DISUSUN OLEH :
SANATANG (1947240016)
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah
SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongannya penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Prinsip dan Pendekatan Layanan Anak Berkebutuhan Khusus, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. makalah ini disusun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT. akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi
kesempurnaan laporam telaah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca, Terima kasih.
Penyusun
Kelompom 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I (PENDAHULUAN) ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II (PEMBAHASAN) ................................................................................ 3
2.1 Prinsip-Prinsip Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus ............ 3
2.2 Pendekatan Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus .................. 8
BAB III (PENUTUP) ...................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru di sekolah dasar diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan
pada setiap anak berkebutuhan khusus. Namun masih banyak guru yang belum
memahami tentang anak berkebutuhan khusus. Sehingga mereka tidak dapat
memberikan layanan pendidikan yang optimal terhadap anak berkebutuhan
khusus. Apalagi anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai jenis dan derajat
kelainan yang bervariasi. Padahal setiap anak memiliki keunikannya masing-
masing yang berbeda dengan anak lainnya, dimana setiap anak perlu mendapatkan
penanganan yang berbeda sesuai dengan karakternya.
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus,
akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan
berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah
pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru
dalam menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian
diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual. Model pembelajaran
terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, yang dipersiapkan oleh para guru di
sekolah, ditujukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap
lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui
penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan didasarkan
pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.
1
2
3
4
Selain prinsip tersebut diatas ada juga prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaran pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu
1. Prinsip kasih sayang
Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus membutuhkan kasih sayang dan bukan
belas kasihan. Untuk itu, guru seharusnya mampu menggantikan kedudukan orang
tua untuk memberikan perasaan kasih sayang kepada anak. Wujud pemberian kasih
sayang dapat berupa sapaan, pemberian tugas sesuai dengan kemampuan anak,
menghargai dan mengakui keberadaan anak.
2. Prinsip keperagaan
Anak berberkebutuhan khusus ada yang memiliki kecerdasas dibawah rata-rata.
Untuk itu guru dalam membelajarkan anak hendaknya menggunakan alat peraga
yang memadai agar anak terbantu dalam menangkap pesan. Alat peraga hendaknya
disesuaikan dengan bahan, suasana dan perkembangan anak.
3. Keterpaduan dan keserasian antar ranah
5
Dalam proses pembelajaran, ranah kognisi sering memperoleh sentuhan yang lebih
banyak, sementara ranah afeksi dan psikomotor kadang terlupakan. Akibat yang
terjadi dalam proses pembelajaran seperti ini terjadi kepincangan dan ketidakutuhan
dalam memperoleh makna dari apa yang dipelajari. Untuk itu, guru seharusnya
menciptakan media yang tepat untuk mengembangkan ketiga arahan tersebut.
4. Pengembangan minat dan bakat
Tugas guru dan orang tua adalah mengembangkan bakat dan minat yang terdapat
pada diri anak masing-masing. Hal ini dilakukan karena, minat dan bakat seseorang
memberikan sumbangan dan pencapaian keberhasilan. Oleh karena itu, proses
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus hendaknya didasarkan pada minat
dan bakat mereka yang dimiliki.
5. Kemampuan anak
Heteroginitas (keanekaragaman) mewarnai kelas-kelas pendidikan pada anak
berkebutuhan khusus, akibatnya masing-masing subjek didik perlu memperoleh
perhatian dan layanan yang sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu,
sebelum dan selama proses pendidikan orang tua perlu disertakan dalam proses
pembelajaran anaknya, sehingga kemampuan dan perkembangannya dapat mampu
diikutinya. Selain itu, guru harus mampu menterjemahkan tuntutan kurikulum
terhadap heteroginitas kemampuan masing-masing subjek didik.
6. Model
Guru merupakan model bagi subjek didiknya. Perilaku guru akan ditiru oleh anak
didiknya. Oleh karena itu perlu merancang secermat mungkin pembelajaran agar
model yang ditampilkannya oleh guru dapat ditiru oleh anak.
7. Pembiasaan
Pembiasaan bagi anak berkebutuhan khusus membutuhkan penjelasan yang lebih
konkret dan berulang-ulang.
8. Latihan
Latihan yang dilakukan tidak melebihi kemampuan anak, sehingga anak senang
melakukan kegiatan yang telah diprogramkan oleh pengelola pendidikan.
9. Pengulangan
6
diberitahukan supaya anak tidak salah persepsi. Dengan spesimen anak dapat
leluasa meraba dan membayangkan dengan nyamuk yang sesungguhnya.
c. Prinsip berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan sangat dibutuhkan anak tunanetra dalam mempelajari
konsep. Matapelajaran yang satu harus berkesinambungan dengan mata pelajaran
yang lain. Kesinambungan tersebut dalam hal materi dan istilah yang digunakan
oleh guru, jika tidak anak tunanetra akan mengalami kebingungan. Mereka
beranggapan guru sebagai sumber informasi yang diyakini kebenarannya. Oleh
karena itu, guru disarankan untuk selalu menghubungkan materi pelajaran yang
telah dipelajari dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Istilah yang
digunakan hendaknya tidak terlalu banyak variasi antara guru yang satu dengan
guru yang lain.
d. Prinsip aktivitas
Prinsip aktivitas penting artinya dalam kegiatan belajar anak. Murid dapat
memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Reaksi ini
dilaksanakan dalam bentuk mengamati sendiri dengan bekerja sendiri. Tugas guru
membantu anak dalam kegiatan belajar mengajar. Anak tunanetra diharapkan aktif
tidak hanya sebagai pendengar. Tanpa aktivitas, konsep yang diterima anak hanya
sedikit dan mereka akan merasa jenuh. Situasi demikian dapat membuat mereka
mengantuk. Sebaliknya, jika anak tunanetra aktif dalam kegiatan pembelajaran,
maka pengalaman belajar mereka banyak, mereka memperoleh kepuasan dalam
belajar, sehingga akan mendorong rasa ingin tahu yang tinggi.
e. Prinsip individual
Prinsip individual dalam pembelajaran berarti pengajaran dilaksanakan dengan
memperhatikan perbedaan individu anak, potensi anak, bakat dan kemampuan
masing-masing anak. Prinsip individual sangat dibutuhkan dalam mendidik anak
tunanetra. Prinsip ini merupakan ciri khusus dalam layanan pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Bagi anak tunanetra, prinsip individual mendorong guru
untuk memenuhi tuntutan variasi ketunaan dan kemampuan anak. Guru dituntut
sabar, telaten, ulet, dan kreatif. Guru harus mengajar satu persatu sesuai dengan
perbedaan anak.
8
2) Membaca ujaran, yaitu suatu kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari
bentuk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran
mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang diucapkan lawan bicara
dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut berperan.
3) Metode manual, yaitu cara mengajar atau melatih anak tuna rungu berkomunikasi
dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur
gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang
menggunakan modalitas gesti-visual. Bahasa isyarat mempunyai beberapa komponen,
yaitu: (a) ungkapan badaniah, (b) bahasa isyarat lokal, dan (c) bahasa isyarat formal.
4) Ejaan jari. Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan
jari. Ejaan jari secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: (1) ejaan
jari dengan satu tangan (one handed), (2) ejaan jari dengan kedua tangan (two handed),
dan (3) ejaan jari campuran dengan menggunakan satu tangan atau dua tangan.
5) Komunikasi total cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu modus atau
semua cara komunikasi, yaitu penggunaan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran,
amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar dan menulis, serta pemanfaatan sisa
pendengaran sesuai kebutuhan dan kemampuan seseorang.
c. Anak Tunadaksa
Menurut Frieda Mangunsong (dalam Suparno, 2008) layanan pendidikan bagi anak tuna
daksa perlu memperhatikan tiga hal, yaitu sebagai berikut.
1) Pendekatan Multidisipliner dalam Program Rehabilitasi Anak Tunadaksa
Pendekatan multidisipliner merupakan layanan pendidikan yang melibatkan
berbagai ahli terkait secara terpadu dalam rangka mengoptimalkan memampuan yang
dimiliki oleh anak. Beberapa ahli terkait memberikan layanan rehabilitasi adalah ahli
medis (dokter), dokter tulang, dokter syaraf, ahli pendidikan, psikolog, pekerja sosial,
konselor, ahli fisioterapi, okupasi, dan ahli pendidikan khusus.
2) Program Pendidikan Sekolah
Program pendidikan sekolah bagai mereka yang tidak mengalami kelainan
mental relatif sama dengan anak normal, hanya bina gerak masih terus dikembangkan
melalui fisioterapi dan terapi okupasi, utamanya untuk perbaikan motoriknya.
3) Layanan Bimbingan dan Konseling
11
dalam merealisasi bakat anak, 2) layanan kelas khusus, yaitu anak yang berbakat unggul
dikelompokkan dalam satu kelas dan diberikan layanan tersendiri sesuai dengan bakat
mereka, 3) layanan kelas unggulan, sama dengan layanan kelas khusus hanya berbeda
dalam model pengayaannya, dan 4) layanan bimbingan sosial dan kepribadian.
b. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar spesifik menurut Jerome
Rosner (dalam Suparno, 2008) ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1) Layanan Remidiasi
Layanan remidiasi terfokus pada upaya menyembuhkan, mengurangi,
dan jika mungkin mengatasi kesulitan yang dialami anak.
2) Layanan Kompensasi
Layanan kompensasi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan belajar
khusus di luar lingkungan belajar yang normal, sehingga memungkinkan anak
memperoleh kemajuan dalam pembentukan perseptual dan bahasa.
3) Layanan Prevensi
Layanan prevensi adalah layanan yang diberikan sebelum anak mengalami
ketunacakapan belajar di sekolah. Layanan ini diawali dengan melakukan identifikasi
terhadap aspek-aspek yang dimungkinkan menimbulkan atau menyebabkan
ketunacakapan belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Langkah awal dalam menemukan dan menentukan anak berkebutuhan
khusus di SD adalah melalui identifikasi. Identifikasi adalah upaya menemukenali
anak-anak yang diduga memiliki kelainan atau berkebutuhan khusus. Kegiatan
identifikasi dilanjutkan dengan asesmen yang merupakan aktivitas penting dalam
proses pembelajaran di sekolah, sehingga pelaksanaannya harus benar-benar
dilakukan secara obyektif terhadap kondisi dan kebutuhan anak. Pada intinya
asesmen berorientasi pada upaya pengumpulan informasi secara sistematis dalam
upaya perencanaan dan implementasi pembelajaran siswa di sekolah.
Ada beberapa prinsip dasar dalam layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus pada umumnya yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Prinsip Dasar dalam layanan pendidikan menurut
Musjafak Assjari (1995) yaitu seseluruhan anak (all the children), kenyataan
(reality), program yang dinamis (a dynamic program), kesempatan yang sama
(equality of opportunity), kerjasama (cooperative).
Secara umum dikenal 2 pendekatan yang sering dilakukan dalam
memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu:
pendekatan kelompok/klasikal dan pendekatan individual. 1. Pendekatan
Kelompok adalah pendekatan yang dilakukan secara kelompok. Pendekatan ini
memiliki kelebihan dalam hal waktu, tenaga, dan biaya. Disamping kelebihan
juga ada kelemahannya yaitu kurang efektif dalam proses pembelajarannya.
2. Pendekatan individual yang dilakukan secara individu. Pendekatan ini
memiliki kelebihan dalam hal waktu, tenaga dan biaya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita bisa memberikan layanan
terbaik bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat memiliki kehidupan
yang baik walaupun memiliki keterbatasan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/25287684/Layanan_Pendidikan_dan_Prinsip_Prinsip_
Layanan_ABK
http://melyloelhabox.blogspot.com/2014/04/layanan-pendidikan-anak-
berkebutuhan.html
http://dedimahgunaguna.blogspot.com/2013/03/pendekatan-layanan-pendidikan-
anak.html
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/assibyan/article/download/1347/1068
14