Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat


limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya sangat sederhana.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan Bapak/Ibu
dosen, orang tua dan teman-teman sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi teratasi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang dan terbatas. Oleh karena itu
kami harapkan kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing dan pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami dan para
pembaca, sehingga kami kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini kearah yang lebih baik, dan semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................
Bab I Pendahuluan.......................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................

Bab II Pembahasan.......................................................................................

A. Definisi Psikologi Pendidikan.............................................................


B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan................................................
C. Metode dalam Psikologi Pendidikan..................................................
D. Perbedaan Individu (Individual Defference)......................................
E. Implikasi Perbedaan Individu dalam Proses Pendidikan
dan Pengajaran.....................................................................................

Bab III Penutup.............................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mengingat beberapa urgensinya persoalann psikologi dalam
kehidupan manusia khususnya dalam dunia pendidikan, maka faktor
ini mendorong psikologi terus dikaji dan dipelajari banyak orang.
Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Dimana ilmu ini sangat penting untuk kita pelajari sebagai
mahasiswa dan mahasiswi yang akan diaplikasikan nanti saat
masuk dunia mengajar maupun terjun dimasyarakat.
Perhatian pada psikologi yang terutama tertju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman mereka
sendiri. Pengematan biasanya dilakukan oleh orang yangcerdas. Terjadi
terhadap suatuproses dengan maksud merasakan dan memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan.
Dalam duna pendidikan kita sebagai calon-caloon guru harus
mengerti dan memaami peran dan fungsi psikologi dalam proses
pembelajaran dan pendidikan. Agar setiap problematika yang terjadi dalam
proses pembelajaran bisa dipecahkan, utamanya dalam sudut psikologis.

Psikologi juga perlu kita kaji agar kita lebih mudah untuk
mengetahui perkembangan jiwa yang dimiliki oleh seseorang
anak didik kita kelak. Agar kita bisa memiliki setiap kritis
terhadap permasalahan-permasalahan pendidikan dan
pengajaran, dan bisa menganalisanya dari segipsikologi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi Pendidikan?
2. Apa saja ruang lingkup Psikologi Pendidikan?
3. Apa saja metode-metode dalam Psikologi Pendidikan?
4. Apa itu perbedaan individu?
5. Bagaimana implikasi perbedaan individu dalam proses
pembelajarann dan pendidikan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu psikologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Psikologi Pendidikan.
3. Untuk mengetahui apa saja metode dalam Psikologi Pendidikan.
4. Untuk mengetahui apa itu perbedaan individu.
5. Untuk mengetahuai bagaimana implikasi perbedaan individu
dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN


1. Pengertian Psikologi Pendidikan
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang
berarti jiwa atau napas hidup, dan ” logos” atau ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni
adannya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan
psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa,
karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa
diamati secara langsung. Arti psikologi secara singkat didefinisikan yaitu
studi tentang tingkah laku dan hubungan antar manusia, tingkah laku
individu tidak hannya terdiri dari perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat
Akan tetapi adalah semua reaksi terhadap keadaan didalam dan
pengaruh Faktor lingkungan. Psikologi juga mempelajari lebih dalam
tentang pikiran, mental dan perilaku manusia. Ilmu ini akan meneliti alur
pemikiran manusia. Selain itu, juga meneliti alasan dibalik tindakan dan
perilaku manusia. Karenanya ilmu psikologi kerap dimanfaatkan untuk
mencari solusi atau menyelesaikan masalah yang tepat.
Pendidikan dalam bahasa Yunani yaitu pedagogi, adalah paid artinya
anak dan agogos artinya membimbing. Jadi pedagogi artinya bimbingan
terhadap anak. Menurut termenologi pendidikan adalah usaha yang
didirikan seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau
mencapai tujuan hidup dan penghidupan yang lebih tinggi.

Jadi Psikologi Pendidikan merupakan ilmu yang dapat diterapkan


dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagaimana cara masyarakat
kita mengola cara belajar seperti hubungan guru dengan muridnya.
Beberapa definisi diatas penulis anggap dapat mewakili banyak

definisi yang dikemukkakan para ahli. Untuk itu setidaknya ada tiga hal
penting yang harus dijelaskan dari pengertian Psikologi
Pendidikan yakni:
a. Psikologi Pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang
didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologi.
b. Hasil-hasil riset psikoloi tersebut kemudian dirumuskan
sehingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-
metode serta strategi-strategi yang utuh.
c. Konsep, teori, metode dan strategi tersebut kemudian
disistematisasikan hingga menjadi “repertoire of resources”,
yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat
dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan
khusisnya dalam hal belajar mengajar

Dari rumus beberapa pendapat diatas, Psikologi Pendidikan


jelas hadir dari pengembangan riset psikologi pada umumnya untuk
kepentingan pendidikan. Dengan dasar ini dapat ditegaskan definisi
dan pengertian Psikologi Pendidikan yakni: suatu cabang ilmu jiwa
yang membahas tingkah laku anak pada proses pendidikan.

2. Ruang Lingkup Psikologi


Pada dasarnya ruang lingkup dari psikologi pendidikan adalah
segala bentuk perilaku atau tingkah laku manusia dan proses mental
yang terlibat dalam proses pengajaran dan pembelajaran dalam konteks
pendidikan. Manusia yang yang terlibat dalam proses pendidikan
tersebut yaitu guru dan siswa. Maka dalam psikologi pendidikan yang
dibahas yaitu tingkah laku siswa yang berkaitan dengan proses belajar
dan juga tingkah laku dalam proses pembelajaran. Berdasarkan
beberapa buku yang membahas tentang psikologi pendidikan akan
diproleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan
ruang lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan
ruang lingkup yang lebih sempit atau terbatas.
Terdapat ruang lingkup yang luas biasanya membahas selain
proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan
lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar, dan sebagainya.
Sedangkan ruang lingkup yang lebih sempit biasanya berkisar pada soal
proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh
maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya
memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai
lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada
yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses
beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh
dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang
menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Tapi secara umum
biasanya psikologi pendidikan selalu melakukan pembahasan seperti:

1. Hereditas & Lingkungan.


2. Pertumbuhan & Perkembangan.
3. Potensi & Karakteristik tingkah laku siswa.
4. Hasil dari proses pendidikan, dan apa pengaruhnya terhadap
setiap individu.
5. Kesehatan Mental & Pendidikan.
6. Mengevaluasi Hasil dari Pendidikan.

Adapun beberapa ruang lingkup psikologi pendidikan yang


lebih lengkap, seperti:
1. Pengetahuan ruang lingkup, tujuan mempelajarinya, dan
sejarah psikologi pendidikan.
2. Lingkungan fisik & psikologis.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar.
4. Perkembangan dari murid.
5. Proses tingkah laku individu.
6. Hakekat & ruang lingkup belajar.
7. Hukum & teori-teori belajar.
8. Pengukuran pendidikan.
9. Aspek praktis pengukuran pendidikan.
10.Transfer belajar.
11.Ilmu statistik dasar.
12.Kesehatan mental setiap individu.
13.Pendidikan dalam membentuk kepribadian individu.
14.Kurikulum pendidikan sekolah, dll.
3. Metode-Metode Dalam PsikologiPendidikan
Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya "Educational
Psychology" bahwametode-metode pokok dalam psikologi
pendidikan adalah:
1. Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan
sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang
kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji
hipotes pembuatan eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau
kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi,
tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum
dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan,
ingatan, dan lain sebagainya. (Shalahuddin,1990:23)

Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan


pengontrolan secara ketat terhadap aktor-faktor/variabel-variabel
yang diperkirakan dapat "mencemari dan mengotori" hasil
penelitian. Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik
yang disebut sebagai eksperimental design (rancangan
eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian:
Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah
penelitian ilmiah:
o Ada masalah (problem)
o Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem
o Alternatif jawaban/hipotesis
o Diuji secara empiris sesuai dengan data lapangan
o kesimpulan dangen eralisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam
Guna darma,2002:12)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua,
yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen
lapangan yang diacak (Slavin,2008:21)

2. Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan topik-topik psikologis, sosial, pendidikan,
dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada
suatu kelompok individu, dengan objek untuk memperoleh data
dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang
kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostic atau
untuk menilai ciri-ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain
adalah: o Tidak terlalu memakan biaya.
o Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relative
singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban

yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)

3. Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus "The Penguin Dictionary of

Psychology", istilah "clinic" dapat diartikan sebagai tempat diagnose

dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau

kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam

psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki

kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu

yang lama. (Shalahuddin,1990:25).


Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah:
Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan
masalah disamping kesukaran belajar, gangguan
emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
Studi kasus perkembangan: digunakan untuk
mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari
satu aspek keaspek tertentu. Contohnya bagaimana
perkembangan ana kumur 6-9 tahun sehingga kita
dapat menentukan metode pengajaran matematika
yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus
menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek
yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak
tersebut dalam jangkawaktu 3 tahun (6-9 tahun).
Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara
memakai sampel-sampel yang mewakili usia anak yang
ingin diteliti (misa pada contoh di atas, kita menggunakan
sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak
usia 6;00, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui
emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita
ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk
mengetahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-
kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan
perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan
perkembangan emosi anak usia 6;00sampai 9;00. Prabowo
& Puspita Sari dalam Guna darma,2002:10)

4. Metode Case Study


Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang

pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan,


lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta
yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan
pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat
adalah data tingkahlakunya bukan interpretasi dari kelakuan
tersebut. (Shalahuddin,1990:26)
5. Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan
pengamatan kedalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan
mental pada waktu tertentu. Metode ini dipakai dan dikembangkan
dalam disiplin psikologi oleh kelompok struktur aklisme (Wilhem
Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu.
Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui
proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang,
sebagai mana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya
pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental,
menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada
dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:9)

4.
5. Perbedaan Individu (Individual Defferences)

Dalam perkembangan dan juga pertumbuhan manusia tentunya


memiliki berbagai jenis tumbuhan-tumbuhan yang ketika awal kehidupan
manusia tersebut lebih mementingkan unsur jasmani didalam dirinya.
Contohnya ketika manusia masih bayi, dimana manusia belum begitu
mengerti dan juga paham mengenai apa yang terjadi diluaran sana,
termasuk kebutuhan dari fisiknya sendiri. Sehingga dalam hal ini lebih
mementingkan adanya perkembangan dari awal lingkungan dia berada.

Di dalam sebuah kamus Echol dan Shandaly (1975).


Menyatakan bahwa individu adalah sebuah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan dan juga oknum.
Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat kita bentuk dalam
sebuah lingkungan yang bisa merangsang perkembangan potensi-
potensi yang dimilikinya ddan akan membawa berbagai perubahan
yang diinginkan dalam sebuah kebiasaan dan juga sikap-sikapnya.

Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat kita bentuk dalam


sebuah lingkungan yang bisa merangsang perkembangan potensi-
potensi yang dimilikinya ddan akan membawa berbagai perubahan
yang diinginkan dalam sebuah kebiasaan dan juga sikap-sikapnya.

Teori perbedaan individu dalam psikologi yang dikembangkan


oleh Lindgren (1980) mengatakan bahwa sebuah perbedaan individual
menyangkut mengenai variasi yang terjadi, baik variasi dalam aspek
fisik dan juga psikologis, perbedaan individual tersebut juga disatukan
dalam sebuah teori Chaplin (1195:224 ) yang menyatakan sembarang
sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat yang dapat
membedakan suatu individu dengan individu lainnya.

Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua aspek yang

menonjol, yaitu 1) semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan

didalam pola perkembangannya dan 2) didalam pola yang bersifat umum dari
apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-
tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan ini
disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Gerry (1963)
dalam buku perkembangan peserta didik karya Susanto dan B. Agung
Hartanto mengategorikan perbedaan individual seperti berikut :

1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,


pendengaran, penglihatan, dan kemampuan brtindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan
keluarga, dan suku.
3. Perbedaan kepribdian termasuk watak, motif, minat dan sikap.
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.

Dalam penerapan teori perbedaan individu dalam psikologi


yang disajikan setiap individu umumnya memiliki berbagai faktor yang
dapat dijelaskan melalui poin dibawah ini :

a. Pola asuh
Pola asuh tentu akan sangat mempengaruhi dari pola perilaku
kehidupan seseorang yang berhubungan dengan anak-anak.
Pola asuh juga biasanya memiliki perbedaan dan berkaitan
dengan psikologi lingkungan dalam ruang lingkup keluarg.
b. Urutan kelahiran
Karakteristik dan juga kepribadian seseorang biasanya
akan sangat dipengaruhi juga dari kepribadian seseorang
tersebut. Seningga akan mempengaryhi juga dari urutan
kelahiran, salah satunya perbedaan dari sikap individu
anak sulung yang biasanya lebih teliti dan juga memiliki
ambisi, berbeda dengan anak tengah yang pecinta damai
dan juga biasanya menjadi mediator serta anak bungsu
yang biasanya lebih menarik dan kreatif.
c. Budaya
Rentang budaya dan juga peran lingkungan dalam
pendidikan karakter juga akan sangat mempengaruhi
pola pikir perbedaan dari setiap individu. dalam hal ini kita
bisa mendefinisikan dalam sebuah adat istiadat dan juga
adanya nilai-nilai di masyarakat serta norma-norma yang
ada di lingkungan dan juga psikologi sosial di masyarakat
itu sendiri dan juga teori budaya dalam psikologi.
d. Perbrdaan bahasa
Dalam teori perbrdaan individu dalam psikologi, salah satu
hal yang mempengaruhi kemampuan individu dalam hal ini
adalah kecakapan bahasa dan juga perbedaan dalam
berbahasa setiap daerah dimana untuk bisa menyampaikan
pikiran seseorang perlu sebuah bahasa yang logis dan juga
penuh makna, sehingga dapat mempengaruhi juga faktor
kecerdasan dan juga lingkungan.
e. Perbedaan kognitif
kemampuan kognitif seseorang memiliki keterkaitan dengan
adanya penguasaan dan juga ilmu pengetahuan dalam
teknologi. Dalam setiap hal yangmengandung persepsi dan
juga dari hasil pengamatan dan juga penyerapan sebuah
objek yang diakukan oleh setiap individu.

5.
6. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran
dan Pendidikan

A. Proses pembelajaran
Perbedaan individu sangat menarik perhatian para ilmuan.
Termasuk DePetter dan Hearchi. Ia menjelaskan beragai macam
tipe orang dalam belajar. Setiap orang memilii cara dan metide
balajarnya sendiri. Ada yang lebh senang belajar sendiri, belajar
kelompok, belajar dengan melihat, mendengar atau mengerjakan
sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapa diingat dn dipahaminya
dengan baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri
kita, tentu ada baiknya kita terlebih dulu mengerti dan mengetahui
begeaimana sebenarnya tipe belajar kita sendiri.
Menurut DePeter dan Haerchi, 2003, Tipe belajar merupakan
gaua belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara
termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi.
Sutano, 2006, membagi tipe belajar seseorang menjadi tiga hal:
a. Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap
informasi yang dibacanya/dilihatnya
b. Menusia auditori, dimana informasi yang masuk melalui
apa yang didengarnya akan diserap secara optimal
c. Manusia kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan
cepat mengerti bila informasi yang harus duserapnya
terlebih dahuku “dicontohkan” atau ia membayangkan orang
lain melakukan hal yang akan dipelajarinya. Sejalan dengan
hal tersebut, DePetter dan Hearchi, 2003, mendeskripsikan
cirri-ciri tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut:
1. Tipe Visual
Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat.

Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam


modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan tipe
belajar visual, yaitu :
Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan
menjaga penampian
Berbicara dengan cepat
Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang
sebenarnya dalam pikiran mereka
Lebih mengingat apa yang dilihat dari pada yang
didengar Mengingat dengan asosiasi visual
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal
kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk
mengulangi ucapakannya.
Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca
yang cepat
Mencoret-coret tanpa arti selama erbicara di telepon atau
dalam rapat
Lebi suka melakukan demonstrasi dapada berpidato
Lebih menyukai seni gambar daripada music

Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang


sungka ya atau tidak
Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tifak pandai
memilih kata-kata yang tepat
Biasanya tidak terganggu dengan keributan

2. Tipe Auditori
Orang dengan tipe ini akan lebh memahami sesuatu melalui
apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala
jenis bunyi dan kata. Music, irama, dialog, internal dan suara
menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori
memiliki cirri sebagai berikut:
Suka berbicara pada diri sendiri saat bekerja
Perhatiannya muda terpecah dan mudah tergangu oleh
keributan
Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di
buku ketika membaca
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,
perubahan dan warna suara
Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka
mengucapkan secara lisan
Berbicara dalam irama yang terpola
Lebih suka music daripada seni gambar
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan
sesuatu dengan panjang lebar
Lebih suka gurauan lisan daripad membaca komik
Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian
hingga sesuai satu sama lain
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya Biasanya pembicara yang fasih

3. Kinestetik
Orang dengan tipe kinestetik belajar melalui gerak, emosi
dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan,
koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan
fisik. Cirri orang dengan tipe belajar kiestetik yaitu:
Berbicara dengan perlahan
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
saat berbicara
Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Belajar melalui memanipulasi dan praktik

Mengafal dengan cara berjalan dan melihat


Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika
membaca Banyak menggunakan isyarat tubuh
Tidak dapat diam untuk waktu yang lama
Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka
memang telah pernah berada di tempat itu
Menyukai permainan yang menyibukkan
Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat memaca, suka
mengetuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan
Ingin melakukan segala sesuatu

Kemungkinan tulisannya jelek

Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePetter juga


menambahkan bahwa ada tipe campuran dari tiga tipe tipe belajar
diatas, misalnya Auditori-visual atau Visual-kinestetik atau bisa
ketiga-ketiganya tapi biasanya satu tipe belajar lebih mendominasi.

B. Proses Pendidikan
Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang
sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya.
Seringkali kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai
atau cerdas ( inteligen ) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas
( tidak inteligen ). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang
dalam masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun
yang lalu dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari
seseorang.Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari
bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari
bahasa latin yaitu “ inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia
“ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti
diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi
pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk
memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran. Untuk
memperjelas pengertian inteligensi, maka penulis memaparkan
beberapa definisi inteligensi yang di kemukakan oleh beberapa
ahli phisikologi maupun pendidik diantaranya :
Menurut para ilmuwan, dewasa ini manusia menggunakan 10
persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu sebagian besar
hanya mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research
Institute).Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi jenius. Idealnya
memang harus dipersiapkan sejak kecil dengan mengaktifkan fungsi
otak untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang
menunjang proses pembelajaran. Usia remaja juga dapat
memberdayakan otak secara optimal, untuk itu kita harus mengetahui
terlebih dahulu cara kerja otak tersebut. (Sidiarto L. 2008)
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kecerdasan
otak, diketahui bahwa kecerdasan otak yang bersumber di sistem
limbik justru memberikan kontribusi jauh lebih besar dibandingkan
dengan kecerdasan yang bersumber dari neokorteks. Terdapat dua
kecerdasan yang bersumber selain dari neo kortex yaitu pada
emosional di sistem limbik dan spiritual di God spot (temporal).
Kontribusi kecerdasan emosional dan spiritual terhadap keberhasilan
karir atau hidup seseorang diperkirakan sekitar 80 %, sedangkan
sisanya merupakan kontribusi dari kecerdasan rasional. Dari 80 %
kontribusi tersebut ternyata spiritual mendominasi sekitar 60 % dan
sisanya merupakan kontribusi emosional .
Potensi kecerdasan sebagai inti Inteligensi merupakan pusat
kreativitas dan inovasi yang dihasilkan oleh suatu fungsi organ otak
pada manusia (Cattel,1971 dalam Pasiak 2008). atau manusia dapat
beraktifitas bermanfaat yang merupakan kegiatan kreatif dan inovatif
berdasar derajat inteligensi yang dimotori oleh otak yang sehat.
Dengan demikian untuk mengatasi segala tantangan dan
perubahan yang terjadi. Oleh karena itu harus cerdas dan juga
mampu menggunakan semua kecerdasan otak yaitu intelektual,
emosional dan spiritual.
Beberapa Pengertian Intelegensi menurut Para Ahli dalam
Dalyono. 2007)
1) Super dan Cites mengemukakan” Intelegence has frequently
been difined as the ability to adjust to the environment or to
learning from experience” (Super & Cites, 1962: 83)
Intelegnsi sebgai kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau belajar dati pengalaman. Dimana manusia
hidup dan berinteraksi didalam lingkungannya yang
kompleks untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2) Garrett (1946: 372) mengemukakan “ Intelegence includes at
least the abilities demanded in the solution of problems which
requer the comprehension and use of symbols” (intelegensi itu
setidak-tidaknya mencakup kemampuan kemampuan yang
diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang
memerlukan pengertian serta mengunakan symbol-simbol.
Karena manusia hidup senantiasa menghadapi permasalahan,
setiap permasalahan harus dipecahkan agar manusia manusia
memperoleh keseimbangan (homeostasis) dalam hidup.
3) Bischor, 1954 mengemukakan “ Intelegence is the ability to
solve problems of all kinds” Intelegensi ialah kemampuan untuk
memecahkan segala jenis masalah. Defenisi intelegensi yang
dikemukakan bischor ini memuat perbedaan dengan defenisi
menurut gareet yaitu intelegensi dalam asti khusus sementara
bischor dalam artian yang lebih luwes namun bersifat
operasional dan fungsional bagi kehidupan manusia.
4) Haidentich 1970 mengemukakan” intelegence refers to ability
to learn and to utilize what has been learned in adjusting to
unfamiliar situation, or in the solving of problems” Intelegensi
menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa
yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap
situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan
masalah-masalah. Dimana manusia yang belajar sering
menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan hal ini
memerlukan kemampuan individu untuk belajar menyesuaikan
diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.

Menurut Purwanto, N.(1998) “dalam mendidik dan mengajar,


pendidik tidak cukup hanya menyisihkan pengetahuan-
pengetahuan atau tanggapan-tanggapan yang banyak ke dalam
otak anak-anak” .Pendapat ini mempertegas bahwa anak harus
diajar berpikir dengan baik, supaya anak tersebut dapat berpikir
dengan baik pula, dan kita perlu memberikan :
1) Pengetahuan siap (parate kennis), yaitu pengetahuan
pasti yang sewaktu-waktu siap untuk dapat dipergunakan,
seperti : hafal tentang huruf abjad, perkalian dsb.
2) Pengetahuan yang berisi, yang mengandung arti (tidak
verbalistis) dan yang benar-benar dimengerti oleh anak-anak.
3) Melatih kecakapan membentuk skema, yang
memungkinkan berpikir secara teratur dan skematis.
4) Soal-soal yang mendorong anak untuk berpikir, dalam hal
ini faktor motivasi memegang peranan yang penting.
Williem Sterm, “inteligensi ialah suatu kesanggupan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan
alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya, dan inteligensi tersebut
sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan” Berdasar
pendapat tersebut pendidikan dan lingkungan tidaklah begitu
berpengaruh kepada inteligensi seseorang.
Sedangkan menurut Jean Piaget, “intelligence atau
inteligensi diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh
kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk
kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir,
mempertimbangkan, menganalisis, mensiotesis, mengevaluasi
dan menyelesaikan persoalan-persoalan”11.
Pendapat ini mempertegas bahwa inteligensi adalah seluruh
kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah
laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi
baru. Dalam arti sempit inteligensi sering kali diartikan sebagai
inteligensi perasional, termasuk pula di dalamnya tahapan-
tahapan yang sejak dari periode sensorimotoris sampai dengan
operasional formal. (Suryabrata S. 2010)
Menurut pendapat Munandar U. (1999) “bahwa inteligensi meliputi
terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan,
perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi,
representasi mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan
keseimbangan serta integritas intelektual secara umum” Wechler,
“merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan individu
untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
Dari pendapat ini bahwa hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan intelek itu antara lain :
1) Bertambahnya informasi yang disimpan (di dalam otak)
seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.
2) Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan untuk memecahkan
suatu masalah, sehingga seseorang dapat berpikir proporsional.
3) Adanya kebebasan berpikir menimbulkan keberanian seseorang

dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan


menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang
keberanian anak dalam memecahkan suatu masalah dan
menarik kesimpulan yang baru dan benar.

Menurut dasar-dasar teori Piaget, “ perkembangan inteligensi yaitu:


1) Fungsi inteligensi termasuk proses adaptasi yang bersifat
biologis.
2) Bertambahnya usia menyebabkan berkembangnya
struktur inteligensi baru, sehingga pengaruh pula terhadap
terjadinya perubahan kualitatif”
Sedangkan Semiawan C., (1977) mengatakan, “Kemampuan
menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan
berpikir kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis
perubahan mencakup berpikir abstrak dan berpikir verbal” Menurut
Bobbi Deporter dan Mike Henachi, “semua kecerdasan yang
tinggi, termasuk intuisi ada dalam otak sejak lahir, dan selama
lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan, kecerdasan ini dapat
disingkapkan jika dirawat dengan baik”.
Pendapat ini mempertegas agar supaya kecerdasan-
kecerdasan ini terawat secara baik, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, antara lain yaitu :
1) Struktur syaraf bagian bawah harus cukup berkembang
agar energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi.
2) Anak harus merasa aman secara fisik dan emosional.
3) Harus ada model

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang


Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, sehingga terdapat
perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:
1. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri
yang dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat
tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh
pembawaan kita.Orang itu ada yang pintar ada pula yang
bodoh. Sekalipun menerima latihan dan pelajaran yang
sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ(fisik maupun non
fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai
kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak
tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu
masih terlampau sukar baginya.Organ-organ tubuhnya dan
fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk mengenai
soalitu dan kematangan erat hubungannya dengan umur.
3. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar
diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja
seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)
4. Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan
– dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi)
dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap
dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap
sesuatu, apa yang mereka minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
5. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih

metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-


masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode juga bebas dalam memilih masalah sesuati
dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini
berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat
dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi Pendidikan merupakan ilmu yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagaimana cara masyarakat
kita mengola cara belajar, hubungan guru dengan murid.
pembelajaran bisa dipecahkan, utamanya dalam sudut psikologis.

Psikologi juga perlu kita kaji agar kita lebih mudah untuk mengetahui

perkembangan jiwa yang dimiliki oleh seseorang anak didik kita kelak. Agar

kita bisa memiliki setiap kritis terhadap permasalahan-permasalahan

pendidikan dan pengajaran, dan bisa menganalisanya dari segipsikologi.


DAFTAR PUSTAKA

Sulkifly. 2020. Konsep Psikologi Pendidikan.,


https://dosen.ung.ac.id/Sulkifly/home/2020/10/12/konsep-psikologi-
pendidikan.html, 20 Februari 2021 pukul 16:35.

Nurazizah, Siti. 2020. Konsep Dasar Perbedaan Individu Psikologi Pendidika,


https://www.kompasiana.com/azizahsn/5e835ba9f1110c7782635822/konsep-
dasar-perbedaan-individu-psikologi-pendidikan?page=all, 21 Februari 2021
pukul 20:47.

Nirma, Magfira. 2021. Perbedaan Individu dan Implikasinya dalam Pembelajaran,


https://www.academia.edu/11566609/PERBEDAAN_INDIVIDU_DAN_IMP
LIKAASINYA_DALAM_PEMBELAJARAN, 20 Februari 2021 pukul 21:26.

Alan.2011. Perbedaan Individu dan Implikasi dalam Pembelajaran,

http://blog.umy.ac.id/ucihalan/2011/11/09/perbedaan_individu_dan_implikasi

_dalam_pembelajaran/, 21 Februari 2021 pukul 22:50.

Sora,N. 2019. 2019. Pengertian Psikologi Pendidikan,


http://www.pengertianku.nrt/2019/04/pengertian-psikologi-pendidikan-
ruang-lingkup-dan-tujuannya-secara-umum.html, 21 Februari 2021 pukul
19:11

Anda mungkin juga menyukai