan persaingan sumber daya manusia yang semakin ketat, sehingga dibutuhkan
sumber daya manusia yang unggul dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu
upaya pemerintah untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul tersebut adalah melalui
pendidikan.

Terlepas dari harapan tersebut di atas, Indonesia sebenarnya menghadapi masalah mendasar yaitu
mutu pendidikan yang cenderung masih rendah. Hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan di Indonesia
yang buruk. Dari hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang dimuat di Kompas
pada tanggal 5 September 2001 (Yuliana, 2007), disebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia
terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei Indonesia menduduki urutan ke-12.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah singkat pendidikan ki Hajar dewantara?


2. Bagaimana system pendidikan ki Hajar dewantara?
3. Bagaimana kode etik pendidikan ki Hajar dewantara?
4. Bagaimana dasar, fungsi dan tujuan system pendidikan nasional?
5. Bagaimana hak dan kewajiban warga negara, masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam system pendidikan nasional?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah singkat pendidikan ki Hajar dewantara


2. Untuk mengetahui system pendidikan ki Hajar dewantara
3. Untuk mengetahui kode etik pendidikan ki Hajar dewantara
4. Untuk mengetahui dasar, fungsi dan tujuan system pendidikan nasional
5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban warga negara, masyarakat, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dalam system pendidikan nasional

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Ki Hajar Dewantara


1. Sejarah singkat

Ki Hajar Dewantara adalah sosok pahlawan pendidikan atau yang dibela dengan julukan Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia, yang lahir pada 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara diberikan julukan
sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, karena jasanya di bidang pendidikan Indonesia pada
masa penjajahan kolonial Belanda. Ki Hajar Dewantara berani menentang dan mengkritik kebijakan
Pemerintah Hindia Belanda, yang pada masa itu hanya memperbolehkan orang keturunan Belanda
dan orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.

Karena Kritikannya tersebut, pada akhirnya Pemerintah Kolonial mengasingkan Ki Hajar Dewantara di
Negara Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara akhirnya berhasil mendirikan
sekolah atau lembaga pendidikan yang diberi nama Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara diangkat
menjadi Menteri Pendidikan setelah Negara Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda.

Dari perjuangannya itu, sebagai penghormatan atas jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan,
Pemerintah Indonesia menetapkan di tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara, diperingati sebagai hari
Pendidikan Nasional. Sehingga filosofinya yang berbunyi 'tut wuri handayani' juga banyak digunakan
sebagai dorongan dan semboyan di dunia pendidikan Indonesia. Hingga kini, Hari Pendidikan Nasional
masih selalu diperingati, dan menjadi salah satu hari bersejarah bagi Indonesia

2. System pendidikan

Sistem among merupakan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yaitu konsep pendidikan yang
berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar, yaitu kodrat alam sebagai syarat kemajuan dengan
secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Kemudian kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan
menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir
serta bertindak merdeka. Ki Hadjar Dewantara sangat memperhatikan keselarasan lahir dan batin
dalam pendidikan. Pada tahun 1960-an masih banyak sekolah Taman Siswa (tingkat SMP)dan Taman
Dewasa (tingkat SMA) sebagai lembaga pendidikan yang mengacu pada konsep pendidikan Ki Hadjarfr
Dewantara.

Agar tercapai pendidikan yang ideal, ada tiga pusat (Tri Pusat) Pendidikan yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Ddewantara, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan dalam perguruan, dan pendidikan dalam
masyarakat. Ketiga pusat itu memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Pertama anak
belajar dalam lingkungan keluarga. Kondisi keluarga akan berpengaruh besar pada perkembangan
anak. Ketidakharmonisan suami-isteri dalam keluarga akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan jiwa anak. Pendidikan di sekolah-sekolah adalah pendidikan formal yang ditempuh
oleh anak-anak. Masyarakat merupakan tempat pendidian dalam kaitannya dengan dunia nyata.
Meskipun Ki Hadjar Dewantara mengenyam pendidikan model Barat (Belanda), namun konsep
pendiddikan yang diajarkannya bersumber dari budaya lokal yang bersifat kontekstual. Sebagai
keluarga Pakualaman ia memahami betul budaya Jawa. Konsep-konsep yang dikemukakan dalam
dunia pendidikan cenderung dalam bahasa Jawa. Budaya merupakan bagian pendiddikan yang
penting. Untuk anak balita yang dalam tingkat pendidikan Taman Indria konsep belajarnya adalah Tri
N (No): nonton, niteni, nirokke (melihat/memperhatikan, menandai, menirukan). Kemudian setelah
menginjak SD (Taman Mudha), Taman Siszwa, dan Taman Dewasa anak diarahkan pada ngerti
(mengerti), ngrasa (merasa), dan nglakoni (menjalani). Ngerti, ngrasa, dan nglakoni tidak berdiri
sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dalam keseimbangan, ada kepaduan antara unsur
kognitif dan afektif. Pendidikan harus menghasilkan manusia tangguh, manusia yang bermoral.

Pada tingkat Sekolah Dasar ke atas, pengetahuan didapatkan dengan Tri Nga, yaitu ngerti (mengerti)
yaitu dapat memahami dengan akaldan pikiran; ngrasa (merasakan ) yaitu dapat menghayati,
memahami, merespon, menghargai, menjunjung nilai-nilai; dan nglakoni melakukan atau dapat
menerapkan sesuatu yang dipelajari dari proses pembelajaran. Konsep pembelajaran tersebut
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teori Barat tentang pembelajaran Scientific. Dalam
pembelajaran scientific ada lima tahap, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunisakan (bisa ditambahkan mencipta). Mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi identic dengan ngerti; mengasosiasikan identic dengan ngrasa; dan nglakoni
mengkomunikasikan dan mencipta.

Dasar kemerdekaan dalam pendidikan ditekankan oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa kemerdekaan
merupakan karunia Tuhan. Oleh karena itu sistem among melarang adanya hukuman dan paksaan
kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdekanya, mematikan kreativitasnya. Anak harus
mempunyai jiwa merdeka, dapat mengatur dirinya sendiri. Meskipun larangan hukuman bagi peserta
didik diterapkan relative belum lama, tapi sebenarnya Ki hadjar Dewantara sudah lama melarang
adanya hukuman.

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan merupakan usaha untuk memberikan nilai batin peserta
didik yang berkebudayaan. Budaya yang dimaksud adalah budaya masyarakat sendiri. Untuk melatih
budi pekerti diajarkan tari-tarian, drama atau sandiwara, gending atau gamelan, agar dapat
memperkokoh rasa kebangsaan.

Konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebenarnya masih relevan pada saat ini di tengah
masuknya teori Barat dalam pendidikan. Oleh karena itu perlu dikaji kembali, Pengaruh budaya luar
tgidak bisa ditolak, namun perlu adanya seleksi yang ketat. Pada hakikatnya manusia sebagai
makhluk Tuhan adalah satu dengan alam semesta, dengan demikian manusia wajib tunduk kepada
hukum-hukum alam dan wajib menyatukan atau menyelaraskan dirinya dengankodrat alam.
Penyesuaian diri dengan alam tersebut merupakan proses pembudayaan manusia dalam menciptakan
pemimpin yang Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani.

3. Kode etik pendidikan ki Hajar dewantara


Kode etik pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yang pertama adalah menghargai kebudayaan,
yaitu memiliki rasa hormat dan menghormati berbagai kebudayaan yang ada di sekitar kita. Kedua,
menghargai dan menghormati hak asasi manusia, yaitu memberikan kebebasan bagi setiap orang
untuk mengembangkan potensinya. Ketiga, menghargai dan menghormati hak untuk belajar, yaitu
memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk memperoleh pendidikan yang adil.
Keempat, menghargai dan menghormati hak untuk berkembang, yaitu memberikan kesempatan yang
sama bagi semua orang untuk mengembangkan potensi mereka. Kelima, menghargai dan
menghormati hak untuk berbagi, yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk
berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Keenam, menghargai dan menghormati hak
untuk berpartisipasi, yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pendidikan.

Kode etik pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara juga mencakup beberapa hal lain, seperti
menghargai dan menghormati hak untuk berkomunikasi, menghargai dan menghormati hak untuk
memilih, menghargai dan menghormati hak untuk mengembangkan keterampilan, menghargai dan
menghormati hak untuk mendapatkan pengakuan, dan menghargai dan menghormati hak untuk
menjadi bagian dari sebuah komunitas. Kode etik pendidikan juga menekankan pentingnya
membangun kesadaran tentang hak-hak ini dan memberdayakan semua orang untuk
memanfaatkannya.

B. System Pendidikan Nasional

Pendidikan, sebagaimana yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
1, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun dalam pasal 1
ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

.Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 3, sistem pendidikan nasional


adalah keseuruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Menurut Abdul Kadir dkk, sisdiknas dirumuskan dengan misi
utama dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga negara Republik Indonesia. Hal ini
bertujuan supaya tiap-tiap warga negara memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan
kemampuan dasar. Kemampuan dasar tersebut meliputi kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta mampu menggunakan bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga
negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sisdiknas memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada setiap warga


negara. Oleh karena itu, perlakuan yang berbeda terhadap peserta didik tidak dibenarkan.
Perbedaan atas dasar jenis kelamin, agama, ras, suku, latar belakang sosial, dan tingkat
kemampuan ekonomi merupakan hal yang dilarang. Akan tetapi, hal tersebut dapat terjadi
kecuali apabila ada satuan atau kegiatan pendidikan yang memiliki kekhususan yang harus
diindahkan. (Kadir & dkk, 2012)

Sisdiknas diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dibawah tanggung jawab


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri lainnya, seperti pendidikan agama oleh
menteri agama, akabri oleh menteri pertahanan dan keamanan. Selain itu juga departemen
lainnya yang menyelenggarakan pendidikan yang disebut diklat. Penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk kelembagaan beserta program-
programnya. (Tirtarahardja & Sulo, 2005)

1. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Nasional

a. Dasar pendidikan nasional

Adapun Dasar Pendidikan Nasional bagi bangsa indonesia, dapat di klasifikasikan menjadi Dasar
Ideal, Dasar Konstitusional, Dasar Operasional dan Dasar Sosial Budaya

1. Dasar Ideal Pendidikan Nasional adalah Pancasila

Pancasila adalah dasar negara, dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara adalah hasil
kesepakatan bersama para negarawan bangsa Indonesia pada waktu itu terbentuknya negara
kita sebagai negara RI tahun 1945. Oleh karenanya, segala usaha itu segala usaha bagi warga
negaranya juga harus mendasarkan kepada Pancasila, terlebih lagi dibidang pendidikan yang
merupakan usaha untuk membentuk warga negara yang berjiwa Pancasila, yang melipui :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Dasar Konstitusinal Pendidikan Nasional adalah UUD 1945

UUD 1945 adalah dasar negara republik Indonesia sebagai sumber hukum dan oleh karenanya
UUD 1945 juga menjadi sumber hukum bagi segala aktivitas bagi warga negaranya, terutama di
bidang pendidikan. Karena UUD 1945 sebagai sumber hukum, maka sumber-sumber hukum lain
tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945 BAB
XIII pasal 31 ayat 1 dan 2:

Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan Undang-Undang yaitu UUPP No.4 tahun 1950 jo UUPP No.2 tahun 1954. Selanjutnya
pada "penjelasan" dinyatakan bahwa ayat ini (ayat 1 pasal 29) menyatakan kepercayaan bangsa
Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Dasar Operasional

Salah satu dasar operasional dari pada pendidikan Nasional adalah Keputusan Presiden No.145
tahun 1965, tentang nama dan rumusan induk sistim pendidikan nasional menerangkan : "
Pancasila....adalah moral dan falsafah hidup bangsa Indonesia, oleh karena itu, dasar/asas
pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan pendidikan nasional adalah
Pancasila

4. Dasar Sosial Budaya

Pendidikan merupakan proses dan merupakan alat mewariskan kebudayaan dari generasi tua
kepada generasi muda. Oleh karena itu pendidikan nasional merupakan proses dan merupakan
alat mewariskan kebudayaa. Manusia Indonesia terbina oleh tata nilai sosial budayanya sendiri
dan manusia Indonesia merupakan pewaris dan penerus tata nilai tersebut

b. Fungs dan Tujuan Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa
fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkandi dalam pasal 3 yang mengatakan
bahwa:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Menurut Hovelock dan Huberman (1977) dalam suatu sistem yang paling besar pengaruhnya
adalah sistem pendidikan, termasuk unsur-unsur pendidikan baik pendidikan formal
maupunpendidikan non formal yang bertujuan untuk pembangunan negara secara keseluruhan
melalui penyediaan tenaga kerja yang berfungsi untuk peranan-peranan yang beragam dan melalui
pengajaran pada generasi baru mengenai tujuan-tujuan masyarakat secara menyeluruh dan alat-
alat pemenuhan mereka. Tujuan pendidikan menurut Johan Amos Comenius adalah untuk
membuat persiapan yang berguna diakhirat nanti. Sepanjang hidup manusia merupakan proses
penyiapan diri untuk kehidupan diakhirat. Dunia ini adalah buku yang paling lengkap yang tidak
akan habis dikaji untuk dipahami dan diambil manfaatnya sepanjang hayat (Tirtahardjo dan La Solo,
2008 : 43).

Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi yang sangat penting
diantara komponen-komponen pendidikanlainya. Dapat dikatakan seluruh komponen dari seluruh
kegiatan pendidikan dilakukan semata mata terarah untuk pencapian tujuan pendidikan tersebut
(Tirtahardjo dan La Solo,2008 : 37).

Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada
cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa
depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live
together.

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam Sistem Pendidikan Nasional

a. Hak warga negara

1. Berhak mengembangkan diri dan mendapatkan pendidikan, sebagaimana tercantum di dalam


Pasal 28C ayat (1) UUD 1945.

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

2. Berhak memilih pendidikan dan pengajaran sesuai yang diinginkannya, tercantum di dalam Pasal
28E ayat (1) UUD 1945.

“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

3. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, sebagaimana tercantum di Pasal 31 ayat
(1) UUD 1945.

"Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan."


4. Mendapatkan pendidikan dasar yang dibiayai pemerintah, tercantum di dalam Pasal 31 ayat (2).

"Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya."

b. Kewajiban Warga Negara

1.Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar.

2.Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.

3. Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Masyarakat dalam penyelenggaraan pendidkan nasional mempunyai hak untuk berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Selanjutnya masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk memberikan dukungan sumberdaya dalam
penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4. Hak dan Kewajiban Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Upaya pengembangan Sumber Daya Manusia oleh pemerintah dapat diwujudkan lewat
pengembangan Pendidikan Nasional Negara Republik Indonesia. Pengembangan ini dilakukan dari
berbagai sektor pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ada
beberapa tanggung jawab yang harus diperankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
terkait dengan kebijakan pendidikan, yaitu:

Pasal 10 :

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11 :

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Hak dan Kewajiban ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Oleh sebab
itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukannya harus sesuai dengan apa yang diatur
dalam Peraturan ini. Semoga bermanfaat .

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki kekuatan
untuk melakukan perubahan guna membangun bangsa secara sistematis dan sistemik ke arah yang
lebih baik dengan cara melihat ke keadaan yang tidak dikehendaki saat ini dan kemudian menentukan
tujuan serta langkah yang dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat yang dikehendaki di masa yang
akan datang sebagai koreksi terhadap kesalahan yang telah diperbuat di masa lalu dan harapan
digantungkan agar kehidupan yang akan datang lebih menyenangkan, lebih demokratis, lebih
merakyat, dan lebih manusiawi dibanding yang ada sekarang.

Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara yang mengatur pendidikan yang
ada di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, agar tercipta kesejahteraan umum
dalam masyarakat. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa,meskipun
secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan nasional bangsa-bangsa lain, sehingga
sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa itu sendiri yang secara geografis, demokrafis,
histories, dan kultural berciri khas.

B. Saran

Saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini. Bagi
pembaca dan teman-teman jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka
saya mengharapkan dengan sangat supaya memperbanyak membaca buku dan janganlah malu
bertanya karena orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah dan setiap buku adalah ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/amp/pr-094373019/sejarah-singkat-hari-pendidikan-
nasional-dan-latar-belakang-sosok-ki-hajar- dewantara

https://duta.co/memahami-sistem-pendidikan-ki-hadjar-dewantara

Anda mungkin juga menyukai