Anda di halaman 1dari 21

“DISLEKSIA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak Berkebutuhan
Khusus
Dosen Pengampu : Ramdhan Harjana, M.Pd

Disusun Oleh:
Inovia Faradhilla ( 19144600003 )
Evarista Miranti Wulandari ( 19144600008 )
Wulan Alfiyani ( 19144600010 )
Dilya Maisyarah ( 19144600017 )
Nur Anjlina Muktar ( 19144600022 )
Arini Sriyuni Nur’aini ( 19144600040 )

A1-19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Disleksia...............................................................................................3
B. Faktor Penyebab Disleksia.....................................................................................4
C. Ciri – ciri dan Gejala Disleksia..............................................................................7
D. Kelebihan Anak yang menderita Disleksia...........................................................10
E. Upaya atau Cara menangani Disleksia.................................................................13
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat membuat makalah ini
dengan baik dan dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “Disleksia”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Anak Berkebutuhan Khusus yang diampu oleh dosen pembimbing kami bapak
Ramdhan Harjana, M.Pd.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah membantu menyelesaikan hambatan dan tantangan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada pembuatan
makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.

Yogyakarta, Mei 2021

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disleksia (bahasa Inggris: dyslexia) adalah sebuah gangguan dalam
perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia
7 hingga 8 tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan
lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-
rata. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia yaitu Pendengaran,
Penglihatan, dan Perhatian. Disleksia mempengaruhi perkembangan
bahasa seseorang.
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai
penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang
untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga
dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan
kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke
memori pada otak.
Disleksia bukanlah penyakit, melainkan kesulitan belajar yang
berkaitan dengan bahasa tulisan seperti membaca, menulis, dan mengeja.
Disleksia dapat menyerang siapa saja, baik wanita maupun pria,
masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi maupun masyarakat tingkat
ekonomi rendah. Pada umumnya anak yang mengalami disleksia tidak
terdeteksi secara langsung, terutama anak usia pra sekolah. Hal ini
dikarenakan anak-anak masih belum masuk tahap belajar. Jika hal ini tidak
segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses belajar
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pemakalah dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Disleksia ?

1
2. Apa penyebab – penyebab Disleksia ?
3. Jelaskan apa saja ciri – ciri dan gejala Disleksia ?
4. Apa saja kelebihan anak yang menderita Disleksia ?
5. Bagaimana upaya atau cara menangani Disleksia ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang
menjadi
tujuan dari pemakalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Disleksia
2. Untuk mengetahui penyebab – penyebab Disleksia
3. Untuk mengetahui ciri – ciri dan gejala Disleksia
4. Untuk mengetahui kelebihan anak yang menderita Disleksia
5. Untuk mengetahui upaya atau cara menangani Disleksia
D. Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Disleksia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Disleksia

Disleksia (bahasa Inggris: dyslexia) adalah sebuah gangguan dalam


perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak
usia 7 hingga 8 tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca
dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau
di atas rata-rata. Ini termasuk kesulitan dalam penerapan disiplin Ilmu
Fonologi, kemampuan bahasa/pemahaman verbal. Diseleksia adalah
kesulitan belajar yang paling umum dan gangguan membaca yang
paling dikenal. Ada kesulitan-kesulitan lain dalam membaca namun
tidak berhubungan dengan disleksia.

Beberapa melihat disleksia sebagai sebuah perbedaan akan


kesulitan membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan non-
neurologis dalam penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam
memahami instruksi bacaan. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia
yaitu Pendengaran, Penglihatan, dan Perhatian. Disleksia
mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai


penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan
seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan
terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas
ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang
seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering
menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam
beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak
dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.

3
Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi
dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal
akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak


lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan
cara otak kiri membaca). 

a. Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya


bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini
berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi
tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis
(membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat
berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan
mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep
ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan
berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat
mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan
membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan
dalam menerima.
b. Aquired dyslexsia Gangguan yang mulai menyerang manusia menjelang
usia dewasa. Mereka akan mengalami cidera otak bagian kiri, sehingga
menyebabkan gangguan disleksia. Tandanya ketika masa dewasa,
bermasalah dalam memproses informasi dan harus membutuhkan waktu
yang lebih lama dari manusia pada umumnya.Selain itu juga akan
mengalami kesulitan pengorganisasian. Misalnya ia mengingat untuk
memakai sepatu, namun lupa memakai kaos kaki.

B. Faktor Penyebab Disleksia

Belum diketahui apa penyebab pasti disleksia, tetapi kondisi ini


diduga terkait dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak

4
dalam membaca dan berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu
kelainan gen tersebut adalah:

Infeksi atau paparan nikotin, alkohol, dan NAPZA pada masa


kehamilan.

Lahir prematur atau terlahir dengan berat badan rendah.


Riwayat disleksia atau gangguan belajar dalam keluarga juga
menjadikan anak menderita disleksia.

Diagnosis Disleksia

Dokter dapat menduga pasien mengalami disleksia, bila terdapat


sejumlah gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk
memastikannya, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti:

Riwayat kesehatan serta perkembangan dan pendidikan anak. Dokter


akan menanyakan apakah anggota keluarga lain memiliki riwayat
gangguan dalam kemampuan belajar.

Situasi dan kondisi di rumah. Dokter juga akan menanyakan kondisi


keluarga, termasuk siapa saja yang tinggal di rumah, serta apakah ada
masalah dalam keluarga.

Pengisian kuesioner. Dokter akan memberikan sejumlah pertanyaan


untuk diisi oleh anggota keluarga serta guru di sekolah.

Pemeriksaan saraf. Tes fungsi saraf dilakukan untuk memeriksa


apakah disleksia terkait dengan gangguan pada saraf otak, mata, dan
pendengaran.

Tes psikologi. Tes psikologi dilakukan untuk memahami kondisi


kejiwaan anak, dan menyingkirkan kemungkinan gangguan
kecemasan atau depresi yang dapat memengaruhi kemampuan
belajarnya.

5
Tes akademis. Pasien akan menjalani tes akademis yang dianalisis
oleh ahli di bidangnya.

Pengobatan Disleksia

Meskipun disleksia tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan,


tetapi deteksi dan penanganan sejak usia dini terbukti efektif
meningkatkan kemampuan penderita dalam membaca.

Salah satu metode yang paling efektif dalam meningkatkan


kemampuan baca tulis penderita disleksia adalah fonik. Metode fonik
berfokus meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan
memroses suara. Dalam metode fonik, penderita akan diajari sejumlah
hal berikut:

 Mengenali bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘pasar’ dan


‘pagar’.
 Mengeja dan menulis, mulai dari kata sederhana hingga kalimat yang
rumit.
 Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut.
 Membaca kalimat dengan tepat, serta memahami makna yang dibaca.
 Menyusun kalimat dan memahami kosakata baru.

Guna membantu proses penyembuhan anak, orang tua dapat


melakukan sejumlah hal berikut:

 Membaca dengan suara keras di hadapan anak. Langkah ini akan


lebih efektif bila dilakukan pada anak usia 6 bulan atau lebih muda.
Apabila anak sudah cukup dewasa, ajak anak membaca cerita
bersama-sama setelah diperdengarkan cerita sebelumnya.
 Beri semangat pada anak agar berani membaca. Hilangkan
ketakutan anak untuk membaca. Dengan rutin membaca, kemampuan
anak dalam membaca akan meningkat.

6
 Bekerja sama dengan guru di sekolah. Bicarakan kondisi anak
dengan guru di sekolah anak, kemudian diskusikan cara yang paling
tepat untuk membantu anak agar berhasil dalam pelajaran. Rutinlah
berkomunikasi dengan guru agar Anda mengetahui perkembangan
anak di sekolah.
 Bicara dengan anak tentang kondisinya. Beri pemahaman pada
anak bahwa kondisi yang dialaminya dapat diperbaiki, sehingga anak
menjadi semangat untuk belajar.
 Batasi menonton televisi. Batasi waktu anak menonton televisi, dan
sediakan waktu lebih banyak untuk belajar membaca. Pilih tema
bacaan yang menarik bagi anak, atau pilih tempat yang menyenangkan
untuk belajar agar anak tertarik membaca.
 Bergabung dengan support group. Bergabunglah dengan kelompok
dukungan dengan kondisi yang sama. Pengalaman orang tua lain yang
memiliki anak dengan disleksia, dapat menjadi informasi berharga
guna meningkatkan kemampuan anak.

Anak dengan disleksia yang tidak segera ditangani, akan sangat


kesulitan dalam membaca. Kemampuannya dalam memahami
pelajaran di sekolah juga akan tertinggal. Oleh karena itu, bila anak
memperlihatkan gejala disleksia, segera konsultasikan ke dokter, baik
dokter anak, psikiater anak, atau dokter anak ahli tumbuh kembang
anak. Pengobatan akan lebih efektif bila dilakukan lebih awal.

C. Ciri – ciri dan Gejala Disleksia


Tanda-tanda disleksia tidaklah terlalu sulit apabila para orang tua
dan guru memperhatikan mereka secara cermat. Anak yang menderita
disleksia apabila diberi sebuah buku yang tidak akrab dengan mereka,
mereka akan membuat cerita berdasarkan gambar-gambar yang ada di
buku tersebut yang mana antara gambar dan ceritanya tidak memiliki
keterkaitan sedikitpun. Anak yang mengidap disleksia mengalami

7
ketidakmampuan dalam membedakan dan memisahkan bunyi dari
kata-kata yang diucapkan. Sebagai contoh: Dennis tidak dapat
memahami makna kata “bat” (kelelawar) dan malahan mengeja satu
per satu huruf yang membentuk kata lain.
Selain itu anak yang mengidap disleksia memiliki kesulitan dalam
permainan yang mengucapkan bunyi-bunyi yang mirip, seperti salah
mengucap “cat” dan “bat”. Berikut akan diberikan ciri-ciri anak
disleksia yaitu:
a. Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang
ia ucapkan.
b. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang
beranjak dari satu teks ke teks berikutnya.
c. Melewatkan beberapa suku kata, frasa atau bahkan baris-baris dalam
teks.
d. Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks
yang dibaca.
e. Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan
huruf huruf lain.
f. Salah melafalkan kata-kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang
diganti tidak memiliki arti yang penting dalam teks yang dibaca.
g. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
h. Mengabaikan tanda-tanda baca.

Semua anak pernah membuat kesalahan-kesalahan seperti di atas


ketika mereka baru mulai belajar membaca. Akan tetapi pada anak-
anak yang menderita disleksia kesulitan-kesulitan tersebut terus
berlanjut dan menjadi masalah tersendiri bagi prestasi akademik
mereka. Sedang menurut Najib Sulhan dalam bukunya “Pembangunan
Karakter pada Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah
Efektif” dijelaskan bahwa ciri-ciri anak disleksia adalah sebagai
berikut:

8
a. Tidak lancar dalam membaca
b. Sering terjadi kesalahan dalam membaca
c. Kemampuan memahami isi bacaan sangat rendah
d. Sulit membedakan huruf yang mirip

Selain ciri-ciri tersebut di atas, ketika belajar menulis anak-anak


disleksia ini kemungkinan akan melakukan hal-hal berikut:

a. Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata.


b. Tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia
tulis.
c. Menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis.
d. Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-
huruf tersebut tidak sama.
e. Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama
sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin ia tuliskan.
f. Mengabaikan tanda-tanda baca yang dalam teks-teks yang sedang ia
baca.

Sedangkan gejala disleksia sangat bervariasi dan umumnya tidak


sama pada tiap penderita. Karena itu, gangguan ini biasanya sulit
dikenali. Terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah. Ada
sejumlah gen keturunan yang dianggap dapat memengaruhi
perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan
dan ketelitian dalam memahami suara atau Bahasa lisan.12 Misalnya
membedakan kata “paku” dengan kata “palu”. Pada balita, disleksia
dapat dikenali melalui sejumlah gejala yang berupa:
a. Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak
seusianya.
b. Membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru, misalnya keliru
menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”

9
c. Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri,
misalnya
d. kesulitan untuk memilih kata yang tepat atau kesulitan menyusun kata
dengan benar.
e. Kurang memahami kata-kata yang memiliki rima, contohnya “putrid
menari sendiri”.

Gejala-gejala disleksia biasa akan lebih jelas ketika anak mulai belajar
membaca dan menulis di sekolah. Anak akan mengalami beberapa
kesulitan yang meliputi:

a. Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengarnya


b. Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad
c. Sering salah atau terlalu pelan saat membaca
d. Lamban saat menulis dan tulisan yang tidak rapi
e. Kesulitan mengingat urutan, misalnya urutan abjad atau nama hari
f. Cenderung tidak bisa menemukan persamaan atau perbedaan pada “a”
g. Kesulitan mengeja, misalnya huruf ð´sering tertukar dengan huruf “b”.
atau angka “6” dengan angka “9”
h. Lamban dalam menulis, misalnya saat didikve atau menyalin tulisan
i. Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal
j. Memiliki kepekaan fonologi yang rendah. Contohnya, mereka akan
kesulitan menjawab pertanyaan “bagaimana bunyinya apabila huruf
“b” pada “buku” diganti dengan “s”?

D. Kelebihan Anak yang menderita Disleksia


Kelebihan dari anak yang menderita Disleksia yaitu sebagai berikut :
1. Melihat Gambaran Besar.
Anak penderita disleksia sering melihat hal-hal yang lebih holistik.
Saat mereka dihadapkan pada sebuah pohon, dia akan melihat itu
sebagai hutan.

10
"Seolah-olah orang dengan disleksia cenderung menggunakan lensa
sudut lebar untuk melihat dunia, sementara yang lain cenderung
menggunakan telefoto, masing-masing yang terbaik dalam
mengungkapkan berbagai jenis detail," ucap Matthew H. Schneps dari
Universitas Harvard.1.
2. Mudah Menemukan Hal Aneh Secara Detail.
Anak dengan disleksia unggul dalam pemrosesan visual global dan
pendeteksian angka-angka mustahil. Ilmuwan disleksia Christopher
Tonkin menggambarkan kepekaannya yang tidak biasa terhadap 'hal-
hal yang tidak pada tempatnya'.
Ada begitu banyak orang dengan disleksia di bidang astrofisika yang
mendorong penelitian di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian.
Temuan mengonfirmasi bahwa mereka yang menderita disleksia lebih
baik dalam mengidentifikasi dan menghafal gambar yang kompleks.
3. Mengenali Pola Lebih Baik.
Anak dengan disleksia memiliki kemampuan untuk melihat
bagaimana berbagai hal terhubung untuk membentuk sistem yang
kompleks, dan untuk mengidentifikasi kesamaan di antara banyak hal.
Kekuatan seperti itu cenderung memiliki signifikansi khusus untuk
bidang-bidang seperti sains dan matematika, di mana representasi
visual adalah kuncinya
4. Bagus Dalam Pengetahuan Ruang.
Banyak orang dengan disleksia menunjukkan keterampilan yang
lebih baik dalam memanipulasi objek 3D dalam pikiran mereka.
Banyak arsitek dan perancang busana top dunia menderita disleksia.
5. Berpikir dengan Gambar
Orang dengan disleksia cenderung berpikir melalui gambar daripada
kata-kata. Penelitian di University of California menunjukkan bahwa
anak-anak dengan disleksia mengalami peningkatan memori dengan
pengenalan gambar.
6. Memiliki Kecerdasan Vsual dan Spasial

11
Anak dengan disleksia cenderung berpikir dalam bentuk visual atau
gambar dibandingkan kata-kata. Mereka bisa mengingat dengan baik
detil gambar yang sudah mereka lihat. Selain itu, anak dengan
disleksia juga memiliki kelebihan dalam kecerdasan spasial, yang
membuat mereka jago dalam memvisualisasikan apapun dalam bentuk
tiga dimensi di pikiran mereka. Tak heran jika banyak arsitek dan
desainer fashion kelas dunia ternyata juga merupakan orang-orang
dengan disleksia.
7. Sangat Kreatif
Cukup banyak seniman, aktor, dan musisi yang mengalami
disleksia, seperti Steven Spielberg, Walt Disney, Pablo Picasso,
Johnny Depp, dan masih banyak lagi. Meskipun mereka mengalami
kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah, nyatanya mereka
sukses dan mampu memberikan pengaruh melalui karya-karyanya.
Daya kreativitas yang sangat tinggi ini berkembang dengan baik
karena mereka harus terus menerus menemukan cara yang unik untuk
mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
8. Berpikir Out Of The Box
Anak-anak disleksia bukan hanya problem solver yang baik, mereka
juga memiliki pendekatan baru dan mampu melihat hal-hal yang
sering dilewatkan oleh orang kebanyakan. Mereka sangat pandai
melihat hubungan di antara berbagai informasi dari berbagai disiplin
ilmu, yang membuat mereka sangat berpotensi menjadi inventor
ataupun pemikir out of the box. Ide-ide mereka orisinil dan tidak
konvensional. Seperti halnya yang dialami oleh Richard Branson yang
mengatakan bahwa disleksianyalah kelebihan terbaiknya
9. Rasa Ingin Tahu
Selalu penasaran dan ingin tahu adalah potensi lain yang dimiliki
oleh anak-anak dengan disleksia.Mungkin Anda sering lelah untuk
menjawab pertanyaan “kenapa” dari mereka. Namun rasa ingin tahu
yang tinggi seperti itulah yang sering mengantarkan orang pada

12
kesuksesan, karena dengan rasa ingin tahu tersebut, mereka akan
menemukan hal-hal baru. Seperti halnya Albert Einstein yang pernah
mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak memiliki bakat istimewa,
hanya rasa penasaran yang tinggi.
10. Penglihatan Periferal Lebih Tajam
Orang dengan disleksia memiliki penglihatan periferal yang lebih
baik daripada kebanyakan orang. Artinya, mereka dapat dengan cepat
memotret keseluruhan adegan yang terlihat. Meskipun sulit untuk
fokus pada kata-kata individual, disleksia tampaknya membuatnya
lebih mudah untuk melihat secara luas.
11. Berpikir Strategis
Ternyata beberapa orang terkenal dan pengusaha di dunia seperti
Thomas Edison, Henry Ford, Richard Branson, Steve Jobs dan
Charles Schwab penyandang disleksia. Hal ini memungkinkan bagi
mereka untuk memiliki pemikiran yang strategis dan kreatif yang
dapat memberikan keuntungan nyata.

E. Upaya atau Cara menangani Disleksia


Dalam memperbaiki masalah pada peserta didik dalam mengeja
dan melafalkan huruf adalah membiasakan diri melafalka njuga
membaca. Peserta didik yang mengalami masalah dalam mengeja dan
melafalkan huruf kebanyakan selalu mendapat masalah dalam
mengamati dan memahami kata juga susunan huruf, selain mengerti
makna kata dan tulisan itu menggantikan suara penyebutan yang
membentuk kata-kata. Cara lain dalam mengatasi kesulitan belajar
disleksia pada anak diantaranya adalah :

1. Menggunakan media belajar, usaha


memperbaikimasalahmempelajari huruf pada peserta didik yang
mengalami masalah dalam mengeja dan melafalkan huruf yang
pertama adalah dengan menggunakan media belajar.

13
2. Meningkatkan semangat menghafal untuk anak, usaha memperbaiki
masalah menghafal kepada peserta didik yang tidak bisa mengeja atau
melafalkan huruf dan selanjutnya yaitu untuk meningkatkan motivasi
belajar pada anak.

3. Tingkatkan rasa percaya diri anak, keadaan peserta didik yang


bermasalah dalam pengenalan huruf akan menjadikan beberapa
peserta didik yang tidak bisa mengeja dan melafalkan huruf menjadi
susah juga menjadi tidak percaya diri akibat masalah dalam ikut
kegiatan pembelajaran di kelas juga kadang - kadang disingkirkan
kawan-kawannya.

4. Tidak selalu menuduh peserta didik dengan keadaan yang


dialaminya.

5. Selalu damping anak dalam belajar.

Sebagai seorang pendidik kita juga harus bisa menanggani anak


disleksia dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Metode Multisensori

Metode ini mendayagunakan kemampuan visual atau kemampuan


penglihatan siswa, auditori atau kemampuan pendengaran, kinestetik
atau kesadaran pada gerak dan juga taktil atau perabaan pada siswa.
Untuk praktiknya, siswa diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan
di lantai, membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan
menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan
untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran,
penglihatan dan sentuhan. Dengan demikian, akan memudahkan otak
bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

2. Metode Fonik (Bunyi)

14
Metode yang memanfaatkan kamampuan visual dan auditori anak
dengan cara menamai huruf sesuai dengan bunyi
bacaannya. Contoh,huruf B yang dibunyikan eb, huruf C
dibunyikan ec, dan lain sebagainya.

3. Metode Linguistik

Metode yang mengajarkan siswa disleksia mengenal kata secara utuh.


Metode ini menekankan pada kata-kata yang mirip. Dengan adanya
penekanan, diharapkan bisa membuat siswa mampu menyimpulkan
sendiri pola hubungan antara huruf dan juga bunyinya.

4. Metode Fernald

Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata


yang diucapkan oleh siswa, dan setiap kata diajarkan secara utuh.
Ada empat tahapan dalam metode ini. Pertama, guru menulis kata
yang hendak dipelajari di atas kertas dengan krayon. Selanjutnya,
siswa akan menelusuri tulisan tersebut dengan jarinya (tactile and
kinesthetic). Ketika menelusuri tulisan tersebut, siswa melihat tulisan
(visual), dan mengucapkannya dengan keras (auditory). Proses
semacam ini dilakukan secara berulang sehingga siswa dapat menulis
kata tersebut dengan benar tanpa melihat contoh. Apabila siswa sudah
berhasil menulis dan membaca dengan benar, bahan bacaan tersebut
disimpan.

5. Metode Gillingham

Metode ini memerlukan lima jam pelajaran selama kurun waktu dua
tahun. Aktivitas pertama diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf
serta perpaduan huruf-huruf tersebut. Siswa akan menjiplak untuk
mempelajari berbagai huruf. Dari bunyi-bunyi tunggal huruf,

15
selanjutnya dikombinasikan ke dalam kelompok-kelompok yang lebih
besar dan kemudian program fonik diselesaikan.

6. Analisis Glass

Melalui metode Analisis Glass, siswa dibimbing untuk mengenal


kelompok-kelompok huruf sambil melihat kata secara keseluruhan.
Metode ini menekankan pada latihan auditorik dan visual yang
terpusat pada kata yang sedang dipelajari.

7. Metode Hegge-Kirk-Kirk

Metode ini dikembangkan oleh Hegge, Kirk dan Kirk pada tahun
1972. Diutamakan untuk meneliti kemampuan auditori siswa dengan
memadukan bunyi huruf, menuliskan perpaduan bunyi huruf menjadi
kata, lalu menyebutkan kata tersebut. Selanjutnya, menunjukkan kata
pada siswa dan memintanya menyebutkan bunyi huruf yang ada
dalam kata tersebut. Selanjutnya, siswa diminta untuk menuliskan kata
tersebut di atas kertas.

8. Neurological Impress

Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru dan siswa yang kesulitan membaca duduk berhadapan sambil


membaca.
2. Suara guru dibisikkan ke telinga siswa.
3. Guru dan siswa menunjuk pada kalimat yang dibaca oleh guru.
4. Dalam kondisi tertentu, guru membaca lebih cepat atau sebaliknya.

Metode ini tidak mengharuskan guru untuk menyiapkan bahan bacaan


secara khusus. Juga, tidak harus menekankan pada latihan pengucapan
fonem, pengenalan kata, dan isi bacaan yang dibaca. Tujuan utamanya
adalah untuk membiasakan siswa membaca secara otomatis. Untuk

16
memudahkan siswa mengikuti program ini, proses pembelajaran
dimulai dari tingkat yang rendah dari kemampuan yang dimiliki siswa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37641015/JURNAL_DISLEKSIA

https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-disleksia.html

https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/amelia-putri/mama-
perlu-tahu-inilah-ciri-ciri-disleksia-pada-anak/7

http://www.alodokter.com/disleksia. diakses pada 11 Feb 2017

Madinatul Munawaroh dan Novi Trisna Anggrayani.Prosiding, Mengenali


Tanda

Tanda Disleksia pada Anak Usia Dini. Universitas PGRI Yogyakarta.

https://www.haibunda.com/parenting/20200605143348-60-144664/9-
kelebihan-anak-disleksia-yang-jarang-diketahui
https://journal.sociolla.com/lifestyle/potensi-kelebihan-anak-disleksia

Eka Sri Safarina, Hani Susanti(2018). Penanganan Anak Kesulitan Belajar


Disleksia Melalui Permainan Bowling Keberanian. Jurnal Ceria Vol,1 .
No,2. https://www.ruangguru.com/blog/menghadapi-siswa-disleksia-
dengan-metode-pembelajaran

https://hellosehat.com/parenting/disleksia/

18

Anda mungkin juga menyukai