Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN BAHASA DAN PROBLEMATIKANYA

MAKALAH

OLEH KELOMPOK 3

1. ARIES THEO SIALLAGAN 220534609577


2. DHARU FIRMAN FADHILLAH 220534604904
3. LUCKY RAMADANI 220534605589
4. MEGA CAHYANI 220543600444
5. REBECCA VALENCIA 220543600905
6. SALWA AFIFA 220543600652

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

OKTOBER 2022
A. Hakikat Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi,


baik alat berkomunikasi secara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda isyarat.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan
maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak.

Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi secara verbal (diucapkan dan ditulis) dan
nonverbal (diisyaratkan) berupa kata-kata yang bervariasi dan merupakan kombinasi keduanya
(Santrock, 2011). Komunikasi yang harus dikuasai individu memiliki dua fungsi yang terdiri dari
menyampaikan pesan dan menangkap pesan. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan
peserta didik dalam menyampaikan pemikiran dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang
memiliki makna, sesuai kenyataan (logis), dan sistematis.Bahasa membantu individu untuk
menjelaskan informasi pada orang-orang di sekitar.

Bahasa berperan penting dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan keinginan pada
orang lain. Pengungkapan pesan melalui bahasa akan membangun komunikasi. Komunikasi yang
dibentuk melalui percakapan akan membantu menyampaikan informasi antar individu, antar
kelompok dan antar generasi. Organisasi Bahasa melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi,
morfologi, sintaksis, ilmu semantic dan pragmatic (Santrock, 2011).

1. Fonologi, merupakan studi mengenai system bunyi bahasa, mengenal bunyi-bunyi


yang biasa digunakan dan dikombinasikan. Fonologi menyusun kata-kata bersumber dari
dua atau tiga ribu fonem. Fonem adalah satuan bunyi dasar dalam bahasa yang
mempengaruhi makna, contoh: profésional, penggunaan /é/ merupakan bentuk fonem.
2. Morfologi, mendeskripsikan satuan-satuan bermakna (morfem) dapat dikombinasikan
menjadi kata-kata, contoh: -isme (nasionalisme), me-(membantu)
3. Sintaksis, mencakup bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan
dan kalimat, contoh: Budi membantu Ibu.
4. Semantik, mengacu pada makna kata-kata atau kalimat, contoh: wanita, perempuan

5. Pragmatikyaitu penggunaan bahasa yang sesuai konteks yang berbeda-beda, contoh:


“Ibu, permisi, bolehkah saya ijin meninggalkan ruangan untuk mengambil buku di ruang
guru?” berbeda dengan ijin kepada teman“Wan, sebentar ya, saya mau ambil buku di
ruang guru”.Brown dan Santrock membagi tahap perkembangan bahasa yaitu: (1)
Motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa berbicara pada bayi dengan frekuensi dan
hubungan yang lebih luas, dengan kalimat-kalimat sederhana; (2) Recasting(menyusun
ulang) yakni mengucapkan makna suatu kalimat dengan cara yang berbeda; (3) Echoing
(menggemakan) yakni mengulang kata berupa ungkapan atau kalimat, dengan meniru
kata yang diucapkan orang-orang di sekitar; (4) Expanding (memperluas) menyatakan
ulang dengan bahasa yang lebih baik, dengan mengungkapkan ide kepada orang lain; dan
(5) Labelling (memberi nama) yakni mengidentifikasi nama-nama benda yang terdapat di
sekitar (Triyono, 2012).

B. Implikasi dalam pendidikan

Pengertian Perkembangan

Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang berjalan secara kontinyu, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan perubahan,
yakni perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi.

Thonthowi (Desmita, 2008:5) mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang


meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel. Sedangkan
menurut Chaplin (Desmita, 2008:5), pertumbuhan adalah pertambahan atau kenaikan dalam
ukuran bagian-bagian tubuh sebagai suatu keseluruhan.

Senada dengan definisi tersebut, Sunarto dan Hartono (2006:35) menjelaskan bahwa
pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis. Lebih jauh dijelaskan pula bahwa pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks
perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan
dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, jantung, dan
sebagainya. Dengan demikian, tidak tepat apabila dikatakan pertumbuhan kecerdasan,
pertumbuhan moral, pertumbuhan karier, dan lain-lain, sebab aspek-aspek tersebut merupakan
perubahan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah.

1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual

Secara fisik, anak pada usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan
dipahami karena akan memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggaraan pendidikan. Meskipun
tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan biologis maupun perseptual anak terus
berlangsung. Pemahaman tentang karakteristik per-kembangan akhirnya membawa beberapa
implikasi bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar. Implikasi-imlikasi dimaksud
khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum, pemeliharaan
kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan
pembiasaan berperilaku sehat.

2. Implikasi Perkembangan Intelektual


Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia. Menurut Widiasmadi
(2010:55), potensi otak manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran sadar, sedangkan
sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa
potensi otak manusia yang berkaitan dengan perkembangan intelektual hanya memuat delapan
persen saja. Untuk itu, perkembangan intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan.

Proses perkembangan intelektual menurut pendapat Budiamin, dkk. (2009:5) melibatkan


perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan
mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghapal
doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman kepada orang lain
merupakan peran proses intelektual dalam perkembangan anak. Implikasi Perkembangan
BahasBahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya bahasa
sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga dapat diwujudkan dengan
tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri.

3. Implikasi Perkembangan Kreativitas

Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap tentang
sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik
terhadap berbagai persoalan. sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan oleh
pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta didik, khususnya dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran,
menyiapkan berbagai media, menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
posisi peserta didik sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi
yang tepat sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.

4. Implikasi Perkembangan Sosial

Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan, bayi sudah termasuk
ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil, mulanya anak-anak hanya
mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak untuk dipelihara dan dilindungi
oleh orang tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya
hanya mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai kewajiban.

Lingkungan sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari orang lain. Selain itu, yang
termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan
adalah pengaruh-pengaruh yang disengaja dari anggota berbagai golongan tertentu, seperti
pengaruh ayah, nenek, paman, dan guru-guru.implikasi Perkembangan Moral berpendapat, moral
bukan hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan
berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak
konsekuen, bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan
negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral
yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak.Adapun perkembangan
moral menurut Santrock yaitu perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain

5. Implikasi Perkembangan Sosial

Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan, bayi sudah termasuk
ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil, mulanya anak-anak hanya
mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak untuk dipelihara dan dilindungi
oleh orang tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya
hanya mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai kewajiban.Lingkungan sosial
merupakan pengaruh luar yang datang dari orang lain. Selain itu, yang termasuk lingkungan
sosial ialah pendidikan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh-
pengaruh yang disengaja dari anggota berbagai golongan tertentu, seperti pengaruh ayah, nenek,
paman, dan guru-guru

C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

1. Intelegensi
Semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang anak maka kemampuan untuk mengenal dan
meniru lingkungan sekitarnya akan meningkat. Seperti meniru suara, gerakan, dan tanda-
tanda yang memerlukan kemampuan motorik yang baik sehingga tingkat berpikirnya
akan cepat dan sangat mempengaruhi perkembangan bahasanya..

2. Umur anak
Saat umur individu semakin bertambah maka fisik yang berkembang akan ikut
mempengaruhi pertumbuhan organ bicaranya serta kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan dan isyarat.

3. Ras
Kepercayaan atau pandangan suku tertentu jika anak dianggap tidak sopan bila terlalu
banyak berbicara, akan menyebabkan anak kurang berkeinginan dalam mengembangkan
kemampuan berbahasanya.
173
4. Peran seks
Anak laki-laki lebih suka mengkritik,sedangkan anak perempuan lebih suka mengadu
dan membahas dengan teman-teman seusianya. Anak perempuan menambah lebih
banyak kosa kata daripada anak laki-laki sehingga anak perempuan lebih cepat dalam
proses perkembangan bahasanya.

5. Pengaruh Faktor Biologis


Ahli bahasa Chomsky menjelaskan bahwa manusia memiliki kemampuan biologis untuk
mempelajari bahasa pada waktu serta dengan cara tertentu, karena setiap anak membawa
alat penguasaan bahasanya masing-masing untuk memungkinkan anak mendeteksi ciri
dan ketentuan bahasa. (Santrock,2011).17
4
6. Pengaruh lingkungan
Anak-anak belajar keterampilan bahasa dari pengalaman lingkungan awal. Perhatian
orang tua terhadap anak usia 12 hingga 18 bulan dalam belajar bahasa akan memprediksi
keterampilan bahasa di usia 24 bulan. Cara orang tua menanggapi bayi dan mengajarkan
kata-kata awal dan kalimat baru pada anak, akan meningkatkan bahasa anak.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Orang tua dengan status ekonomi yang kurang, akan berbicara dengan anak-anak dengan
kosakata yang lebih terbatas karena mereka lebih mengutamakan mencari
pendapatan untuk mencukupi ekonomi keluarga, daripada berbicara dengan anak-anak
mereka. Sedangkan orang tua dengan status ekonomi yang baik akan menyediakan bahan-
bahan yang meningkatkan kemampuan bahasa anak seperti televisi, radio, koran, majalah dan
buku bacaan.

8. Kondisi fisik

Kondisi fisik diartikan sebagai kondisi kesehatan individu. Individu yang memiliki
kekurangan dalam komunikasi seperti bisu, gagap, tuli,dan organ suara yang tidak
sempurna akan mengganggu perkembangan komunikasinya sehingga dapat mengganggu
perkembangannya dalam berbahasa.

D. Tahap Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa pada anak menyesuaikan dengan kemampuan bahasa setiap tahap
perkembangan. Terdapat empat bentuk prabicara yaitu menangis, berceloteh, isyarat dan
pengungkapan emosi.

Pada usia bayi, celotehan dan vokalisasi merupakan tahap perkembangan bahasa bayi,
selama satu tahun pertama kehidupan bayi. Tugas belajar bicara bayi yaitu mengucapkan kata-
kata, menggunakan kosa kata dan menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang mudah
dipahami orang lain.

1. Menangis
Menangis merupakan cara berkomunikasi dengan lingkungan sekitar melalui nada,
intensitas dan gerakan badan yang mengiringi. Tangisan bayi merupakan bahasa
komunikasi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Tangisan mengindikasikan
kondisi lapar, gelisah, marah dan kesakitan yang digunakan oleh bayi untuk mendapatkan
perhatian dari orang-orang disekitar bayi.
2. Mendekut
Bayi mendekut (cooing) pertama kali di usia 2 hingga 4 bulan. Mendekut bayi terdengar
seperti huruf “aeeeaa..”, “eeaaaaa..”. Mendekut dilakukan untuk mengekspresikan rasa
senang, ketika berinteraksi dengan pengasuh. Peran orangtua memberikan tanggapan
terhadap suara bayi, akan mendorong bayi mengeluarkan suaa sebagai bentuk bahasa
bayi.
3. Celoteh
Pada usia 8 hingga 12 bulan mulai menggunakan bahasa tubuh atau gerakan isyarat
dengan memperlihatkan atau menunjuk ke arah sesuatu. Bayi mengulurkan kedua tangan
dan tersenyum, untuk menyampaikan ingin digendong.
Bayi usia 10 bulan mulai dapat menirukan kata-kata, dengan menirukan semua yang
didengarnya (Monks, 2006). Pada tahun pertama, anak-anak mengucapkan kata-kata
yang pertama, dan kebanyakan kata “mama”.
Bayi memahami sekitar 50 kata pada usia 13 bulan, namun belum mampu mengucapkan
hingga usia 18 bulan.
4. Satu kata
Kata-kata pertama bayi mempunyai makna psikologis yang bersifat intelektual,
emosional dan volisional, yaitu menunjukkan mau atau tidak mau akan sesuatu hal
(Monks, 2006). Kata kata pertama anak meliputi: nama orang yang penting (papa, mama,
nenek), hewan yang dikenal (kucing), kendaraan(mobil), mainan(bola), makanan(susu)
dan salam(hai).
Pada usia 2 tahun bayi sudah dapat mengucapkan sekitar 200 kata. Peningkatan kosa kata
yang pesat sejak usia sekitar 28 bulan disebut vocabulary spurt (lonjakan kosa kata).
5. Dua kata
Pada usia 18 hingga 24 bulan anak mulai mengucapkan ungkapan dua kata dan banyak
mengandalkan bahasa tubuh, nada dan konteks. Kalimat dua kata yang pertama
digunakan untuk menyampaikan maksud dan melakukan komunikasi, yang dijelaskan
Bloom (Monks, 2006) dengan istilah kata pivot dan kata terbuka. Kata pivot merupakan
kata kata yang sering digunakan anak, sedangkan kata kata terbuka selalu menggunakan
kata kata baru.
6. Kalimat sederhana
Anak berusia 2 sampai 3 tahun mengalami perkembangan bahasa yang semakin cepat.
Merka mulai menggabungkan tiga, empat kata dan mulai mengucapkan kalimat
sederhana hingga kalimat kompleks. Anak anak mulai menguasai aturan dalam
mengurutkan kata secara sederhana dan mengajukan pertanyaan pertanyaan secara tepat.
7. Kalimat kompleks
Usia 2 hingga 3 tahun perkembangan bahasa dari kalimat sederhana mulai berkembang
menjadi kalimat-kalimat kompleks. Anak anak menjadi semakin sensitif terhadap bunyi
dan kata kata yang diucapkan dan mulai menirukan suara dan bunyi yang ada sekitar.
Anak anak mulai mengalami kemajuan dalam mengurutkan kata kata. Anak anak usia 18
bualan hibgga 6 tahun belajar sebuah kata baru setiap jam (kecuali ketika tidur). Anak
usia 6 tahun memiliki kemampuan berbicara jauh lebih baik daripada usia sebelumnya.
Usia 3 sampai 7 tahun menjadi periode transisi bagi anak dari berbicara eksternal ke
berbicara pada diri sendiri(self talk). Self talk tersebut berkembang menjadi sifat dasar
anak, yang diinternalisasi menjadi percakapan egosentris dan menjadi pemikiran mereka,
tanpa disampaikan secara verbal.
Anak anak usia 4 hingga 5 tahun mulai belajar mengubah gaya bicara sesuai dengan
situasi dan belajar menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Anak mampu mengubah
pembicaraan egosentris menjadi pembicaraan bersifat social. Anak anak sering berbucara
dalam bentuk bualan yaitu kehebatan dalam melakukan sesuatu atau imajinasi keinginan.
8. Pada masa awal kanak-kanak merupakan tahap mengobrol
Anak anak usia 7 tahun diperkirakan telah mengenall 14.000 kata menjadi 40.000 kata
diusia 11 tahun. Pada usia kanak-kanak awal, dialog digunakan sebagai alat untuk
melakukan komunikasi social dan menyelesaikan tugas. Pada usia ini bahasa digunakan
untuk meregulasi diri yang disebut bahasa khusus(private speech) yang bersifat
egosentris dan
tidak matang. Anak-anak mulai belajar tata bahasa di jenjang sekolah dasar. Mereka
belajar tata bahasa yang kompleks seperti menyusun kalimat berdasarkan Subyek-
Predikat-Obyek-Keterangan (SPOK). Anak anak mulai memiliki perkembangan kesdaran
metalinguistic yaitu pengetahuan bahasa seperti preposisi (mendiskusikan bunyi bahasa)
yang memungkinkan anak memikirkan bahasa yang digunakan, pemahaman mengenai
kosa kata, dan mendefinisikan.

9. Bahasa pergaulan

Pada usia remaja telah mengetahui aturan-aturan menggunakan bahasa dalam konteks sehari-
hari. Mereka mampu membedakan bahasa yang sesuai dan yang tidak sesuai untuk
dikatakan. Mereka mulai memahami fungsi komunikasi melalui kegiatan membaca, kegiatan
mendengarkan dan keterampilan menulis. Perkembangan bahasa remaja dipengaruhi oleh
pergaulan dengan teman sebaya, sehingga bahasa pergaulan (“bahasa gaul”) yang
berkembang dalam kelompok sebaya. Bahasa gaul berkembang antar generasi, mulai
generasi tahun 90-an mengenal kamus Bahasa Gaul oleh Debby Sahertian (2000), yang
berbeda dengan bahasa gaul tahun 2020 yang berkembang dengan istilah : “mager” (malas
gerak), “santuy” (santai). Bahasa sandi dan bahasa kelompok berkembang seiring dengan
pengaruh teman sebaya. Bahasa sandi berkembang diantara kelompok dalam teman sebaya
sebagai sarana komunikasi dalam kelompok teman sebaya.

E. Problematik perkembangan bahasa

Gangguan bahasa dapat terjadi apabila komunikasi seseorang menyimpang jauh dari
bahasa yang digunakan oleh anak normal. Ada banyak sekali gangguan bicara dan bahasa, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat
suara. Problematik menurut KBBI artinya sesuatu yang masih menimbulkan masalah yang
dikaitkan dengan hal yang masih belum dapat dipecahkan dan disebut permasalahan.
Problematik perkembangan bahasa antara lain:
A. Keterlambatan bicara. Ciri-ciri anak yang mengalami keterlambatan bicara, yaitu anak
cenderung kurang tepat dalam menyebutkan kata pada usia dua tahun, jumlah penguasaan
kata yang rendah di usia 3 tahun dan mempunyai kesulitan dalam memberikan nama pada
benda di usia lima tahun. Anak mengalami keterlambatan bicara, apabila situasi
lingkungan kurang memberikan stimulasi bagi anak untuk mengembangkan kemampuan
berbicaranya.
Bruderer (2015) berpendapat bahwa penggunaan mainan bayi untuk belajar menggigit,
menghisap jempol serta menggunakan dot tanpa isi (“kempong”) itu berdampak pada
penguasaan bahasa. Bayi yang menggunakan benda-benda tersebut akan kurang
menggerakkan alat bicaranya, karena mereka akan cenderung menghisap saja, sehingga
kurang menggerakkan sensorimotorik. Anak yang kurang distimulasi dalam
perkembangan bahasa akan mengalami hambatan dalam menguasai kosa kata. Setiap
anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orang-orang
terdekat dalam kehidupan sehari hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan
yang menetap. Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara antara lain, yaitu gangguan
pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom,
autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan.
Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan yang sepi, status ekonomi sosial, teknik
pengajaran yang salah, dan sikap orang tua.
B. Gagap. Gagap merupakan kondisi pembicara yang mengalami kerancauan berbicara
karena sendatan-sendatan Pada sistem pernafasan, mendadak berhenti yang menyebabkan
pengulangan suku kata yang diucapkan pertama kali (Chaer, Sintyawati, 2019). Gagap
yaitu anak terbiasa mengulang suara atau mengulang suku kata terutama di awal,
terdengar sebagai perpanjangan suara. Seseorang yang gagap terkadang berhenti bicara
dan mencoba mengulangi. Beberapa faktor yang menjadi penyebab gagap antara lain :
a) Stres dalam kehidupan berkeluarga.
b) Pengasuhan secara keras dan ketat, dengan membentak-bentak, dan tidak
mengijinkan anak berargumentasi dan membantah.
c) Terjadi kerusakan pada belahan otak(hemisfer) yang dominan
d) Faktor neurotik famial yaitu keturunan dan gaya hidup keluarga yang serba cepat dan
ekspektasi tinggi (Sintyawati, 2019).
Menurut Kustiowati (2002), anak yang mengalami kelainan bahasa pada pra sekolah 40%
hingga 60% akan mengalami kesulitan belajar dalam bahasa tulisan dan mata pelajaran
akademik.
C. Aphasia.
Aphasia merupakan gangguan komunikasi (berbahasa) karena kerusakan otak yang
mengatur fungsi bahasa, umumnya di hemisfer serebri kiri (dominan). Kebanyakan
terjadi akibat kelainan yang berkaitan dengan stroke, cedera kepala, tumor serebri atau
penyakit degeneratif. Kerusakan di daerah Broca akan mengalami kesulitan untuk
menghasilkan kata-kata yang tepat dan kerusakan di daerah Wernicke akan mengganggu
dalam menghasilkan pembicaraan yang lancar namun tidak dapat dipahami. (Santrock,
2011). Area Broca merupakan area motorik untuk berbicara, terletak di posterior gyrus
frontal. Sedangkan area Wernicke merupakan pusat untuk memproses kata-kata yang
diucapkan yang terletak di posterior superior gyrus temporal.

F. Upaya perkembangan bahasa dan implikasinya bagi pendidik

Agar kemampuan bahasa anak dapat optimal, sejak dini akan anak perlu diperkenalkan
dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang variatif. Terdapat dukungan
sosial dalam perkembangan bahasa anak yaitu:

a)        Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta dengan kata-kata
dan kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan tanpa adanya bayi, tetapi motherese
mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.
b)        Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda, mungkin
dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan
c)         Echoing yaitu mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, terutama jika kata-kata
tersebut belum benar.
d)        Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan
linguistik yang lebih baik.
Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa
anak,karena peranannya sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak. Jadi apabila
orang tua dan guru dapat berperan aktif , maka anak akan mengalami perkembangan bahasa yang
positif.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik
lisan maupun tertulis dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model
ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau
komunikasi bebas. Misalnya  Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa – siswa yang
berlainan variasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar – mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada
potensi dan kemampuan anak.  Pertama anak perlu melakukan pengulangan pelajaran yang telah
diberikan dengan kata – kata dan bahasa yang disusun oleh para siswa sendiri. Dengan demikian,
guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa siswa –
siswanya. Kedua, berdasar hasil identifikasi itu, guru melakukan pengembangan bahasa
lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru.
Dan yang paling penting adalah ketika seorang pendidik sedang mengajar kepada
peserta didik gaya bahasa yang digunakan itu mudah dipahami sehingga peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan.Selain itu, sarana perkembangan
bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah
maupun di rumah.
Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan

Siswa-siswi yang berada dalam satu ruang kelas mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
maupun pola untuk memahami bahasa itu sendiri. Siswa-siswi itu berasal dari keluarga dan latar
belakang hidup yang berbeda. Guru sebagai pengajar dalam kelas, memperhatikan dan dapat
mencari solusi untuk mengatasi perbedaan ini. Pengembangan dalam strategi belajar oleh guru
dalam kelas menjadi sebuah solusi untuk menghadapi hal ini. Guru dapat memfokuskan potensi
dan kemampuan masing-masing anak, sehingga pola pengajaran kepada anak dapat berjalan
dengan baik. Guru menyesuaikan dengan potensi dan kemampuan setiap anak.

Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswi yang bervariasi bahasanya, baik
kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi
belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru antara lain:

 Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah
diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini
guru senantiasa dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa
murid-muridnya.
 Kedua, berdasarkan hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid
dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan
benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk
langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih
komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bhasa
mereka sendiri.
 Ketiga, guru memotivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Guru memberi pengarahan kepada siswa untuk tetap semangat dalam belajar. Mengajak dan
membiasakan mereka untuk rajin membaca dari bahan bacaan yang dapat meningkatkan
pengetahuan mereka.
 Keempat, guru dapat melatih siswa untuk lebih terampil dalam berbahasa dalam hubungan
dengan orang lain. Di kelas, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara diskusi
kelompok. Siswa dapat mengungkapkan pendapat dengan bebas sesuai dengan topik yang
didiskusikan. Apabila pendapat yang dikemukakan agak melenceng dari topik, maka guru
dapat memperbaiki (koreksi).
 Kelima, menyiapkan sarana yang dapat menunjang perkembangan bahasa.  Untuk
menunjang perkembangan bahasa dapat disediakan bahan bacaan, misalnya buku-buku,
majalah, dan surat kabar. Di sekolah guru dapat menganjurkan untuk memanfaatkan
perpustakaan untuk mencari sumber-sumber bacaan. Guru dapat menganjurkan
memanfaatkan waktu untuk membaca di rumah. Di sekolah atau di rumah sebaiknya
disediakan sumber-sumber bacaan.

Anda mungkin juga menyukai