Dosen Pembimbing
OLEH
RASDIANA (1743041023)
Kelas: 03 AP 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Manajemen Berbasis
Sekolah”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah.
Penulis berusaha menjelaskan tentang sejarah atau latar belakang munculnya Manajemen
Berbasis Sekolah.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan ilmu yang lebih baik dan
bermanfaat pada mereka yang telah memberikan bantuan, semoga dibalas oleh Allah SWT
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................................... 8
iii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah ini maka mulai dari wilayah
provinsi hingga kota/kabupaten akan mengurusi sendiri urusan daerahnya. Setiap daerah
tersebut akan memiliki wewenang, hak, dan tanggung jawab sendiri untuk mengurus rumah
tangganya sesuai dengan batasan dan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu :
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah lahirnya
Manajemen Berbasis Sekolah
1
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Secara terminology manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Istilah manajemen mengacu pada proses
mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara
efisien dan efektif melaui orang lain. Manajemen dipahami sebagai kemampuan atau
keterampilan melakukan suatu proses dengan cara sistematis dalam melaksanakan
pekerjaan.
Istilah manejemen memiliki banyak arti. Secara umum manejemen dapat diartikan
sebagai proses mengelola sumber daya secara efektifuntuk mencapai tujuan. Ditinjau dari
aspek pendidikan, manejemen pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan
dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik
tujuan jangka pendek, menengah maupun tujuan jangkan panjang.
Kedua, kata berbasis mempunyai kata dasar basis atau dasar. Ketiga, kata sekolah merujuk
pada lembaga tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Bertolak dari arti ketiga
istilah itu, maka istilah Manejemen Berbasis Sekolah dapt diartikan sebagai segala sesuatu
yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang berdasar pada sekolah itu sendiri
dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
2
Slamet PH(2001) mendefinisikan manajemen berbasis sekolah dengan bertolak dari
kata manajemen, berbasis dan sekolah. Menurut Slamet bearti koordinasi dab peneyerasian
sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan, untuk berbasis artinya “ berdasarkan pada” atau
“berfokuskan pada”, sedangkan sekolah merupakan organi sasi terbawah dalam jajaran
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal
kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat
legalistik (makro, meso, mikro) dan profesional-listik (kualifikasi,untuk daya manusia).
3
kebijakan pendidikan, yang kemudian merambat ke daerah Afrika, kawasan Latim
Amerika, dan negara-negara berkembang lainnya di seluruh dunia.
Munculnya MBS tidak terlepas dari upaya-upaya untuk memperbaiki mutu
pendidikan di suatu negara. Sejak tahun 60-an dan 70-an banyak sekali inovasi yang telah
dilakukan, misalnya pengenalan kurikulum baru, pendekatan baru dan metode baru dalam
proses pembelajaran, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Baru ketika tahun 80-an, saat
terjadi perkembangan manajemen dalam dunia industri dan organisasi komersial
mencapai sukses, maka para pakar pendidikan pun percaya bahwa untuk memperbaiki
mutu pendidikan, perlu ada lompatan pemikiran dari lingkup pengajaran di dalam kelas
secara sempit ke lingkup organisasi sekolah. Lompatan pemikiran yang dimaksud
tersebut adalah perubahan dalam struktur dan gaya manajemen sekolah dengan
mengadopsi aplikasi manajemen modern.
Setelah adanya kesadaran itu muncullah berbagai gerakan reformasi seperti gerakan
sekolah efektif (effective scholl), ada gerakan anggaran sekolah mandiri (self budgeting
school) yang menekankan otonomi penggunaan sumber dana sekolah. Ada juga
pengembangan kurikulum berbasis sekolah (school based curriculum development),
pengembangan staf berbasis sekolah (school based staff develovment) serta bimbingan
siswa berbasis sekolah (scholl based student counseling). Gerakan reformasi yang
menggunakan pendekatan berbeda-beda itu kemudian melahirkan satu konsep dengan
istilah Manajemen Berbasis Sekolah.
Lahirnya MBS di suatu Negara tetap berdasarkan dengan sistem pendidikan yang ada
sebelumnya. Di Hongkong misalnya kemunculan MBS dilatar belakangi kondisi
pendidikan yang kurang baik sehingga perlu adanya perbaikan sistem pendidikan. MBS
di sebut dengan the School Management Initiative. Di Kanada kemunculan MBS
menggunakan istilah School Site Decision Making, yang didasari dengan adanya
kelemahan dari pendekatan fungsional yang mengontrol dan membatasi partisipasi
bawahan. Agar kekuatan bawahan menjadi suatu kekuatan yang nyata maka perlu
dilembagakan yaitu dalam bentuk MBS. Di Amerika Serikat kemunculan MBS
disebabkan masyarakat mulai mempertanyakan relevansi dan korelasi hasil pendidikan
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Saat itu kinerja sekolah-sekolah di negeri paman
sam itu dianggap tidak sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan oleh siswa untuk terjun
4
ke dunia kerja. Setelah dianggap tidak mampu memberikan hasil maksimal dalam
konteks kehidupan kompetitif secara global. Salah satu indikasinya adalah perstasi siswa
untuk beberapa mata pelajaran tidak memuaskan. Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka langkah yang ditempuh adalah menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah sehingga
menghasilkan kinerja sekolah yang baik. Hal itu dapat dipahami bahwa penerapan MBS
di Amerika terjadi setelah masyarakat dan pemerintah menyadari pentingnya pendidikan
di masa depan.
Reformasi bidang pendidikan seperti ini juga terjadi di Negara-negara maju lainnya
seperti Australia, Francis, New Zeland dan sebagainya. Dari uraian tersebut di atas dapat
di simpulkan bahwa meskipun konsep dan motif penerapan MBS di berbagai Negara
mempunyai perbedaan, akan tetapi rata-rata dilatar belakangi oleh beberapa hal yaitu :
a. Terjadinya ketimpangan kekuasaan dan kewenangan yang terlalu terpusat pada atasan
dan mengesampingkan bawahan.
b. Kinerja pendidikan yang tidak kunjung membaik bahkan cenderung menurun.
c. Adanya kesadaran para birokrat dan desakan dari para pecinta pendidikan untuk
merekunstrukturisasi pengeloalaan pendidikan.
d. Untuk melibatkan semua warga sekolah dalam mengambil kebijakan dan
merumuskan tujuan sekolah.
2. Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia
Di Indonesia latar belakang munculnya MBS tidak jauh berbeda dengan Negara-
Negara maju yang lebih dulu menerapkannya. Perbedaan yang mencolok hanya
lambatnya kesadaran para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia. Negara maju
sudah banyak mengadakan reformasi pendidikan pada tahun 1970-an sampai tahun 1980-
an, sementara Indonesia reformasi pendidikan tersebut terjadi 30 tahun kemudian.
Di Indonesia munculnya gagasan MBS sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah
sebagai paradigma baru dalam pengoperasian sekolah. Pengelolaan pendidikan di
Indonesia selama ini sangat bersifat sentralistik, di mana pusat sangat dominan dalam
pengambilan keputusan, sebaliknya daerah dan sekolah bersifat fasif hanya sebagai
penerima dan pelaksana perintah pusat. Pola kerja sentralistik itu sering mengakibatkan
adanya kesenjangan antara kebutuhan ril sekolah dengan perintah dengan perintah atau
apa yang digariskan oleh pusat. Sistem sentralistik dinilai kurang bisa memberikan
5
pelayanan yang efektif dan tidak mampu menjamin kesinambungan kegiatan lokal. Oleh
karena itu perlu adanya formula baru dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia.
a. Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah.
b. Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi,
akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.
Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia menggunakan model Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) muncul karena beberapa alasan antara
lain, pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemampaatan sumber daya
yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Kedua sekolah lebih mengetahui
kebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan dapat mencipatakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah, fleksibilitas kepada sekolah dan mendorong partisipasi secara langsung
warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh Karena itu MBS di Indonesia merupakan pola baru dalam di dunia pendidikan
yang diharapkan dapat memberikan angin segar terhadap peningkatan mutu
pendidikan.
Sebelumnya, pemerintah telah melakukan berbagai program rintisan di berbagai
jenjang pendidikan berkenaan dengan model MBS melalui berbagai kebijakan yang
6
bertujuan untuk membuat sekolah menjadi lebih mandiri dan meningkatkan
partisipasi masyarakat. Sebagai contoh, rintisan program MBS di SD dan MI telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Program ini menekankan pada
tiga komponen, yaitu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Peran Serta Masyarakat
(PSM), dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
7
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah
memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk
dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat sekitar secara
mandiri dan terbuka.
B. Saran
Sekalipun ada variasi perbedaan, pada umumnya MBS diarahkan untuk mengangkat
masalah sistem manajemen sekolah yang menempatkan pusat pada posisi yang makin kuat
untuk bertanggung jawab menentukan tujuan-tujuan pendidikan (standar) dan memonitor
kinerja/prestasi, sementara pada saat yang sama memberikan kewenangan dalam pelaksanaan
serta pengelolaan sumber daya pada level sekolah untuk mengambil keputusan. Oleh Karena
8
itu setiap sekolah yang telah diberikan otoritas Manajemen disarankan benar-benar dapat
mengelolanya dengan baik dalam pencapaian tujuan dan kepentingan sekolah yang
ditetapkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10